You are on page 1of 16

PENELITIAN PENINGKATAN (Prof.

Setelah dapat: membaca

TINDAKAN PROFESIONAL GURU Sukardi MS.

SEBAGAI UPAYA

PhD.)

uraiantentang penelitian tindakan, parapembaca diharapkan

1. Memahami tentang prinsip- prinsip penelitian tindakan. 2. Menguasai macam-macam karakteristik penelitian tindakan. 3. Menempatkan penelitian profesional para guru. 4. Menerapkan prinsip-prinsip penelitian tindakan secara benar tindakan sebagai media ilmiah untuk meningkatkan

Pokok Bahasan Penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa actian research. Penelitian ini merupakan perkembangan baru yang muncul pada tahun 1940 an sebagai salah satu model penelitian yang muncul di tempat kerja dimana peneliti melakukan pekerjaan pokok se hari-hari. Pekerjaan pokok sehari-hari ini misalnya termasuk, kelas merupakan tempat bekerja bagi para guru tetapi juga dapat menjadi obyek penelitian oleh guru yang bersangkutan; demekian pula sekolah, kegiatan pengelolaan sekolah juga dapat menjadi tempat penelitian bagi para kepala sekolah. Penelitian ini juga dapat dilakukan di desa atau di tempat dimana kegiatan masyarakat berlangsung oleh seseorang yang menjadi penyuluh masyarakat. Mereka semua, dapat melakukan kegiatan penelitian yang dipergunakan untuk memperbaiki kinerja mereka tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya. Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penilitian dengan menggunakan metoda tindakan kelas. Pertama, mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya. Kedua, mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan. Dan bila tritmen dilakukan pada responden misalnya siswa, maka responden dapat merasakan hasil tritmen dari penelitian tindakan tersebut. Tiga

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

keunggulan dari penelitian tindakan ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metoda yang telah kita bahas sebelumnya. Mengenai apakah penelitian tindakan itu, Mc Taggart memberikan batasan seperti berikut Secara definitif action research is, the way groups of people can organize the conditions under which they can learn from their own experiences and make their experience accessible to others( Kemmis dan Mc Taggart: 1982). Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi dimana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain; Sedangkan kelas merupakan tempat dimana para guru melakukan penelitian,dengan memungkinkan mereka tetap bekerja sebagai guru. Dalam kenyataanya, penelitian tindakan dapat dilakukan baik secara group maupun oleh individual atau sendirisendiri dengan harapan, mereka dapat mengambil dari pengalaman mereka untuk dapat ditiru atau diakses oleh orang lain guna memperbaikan kualitas kerja mereka. Dalam perkembangannya penelitian ini mengacu kepada penelitian kolaboratif atau kerjasama dimana dua orang guru atau lebih terlibat dalam satu penelitian. Secara praksis penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subyek yang hendak diteliti. Subyek penelitian tindakan ini dapat berupa kelas (Sukidin dkk: 2001) maupun sekelompok orang yang bekerja di industri maupun lembaga sosial lain yang mereka pada khususnya berusaha meningkatkan kualitas kinerja. Penelitian tindakan secara umum merupakan pengembangan penelitian terpakai atau applied research, dimana dalam hal ini peneliti sebagai: 1) pemeran aktif kegiatan pokok, 2) peneliti sebagai agen perubahan atau change agence, dan 3) subyek atau obyek yang diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana oleh si peneliti. Butir ketiga ini merupakan butir penting dari perkembangan penelitian, karena selama ini bila seorang peneliti, termasuk guru, hendak melakukan kegiatan penelitian, maka responden hanya digunakan sebagai pemberi informasi. Selanjutnya setelah mereka memberikan informasi atau data, kemudian mereka tidak tahu tenang apa hasil penelitian tersebut. Dengan kata lain mereka tidak memperoleh manfaat dari penelitian tersebut.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

Dilihat dari aspek historis, penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh seorang psikolog sosial, namanya Kurt Lewin (1946). Di tempat kerjanya, dia mengembangkan model penelitian selama beberapa tahun yang kemudian terkenal sebagai action research, dalam serangkaian eksperimen komunitas masyarakat dimana pada waktu itu di negara USA, setelah mengalami pasca perang. Penelitian tindakan ini dilakukan oleh Lewin utamanya berkaitan dengan pekerjaanya dalam bermacam-macam konteks pembangunan perumahan terpadu. Ada dua pemikiran kritis pada umumnya muncul dari keberadaan bentuk penelitian dengan menggunakan metoda tindakan yaitu ide yang muncul dari suatu grup dan adanya komitmen dari para peneliti terhadap peningkatan subyek yang diteliti agar menjadi lebih baik. Ide yang muncul berkaitan dengan bagaimana perkembangan pekerjaan dilihat dari si peneliti, sedangkan komitmen yang muncul adalah bagiamana memperbaiki subyek yang diteliti berangkat dari keadaan yang ada untuk kemudian ditingkatkan menggunnakan perlakuan yang sesuai agar menjadi lebih baik pada waktu yang telah direncanakan.

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya seperti berikut. 1 2 Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti 3 Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk sikles atau tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya peningkatan dalam setiap siklesnya. 4 Adanya langkah berfikir reflektif atau reflective thinking yang dilakukan oleh para peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking ini penting guna melakukan restropeksi, atau evaluasi kembali terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikiasiya yang muncul pada subyek yang diteliti sebagai akibat

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

adanya tritmen atau tindakan. Pada langkah ini, tim yang terdiri dari para guru juga dapat mengidentifikasi keberhasilan dan hambatan yang diakibatkan adanya perlakuan yang diberikan mereka terhadap subyek yang diteliti.

B. Tujuan Penelitian Tindakan Secara umum penelitian tindakan mempunyai tujuan seperti berikut. 1. Merupakan salah cara strategis guna memperbaiki layanan maupun hasil kerja dalam suatu lembaga. 2. Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkankan apa yang telah dilakukan oleh seorang guru. 3. Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik bagi peneliti yang dalam hal ini mereka memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan, maupun pihak subyek yang diteliti dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya tindakan nyata. 4. Tercapainya konteks pembalajaran dari pihak yang terlibat yaitu peneliti dan para subyek yang diteliti (Mc Niff 1992). 5. Timbulnya budaya meneliti yang terkait dengan prinsip sambil bekerja dapat melakukan penelitian di bidang yang ditekuninya. 6. Timbulnya kesadaran pada subyek yang diteliti sebagai akibat adanya tindakan nyata guna meningkatkan kualitas 7. Diperolehnya pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara profesional maupun akademik.

C. Empat Komponen Penting dalam Sikles Penelitian Tindakan Dalam penelitian tindakan secara garis besar para peneliti pada umumnya perlu mengenal adanya empat komponen penting yaitu pengembangan plan, act, observe dan reflect (PAOR) yang dilakukan secara intensif dan sestimatis dari seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya. Ke empat komponen penting tersebut dapat diuraikan secara singkat seperti berikut.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

1. Rencana Rencana merupakan serangkaian tindakan sistematik untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi. Dalam penelitian tindakan rencana tindakan tersebut harus berorientasi ke depan. Disamping itu perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Oleh karena itu perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi yang mungkin timbul. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya. 2. Tindakan Komponen kedua yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti adalah

langkah tindakan yang terkontrol dan termonitor secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi, jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung tiga unsur penting yaitu the improvement of practice, the improvement of understanding indivdually and collaboratively, and improvement of the situation in which the action takes place.

3. Obeservasi Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi penting yaitu melihat dan mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subyekyang diteliti. Oleh karena itu observasi harus mempuyai beberapa macam unggulan seperti: memiliki orientasi prospektif, dan memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Obeservasi yang intensif dan hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, yang disebapkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi yang flesksibel, dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

4. Reflektif Komponen ke empat adalah langkah reflektif. Komponen ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subyek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Pada kegiatan reflektif ini peneliti berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, issu dan hambatan yang muncul dalam perencanaa dan tritmen yang diberikan kepada subyek. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan issu-issu sekitar yang muncul sebagai konsekeunsi adanya tindakan terencana yang dilakukan dalam penelitian tindakan. Langkah reflektif ini dalam pratis biasanya direalisasi melalui diskusi bersama antara sesama peneliti, seminar antara subyek yang diteliti dan para peneliti atau dengan para partisipan yang lain. Hasil reflektif ini penting untuk melakukaan tiga kemungkinan yang terjadi terhadap perencanaan semula suatu subyek penelitian yaitu diberhentikan, modifikasi atau dilanjutkan ke sikles atau tingkatan atau daur selanjutnya. Disamping itu langkah reflektif juga berguna untuk melakukan peninjauan kembali (reconnaisance), membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian. Secara cross tabel dua dimensi, ke empat langkah tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Empat Langkah dalam Penelitian Tindakan Discourse/diskusi (antara partisipan) Reconstructive 4. Reflektif guna melakukan penilaian atas observasi yang Praktis (dalam konteks sosial) dilakukan 3. Observasi melakukan dokumentasi atas pengaruh tindakan Constructive 1. Rencana yang prospektif terhadap tindakan dan berorientasi ke depan 2. Tindakan melaksanakan kegiatan atas dasar rencana

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

D. Beberapa Model Penelitian Tindakan Dalam perkembangnnya, penelitian tindakan berkembang sesuai dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi obyek penelitian. Ada sedikitnya 4 model penelitian tindakan. Ke empat model tersebut sesuai dengan nama pengembangnya yaitu, Model Kemmis dan Taggart, model Ebbut, Model Elliot dan model McKernan. 8. Model Kemmis Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan ( perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait. Antara langkah satu dengan langkah berikutnya, yang secara singkat akan dapat digambarkan seperti berikut.

Gambar 1. Sikles Model Kemmis 2. Model Ebbut Model ini terdiri atas 3 tingkatan atau daur. Pada tingkat pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan 1, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subyek yang diteliti. Semua efek tersebut dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitor tersebut digunakan sebagai bahan refisi rencana umum tahap ke dua. Pada tingkat ke dua ini, rencana umum hasil revisi dibuat, langkah tindakan dilaksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subyek yang diteliti, selanjutnya dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkat ke tiga. Pada tingkatan ini, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya dilakukan, dokumentasi efek tindakan kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan guna mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

terpecahkan dan tujuan dapat dicapai. Untuk memperoleh gambaran lengkap para pembaca dapat melihat gambar sikles seperti berikut.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

Tigkat 1 Ide awal, Identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat Langkah tindakan Monitoring efek tindakan

Tingkat 2 Revisi rencana umum Langkah Tindakan Monitor efek tindakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkatan 3

Tingkat 3 Revisi ide umum Rencana diperbaiki Langkah tindakan Monitor efek tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan penelitian

Gambar 2. Siklus Model Ebbut 3. Model Elliot Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat yaitu Elliot dan Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis yang dibuat dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya. Pengembangan secara rinci ini mempunyai tujuan utama, agar lebih memudahkan para peneliti dalam melakukan tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut, kemudian digunakan untuk menyusun laporan penelitian.
Monitor Perencanaan Tindakan ke 2 Peninjauan Ide utama

Tindakan 1

Gambar 4. Sikles Model Elliot Dalam penelitian tindakan model eliot ini, setelah ditemukannya ide dan permasalahan yang menyangkut dengan upaya peningkatan di kelas secara pratis,

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

kemudian dilakukan tahapan reconnaisance atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukaan semacam studi kelayakan guna mensinkronkan antara ide utama dan permasalahan yang hidup dan sesuai dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh rencanaan tindakan yang lebih efektif disamping juga dibutuhkan oleh subyek atau siswa yang diteliti. Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapangan, maka tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subyek. Pada akhir tindakan kemudian, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap yang utamnya difokuskan pada efek tindakan yang mungkin berupa faktor-faktor yang memungkinkan keberhasilan dan juga macam-macam hambatan yang disertaidisertai dengan analisis penyebapnya. Atas dasar hasil monitoring tersebut peneliti kemudian dapat menggunakan sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan ke 2 dan seterusnya sampai diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah tujuan telah tercapai dan permasalahan yang telah dirumuskan dapat dipecahkan. 4. Model Mc Kernan Pada model Mc kernan, ide umum telah dibuat lebih rinci yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah, dan tujuan, penilaian kebutuhan subyek,dan dinyatakannya hipoteses atau jawaban sementara terhadap masalah, dalam setiap tingkatan atau daur. Dalam model ini, yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa pada setiap daur tindakan yang ada selalu di evaluasi guna melihat hasil tindakan apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. Jika pada sikles ke dua, ternyata tindakan yang diberikan sudah dapat memecahkan masalah, maka penelitian dapat diakhiri; sebaliknya apabila hasil penelitian belum dapat mencapai tujuan dan memecahkan permasalahaan, maka peneliti dapat masuk pada sikles atau tingkatan berikutnya. Secara diagram, gambaran sikles model McKernan yang telah diuraikan diatas, dapat di lihat seperti berikut.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

10

Daur n Daur 2 Daur 1

Redifinisi Perms. PenetapanHasil 2 Hasil Identifikasi Perms.

Penilaian Kebutuhan Reevaluasi Tindakan 2 Evaluasi Tindakan 1 Penilaian Kebutuhan

Hipoteses Ide Implikasi Tindakan 2 Hipoteses Ide Implikasi Tindakan 1

Tindakan 2 Tindakan 1

Gambar 5. Sikles Model McKernan Kesimpulan 1. Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok orang dalam mengorganisasi suatu kondisi dimana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

11

2. Penelitian tindakan mempunyai minimal tiga keunggulan dibanding dengan penelitian dengan menggunakan metoda laina) peneliti dapat melakukan tanpa meninggalkan tempat kerja, b) peneliti dapat melakukan tritmen yang diberikan pada responden dalam penelitian, c) responden dapat merasakan hasil dari tritmen yang diberikan 3. Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik seperti berikut. a. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari. b. Peneliti dimungkinkan untuk memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti c. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk sikles atau tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif d. Adanya langkah berfikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking ini penting guna melakukan restropeksi terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikiasiya yang muncul pada subyek yang diteliti sebagai akibat adanya tindakan. 4. Ada dua pemikiran kritis umumnya muncul dari keberadaan bentuk penelitian dengan menggunakan metoda tindakan yaitu a) ide yang muncul dari suatu grup dan b) adanya komitmen dari para peneliti terhadap peningkatan subyek yang diteliti menjadi lebih baik 5. Dalam penelitian tindakan , para peneliti perlu mengenal adanya empat komponen penting dalam setiap sikles yaitu plan, act, observe dan reflect (PAOR) yang dilakukan secara intensif dan sestimatis.

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

12

Tugas Penelitian Tindakan Kelas Berikut diberikan contoh nyata tentang proposal penelitian tindakan kelas. Tugas para bapak/ibu widyaiswara adalah menganalisis proposal tersebut dengan mengutamakan pada:
a. Apa komponen proposal dari penelitian tindakan kelas

tersebut?
b. Apakah permasalahan yang hendak dipecahkan ? c. Adakah penelitian tersebut dilakukan secara kolaboratif? d. Adakah sikles dalam peneletian tersebut? Terangkan secara

singkat setiap sikles yang ada.


e. Evaluasi visibilitas keterlaksanaan dari proposal tersebut! f. Kembangkan hasil analasisi ini untuk membuat proposal

penelitian ditempat ibu/bapak bekerja. Prosedur Kelas yang ada, dibagi dalam empat kelompok. Masing masing kelompok menunjuk ketua dan sekretaris. Tugas ketua dan sekretaris adalah memimpin dan mempresentasikan hasil diskusi; dan tugas sekretaris adalah mencatat hasil diskusi sehingga dapat menjadi laporan diklat widyaiswara periode tahun 2006. TERIMAKASIH DAN SELAMAT BERDISKUSI

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

13

Daftar Pustaka Alto dan Sukardi (2000) Training Needs Assessment: Incountry Programme, Incollaboration with Colombo Plan Staf College (CPSC) for Technician Education Manila Phillipines and Directorate of Technical and Vocational Education Jakarta, Indonesia. Manila: Published by CPSC. Burns,A. (1999) Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge: University Press. Kemmis, S and McTaggart, R. (1982) The Action Research Planner. Victoria:Deakin University. McNiff, J. (1992) Action Research: Principles and Practice. London: Routledge Publication Sukardi (2006) Penelitian Kualitatif- Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Usaha Keluarga. Sukardi (2003) Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Sukidin, Basrowi dan Suranto (2002) Manajemen Penelitian Tindakan Kelas Surabaya: Insan Cendekia. ------(2005) Pedoman Penelitian.Yogyakarta: Diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

14

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

15

Disampaikan dalam diklat widyaiswara Dirjen PMP&TK. 26/6/2006 di Jakarta.

16

You might also like