Professional Documents
Culture Documents
UTAMA
menciptakan sistem yang baik, terkoordinir, dan tidak berbelit-belit. "Satu hal yang sangat penting bagi masyarakat dalam mengawal proses pemulihan daerah pasca bencana adalah perlunya transparasi dari pihak-pihak yang memiliki kebijakan dalam penanganan dan pemulihan daerah bencana di Aceh Tengah dan Bener Meriah"kata Idrus lagi. Idrus menjelaskan, jika melihat pengalaman-pengalaman masyarakat di dua Kabupaten ini, setiap ada pembangunan ataupun bantuan social yang jumlahnya cukup besar sering kali terjadi konflik. Konflik secara di masyarakat vertical mau-
Pernyataan Pemerintah Aceh bahkan sempat dianggap hanya sekedar lips servive saja, karena tidak adanya kejelasan dan dinilai terlalu lamban. Kesan bahwa ada permainan proyek dalam penanggulangan gempa ini. Hal ini dibantah oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Jarmansyah , S.Pd.,M. A., MM , ia mengatakan anggaran Rp 64 Miliar telah dikucurkan, Namun perlu diketahui bersama kalau yang diberikan ke masyarakat korban bencana itu bukanlah dalam bentuk uang melainkan berbagai kebutuhan sandang dan pangan , pendidikan, kesehatan dan infrasruktur. Dan itu sudah berjalan sejak hari pertama kejadianujarnya. Dikatakannya lebih lanjut, sebagaimana pemaparan Gubernur Aceh saat mengambil keputusan tentang kelanjutan status keadaan transisi darurat menuju ke pemulihan, masing-masing SKPA telah memiliki anggaran untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dan dari anggaran yang direncanakan itu, sebagian besarnya sudah terlaksana di lapangan "Semua uang yang digunakan untuk bencana Gempa
di Aceh Tengah dan Bener Meriah, pada akhirnya akan diaudit penggunaannya, jadi semua orang tidak perlu ragu atau berpikiran dana tersebut dana tersebut akan disalah gunakan, karena dilapangan ada inspektorat, BPKP yang senantiasa memberikan bimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan" sebut Jarwan. Jarwan menjelaskan alokasi anggaran yang terbesar adalah usulan dari Dinas Sosial Aceh yaitu Rp 21, 6 Miliar yang peruntukan antara lain untuk pengadaan pangan berupa daging lembu untuk meugang sebelum memasuki bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, pengadaan mentega, terigu, syrup, kurma, agar, dan gula pasir. Sementara itu untuk sandang antara lain selimut, baju koko, kain sarung, daster, sajadah, mukena, jilbab, baju kaos, pembalut wanita, pakaian dalam wanita, pakaian dalam pria, jaket anak, sampai pengadaan. Barang tersebut sudah 80 persen masuk ke gudang logistik dan sebagian disalurkan kepada korban" Silahkan cek, ke bagian logistik atau Dinas Sosial yang ada di posko utama untuk mengetahui jumlahnya" kata Jarwan.
dimulainya tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Aceh Tengah nanti. Lima sektor akan dibangun yaitu perumahan, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya, dan lintas sektor," kata Sutopo. Dengan jumlah pengungsi 52.113 jiwa seperti yang disebutkan oleh BNPB yang tersebar di lebih dari 70 titik pengungsian yaitu Kabupaten Bener Meriah yaitu 19.984 jiwa dan di Aceh Tengah 32.129 jiwa, sebenarnya membutuhkan penangan serius, pemerintah tidak boleh main-main dalam penanganan korban bencana ini. Sebenernya, sejumlah warga yang ditemui dilokasi pengungsian saat ini rata-rata masih mengalami trauma dan bingung memikirkan masa depan mereka, meski sebenarnya mereka sendiri ingin segera bangkit. Hal ini tentunya bisa dimengerti karena harta benda termasuk kebun kopi atau kebun tebu yang selama ini menjadi tumpuan penghasilan kini telah hancur, dan perlu waktu lagi untuk membangun atau memulai kembali. Dengan hilangnya mata pencarian korban gempa tentu saja membuat mereka menjadi pengguran, Kalau ditanya harapan maka kami berharap bagaimana secepatnya punya tempat baru dan bekerja kembali ungkap Aman Rima, salah seorang korban gempa. Penanganan dan penanggulangan akibat bencana gempa ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah, jangan sampai penanggulangan bencana ini menjadi sarang korupsi. LSM JangKo sebuah LSM yang kosen terhadap pemberantasan korupsi di Gayo berharap pemerintah Aceh dan BNPB yang nantinya sebagai pihak yang mengatur dan menagani penuh proses pemulihan daerah bencana dalam rehab dan rekon agar
pun, horizontal. Idrus memaparkan jika bercontoh pada pengalaman Gempa Tsunami Aceh 2004 lalu, proses rehab rekon yang dikomandoi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) penuh dengan carut marut dan kesannya di masyarakat, dana rehab rekon Gempa Tsunami Aceh yang lalu dihabiskan untuk sektor-sektor yang tidak penting bagi masyarakat korban. "Kita berhara, kedepan ini proses rehab rekon yang akan dilakukan di Aceh Tengah dan Bener Meriah benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya, Kita tidak inggin proses rehab rekon nantinya justru malah mencederai masyarakat korban dan menciptakan peluang pihak-pihak atau oknum tertentu untuk melakukan manipulasi dan korupsi dan penggunaan dana rehap rekon pasca Gempa Bumi di Kabupaten Aceh Tengah dan bener Meriah"jelas Idrus. LSM JangKo menghimbau kepada pihak yang akan menagani proses rehab rekon ini agar sejak awal menciptakan transparasi baik itu data dan juga informasi terhadap segala bentuk proses pembangunan dan juga bantuan-bantuan yang akan di salurkan kepada pihak korban. Terlepas dari semua itu, korban gempa Gayo harus bangkit, warga yang menjadi korban gempa tidak boleh terus terpaku dengan meratapi nasib. Korban gempa tidak boleh terlalu berharap kepada bantuan pihak lain. Musibah ini sendiri memang tidak pernah diinginkan namun sudah sepatutnya kita belajar dan mengambil hikmah darinya untuk lebih baik kembali menata kehidupan yang sempat terkoyak. (Arsadi Laksamana)
www.kabargayo.com