You are on page 1of 9

Tanaman Obat (Suprapto Maat)

TANAMAN OBAT UNTUK PENGOBATAN KANKER (Bagian 4, terakhir)


Suprapto Ma'at Laboratorium/Instalasi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya.Abstract In the developing and develop countries, cancer treatment using medicinal herbs has been carried out using both modern and traditional method. In Indonesia the plant resources supporting the development of medicinal herbs as medication, especially in cancer treatment. There are several causal factors of the outcome of cancer, so that the treatments are multifarious. Medicinal herbs with their ingredients have opportunity to play more important role in supporting the cancer treatment whether as cytostatics, immune therapy, or palliative therapy with low side effects. Although Indonesia has abundant flora resources, but the development of medicinal herbs, especially for cancer treatment is not as good as the expectation. Factors such as professional human resources in cancer treatment research, clinicians who dont really trust medicinal herbs as cancer treatment, and also the traditional healers who always kept their experiences in cancer treatment as a secret, inhibit the research of medicinal herbs. Medicinal herbs from Indonesia which have been predicted having anticancer effect, among others are from Cruciferae family, Solanum nigrum L., Catharanthus roseus (Vinca rosea), Aloe vera L., Allium sativum L., Curcuma longa L., Nigella sativa L., Morinda citrifolia L., Phyllanthus niruri L., Kaempferia rotunda, Manihot esculenta Crantz, Tinospora cordifolia, Ocimum sanctum, Melia azadirachta L., Centella asiatica (L.) Urban, Euphorbia pulcherrima, Physalis angulata L., Alstonia sp, some parasites, Andrographis paniculata Ness., Gynura procumbens (Lour.) Merr., Curcuma zedoaria. They have property as cytostatics, immunomodulator, antiinflammation, hepatoprotector, and analgesics. It has been predicted that there are several more medicinal herbs in Indonesia having properties previously said, or even better. In order to get standard formulation of medicinal herbs for cancer treatment, a long and hard work is needed involving all aspects of science, especially pharmacy and medicine. Hopefully this article could be a trigger in developing medicinal herbs as drug in cancer treatment. Keywords: anticancer, medicinal herbs

16. Euphorbia pulcherrima Nama daerah adalah Racunan dan bahan yang digunakan adalah daun. Sebagai antitumor Pengujian anti-tumor dilakukan di Institute for Biochemistry, University of Oslo, Norway terhadap dua macam triterpenoid yang diisolasi dari E. pulcherrima diantaranya 9,19-cycloart-23-ena-diol dan 9,19-cycloart-25-ena--diol. Kedua triterpena tersebut memiliki efek inaktivasi terhadap sel tumor ascites Ehrlich dengan IC50 VHEHVDU 0GDQ,&90VHEHVDU 0EDJLcycloart-25-ena- -diol, sedangkan triterpena yang lain aktivitasnya dibawah 50% (1). 17. Physalis angulata L Nama daerah adalah ciplukan dan bahan yang digunakan adalah seluruh bagian tanaman (herba).

Sebagai antitumor Penelitian anti-tumor dilakukan di School of Pharmacy, College of medicine, National Taiwan University, Taipei, ROC. Ekstrak etanol dari herba P. angulata mengandung fisalin F dan fisalin D. Pengujian sitotoksisitas in vitro dilakukan terhadap 8 macam cell line kanker; 5 macam cell line berasal dari manusia: HA22T (hepatoma), HeLa (cervix uteri), KB (nasopharinx), Colo-205 (colon) dan Calu-1 (paru); 3 macam cell line hewan: H1477 (melanoma), Hep-2 (laryngeal) dan 8401 (glioma) dengan pengamatan hasil menggunakan metode MTT dan DEA. Dari hasil pengujian ternyata fisalin F berkhasiat sebagai anti-hepatoma terbesar, sedangkan berikutnya adalah khasiat sebagai anti-HeLa. Fisalin F juga mempunyai efek anti-tumor in vivo terhadap mencit penderita leukemia dengan P388 lymphocytic leukemia, sedangkan fisalin D tidak terlalu aktif baik secara in vivo maupun in vitro (2).

244

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005

18. Alstonia species. Nama daerah adalah pule dan bahan yang digunakan adalah kulit batang atau daun. Sebagai antitumor Tanaman dari genus Alstonia yang diteliti sebagai anti-tumor adalah A. macrophylla, A. glaucescens dan A. scholaris. Pengujian dilakukan di Department of Pharmacy, King's College London, UK, terhadap 2 macam cell line kanker paru manusia MOR-P (adenocarcinoma) dan COR-L23 (large cell carcinoma). Ternyata efek sitotoksik terhadap kedua cell line tersebut terdapat pada A. macrophylla. Bahan berkhasiat dari A. macrophylla berupa alkaloid indola yang terdiri dari talkarpina, vilalstonina, pleiokarpamina dan makralstonina. Diantara keempat alkaloid tersebut ternyata yang paling aktif adalah vilalstonina dengan IC50 sebesar 5 muM, sedangkan alkaloid yang lain kurang aktif (3). 19. Tumbuhan parasit Diantara tumbuhan parasit yang banyak digunakan sebagai pengobatan kanker adalah Mistletoe (Viscum album). Tumbuhan ini berupa tumbuhan semi-parasit yang tumbuh terutama pada pohon apel atau tumbuhan lainnya di daratan Eropa terutama di Jerman. Orang-orang Celtic (Wales, Skotlandia dan Irlandia) dan orang Jerman kuno menganjurkan Mistletoe untuk pengobatan kanker, akan tetapi pada waktu itu para klinisi banyak yang menentang karena bertentangan dengan konsep mereka untuk terapi kanker, yaitu bedah, radioterapi, dan sitostatika (4). Terapi kanker menggunakan tumbuhan parasit inilah barangkali yang dijadikan acuan oleh para pengobat tradisional di tanah air dan bahkan oleh beberapa dokter umum maupun spesialis. Tumbuhan parasit yang paling banyak digunakan adalah benalu teh, namun akhir-akhir ini dikatakan bahwa benalu yang tumbuh di berbagai macam tumbuhan buah seperti mangga, apel, jeruk rambutan dll digunakan sebagai terapi kanker. Dikatakan pula benalu yang baik sangat tergantung pada pohon induknya (pohon inang). Walaupun belum ditemukan publikasi tentang keberhasilan pengobatan kanker dengan tumbuhan ini namun dari data empirik sudah banyak yang menyatakan keberhasilannya. Berbeda dengan benalu di indonesia, mistletoe telah banyak diteliti sebagai terapi kanker menggunakan metode yang up to date dan dari hasil penelitian tersebut tidak sedikit diantaranya yang dapat membuktikan bahwa tanaman tersebut benarbenar berkhasiat sebagai anti-kanker. Mistletoe (Viscum album L = VA) sebagai imunomodulator. Respon limfosit T in vitro ekstrak VA terhadap limfosit berasal dari donor yang mendapat

VA dan kontrol, sedangkan ekstrak yang digunakan berasal dari VA dengan pohon inang apel (mali) dibandingkan dengan pohon inang "pine" (pini). Ternyata efek proliferasi terbesar berasal dari VA berasal dari pohon mali (apel) dan di antara subpopulasi limfosit T, subpopulasi limfosit T-helper (CD4) yang paling tinggi mengalami pertumbuhan, analisis menggunakan antibodi monoklonal tarhadap variable region dari reseptor sel T membuktikan bahwa pemberian ekstrak VA akan megaktivasi limfosit T-helper (5). Ekstrak VA pada dosis 0,25-2,5 JPO GDSDW PHQVWLPXODVL VHFDUD ODQJVXQJ PLJUDVL seluler dari limfosit T-helper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) manusia donor yang diuji pada matriks kolagen tiga dimensi. Peningkatan aktivitas khemotaktik tersebut banyak membantu limfosit dalam melaksanakan tugas sebagai sel perondaan (immune surveillance) (6). Pengaruh ekstrak VA terhadap monosit manusia in vitro, meningkatkan sekresi TNF- dan IL-1 (sitokin inflamasi), sedangkan reseptor ekstrak VA dalam bekerja sebagai imunomodulator berupa lectin-specific carbohydrate; untuk mistletoe lectin-1 melalui D-galaktosa dan mistletoe lectin-II dan III melalui N-asetil-galaktosamin (7). Respon imun yang diberikan dalam pemakaian ekstrak VA diamati melalui 8 orang relawan yang menerima ekstrak. Dari pengamatan berbagai parameter imunologik membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara reaktivitas respon imun seluler dan humoral, dan respon yang terjadi berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Terhadap subset Th1 dan Th2 pada kultur limfosit menunjukkan bahwa Th1 mensekresi IFN- dan TNF sedangkan Th2 mensekresi IL-4 dan IL-6, dikatakan pula bahwa ekstrak VA dapat mempengaruhi keseimbangan Th1/Th2 dan apabila profil sitokin menggeser ke arah Th1 akan banyak membantu dalam proses penyembuhan kanker (8). Terhadap sel imunokompeten sel NK (Natural Killer), kelompok sel yang dapat mendestruksi sel tumor secara langsung tanpa memerlukan presentasi antigen oleh molekul MHC kelas I seperti halnya sel T-sitotoksik (CD8), ekstrak VA dapat meningkatkan aktivitas sitotoksisitas maupun jumlah dari sel NK yang diisolasi dari darah perifer tanpa memerlukan rangsangan dari sitokin tertentu. Efek tersebut akan meningkatkan khasiat ekstrak VA dalam imunoterapi kanker (9). Ekstrak mistletoe sebagai antikanker. Pemakaian ekstrak mistletoe (Viscum album = VA) sebagai terapi adjuvan kanker dimulai sejak 1917. Bahan aktif dari ekstrak tersebut berupa lektin yang memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker maupun sebagai imunomodulator. Ekstrak VA memiliki efek samping yang rendah dan belum pernah dilaporkan adanya efek samping yang fatal

245

Tanaman Obat (Suprapto Maat)

(10). Efek sitotoksisitas langsung ekstrak VA diuji menggunakan kultur cell line tumor manusia dan mencit seperti B- cell hybridomas, P-815, EL-4, Ke37, MOLT-4 dan U937. Ekstrak VA menghambat pertumbuhan cell line tersebut dan bahkan menghentikan sama sekali pertumbuhannya, diperkirakan karena ekstrak VA menginduksi terjadinya apoptosis (programmed cell death) (11). Penelitian dengan hewan percobaan mencit yang ditumbuhi sel melanoma B16F10, setelah diinjeksi dengan ekstrak VA 100 mg/kg dosis tunggal menghasilkan penurunan dari ukuran tumor dan terjadi proses nekrosis dengan respon inflamasi. Aktivitas sitotoksisitas limfosit lebih meningkat setelah pemberian serum dari mencit yang terkena tumor; diperkirakan respon imun humoral juga berperan dalam pengobatan tersebut (12). Ekstrak VA juga memiliki efek anti-metastasis terhadap kolonisasi melanoma B16 dalam paru mencit yang diamati dengan slide jaringan paru. Hambatan metastasis tersebut mencapai 58-95% pada dosis 3, 30 dan 150 ng/ml.. Korelasi antara hambatan metastasis dengan parameter respon imun diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah makrofag (CD11b/CD18) dan jumlah timosit immature (CD4+8+) (13). 20. Andrographis paniculata Ness Nama daerah adalah sambiloto dan bahan yang digunakan seluruh bagian tanaman (herba). Sebagai imunomodulator A. paniculata Ekstrak dari dapat menstimulasi produksi antibodi spesifik terhadap antigen sel darah merah domba dan meningkatkan reaksi alergi tipe lambat (DTH). Terhadap makrofag, meningkatkan indeks migrasi (macrophage migration index = MMI) dan meningkatkan fagositosis terhadap sel target Escherichia coli yang dilabel 14C-leucine, dan terhadap limfosit yang diisolasi dari limpa, meningkatkan aktivitas proliferasinya, sehingga A. paniculata disebut sebagai imunostimulator (14). Sebagai hepatoprotektor Ekstrak dari daun A. paniculata dapat menghambat toksisitas hepar oleh karbontetraklorida (15). Beberapa kelompok tikus yang diinduksi dengan karbontetraklorida, kemudian diberi ekstrak A. paniculata secara intraperitoneal dalam bentuk andrografolida (100 mg/kg), ekstrak metanol (861,33 mg/kg), dan ekstrak metanol bebas andrografolida (761,33 mg/kg). Hasil pengobatan diamati berdasarkan parameter biokimia seperti GOT, GPT, alkalin fosfatase serum, bilirubin serum dan trigliserida. Hambatan terhadap kerusakan hepar secara keseluruhan adalah 48,6% untuk andrografolida, 32% untuk ekstrak metanol dan 15% untuk ekstrak metanol bebas andrografolida. Disimpulkan bahwa komponen utama sebagai

hepatoprotektor adalah senyawa andrografolida (16). Ekstrak alkohol dari daun A. paniculata sebanyak 300 mg/kg (1/6 kali LD50) ternyata sangat efektif dalam mencegah terjadinya kerusakan hepar yang diinduksi dengan karbontetraklorida yang diamati dengan cara morfologis, biokimia dan parameter fungsional (17). Kerusakan hati yang diinduksi dengan parasetamol pada tikus, dapat dicegah oleh andrografolida pada dosis 0,75 - 12 mg/kg secara per-oral sebanyak 7 kali. Pengamatan dilakukan terhadap GOT, GPT dan alkalin fosfatase, terbukti bahwa andrografolida merupakan hepatoprotektor yang potensial, bahkan lebih poten dibandingkan dengan silymarin (18). Terhadap kerusakan hati yang diinduksi oleh karbontetraklorida maupun tert-butylhydroperoxide (tBHP), andrografolida mampu memberikan proteksi lebih kuat dibandingkan dengan silimarin yang diamati berdasarkan penurunan dari pembentukan malondialdehida, GPT dan alkalin fosfatase (19). Sebagai antitumor Data klinis pemakaian ekstrak A. paniculata dilaporkan oleh Chang et al (20) yang menyebutkan bahwa ekstrak A. paniculata sangat efektif untuk mengobati malignant trophoblast. Dari 60 kasus choriocarcinoma (chorioepithelioma) dan malignant hydatidiform mole dimana 41 diantaranya mengalami metastasis, setelah pemberian ekstrak A. paniculata 41 kasus mencapai short term remission; 12 kasus managed with solely. Paten A. paniculata telah dipatenkan sebagai antiHIV pada 13 Desember 1996 oleh Pracelsian Inc. bekerjasama dengan Bastyr University dengan nama dagang "Andro Vir". 21. Gynura procumbens (Lour) Merr. Nama daerah adalah daun dewa dan bahan yang digunakan untuk G. procumbens adalah batang dan daun, untuk Gynura pseudochina , batang, daun dan umbi. Terdapat 2 macam tanaman dengan nama Gynura procumbens, daun dewa (Gynura procumbens var macrophylla) dan sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) Kandungan dalam tanaman tersebut berupa alkaloid yang hanya terdapat dalam daun dewa tetapi tidak dalam ekstrak daun sambung nyawa. Senyawa flavonoid dan asam fenolat dalam daun dewa berupa asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Sebagai antitumor Secara tradisional telah banyak digunakan sebagai antikanker, beberapa penelitian eksperimental laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak G. procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena benzo[a]pirena. Dengan menggunakan metode new-born mice, dimana anak

246

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005

mencit yang baru lahir disuntik secara intraperitoneal karsinogen BP (benzo[a]pirena) pada hari ke 1, 8 dan 15 setelah kelahiran. Pemberian daun dewa dimulai pada waktu mencit berumur 8 minggu dan pemeriksaan nodul paru dimulai setelah mencit berumur 6 bulan. Pemeriksaan histopatologi terhadap beberapa organ juga dilakukan dan sebagai data pendukung dilakukan pula uji antimutagenesis terhadap Salmonella typhymurium JCM 6977. Ternyata ekstrak etanol G. procumbens memiliki efek penghambatan pertumbuhan tumor paru oleh BP, terbukti dengan lebih sedikitnya jumlah nodul dalam kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (21). Pengujian serupa dilakukan di Fakultas Farmasi Unair terhadap ekstrak heksana yang diberikan secara intraneoplasma selama 7 kali dengan interval penyuntikan 2 hari sekali.Evaluasi antikanker digunakan parameter volume kanker dan pengamatan histopatologi jaringan kanker. Hasil penelitian menunjukkan pada dosis 2,32 mg/0,2 ml dan 4,64 mg/0,2 ml dari ekstrak menghambat pertumbuhan kanker yang didukung oleh data histopatologi adanya nekrosis dari sel-sel kanker (22). Fraksi dari ekstrak etanol memiliki toksisitas yang tinggi (di baZDK JPO \DQJGLXMLGHQJDQFDUD uji ketoksikan menggunakan larva udang (23). Keamanan pemakaian daun dewa dalam pengobatan kanker diamati dengan cara menentukan LD50 terhadap mencit. Dengan menggunakan metode penghitungan secara Reed-Muench diketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun dewa sebesar 5,556 gram per-kilogram berat badan (24). Kalau diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg maka dosis letal-50 tercapai kalau mengkonsumsi sebanyak 27,78 gram ekstrak. Dengan demikian ekstrak daun dewa tergolong dalam practically non-toxic. 22. Curcuma zedoaria. Sinonim: C. pallida, C. zerumbet, Amomum zedoaria, C. aromatica, C. kwangsiensis. Nama daerah adalah temu putih dan bahan yang digunakan adalah rimpang. Rimpang dari C. zedoaria mengandung 12,5% minyak menguap yang sebagian besar terdiri dari seskuiterpena dan terdiri dari tidak kurang 20 komponen, diantaranya zedoaron (kurzerenon), kurdion, epikurminol, kurzeren, kurkumol (kurkumenol) dll. Sebagai antitumor Uji sitotoksisitas ekstrak dari tanaman ini terhadap sel kanker ovarian (OVAR-3 cells) menghasilkan CD50 sebesar 3,1 -  JPO  

Injeksi 0,3-0,5 ml secara intraperitoneal ekstrak pada mencit, dapat menghambat 50 % pertumbuhan sarcoma 180 tetapi tidak menghambat pertumbuhan karsinoma ascites Ehrlich, sedangkan injeksi 75 mg/kg secara subkutan dapat menghambat pertumbuhan dari sarcoma 37, cervical cancer U14 dan karsinoma ascites Ehrlich. Pengamatan respon imun dalam pengujian ini menunjukkan adanya peningkatan fibroblas di sekitar jaringan tumor, meningkatnya infiltrasi limfosit ke dalam masa tumor dan meningkatnya proses fagositosis terhadap sel tumor. Uji klinik pemakaian ekstrak C. zedoaria terhadap 165 kasus penderita kanker serviks didapatkan hasil 52 kasus achieved of short term cure, 25 kasus marked effects, 41 kasus improvement dan 47 kasus unresponsiveness (20). Sebagai hepatoprotektor Ekstrak C. zedoaria juga berkhasiat sebagai hepatoprotektor dan anti-inflamasi. Pemberian peroral ekstrak pada tikus galur Sprague-Dawley menghambat reaksi inflamasi yang diinduksi menggunakan karagenin yang disuntikkan secara subkutan pada telapak kaki tikus dan pengamatan selanjutnya membuktikan bahwa antiinflamasi yang terjadi karena kemampuannya menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (26). Ekstrak etanol dari C zedoaria menurunkan SGPT pada mencit yang diinduksi dengan karbontetraklorida (27). Penelitian in vitro dengan kultur hepatosit tikus yang diinduksi dengan D-galaktosamin/lipopolisakarida menunjukkan bahwa penambahan ekstrak air-aseton dalam kultur dapat mencegah terjadinya kerusakan sel hepatosit (28). Studi klinik Dari acara PERTEMUAN STRATEGI PENANGGULANGAN KANKER NASIONAL yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 16-17 April 2001, terungkap bahwa hampir 90% dari penderita kanker di Indonesia tidak terjangkau pengobatan modern atau tidak terjangkau dokter. Mereka umumnya mencari pengobatan alternatif lain yang kadang-kadang sukar dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Melalui kerja sama dengan Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya, sebagian besar dari tanaman obat tersebut telah diformulasikan oleh Industri Obat Tradisional TRADIMUN Gresik, telah diregistrasikan dan diujicobakan ke pasien penderita berbagai macam kanker, baik di Yayasan Kanker Wisnuwardhana, di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dan di berbagai senter lainnya.

247

Tanaman Obat (Suprapto Maat)

Tabel 1. Nama dagang yang digunakan untuk produk kanker tersebut di antaranya adalah: Nama dagang Curlonga Curzedo Androhep No-flam No-flam sirup Gynura Allium Crucifera Centella Aloe Typhonium Vinca Solanig Phyllanthus Phyllanthus sirup Morinda Karsinom-1 Kandungan Curcuma longa Curcuma zedoaria Andrographis paniculata Nigella sativa Nigella sativa Gynura procumbens Allium sativum Brassica sp Centella asiatica Aloe vera Typhonium divaricatum Vinca rosea Solanum nigrum Phyllanthus niruri Phyllanthus niruri Morinda citrifolia Merremia mammosa, Andrographis paniculata, Strichnos ligustrina, Myristica fragans Kemasan dalam botol 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 150 ml 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 50 kapsul 100 kapsul 150 ml 100 kapsul 50 kapsul

Prinsip pengobatan 1. Tumor/kanker adalah penyakit yang didiagnosis sesuai dengan kaidah kedokteran modern menggunakan sarana diagnosis yang berlaku dalam ilmu kedokteran barat, misalnya dengan radiodiagnostik, patologi anatomi (biopsi atau fungsi), patologi klinik (marker tumor dan hematologi) serta serta diagnosis menggunakan peralatan canggih lainnya. 2. Obat kanker berasal dari tumbuhan dikategorikan dalam sitostatika, terapi imun dan terapi paliatif/suportif. 3. Kanker yang diobati dengan tumbuhan obat adalah kanker yang tidak memerlukan tindakan pembedahan. 4. Pengobatan kanker dengan tumbuhan obat diaplikasikan pada: a) kanker yang terdiagnosa dini, b) kanker yang telah mendapatkan tindakan pembedahan, c) diberikan bersama-sama dengan radioterapi, d) diberikan bersama dengan khemoterapi baik untuk mendapatkan efek aditif dan potensiasi maupun sebagai adjuvan mengurangi efek samping obat, e) sebagai chemoprevention bagi mereka yang memiliki risiko tinggi terkena kanker. 5. Monitoring keberhasilan pengobatan dilakukan seperti halnya dalam pengobatan kanker pada umumnya, termasuk juga monitoring terhadap efek samping obat. 6. Obat kanker berasal dari tumbuhan diberikan secara per-oral, dalam bentuk ekstrak terstandar dan dalam formula kapsul atau sirup. Pemilihan obat anti kanker Untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dalam pengobatan kanker dengan tumbuhan obat,

tidak jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan obat-obatan kimia, di mana perlu diperhatikan antara lain tepat indikasi, tepat jenis, tepat dosis/takaran, tepat waktu, tepat cara dan waspada terhadap efek samping obat. Pengobatan kanker akan berhasil baik jika diketahui dan diobati pada stadium dini dan untuk kanker stadium lanjut umumnya pengobatan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan imunitas tubuh penderita, syukur kalau dapat juga menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Obat kanker berasal dari tumbuhan obat umumnya diberikan secara per-oral, artinya ditelan atau diminum. Oleh karenanya takaran yang tepat serta rutinitas minum memegang peran penting dalam keberhasilan pengobatan. Pemberiannya diberikan 2 atau 3 kali sehari dalam jangka waktu yang panjang dan bahkan dapat diberikan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung dari respon masing-masing penderita. Apabila setelah 1 bulan pengobatan tidak memberikan respon apa-apa, kemungkinan kombinasi tanaman obat yang digunakan kurang sesuai dan perlu diganti dengan kombinasi yang lain. Respon tubuh yang dimaksud adalah: Perasaan segar dan tidak mudah lelah setelah mengkonsumsi obat beberapa hari. Meningkatnya nafsu makan dan berat badan. Tidur lebih nyenyak. Berkurangnya komplikasi ikutan yang terjadi, misalnya rasa sakit dan nyeri, lesu, mual, muntah, perdarahan dan gejala lain yang tidak menyenangkan. Mengecilnya volume kanker.

248

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005

Seperti halnya pengobatan kanker menggunakan obat-obatan kimia, memilih obat kanker yang tepat untuk kanker tertentu merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Masing-masing jenis kanker dan masing-masing individu memiliki respon terhadap obat yang berbeda pula, oleh karenanya memerlukan penilaian yang cermat dalam memilih tanaman obat untuk pengobatan kanker. Dari pengalaman dan hasil studi klinik, ternyata banyak pasien kanker stadium awal yang seharusnya mendapatkan pelayanan atau pengobatan secara konvensional, tetapi tidak mampu secara finansial, oleh karenanya berusaha menggunakan pengobatan alternatif menggunakan obat tradisional.

Bagi mereka diharuskan membuat semacam "informed concern". Dalam kenyataannya sementara ini justru pengobatan menggunakan tanaman obat banyak dimanfaatkan oleh para dokter yang merawat, jika kondisi pasien telah mencapai tahap akhir sehingga hanya memerlukan pengobatan paliatif. Peningkatan kualitas hidup pasien merupakan tahapan keberhasilan dari obat tradisional, bahkan tidak sedikit yang mampu menghentikan perkembangan sel-sel kanker. Formulasi sementara pengobatan berdasarkan pengalaman klinik seperti terlihat pada daftar di bawah

Tabel 2. Pemakaian obat anti-kanker Kanker Hati Obat Stadium awal Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Androhep 3x1 Phyllanthus 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 No-flam 3x1 Karsinom 3x1 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Phyllanthus 3x1 (atau Aloe 3x2) Crucifera 3x2 Allium 3x2 Typhonium 3x2 Vinca 3x1 Vinca 3x2 Aloe 3x2 Benalu 3x1 Typhonium 3x2 Phyllanthus 3x2 Stadium lanjut Typhonium 3x2 Karsinom-1 3x2 No-flam 3x2 Phyllanthus 3x2 Androhep 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 (atau Benalu 3x2) No-flam 3x2 Karsinom 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Karsinom 3x2 No-flam 3x1 Benalu 3x1 Crucifera 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Morinda 3x2 Karsinom 3x2 Vinca 3x2 Benalu 3x2 Karsinom 3x1 Typhonium 3x2 Phyllanthus 3x2 Keterangan Kalau SGOT, SGPT, alkalin fosfatase tinggi perlu diberi Hi-stimuno 3x2 sampai titernya normal kembali. Sirosis diberikan; Centella 3x2 No-flam bisa diganti dengan androhep 3x2, tapi beberapa pasien penggantian ini justru menyebabkan sakit pada mammae Pasien dengan perdarahan dan cachexia karsinom diberikan 3x3 dan No-flam 3x2

Mammae

Serviks uteri Korpus uteri Ovarium

Kolon Rektum Lambung

Leukemia Lymfoma

Untuk maintenance, diberikan: Morinda 3x1 Aloe 3x1 Typhonium 3x1 Crucifera 3x1 Untuk maintennace, diberikan: Morinda 3x1; Curzedo 3x1 dan Phyllanthus 3x1 Trombositopenia diatasi dengan pemberian kapsul Psidii 3x2

249

Tanaman Obat (Suprapto Maat)

Tabel 2. Pemakaian obat anti-kanker (lanjutan) Obat Kanker Stadium awal Stadium lanjut Pankreas Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Karsinom-1 3x2 No-flam 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Vinca 3x2 Benalu 3x2 Phyllanthus 3x2 (atau No-flam 3x2) Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Androhep 3x2 Karsinom 3x2 Karsinom 3x2 Typhonium 3x2 Benalu 3x2 (atau Centella 3x2) No-flam 3x2 Aloe 3x2 Phyllanthus 3x2 No-flam 3x2 Androhep 3x2 Centella 3x2 Typhonium 3x2 Karsinom 3x2 Benalu 3x2 Typhonium 3x2 Centella 3x2 Phyllanthus 3x2 No-flam 3x2 Morinda 3x2 Vinca 3x2 Typhonium 3x2 No-flam 3x2 Benalu 3x2 Karsinom 3x2

Keterangan Respon yang didapat parsial, pengalaman pasien hanya bertahan 6-12 bulan.

Prostat

Laring (Mulut)

Typhonium 3x2 Karsinom 3x2 Curzedo 3x1 Aloe 3x1 Karsinom 3x2 Typhonium 3x2 Benalu 3x2 (atau centella 3x2) Aloe 3x2 Phyllanthus 3x2 No-flam 3x2 Androhep 3x2 Centella 3x2 Typhonium 3x2 Curzedo 3x2 Typhonium 3x2 Centella 3x2 Phyllanthus 3x2 No-flam 3x1 Morinda 3x2 Vinca 3x2 Typhonium 3x2 No-flam 3x2

Untuk maintenance, diberikan: Gynura 3x1; Morinda 3x2 dan Phyllanthus 3x1 Untuk maintenance, diberikan: Gynura 3x2; Morinda 3x2

Thyroid

Pengobatan dimaksudkan sebagai imunostimulator dan mengurangi efek radiasi

Kulit

Paru

Untuk maintenance, diberikan: Morinda 3x1 ; Phyllanthus 3x1 dan Centella 3x1

Tulang

Untuk maintenance, diberikan; Morinda 3x2 ; Aloe 3x1

Pemberian obat tersebut di atas dapat diberikan pada pasca-operasi atau bersama dengan radioterapi. Inovasi komposisi, dosis, lama pemberian dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Untuk kanker stadium lanjut, keberhasilan berdasarkan pengamatan berat badan dan status penampilan penderita. Selain tanaman obat yang diuraikan di atas, diyakini masih banyak lagi tanaman obat asli Indonesia yang berkhasiat dalam pengobatan kanker, baik sebagai sitostatika, terapi imun, khemopreventif maupun untuk terapi paliatif /nyeri kanker. Untuk itu diperlukan kerja keras dari berbagai pihak baik dari para peneliti dari berbagai disiplin ilmu, para klinisi, penyandang dana maupun dari pihak pemerintah sendiri. Dalam Kabinet Persatuan Pembangunan sekarang terdapat departemen baru yang akan mengelola hasil kekayaan laut yaitu Departemen Eksplorasi Kelautan.

Diperkirakan laut juga merupakan salah satu sumber bahan obat termasuk bahan obat untuk pengobatan kanker, seperti penelitian yang dilakukan oleh Morris et al (29) di Department of Chemistry, University of Aberdeen, Scotland, UK dengan judul "A bioactive secosterol with unusual A- and B-ring oxygenation pattern isolated from an Indonesian soft coral Lobophtlum sp". Dikatakan senyawa secosterol yang diisolasi dari Lobophytum sp memiliki aktivitas antineoplastik terhadap cell lines human ovarian tumor dan human leukemia. Dari 17 spesies ganggang laut yang diambil dari pantai Alexandria Mesir, 9 spesies diantaranya mempunyai khasiat anti-tumorigenesis (30). Kepada para pakar di bidang onkologi di tanah air dalam menanggapi uraian tentang tanaman obat untuk kanker di atas tidak ditanggapi secara emosional akan tetapi sangat diharapkan menanggapinya dengan kearifan yang tinggi dengan tujuan ikut mengkoreksi,

250

Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005

meluruskan dan memberikan berbagai masukan agar tanaman Obat Asli Indonesia khususnya untuk pengobatan kanker dapat berkembang seperti yang diharapkan dalam GBHN negara kita tercinta. DAFTAR RUJUKAN 1. Smith-Kielland I, Dornish JM, Malterud KE, Hvistendahl G, Ro,,img C, Bockman OC, Kolsaker P, Stenstorm Y, Nordal A. Cytotoxic triterpenoids from the leaves of Euphorbia pulcherrima. Planta Medica 1996 Aug 62:4 3225. 2. Chiang HC, Jaw SM, Chen CF, Kan WS. Antitumor agent, physalin F from Physalis angulata L. Anticancer Res 1992 May-Jun 12:3 837-43. 3. Keawpradup N, Houghton PJ, Eno-Amooquaye E, Burke PJ. Activities of extract oh Thai alstonia species against Human lung cancer cell lines. Planta Medica 1997 Apr 63:2 97-101. 4. Weiss RF. Herbal Medicine. Translated from the Sixth German Edition of Lehrbuch der Phytotherapie. Beaconfield Publisher Ltd.1991: 322-327. 5. Fisher S, Scheffer A, Kabelitz D. Stimulation of specific immune system by mistletoe extracts. Anticancer Drug 1997 Apr 8 Suppl 1 S33-7. 6. Nikolai G, Friedl P, Werner M, Zanker KS. Donor-dependent and dose-dependent variation in the induction of T lymphocyte locomotion in a three-dimensional collagen matrix system by a mistletoe preparation (Iscador). Anticancer Drug 1997 Apr 8 Suppl 1 S61-4. 7. Ribereau - Gayon G, Jung ML, Frantz M, Anton R. Modulation of cytotoxicity and enhancement of cytokine release induced by Viscum album L extracts or mistletoe lectins. Anticancer Drug 1997 Apr Suppl 1 S3-8 8. Stein GM, Berg PA. Modulation of cellular and humoral immune responses during exposure of healthy individuals toan aqueous mistletoe extract. Eur J Med Res 1998 Jun 17 3:6 307-14. 9. Schink M. Mistletoe therapy for human cancer: the role of natural killer cells. Anticancer Drug 1997 Apr 8 Suppl 1 S47-51. 10. Bruseth S, Enge A. Mistletor in the treatment of cancer. Neither Tidsskr Nor Laegenferon 1993 Mar 30 113:9 1058-60. 11. Janssen O, Scheffer A, Kabelitz D. In vitro effects of mistletoe extracts and mistletor lectins. Cytotoxicity toward tumor cells due to the induction of programmed cell death (apoptosis). Arzneimittelforschung 1993 Nov 43:11 1221-7. 12. Zarkovic N, Zarkovic K, Grainca S, Kissel D, Jurin M. The Viscum album preparation Isorel inhibits the growth of melanoma B16F10 by

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

influencing the tumour-host relationship. Anticancer Drug 1997 Apr Suppl 1 S17-22. Weber K, Mengs U, Schwarz T, Hajto T, Hostanska K, Allen TR, Weyhenmwyer R, Lentzen H. Effects of standardize mistletoe preparation on metastatic B16 melanoma colonization in murine lungs. Arzneikittelforschung 1998 May 48:5 497-502. Puri A, Saxena R, Saxena RP, Saxena KS, Srvastava C, Tandon JS. Immunostimulant agent from Andrographis paniculata. J Nat Prod 1993 Jul 56:7 995-9. Choudhury BR, Poddar MK. Andrographolide and kalmegh (Andrographis paniculata) extract: in vivo and in vitro effect on hepatic lipid peroxidation. Methods Find Exp Clin Pharmacol 1984 Sep 6:9 481-5. Handa SS, Sharma A. Hepatoprotective activity of andrographolide from Andrographis paniculata against carbontetrachloride. Indian J Med Res 1990 Aug 92 276-83. Rana AC, Avadhoot Y. Hepatoprotective effects of Andrographis paniculata against carbontetrachloride-induced liver damage. Arch Pharm Res 1991 Mar 14:1 93-5. Visen PK, Shukla B, Patnaik GK, Dhawan BN. Andrographolide protects rat hepatocytes against paracetamol-induced damage. J Ethnopharmacol 1993 Oct 40:2 131-6. Kapil A, Koul IB, Banerjee SK, Gupta BD. Antihepatotoxic effets of major diterpenoid constituents of Andrographis paniculata. Biochem Pharmacol 1993 Jul 6 46:1 182-5. Chang HM, But PPH. Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica. Vol 1. World scientific. 1986. Sugiyanto, Edy Meiyanto, B. Sudarto. Uji antikarsinogenik dan antimutagenik preparat tradisional daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII, Bandung. 1997. Sukardiman, IGP Santa, Wien Aris RK. Uji antikanker ekstrak heksan daun dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) pada kanker mencit yang diinduksi dengan benzopiren. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII, Bandung 1997. Edy Meiyanto, Sugiyanto, B. Sudarto. Uji ketoksikan fraksi ekstrak etanol daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. Serta identifikasi awal senyawa aktifnya. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII. Bandung. 1997. Sudarso, Fachrudin T, Eva Firmina S, Asnah M. Toksisitas sari etanol daun dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.). Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII, Bandung. 1997.

251

Tanaman Obat (Suprapto Maat)

25. Syu WJ, Shen CC, Don MJ, Ou JC, Lee GH, Sun CM. Cytotoxicity of curcuminoids and some novel compounds from Curcuma zedoaria. J Nat Prod 1998 Dec. 61:12 1531-4. 26. Yoshioka T, Fujii E, Endo M, Wada K, Tokunaga Y, Shiba N, Hosho H, Shibuya H, Muraki T. Antiinflammatory potency of dehydrocurdione, a zedoary-derived sesquiterpene. Inflamm Res 1998 Dec 47:12 476-81. 27. Xiang ZX, He XQ, Zhou GF, Li CH. Protective effect of an ethanolic extract and essential oil of Curcuma kwangsinensis S against experimental liver lesions in mice. Chung Kao Chung Yao Tsa Chih 1989 May 14:5 303-5, 320. 28. Matsuda H, Ninomiya K, Morikawa T, Yoshikawa M. Inhibitory effect and action

mechanism of sesquiterpenes from Zedoariae Rhizoma on D-galactosamine/ lipopolysaccharide-induced liver injury. Bioorg Med Chem Lett 1998 Feb 17 8:4 339-44. 29. Morris LA, Christie EM, Jaspars M, van Ofwegwn LP. A bioactive secosterol with an unusual A- and B-ring oxygenation pattern isolated from an Indonesian soft coral Lobophytum sp. J Nat Prod 1998 Apr 61:4 53841. 30. El Masry MH, Mostafa MH, Ibrahim AM, elNaggar MM. Marine algae that display antitumorigenic activity against Agrobacterium tumefaciens. FEMS Microbiol Lett 1995 May 1 128:2 151-5.

252

You might also like