You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

Menurut definisi Waskman, antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Definisi ini harus diperluas, karena zat yang bersifat antibiotik ini dapat pula dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi. Macam-macam antibiotik yaitu: antibiotik -laktam, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (kelompok eritromisin), linkomisin, aminoglikosida, polipeptida dan fosfomisin. Indikasi dari penggunaan antibiotik dalam prosedur tindakan medis antara lain : 1. Pembengkakan infeksi yang cepat dan progresif 2. Pembengkakan infeksi yang difuse 3. Pericoronitis yang parah 4. Gangguan pertahanan tubuh 5. Osteomyelitis

BAB II PEMBAHASAN

Antibiotik -laktam adalah antibiotik yang paling awal ditemukan dan dikembangkan. Yang termasuk antibiotik -laktam, antara lain: penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor enzim -laktamase. Senyawa yang berbeda-beda ini sama-sama memiliki cincin -laktam. Spektrum kerja antibiotik -laktam yang mencakup mikroba Gram negatif dan Gram positif, bervariasi bergantung pada masing-masing senyawa. Ada antibiotik -laktam yang berspektrum luas terhadap mikroba Gram positif dan Gram negatif, ada pula yang hanya bekerja terhadap Gram negatif atau Gram positif saja dan beberapa hanya baik digunakan untuk mikroba tertentu. Karakteristik Dasar Golongan -laktam termasuk obat-obat bakterisidal (membunuh mikroorganisme). Golongan ini menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan mengganggu sintesis peptidoglikan. Enzim-enzim pada bakteri yang dipengaruhi oleh -laktam disebut penicillinbinding proteins (PBPs). Terdapat bermacam-macam PBPs yang dibedakan menurut fungsi, kuantitas dan afinitas terhadap -laktam. Pada prinsipnya, sebagian besar efek -laktam melawan perkembangan bakteri yang membangun dinding sel mereka secara intensif. Di sisi lain, -laktam tidak begitu efektif melawan mikroba yang dinding selnya tidak memiliki peptidoglikan (Chlamydia, mycoplasmata, rickettsiae, mycobacteria). Farmakodinamik Golongan -laktam termasuk dalam kelompok antibiotik time-dependent (bergantung pada waktu), dimana antibiotik ini membunuh lebih baik saat konsentrasi konstan berada di atas konsentrasi hambat minimum (KHM). Laju dan tingkat penghambatan relatif konstan saat konsentrasinya sekitar empat kali KHM dari mikroorganisme, sehingga tujuan terapi adalah untuk mempertahankan keadaan ini selama mungkin pada tempat infeksi saat interval dosis. Puncak konsentrasi pada obat-obat golongan -laktam tidak terlalu penting. Pada infeksi sedang, konsentrasi yang cukup untuk mengobati infeksi yaitu bila melampaui 4050
2

% KHM pada interval pemberian. Durasi optimum dimana konsentrasi antibiotik tetap berada di atas KHM belum diketahui. Maka dari itu, penggunaan antibiotik -laktam dengan dosis normal atau lebih tinggi tetapi belum bertahan dalam waktu yang cukup lama, tidak akan menghasilkan efek terapi yang diinginkan. Pada umumnya dosis obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat dalam plasma, dan konsentrasi dalam plasma berbanding lurus juga dengan efek yang dihasilkan. Sedangkan untuk obat golongan -laktam hal ini tidak berlaku, karena walaupun dosis obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat dalam plasma, tetapi efek yang dihasilkan obat golongan -laktam tidak berbanding lurus dengan konsentasi di dalam plasma. Hal ini dikarenakan obat-obat golongan -laktam baru akan menghasilkan efek yang diinginkan ketika kita menggunakan obat tersebut dengan dosis normal (tertentu) dengan waktu (durasi) penggunaan yang cukup lama (tertentu). Farmakokinetik Sebagian besar golongan -laktam tidak tahan terhadap asam dan terurai oleh asam lambung. Absorbsi -laktam pada saluran pencernaan terbatas. Sebagian besar sediaan laktam adalah sediaan parenteral. Esterifikasi dari obat asli terkadang diperlukan untuk memfasilitasi absorbsi. -laktam yang teresterifikasi sebaiknya diberikan bersama makanan. Golongan -laktam sebagian besar tersebar di ekstraselular. Penetrasi -laktam pada membran biologis dan penetrasi intraselulernya terbatas, terkadang hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian dosis yang lebih tinggi. Sebagian besar golongan -laktam dieksresikan lewat ginjal, kecuali oxacillin, cefoperazon, ceftriaxon. Waktu paruh golongan -laktam lebih singkat yaitu berkisar antara 22,5 jam. Ceftriaxon memiliki waktu paruh yang lebih panjang yaitu sekitar 8 jam dalam sekali pemberian. KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni antibiotika
3

yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja antibiotika tersebut pada kuman, yakni : 1. Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain. 2. Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin. 3. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida. 4. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim. Secara garis besar, jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika yang ada paling tidak akan mencakup jenis-jenis berikut ini : Golongan penisilin. Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam aminopenisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:

Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan
4

derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.

Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin, dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.

Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim penisilinase.

Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kumankuman Pseudomonas aeruginosa.

Golongan sefalosporin. Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotika sangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni: 1. Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif. 2. Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.

3. Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadang peudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan moksalatam. Golongan amfenikol Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae. Golongan tetrasiklin Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin. Golongan aminoglikosida Golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik. Golongan makrolida Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai
6

oksitetrasiklin,

doksisiklin,

minosiklin,

metasiklin

dan

alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dan trioleandomisin. Golongan linkosamid. Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagai alternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya, pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal. Golongan polipeptida. Antibiotika golongan ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri dari rangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupun kuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentuk neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksi pseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain. Golongan antimikobakterium Golongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain. Golongan sulfonamida dan trimetropim Kepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi beberapa mungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi saluran kencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman

bronkitis, prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif. Golongan kuinolon Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain. Golongan lain-lain Masih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan di atas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenai pemakaian dan sifat masingmasing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif untuk Gram positif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokus yang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotika lain tidak lagi efektif.

KUMAN DAN RELASINYA DENGAN ANTIBIOTIKA Kuman-kuman penyebab infeksi secara umum dapat dikategorikan secara besar sebagai berikut: Kuman Gram positif Kuman Gram positif dibedakan menjadi dua kelompok, yakni kuman aerob dan kuman anaerob. Kuman Gram positif aerob: meliputi kuman-kuman koken (streptokokus, stafilokokus), basilus (saprofit), spiral (treponema dan leptospira), batang (korinebakteria) dan lain-lain. Jadi secara sederhana kuman-kuman yang sering dihadapi dalam praktek dari golongan ini misalnya kuman stafilokokus, streptokokus. Untuk kuman-kuman Gram positif aerob ini, antibiotika pilihan utama adalah penisilin spektrum sempit (asalkan tidak ada resistensi
8

karena produksi enzim penilisinase). Penisilin spektrum luas, eritromisin, sefalosporin, mempunyai aktifitas antikuman terhadap golongan Gram positif aerob, tetapi tidak sekuat penisilin spektrum sempit di atas. Contoh yang gampang adalah infeksi saluran nafas oleh streptokokus maupun infeksi-infeksi piogenik dengan pernanahan. Kuman Gram positif anaerob: yang paling penting di sini kemungkinan adalah kuman-kuman batang positif, yakni klostridia, misalnya C. tetani, C. botulinum, C. gas gangren dan lainlain. Untuk kuman-kuman ini penisilin dengan spektrum sempit tetap merupakan obat pilihan utama, juga metronidazol. Kuman Gram negatif Kuman gram negatif juga terbagi menjadi kuman yang bersifat aerob dan anaerob. Gram negatif aerob: termasuk koken (N. gonorrhoeae, N. meningitidis atau pnemokokus), kuman-kuman enterik (E. coli, klebsiela dan enterobakter), salmonela, sigela, vibrio, pseudomonas, hemofilus dan lain-lain. Untuk kuman-kuman kelompok ini, pilihan antibiotik dapat berupa penisilin spektrum luas, tetrasiklin, kloramfenikol, sefalosporin dan lain-lain. Sebagai contoh, antibiotik pilihan untuk kuman vibrio adalah tetrasiklin, untuk salmonela adalah kloramfenikol, untuk hemofilus adalah kloramfenikol. Gram negatif anaerob: yang termasuk di sini yang penting adalah golongan bakteroides dan fusobakterium. Linkomisin dan klindamisin, beberapa sefalosporin, metronidazol, kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat. Pembagian kuman penyebab infeksi ini sangat disederhanakan, oleh karena spektrum kuman penyebab infeksi pada masing-masing organ tubuh atau lokasi tubuh masih sangat bervariasi. Sehingga dalam prakteknya jenis infeksi, kuman spesifik penyebabnya harus dicari dan dipertimbangkan termasuk spektrum kepekaan kuman pada umumnya yang menentukan antibiotika pilihan untuk infeksi yang bersangkutan. PEMILIHAN ANTIBIOTIKA Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih antibiotika sebagai solusi untuk menangani infeksi, antara lain : Identifikasi organisme penyebab infeksi
9

Untuk mengidentifikasi patogen dapat dilakukan di laboratorium, di mana organisme dapat diisolasi dari pus, darah, atau jaringan, dan dapat pula secara empirik berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis dan kenampakan klinis dari suatu infeksi yang spesifik. Beberapa faktor bergantung pada jenis bakteri yang menginfeksi (aerob atau pun anaerob) dan identifikasi spesifiknya sangat penting. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob lebih sedikit presentasenya yaitu kurang lebih 5%. Adapun infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob kurang lebih 25%, dan 70% dari infeksi odontogenik yang terjadi disebabkan oleh gabungan bakteri aerob dan anaerob. Bakteri aerob pada infeksi odontogenik umumnya merupakan kokus gram positif, yang sebagian besar merupakan jenis streptococcus. Jenis bakteri tersebut rentan terhadap penicillin dan antibiotik lainnya yang memiliki spektrum yang sama. Terdapat dua kelompok besar bakteri anaerob yaitu bakteri anaerob gram positif kokus dan bakteri anaerob gram negatif basil. Bakteri anaerob gram positif kokus ditemukan pada hampir sepertiga kejadian infeksi odontogenik. Kerentanannya terhadap antibiotik sama dengan bakteri streptokokus aerob; oleh karena itu, bakteri jenis ini sensitif terhadap penicillin dan antibiotik lainnya dengan spektrum seperti penicillin. Penentuan sensitivitas antibiotik Sebagian besar infeksi odontogenik disebabkan oleh mikroorganisme seperti streptococci yang tidak memiliki banyak variasi pada pola sensitivitas terhadap antibiotik. Streptococcus viridans yang telah terekspos antibiotik -lactam dapat menjadi resisten dalam waktu singkat (2 hingga 4 hari). Resistensi Streptococcus viridans dapat menyebabkan infeksi serius pada beberapa pasien. Beberapa perbedaan kerentanan terhadap antibiotik merupakan hal yang penting. Penicillin tepat digunakan untuk menangani infeksi Streptococcus dan cukup baik untuk menangani infeksi odontogenik yang diakibatkan oleh sebagian besar bakteri anaerob.
10

Erythromycin efektif melawan Streptococcus, Peptostreptococcus, dan Prevotella tetapi tidak efektif melawan Fusobacterium. Clindamycin baik untuk Streptococcus dan untuk lima kelompok besar bakteri anaerob. Cephalexyn hanya bersifat moderat terhadap Streptococcus (kurang lebih 10% turunannya resisten, 70% sensitif menengah, dan 20% sensitif) dan cukup baik untuk melawan lima kelompok bakteri anaerob. Metronidazole tidak memiliki efektivitas melawan Streptococcus tetapi sangat efektif untuk menangani lima kelompok bakteri anaerob tersebut. Penggunaan antibiotik spesifik, berspektrum sempit Saat mempertimbangkan penggunaan antibiotik, terdapat berbagai pilihan obat. Pemilihannya harus berdasarkan beberapa faktor. Yang pertama, antibiotik dengan spektrum tersempit harus dipilih. Sebagai contoh, Streptococcus sensitif terhadap penicillin, cephalosporin, dan tetracycline, maka penicillin yang dipilih karena memiliki spektrum paling sempit. Penggunaan antibiotik spektrum sempit dapat meminimalkan resiko superinfeksi. Ketika sejumlah besar flora normal pada host tereliminasi, terjadi pertumbuhan organisme resisten yang tidak terkendali, dan hal ini dapat menyebabkan infeksi klinis pada beberapa pasien, bervariasi dari moniliasis hingga pneumonia gram negatif. Penggunaan antibiotik spektrum sempit memungkinkan proporsi besar flora normal host dapat dijaga, yang akan meminimalkan superinfeksi. Penggunaan antibiotik dengan toksik minimal Salah satu prinsip dalam pemilihan antibiotika yaitu pemilihan obat-obatan yang memiliki toksik paling rendah di antara semua jenis obat yang efektif. Antibiotika digunakan untuk membunuh sel bakteri hidup, tetapi beberapa antibiotika juga mampu mematikan atau merusak sel-sel manusia, yang menyebabkannya bersifat sangat toksik. Sebagai contoh, bakteri yang menyebabkan infeski odontogenik biasanya sensitif terhadap penisilin dan
11

kloramfenikol. Faktanya, kloramfenikol lebih efektif 2% hingga 3% dalam menangani infeksi ini. Meski demikian, kloramfenikol merupakan obat yang toksik dengan potensi dapat menyebabkan penurunan jumlah sumsum tulang yang parah. Walaupun kemungkinan keberhasilan perawatan dengan kloramfenikol lebih besar, penisilin dipilih karena toksisitasnya yang lebih rendah. Riwayat obat-obatan pasien Pengetahuan tentang riwayat reaksi pasien terhadap obat-obatan merupakan hal yang penting. Dua hal yang harus diperhatikan yaitu riwayat reaksi alergi dan reaksi toksik. Penggunaan obat-obatan bakterisida lebih baik daripada bakteriostatik Antibiotika digunakan untuk membantu mengatasi infeksi dan penyembuhan dari proses infeksi merupakan hasil dari mekanisme pertahanan host. Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri, biasnya dengan cara menghalangi sintesis protein. Karena pertumbuhan menjadi lambat, pertahanan tubuh host dapat menghancurkan populasi yang statis dan menyembuhkan infeksi tersebut. Jika sistem pertahanan host tidak dapat bekerja dengan baik, maka penggunaan antibiotika bakterisida menjadi hal yang penting. Dua mekanisme utama dari antibiotik bakterisida yaitu menginterferensi sintesis dinding sel dan sintesis asam nukleat. Penggunaan antibiotika yang telah diketahui efektivitasnya Evaluasi terbaik bagi efisiensi suatu obat pada situasi tertentu adalah observasi kritis terhadap efektivitas klinisnya selama periode perpanjangan. Observasi ini membantu dalam penentuan frekuensi keberhasilan dan kegagalan perawatan, frekuensi efek merugikan, dan frekuensi terjadinya efek samping. Segi ekonomis antibiotika Sulit untuk memasukkan pertimbangan mengenai harga sebagai salah satu faktor penentu. Pada beberapa situasi, sering kali antibiotika yang harganya lebih mahal merupakan
12

pilihan obat yang tepat. Sebagai pertimbangan tambahan, harga dari metode administrasi antibiotika juga harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, sebagaian besar antibiotika parenteral yang diberikan di rumah sakit diaplikasikan secara intravena. Antibiotika tersebut dikemas per set dan harus diberikan setiap empat jam sekali. Maka harganya akan semakin mahal jika dijumlahkan dengan harga dari antibiotika itu sendiri. Oleh karena itu, penggunaan antibiotika dengan waktu paruh yang panjang dan harga yang mahal dapat menjadi lebih murah jika dibandingkan saat semua biaya dikalkulasikan.

ADMINISTRASI ANTIBIOTIK Jika pasien telah didiagnosa mengalami infeksi dan jenis antibiotika sebagai terapinya telah ditentukan, maka antibiotika tersebut harus diadministrasikan dengan tepat. Administrasi antibiotika mencakup penentuan dosis, rute administrasi, dan kombinasi terapi. Tabel 4. Farmakologi antibiotika yang umum digunakan
Obat Penicillin G Penicillin V Oxacillin Dicloxacillin Ampicillin Rute penggunaan IM/IV PO IM/IV PO PO,IM Dosis dewasa 600.0001.200.000 U q 4h 500 mg q l d 500-1000 mg q46h 250-500 mg q6h Gambaran khusus (hr) 0,5 3,0 0,5 0,5 0,7 Level serum (g) dan dosis 7,0 2,0 (250 mg PO) 11,0 (500 mg PO) 14,0 (500 mg PO) 2,4 (250 mg PO) Efek samping utama Alergi Alergi Alergi Alergi Alergi

Amoxicillin Cefazoline Cefalexine Cefoxitin Cefaclor Obat Erythromycin

PO IM,IV PO IM/IV

Resistensi penicillin Resistensi penicillin 250-500 mg q6h Penggunaan yang berlawanan proteus (indole negatif) 250-500 mg q68h 250-1000 mg q8h Farmakokinetik baik 500-1000 mg q6h Sefalosforin oral 500-2000 mg q6h

1,0 4,7 (250 mg PO) 1,8 0,7 38 (500 mg IM) 8 (250 mg PO) 24 (1000 mg IM) 18(500mgPO) Level serum (g) dan dosis 1,0

Alergi Alergi Alergi Alergi Alergi Efek samping utama GI

Penggunaan 0,7 untuk anaerob PO 250-1000 mg q6h Sefalosforin oral 0,7 Rute Dosis dewasa Gambaran (hr) penggunaan khusus PO/IV 500 mg q6h Infeksi positif 5

13

Clindamycin Metronidazol Vancomycin

PO.IM/ IV PO IV (PO)

3 GI (250 mg PO) Doxycycline PO,IV 100 mg q12h x2, 18,5 2,4 GI 50 mg bid (100 mg PO) Chloramphenicol PO,IV 250-750 mg q6h 2,5 4 Anemia aplastik PO (500 mg PO) Trimethoprim PO 400 mg SMX Spektrum luas 1,0 TMP 2 Alergi Sulfamethoxazol 1 tab bid Bakterisidal SMX 60 e Antibiotik oral (1 tab) Ciprofloxacin PO 250 mg q12h Spektrum luas 3,3 1,5 Infeksi sekunder Bakterisidal (250 mg PO) Sumber : Oral and maxillofacial infections. 4, R.G, Goldberg M.H, Hupp J.R . 4th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company;p.114.

Tetracycline

PO,IV

gram+ ringan Antibiotika anaerob 1000mg ,250-500 Antibiotika mg tid anaerob 500 mg q6h Infeksi gram + yang berat (PO untuk Clostridium difficile) 500 mg q6h 150-450 mg q6h

4 8 6

250 mg PO) 2,5 (150 mg PO) 11,5 (500 mg PO) 30 (500 mg IV)

Diare (20%) Nausea Plebitis

Dosis yang tepat. Tujuan dari semua terapi obat-obatan yaitu bagaimana mengaplikasikan obat untuk menghasilkan efek yang diinginkan tanpa menyebabkan cedera bagi host. Prosedur laboratorium sangat membantu seorang dokter dalam menghitung dosis obat yang tepat. Dari laboratorium dapat diperoleh informasi yang tepat mengenai penentuan konsentrasi penghambat minimum (minimum inhibitory concentration = MIC) dari suatu antibiotika untuk bakteri spesifik. Antibiotika yang telah umum digunakan MIC-nya telah ditentukan. Untuk penggunaan terapeutik, konsentrasi tertinggi antibiotika pada titik infeksi seharusnya tiga hingga empat kali MIC. Interval waktu yang tepat. Setiap antibiotika memiliki waktu paruh plasma tertentu (t1/2), di mana setengah dari dosis obat yang diabsorbsi telah diekskresikan. Interval dosis yang umum untuk penggunaan terapeutik yaitu empat kali dari t1/2. Rute administrasi yang tepat. Pada kasus tertentu, hanya administrasi parenteral yang dapat menghasilkan level serum yang adekuat bagi antibiotika. Telah terbukti bahwa
14

konsentrasi plasma tertinggi antibiotika lebih cepat diperoleh melalui administrasi intravena (IV) dibandingkan dengan injeksi intramuscular (IM). Administrasi antibiotika melalui intravena merupakan metode yang optimal untuk mencapai level yang adekuat dalam jaringan selama prosedur pembedahan.

Konsistensi obat dalam rute administrasi. Jika menangani infeksi yang parah, maka administrasi parenteral merupakan metode yang paling tepat digunakan. Hal yang cukup penting agar menjaga level plasma tertinggi antibiotika selama periode tertentu untuk mencapai penetrasi jaringan maksimum dan efek menghancurkan bakteri yang efektif. Bakteri biasanya belum musnah seluruhnya hingga antibiotika diberikan selama 5 hingga 6 hari. Jika infeksi yang terjadi cukup ringan dan tidak membutuhkan terapi parenteral, maka pencapaian level plasma teringgi melalui terapi oral dapat dianggap cukup. Kombinasi terapi antibiotika. Hasil yang umum dari terapi kombinasi antibiotika yaitu paparan spektrum yang luas yang dapat menekan flora normal host dan meningkatkan kemungkinan timbulnya resistensi bakteri. Meski demikian, terdapat beberapa situasi di mana penggunaan kombinasi antibiotika diindikasikan. Situasi yang utama yaitu ketika spektrum antibiotika perlu ditingkatkan pada pasien dengan sepsis akibat penyebab yang tidak diketahui. Situasi yang kedua yaitu jika diperlukan peningkatan efek bakterisida untuk melawan organisme spesifik. Tabel 5. Antibiotika untuk infeksi oral dan fasial Antibiotik Penicillin Amoxicillin Augmentin Cefaclor Cefuroxime Dengan makanan Ya Ya Ya Ya Ya Dosis dewasa 250/500 mg qid 250/600 mg tid 875mg bid/ 500 tid 250 mg tid 250-500 mg bid Dosis untuk anak 25-50 mg/kg/hr Dibagi 3 dosis 25-5- mg/kg/hr Dibagi 3 dosis 90 mg/kg/hr Dibagi 2 dosis 20-40 mg/kg/hr Dibagi 3 dosis 20-30 mg/kg/hr Gram+ aerob Ya Ya Ya Ya Ya Gram+ anaerob Ya Ya Ya Tidak Ya Gramanaerob ya/tidak Ya/tidak ya Ya/tidak ya
15

Erythromycin stearate Azithromycin

Clindamycin Metronidazole Doxycyline

Antibiotik Minocycline

Vancomycin Clarythomycin Cefalexin


p. 273.

Dibagi 2 dosis 20-4- mg/kg/hr Ya Dibagi 2 dosis Ya 500 mg diikuti 10 mg/kg/hr diikuti 5 Ya 250 mg pada hari mg/kg/hr pada hari ke 2-5 ke 2-5 Ya 150-450 mg q 6h 10-30 mg/kg/hr Ya Dibagi 3-4 dosis Ya 250-500 mg tid 34-50 mg/kg/hr Tidak Ya 200 mg dibagi 2 > 8 th, 4 mg/kg/hr Tidak dosis pada hari dibagi 2 dosis pertama kemudian diberikan per oral 100 mg/hr pada hari pertama kemudian 2mg/kg/hr Dengan Dosis dewasa Dosis untuk anak Gram+ makanan aerob Tidak 200 mg diikuti > 8th, 4 mg/kg/hr per Tidak 100 mg q 12 h oral/ IV kemudian 2 mg/kg/hr q 12 h Ya 125 mg q 6h 40mg/kg/hr dibagi 4 Ya dosis Ya 250-500 mg q 8- 7,5 mg/kg/ 12 jam Ya 12 hr Ya 250-500 mg qid Ya Tidak 400 mg qid

Tidak Ya/tidak

tidak Tidak

Ya Ya Ya

Ya Ya Ya

Gram+ anaerob Ya

Gramanaerob Ya

Ya Ya/tidak tidak

Ya Ya/tidak tidak

Sumber : Infections and antibiotic administration.Thales RT, In: Koerner KR. Manual of minor oral surgery. .

Indikasi dari penggunaan antibiotik dalam prosedur tindakan medis antara lain : 1. Pembengkakan infeksi yang cepat dan progresif 2. Pembengkakan infeksi yang difuse 3. Pericoronitis yang parah 4. Gangguan pertahanan tubuh 5. Osteomyelitis
16

Kontraindikasi penggunaan antibiotik : a. abses kronik yang terlokalisasi b. abses vestibular minor c. soket kering d. pericoronitis ringan.

MENGKOMBINASI ANTIBIOTIKA Tujuan pemakaian kombinasi antibiotika mencakup hal-hal sebagai berikut :

Memperluas spektrum anti kuman pada pasien dengan kondisi kritis atau infeksi berat, tetapi jenis infeksinya belum dapat dipastikan. Misalnya pada septikemia sering diberikan kombinasi antibiotika antistafilokokus (misalnya nafsilin) dan antibiotika terhadap basil Gram negatif aerob (misalnya gentamisin).

Untuk mengatasi adanya kuman yang resisten. Misalnya kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat atau sulbaktam untuk mengatasi resistensi karena produksi enzim penisilinase.

Pemakaian kombinasi antibiotika juga mengandung risiko misalnya adanya akumulasi toksisitas yang serupa, misalnya nefrotoksisitas aminoglikosida dan nefrotoksisitas dari beberapa jenis sefalosporin. Kemungkinan juga dapat terjadi antagonisme, kalau prinsipprinsip kombinasi di atas tidak ditaati, misalnya kombinasi penisilin dan tetrasiklin. Walaupun pemakaian beberapa kombinasi dapat diterima secara ilmiah, tetap diragukan perlunya kombinasi tetap oleh karena kemungkinan negatif yang dapat terjadi. Sebagai contoh kombinasi tetap penisilin dan streptomisin justru akan meyebabkan inaktivasi dari masing-masing antibiotika oleh karena terjadinya kerusakan secara kimiawi. BAB III KESIMPULAN

17

Indikasi dari penggunaan antibiotik dalam prosedur tindakan medis antara lain : 1. Pembengkakan infeksi yang cepat dan progresif 2. Pembengkakan infeksi yang difuse 3. Pericoronitis yang parah 4. Gangguan pertahanan tubuh 5. Osteomyelitis Klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni antibiotika yang bersifat primer bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer bakterisid. Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Pembagian lain juga sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja antibiotika tersebut pada kuman, yakni : 1. Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini adalah basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain. 2. Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel. Yang termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin. 3. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol, eritromisin (makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida. 4. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam nalidiksat, novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim. Pengobatan Penicillin pilihan pada infeksi adalah penisilin.

i a l a h bakterisidal, berspektrum sempit, meliputi streptococci

dan oral anaerob,y a n g m a n a b e r t a n g g u n g j a w a b k i r a - k i r a u n t u k 9 0 % i n f e k s i o d o n t o g e n i c , memiliki toksisitas yang rendah, dan tidak mahal. Untuk pasien
18

yang

alergi

penisilin,

bisa

digunakan

clarytromycin

dan

clindamycin.

Cephalosporin dan cefadroxil sangat berguna untuk infeksi yang l e b i h l u a s .

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

19

1. Antibiotika Kedokteran Gigi, TerasKampus. 2. www.scribd.com/pengobataninfeksiodontogenik 3. Journal of Severe odontogenic infections: Epidemiological,

microbiological and therapeutic factors

20

You might also like