You are on page 1of 1

6

Keber Gayo 22 Juli -3 Agustus 2013


Dari Rp 64 Milliar tersebut, Rp 24, 6 milliar diantaranya dikelola oleh Dinas Cipta Karya Aceh, namun sebagian besar anggaran yang diusulkan, khususnya untuk hunian sementara tidak jadi direalisasikan karena masyarakat korban bencana lebih senang tinggal di tenda pengungsian dan tenda-tenda keluarga, alokasi anggaran Dinas Cipta Karya Aceh diperuntukan untuk perbaikan SPAM, operasional mobil tanki, pengadaan HU, pembuatan MCK, Pembangunan sarana ibadah darurat, dan laini-lain. Demikian juga dengan BPBA yang sejak hari pertama sudah berada di lapangan, dan memberikan bantuan logistik kepada kedua kabupaten, pengerahan berbagai kendaraan pendukung operasi kebencanaan seperti mobil komunikasi, truk serba guna, mobil tanki air, ambulance, mobil toilet dan mobil dapur umum lapangan serta operasional petugas dan kegiatan keposkoan dengan alokasi dana Rp 1, 9 Milliar. Sementara itu, kata Jarwan, Dinas Pendidikan Aceh mengusulkan penyediaan shelter ruang belajar sementara, baju seragam dan tas sekolah serta program trauma healing. Anggarakan berjumlah Rp 13, 9 miliar. Dinas Bina Marga memiliki anggaran Rp 722 Juta untuk pengerahan alat berat berupa excavator, loder, motor grader, dump truck, trailer dan lain-lain" Seperti diketahui bersama bahwa dampak gempa ini terasa sangat besa r sekali, oleh sebab itu, seluruh program kegiatan dari dana Rp 64 Milliar tersebut meski dirasa benar, namun jika melihat kebutuhan lapangan maka jumlah itu masih dirasakan kecil" katanya lagi. " Jadi semuanya tranfarans dan tidak ada yang ditutupi" katanya, dalam bencana ini sebenarnya banyak pihak yang memberikan bantuan dalam bentuk uang, barang maupun tenaga, jumlahnya ada ratusan , baik dari unsur pemerintahan , dunia usaha, NGO maupun masyarakat dari berbagai kalangan, semuanya ada catatan dibagian logistik dan gudang, silahkan minta datanya jika diperlukan" sebutnya lagi, ia juga menambahkan bahwa dalam minggu ini Pemerintah Aceh akan memberikan santunan kepada ahli waris korban meninggal dunia akibat bencana gempa sebenar Rp 5 Juta perjiwa. Terlepas dari berbagai masalah di atas, Saat ini Tanggap darurat gempa Gayo telah dicabut, melalui pernyataan Gubernur Aceh Zaini Abdulah pada Rabu (17/7), dan dilanjutkan dengan masa Transisi Darurat menuju Pemulihan selama 25 hari, 17 Juli hingga 10 Agustus 2013. "Pengertian status transisi darurat ke pemulihan adalah keadaan dimana penanganan darurat bersifat sementara, atau permanen berdasarkan kajian teknis dari instansi yang berwenang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo mengatakan, status transisi darurat tersebut bertujuan agar sarana prasarana vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi, yang dilakukan sejak berlangsungnya tanggap darurat sampai tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai. Menurut dia, selama masa transisi darurat, bantuan kebutuhan lanjutan yang belum dapat diselesaikan pada saat tanggap darurat dapat diteruskan, seperti pembangunan tempat hunian masyarakat bagi rumah yang hancur, hilang dan rusak. Selain itu, kata Sutopo, pemulihan lain berupa sarana dan prasarana vital, biaya pengganti lahan, bangunan dan tanaman masyarakat yang digunakan untuk pemulihan, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan dan Kebutuhan dasar fisik dan non fisik. "Transisi ini dilakukan hingga

UTAMA
menciptakan sistem yang baik, terkoordinir, dan tidak berbelit-belit. "Satu hal yang sangat penting bagi masyarakat dalam mengawal proses pemulihan daerah pasca bencana adalah perlunya transparasi dari pihak-pihak yang memiliki kebijakan dalam penanganan dan pemulihan daerah bencana di Aceh Tengah dan Bener Meriah"kata Idrus lagi. Idrus menjelaskan, jika melihat pengalaman-pengalaman masyarakat di dua Kabupaten ini, setiap ada pembangunan ataupun bantuan social yang jumlahnya cukup besar sering kali terjadi konflik. Konflik secara di masyarakat vertical mau-

Pernyataan Pemerintah Aceh bahkan sempat dianggap hanya sekedar lips servive saja, karena tidak adanya kejelasan dan dinilai terlalu lamban. Kesan bahwa ada permainan proyek dalam penanggulangan gempa ini. Hal ini dibantah oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Jarmansyah , S.Pd.,M. A., MM , ia mengatakan anggaran Rp 64 Miliar telah dikucurkan, Namun perlu diketahui bersama kalau yang diberikan ke masyarakat korban bencana itu bukanlah dalam bentuk uang melainkan berbagai kebutuhan sandang dan pangan , pendidikan, kesehatan dan infrasruktur. Dan itu sudah berjalan sejak hari pertama kejadianujarnya. Dikatakannya lebih lanjut, sebagaimana pemaparan Gubernur Aceh saat mengambil keputusan tentang kelanjutan status keadaan transisi darurat menuju ke pemulihan, masing-masing SKPA telah memiliki anggaran untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana dan dari anggaran yang direncanakan itu, sebagian besarnya sudah terlaksana di lapangan "Semua uang yang digunakan untuk bencana Gempa

di Aceh Tengah dan Bener Meriah, pada akhirnya akan diaudit penggunaannya, jadi semua orang tidak perlu ragu atau berpikiran dana tersebut dana tersebut akan disalah gunakan, karena dilapangan ada inspektorat, BPKP yang senantiasa memberikan bimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan" sebut Jarwan. Jarwan menjelaskan alokasi anggaran yang terbesar adalah usulan dari Dinas Sosial Aceh yaitu Rp 21, 6 Miliar yang peruntukan antara lain untuk pengadaan pangan berupa daging lembu untuk meugang sebelum memasuki bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, pengadaan mentega, terigu, syrup, kurma, agar, dan gula pasir. Sementara itu untuk sandang antara lain selimut, baju koko, kain sarung, daster, sajadah, mukena, jilbab, baju kaos, pembalut wanita, pakaian dalam wanita, pakaian dalam pria, jaket anak, sampai pengadaan. Barang tersebut sudah 80 persen masuk ke gudang logistik dan sebagian disalurkan kepada korban" Silahkan cek, ke bagian logistik atau Dinas Sosial yang ada di posko utama untuk mengetahui jumlahnya" kata Jarwan.

Koordinator Jangko Idrus Saputra

dimulainya tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Aceh Tengah nanti. Lima sektor akan dibangun yaitu perumahan, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya, dan lintas sektor," kata Sutopo. Dengan jumlah pengungsi 52.113 jiwa seperti yang disebutkan oleh BNPB yang tersebar di lebih dari 70 titik pengungsian yaitu Kabupaten Bener Meriah yaitu 19.984 jiwa dan di Aceh Tengah 32.129 jiwa, sebenarnya membutuhkan penangan serius, pemerintah tidak boleh main-main dalam penanganan korban bencana ini. Sebenernya, sejumlah warga yang ditemui dilokasi pengungsian saat ini rata-rata masih mengalami trauma dan bingung memikirkan masa depan mereka, meski sebenarnya mereka sendiri ingin segera bangkit. Hal ini tentunya bisa dimengerti karena harta benda termasuk kebun kopi atau kebun tebu yang selama ini menjadi tumpuan penghasilan kini telah hancur, dan perlu waktu lagi untuk membangun atau memulai kembali. Dengan hilangnya mata pencarian korban gempa tentu saja membuat mereka menjadi pengguran, Kalau ditanya harapan maka kami berharap bagaimana secepatnya punya tempat baru dan bekerja kembali ungkap Aman Rima, salah seorang korban gempa. Penanganan dan penanggulangan akibat bencana gempa ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah, jangan sampai penanggulangan bencana ini menjadi sarang korupsi. LSM JangKo sebuah LSM yang kosen terhadap pemberantasan korupsi di Gayo berharap pemerintah Aceh dan BNPB yang nantinya sebagai pihak yang mengatur dan menagani penuh proses pemulihan daerah bencana dalam rehab dan rekon agar

pun, horizontal. Idrus memaparkan jika bercontoh pada pengalaman Gempa Tsunami Aceh 2004 lalu, proses rehab rekon yang dikomandoi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) penuh dengan carut marut dan kesannya di masyarakat, dana rehab rekon Gempa Tsunami Aceh yang lalu dihabiskan untuk sektor-sektor yang tidak penting bagi masyarakat korban. "Kita berhara, kedepan ini proses rehab rekon yang akan dilakukan di Aceh Tengah dan Bener Meriah benar-benar terlaksana sebagaimana mestinya, Kita tidak inggin proses rehab rekon nantinya justru malah mencederai masyarakat korban dan menciptakan peluang pihak-pihak atau oknum tertentu untuk melakukan manipulasi dan korupsi dan penggunaan dana rehap rekon pasca Gempa Bumi di Kabupaten Aceh Tengah dan bener Meriah"jelas Idrus. LSM JangKo menghimbau kepada pihak yang akan menagani proses rehab rekon ini agar sejak awal menciptakan transparasi baik itu data dan juga informasi terhadap segala bentuk proses pembangunan dan juga bantuan-bantuan yang akan di salurkan kepada pihak korban. Terlepas dari semua itu, korban gempa Gayo harus bangkit, warga yang menjadi korban gempa tidak boleh terus terpaku dengan meratapi nasib. Korban gempa tidak boleh terlalu berharap kepada bantuan pihak lain. Musibah ini sendiri memang tidak pernah diinginkan namun sudah sepatutnya kita belajar dan mengambil hikmah darinya untuk lebih baik kembali menata kehidupan yang sempat terkoyak. (Arsadi Laksamana)

www.kabargayo.com

You might also like