Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pertiwi Putri Nurhakim
2101 1006 0001
Humas A 2006
Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan
terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke
dalam kuadran ”terbuka”. Kuadran 4 sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat
dicapai melalui kegiatan, seperti refleksi diri dan mimpi.
Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun
keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, kita pertimbangkan kembali
apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan
menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan yang ekstrim
akan memberikan efek negatif terhadap hubungan. Seperti dikemukakan oleh
Shirley Gilbert, bahwa kepuasan dalam hubungan dan disclosure memiliki
hubungan kurvalinier, yaitu tingkat kepuasan mencapai titik tertinggi pada
tingkat disclosure yang sedang (moderate).
Seperti yang telah diungkapkan bahwa keterbukaan secara ekstrim akan
memberikan efek negatif terhadap hubungan, hal ini bisa jadi disepakati banyak
orang. Karena sering kali dalam suatu pernyataan ada yang disenangi dan tidak
disenangi seseorang. Contohnya saja A bersahabat lama dengan B. Keduanya
sering sekali bertukar pikiran untuk hal apapun dan saling terbuka. Pada posisi
saling terbuka, masih tahap yang wajar, mungkin saja keduanya bisa saling
menerima satu sama lain. Namun, hubungan bisa berubah menjadi kurang baik
jika A mengungkapkan sesuatu yang selama ini dibenci oleh B. Padahal jika A
tidak mengungkapkan hal tersebut, B tidak akan tahu dan hubungan yang baik
akan terus terjalin tapi karena A telah mengungkapkan yang sebenarnya bisa
saja hubungan yang sangat baik menjadi buruk.
Kasus seperti ini seolah menunjukkan bahwa ada sisi manusiawi yang
tidak bisa dipungkiri, yaitu egois. Sebagai individu yang tidak bisa menerima
apa yang tidak diinginkan sehingga segala hal akan dilakukan hanya untuk
menutupi kekecewaan atas ketidaksukaan terhadap hal tersebut.
5. Teori Kinesik
Kinesik adalah studi yang mempelajari gerakan-gerakan anggota tubuh.
Ray Birdwhistell (1952-1970) dikenal sebagai seorang bapak kinesik dan
neologisme yang sejak awal tidak pernah ragu terhadap bidang kajiannya.
Sebagai seorang antropolog, ia sangat tertarik dalam studi bahasa, ia
menggunakan linguistik sebagai satu model untuk karya kinesiknya.
Komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks dan merupakan
suatu gejala yang berhubungan dengan menggunakan banyak saluran.
Kegiatan berkomunikasi telah menggunakan banyak saluran sensoris setiap
manusia sehingga suatu analisis yang lengkap harus dibuat dengan
memperhatikan pengunaan saluran tersebut.
Menurut Birdwhistell bahwa komunikasi non-verbal merupakan suatu
proses yang bersinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang
digunakan secara tetap, yang pasti lebih dari satu saluran tetap digunakan.
Komunikasilah yang membahas proses itu terjadi dan kelanjutannya.
Satu dari sekian banyak kaitan penemuannya yang terpenting antara
aktivitas tubuh dengan bahasa dikemukakannya dalam paradigma analogi
linguistik kinesik sebagai berikut : keaslian studi tentang gerak-gerik tubuh
merupakan indikasinya yang pertama bahwa struktur kinesik itu paralel dengan
struktur bahasa. Melalui studi tentang gerakan tubuh dalam konteksnya maka
semua sistem kinesik menjadi jelas bentuknya yang menakjubkan seperi
adanya kata-kata suatu bahasa. Penemuan ini berubah menjadi suatu
penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh
yang amat kompleks yang akhirnya menjadi lebih jelas, bahwa ada perilaku
tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai bunyi ucapan dalam
bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan
kata-kata. Akibatnya dapat juga menerangkan betapa luasnya suatu struktur
perilaku sebagaimana juga ditunjukkan dalam suatu kalimat dalam paragraf
tertentu. Berikut ini adalah tujuh anggapan dasar yang dikemukakan oleh
Birdwhistell mengenai teori kinesik, antara lain :
- Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau
suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks
penampilan dirinya.
- Seperti juga aspek-aspek lain dari perilaku manusia, maka sebenarnya,
penampilan tubuh, gerakannya, dan pengungkapannya dalam wajah
merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara
sistematis.
- Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh
itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara
lainpun sistimatik gerak tbuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa
diterangkan sebagai suatu fungsi dari sistem sosial yang dimiliki suatu
kelompok tertentu.
- Aktivitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar,
secra sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota
suatu kelompoknya.
- Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai
perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyelidikan fungsi
komunikasinya.
- Suatu pengertian sebenarnya ditaraik dari fungsi-fungsi perilaku seseorang
dan apa yang dilaksanakannya, ini merupakan suatu penyelidikan juga.
- Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap
orang akan memberikan kontribusinya pada unsur-unsur ideosinkratik pada
sistem kinesik yang dimilikinya.
Ada pendapat bahwa kinesik sebenarnya merupakan suatu abstraksi
dari proses penggantian ciri-ciri suatu sistem psikologis pengelompokkan
gerakan-gerakan yang berhubungan nyata dengan proses komunikasi dan
sistem interaksi dari kelompok sosial. Paling tidak ada kira-kira 1000 gerakan
tubuh yang dapat diamati dalam periode penyelidikan dari Birdwhistell sehingga
ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi tertentu dalam
komunikasi.
Beberpa gerakan disebutnya dengan kines. Suatu kine sebenarnya
merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang diwariskanoleh kelompoknya
kepada orang lain dalam satu kelompok yang sama, yang menggambarkan
perilaku berbeda dengan kelompok yang lain. Dengan kata lain, suatu arah
atau maksud gerakan atau posisi seseorang menentukan pula keberadaan
orang itu.
Gerakan dari mata ataupun tangan merupakan contoh dari apa yang
disebut kines. Dan kines akhirnya dapat dibedakan dari suatu kelompok budaya
dengan kelompok budaya yang lainnya. Kines yang dikelompokkan disebut
dengan kinemes yang sekaligus menggambarkan perbedaaan dalam fungsi
komunikasinya. Suatu kombinasi yang rumit dari kinemes melalui gerakkan
tubuh disebut kinemorph.
Kinesik dapat dipergunakan dalam tiga tingkatan, antara lain :
- Prekinesik, merupakan studi psikologis dari aktivitas gerakan tubuh sebagai
bagian dari kenyataan sosialnya. Ini merupakan tanda pendahuluan untuk
menganalisis perilaku komunikasi.
- Mikrokinesik, merupakan studi tentang analisis unit-unit perilaku.
- Kinesik sosial, merupakan studi perilaku dalam konteks dan bangunan
kinesik dalam kenyataan komunikasi.
6. Teori Proksemik
Proksemik adalah studi yang mempelajari posisi tubuh dan jarak tubuh
(ruang antar tubuh sewaktu orang berkomunikasi antarpersona). Adalah
Edward T. Hall sebagai bapak dari studi prosemik yang mengenalkan teori ini.
Hall menegaskan bahwa hanya bahasa yang mempunyai tingkat variasi
tertentu dalm berkomunikasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lain
sehingga bahasa dijadikan media penghubung antar budaya. Namun,
kekhususan dalam proksemik mengacu pada penggunaan jarak dari ruang
dalam berkomunikasi satu terhadap yang lain. Proksemik menurut Hall adalah
bentuk lain untuk menjelaskan hubungan anatara pengamatannya dan teori
tentang bagaimana seseorang menggunakan ruang yang khusus dalam
kebudayaan dankebiasaan untuk berkomunikasi antarpersona.
Sebuah definisi khusus lagi tentang proksemik adalah studi tentang
bagaimana seorang secara tidak sadar terlibat dalam struktur ruang atau jarak
fisik antara manusia sebagai sesuatu keteraturan, tertib pergaulan setiap
harinya. Konsep ini sebenarnya konsep yang dianalogikan dari studi-studi para
arsitek wilayah perkotaan tentang bagaimana pemngamanan suatu kota
sebagai pemukiman. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa konteks ruang
yang digunakan dalam interaksi antarpersona sebagai suatu ciri budaya
tertentu.
Dalam budaya yang berbeda satu dengan yang lain terlihat bahwa
adanya variasi-variasi sensoris yang penting diperhatikan. Ada tiga bentuk
dasar ruang antarpersona yang dikemukakan Hall, antara lain :
- Fixed feature space adalah suatu struktur yang tidak dapat digerakkan
tanpa persetujuan kita. Misalnya dinding maupun ruangan sekitar kita.
- Semi fixed feature space adalah struktur ruang yang sebagiannya bisa
digerakkan atas kehendak kita, jangkauan kita misalnya alat-alat rumah
tangga dalam ruang bisa dipindahkan untuk menghasilkan ruang yang lebih
bebas.
- Informal space adalah ruang atau wilayah di sekitar badan kita dengan
orang yang lain.
Hall mengemukakan bahwa pada saat seseorang terlibat dalam
komunikasi antarpersona dengan orang lain maka bisa terjadi delapan
kemungkinan kategori utama dari analisis proksemik, antara lain :
- Posture-sex factors, yaitu jarak antar pasangan waktu berhubungan sex
dengan memperhatikan posisi dasar misalnya berdiri, duduk, dan
menungging.
- Sociofugal-sociopetal axis, yang dimaksud dengan sociofugal axis
adalah adanya hambatan ruang antarpersona dalam berinteraksi,
sebaliknya sociopetal axis artinya tidak ada hambatan.
- Kinesthetic factors, yaitu perilaku proksemik dengan kebiasaan
menyentuh tubuh sehingga menunjukkan tingkat keakraban antar
partisipan.
- Perilaku meraba dan menyentuh, seseorang mungkin dilibatkan dalam
setiap cara meraba-raba, menyentuh, memegang, mengusap,
menyinggung, mengecapi makanan dan minuman, memperpanjang
pegangan, mambuat tekanan-tekanan pada pegangan, sentuhan
mendadak, ataupun kebetulan menyentuh.
- Visual code, kebiasaan kontak mata dengan jangkauan langsung (saling
memandang) dan tidak ada kontak sama sekali.
- Thermal code, mengamati kehangatan dari komunikator terhadap
lainnya.
- Olfactory code, faktor ini termasuk jenis dan tingkat kehangatan yang
terlibat waktu orang bercakap-cakap.
- Voice loudness, kekuatan suara waktu berbicara dihubungkan secara
langsung dengan ruang antarpersona.
7. Teori Paralinguistik
Paralinguistik adalah studi tentang penggunaan suara dan vokalisasi
(misalnya membesarkan dan mengecilkan suara). Adalah Trager yang
memperkenalkan mengenai teori paralinguistik.
Paralinguistik merupakan batas antara interaksi verbal dengan non-
verbal. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk, yaitu :
- Kualitas suara, termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya suatu letupan
suara, kualitas dari tekanan (keras, lembut, serius, santai) dan irama
tertentu.
- Ciri-ciri vokal, termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, menangis,
berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.
- Pembatasan vokal, misalnya ragam yang terlihat dalam setiap kata dan
frase.
- Pemisahan vokal, termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang
mempunyai kontribusi tahap pembicaraan.
8. Teori-teori Fungsional
Ekman dan Friesen merupakan dua ahli yang meneliti kasus-kasus
non-verbal communication dan akhirnya membuahkan pandangan mereka
tentang model tanda-tanda non-verbal. Mereka memusatkan pekerjaannya
pada perilaku kinesik, yaitu terutama wajah, tangan, yang menunjukkan
beberapa variasi fungsi dari aktivitas tubuh dengan kebiasaan berkomunikasi.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memahami perilaku kinesik yang dapat
dimengerti. Berikut ini tiga kerangka perspektif mengenai komunikasi non-
verbal, yaitu :
- Asal mula aktivitas non-verbal, yaitu dilihat dari tindakan seseorang yang
dapat dijelaskan melalui gerakan sistem-sistem syaraf (psikologi), atau
kontak-kontak khusus (sosiologi), keragaman hubungan anatar kelompok
budaya maupun antarpersona.
- Perlambang, suatu aktivitas non-verbal dapat diamati dari keterkaitan anatar
suatu tindakan pemaknaannya. Ada tiga jenis lambang, antara lain :
a. Arbitrary adalah suatu perilaku non-verbal yang disampaika dengan
sekehendak hati.
b. Iconic adalah isyarat non-verbal yang menyerupai kenyataan yang
diwakili suatu pesan.
c. Intrinstic merupakan jenis perlambang yang berisi pegertian dalam tanda
itu sendiri sehingga tanda merupakan bagian daripada pengertian yang
diwakilinya.
- Pemaknaan sebagai fungsi perlambang, ada beberpa jenis perilaku non-
verbal yang terdiri atas : emblem, illustrator, adaptor, regulator, dan affect
display.
Sumber :
Teori Komunikasi; karangan S. Djuarsa Sendjadja.
Komunikasi Antarpribadi; karangan Alo Liliweri.
Jurnal Komunikasi dan Informasi
Psikologi Komunikasi; karangan Jalaluddin Rakhmat.
Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi; karangan Onong Uchjana Effendy