You are on page 1of 109

PEDOMAN UMUM

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TAHUN 2012

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2011

Direktorat Jenderal Hortikultura

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................... BAB I PENDAHULUAN...................................................... A. Latar Belakang ................................................ B. Tujuan dan Sasaran ........................................ C. Ruang Lingkup ................................................ SASARAN, PROGRAM, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2012 ....................................... A. Sasaran .......................................................... B. Program Pengembangan Hortikultura ............... C. Arah Kebijakan ................................................ D. Strategi .......................................................... E. Langkah Operasional ....................................... KEGIATAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2012 ....................................... STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULURA TAHUN 2012 ..................

i iii 1 1 4 5

BAB II

7 7 14 15 18 24

BAB III

27

BAB IV

33

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB V BAB VI

SISTEM PELAPORAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA A. Monitoring dan Evaluasi ................................... B. Pelaporan SIMONEV ........................................ PENUTUP .............................................................. ......................................................................

35 41 41 45 51 53

BAB VII

LAMPIRAN

ii

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembangunan hortikultura telah memberikan sumbangan yang berarti bagi sektor pertanian maupun perekonomian nasional, yang dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB), jumlah rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari sub sektor hortikultura, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga meningkatkan nilai dan volume perdagangan internasional atas produk hortikultura nasional dan ketersediaan sumber pangan masyarakat. Kontribusi sub sektor hortikultura ke depan akan dapat lebih ditingkatkan melalui peningkatan peran dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Hortikultura, bersinergi dengan para pemangku kepentingan lainnya. Pembangunan hortikultura pada berbagai sentra dan kawasan telah difasilitasi pemerintah melalui berbagai program dan kegiatan baik dengan dana dari pusat (APBN) maupun daerah (APBD), serta dukungan dari masyarakat (petani dan swasta). Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

Pengembangan hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi komoditas saja tetapi terkait juga dengan isu-isu strategis dalam pembangunan yang lebih luas. Pengembangan hortikultura merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya; 1) Pelestarian lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2) Menarik investasi skala keci menengah, 3) Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas strategis (cabe merah dan bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan identitas nasional (anggrek, jamu, dll), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6) Menunjang pengembangan sektor pariwisata Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, florikultura dan tanaman obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (ekspor). Usaha agribisnis hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura dan tanaman obat) merupakan sumber pendapatan tunai bagi

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

masyarakat dan petani skala kecil, menengah dan besar dengan keunggulan berupa : nilai jualnya yang tinggi, jenisnya beragam, tersedianya sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Produk hortikultura dalam negeri saat ini telah mampu memasok kebutuhan konsumen dalam negeri melalui pasar tradisional dan pasar moderen serta pasar luar negeri. Ketersediaan sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan ketersediaan sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan. Kondisi ini ternyata belum dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat pembangunan subsektor hortikultura. Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura diantaranya : rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu untuk meningkatkan kontribusi sub sektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan semua pihak secara terintegrasi sesuai tugas dan fungsinya. Penerapan sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, membawa konsekuensi akan pentingnya pengaturan sistem dan

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

mekanisme perencanaan pembangunan yang mengakomodasi semangat reformasi yang lebih demokratis, desentralistik, sinergis, komprehensif dan berkelanjutan. Sistem penganggaran yang lebih responsif diperlukan guna memenuhi tuntutan peningkatan kinerja dalam bentuk hasil pembangunan, kualitas layanan, dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya serta mempermudah pencapaian sasaran program pembangunan pertanian, khususnya subsektor hortikultura secara efektif, efisien, akuntabel dan terukur. Dalam rangka mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan anggaran kinerja subsektor hortikultura dan untuk menselaraskan antara rancangan program dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan serta untuk mengurangi terjadinya perubahan rancangan kegiatan yang semula sudah tersusun, diperlukan suatu acuan pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis hortikultura. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan yang ingin dicapai dari Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 adalah: 1. Memberikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura yang berbasis kinerja. 2. Meningkatkan pemahaman bagi para pelaksana kegiatan dalam menyusun kegiatan dan anggaran berbasis kinerja.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

3. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan hortikultura . 4. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, ketertiban, transparansi serta tanggung jawab bagi pelaksana kegiatan sehingga memudahkan pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengembangan sub sektor hortikultura. Sasaran yang ingin dicapai dari buku Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 adalah: 1. Terlaksananya kegiatan pembangunan sub sektor hortikultura. 2. Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan perencanaan serta pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan sub sektor hortikultura. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup subtansi Pedoman Umum Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 meliputi: Pelaksanaan

1. Sasaran, Program, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 2. Kegiatan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 3. Sistem Pelaporan Keuangan dan Perlengkapan 4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kinerja

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB II SASARAN, PROGRAM, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2012

A. Sasaran Bappenas telah mencanangkan 11 (sebelas) prioritas nasional yang menjadi fokus pembangunan di Indonesia, sektor pertanian masuk ke dalam prioritas ketahanan pangan. Kementerian Pertanian menjabarkan lebih lanjut ke dalam 4 (empat) target utama yang akan dicapai, diantaranya: Swasembada pangan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan kepada petani. Dalam mendukung capaian (4) empat target sukses Kementerian Pertanian maka Direktorat Jenderal Hortikultura menjabarkan lebih detail sasaran yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Hortikultura yang disesuaikan dengan tupoksi unit organisasi dan kepercayaan anggaran yang diberikan. Sesuai dengan nafas pembangunan yang dinamis, pada saat ini peran pemerintah lebih fokus sebagai fasilitator dan dinamisator, dan lebih mendorong peranan swasta dan masyarakat. Sinergi pemerintah dan swasta serta masyarakat akan menghasilkan kinerja berupa peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura di dalam negeri yang aman konsumsi,

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

berdaya saing dan berkelanjutan yang pada gilirannya, melalui sinergi seluruh jajaran pemerintah, akan dicapai tingkat pendapatan yang semakin hari semakin baik, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat juga semakin baik. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal Hortikultura mengalokasikan sejumlah anggaran melalui pola dekonsentrasi bagi Dinas Pertanian Provinsi beserta UPT nya dan dana tugas pembantuan kepada Dinas Pertanian kabupaten/kota. Dana APBN tahun 2012 yang sangat terbatas tersebut, harus digunakan dengan sebaik-baiknya dengan mengacu kepada prinsip efesiensi dan efektivitas agar sasaran pengembangan hortikultura tahun 2012 dapat dicapai. Oleh karena itu, sasaran program pengembangan hortikultura di tahun 2012 adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman konsumsi berdaya saing dan berkelanjutan. Sedangkan sasaran kegiatan per eselon II lingkup Ditjen Hortikultura adalah : 1. Meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan kebun dan penanganan pascapanen buah. 2. Meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan unit usaha dan penanganan pascapanen tanaman florikultura. 3. Meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan lahan usaha dan penanganan pascapanen sayuran dan tanaman obat. 4. Berkembangnya sistem perbenihan hortikultura mendukung pengembangan kawasan hortikultura. dalam

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

5. Terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor hortikultura. 6. Meningkatnya kapasitas manajemen administrasi, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana anggaran serta piranti lunak organisasi pengembangan produksi hortikultura. Secara rinci target produksi dan kinerja hortikultura disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. pengembangan

Tabel 1. Target Produksi Hortikultura Tahun 2012 KOMODITAS a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Buah Jeruk (ton) Mangga (ton) Manggis (ton) Durian (ton) Pisang (ton) Buah Pohon dan Perdu lainnya (ton) Buah Semusim dan Merambat (ton) Buah Terna lainnya (ton) Total Buah (ton) 2.138.688 2.351.473 102.361 766.150 6.399.335 3.705.287 762.001 2.445.805 18.671.100 PRODUKSI

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

KOMODITAS b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) c. 1) 2) 3) d. 1) 2) 3) 4) 5) Sayuran Cabe (ton) Bawang Merah (ton) Kentang (ton) Jamur (ton) Sayuran Umbi lainnya (ton) Sayuran Daun (ton) Sayuran Buah lainnya (ton) Total Sayuran (ton) Tanaman Obat Temulawak (ton) Tanaman Obat Rimpang lainnya (ton) Tanaman Obat Non Rimpang (ton) Total Tanaman Obat (ton) Tanaman Florikultura Anggrek (Tangkai) Krisan (Tangkai) Tan. Hias Bunga dan Daun lainnya (tangkai) Tan. Pot dan Tan. Taman (pohon) Tan. Bunga Tabur (melati) (kg)

PRODUKSI 1.423.500 1.122.000 1.128.100 67.100 494.600 3.313.100 4.043.500 11.591.900 28.903 351.636 73.625 454.200 14.948.699 201.368.750 215.205.222 15.711.863 23.943.123

10

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

Tabel 2.

Target Kinerja Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 *) Kegiatan/Indikator Target 2012

No I.

II.

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan A. Pengembangan Kawasan Tanaman Buah (Ha) B. Pengembangan Registrasi Kebun Tanaman Buah (Kebun) C. Perbaikan Mutu Pengelolaan Kebun Tanaman Buah (Klp) D. Perbaikan Mutu Pengelolaan Pascapanen Tanaman Buah (unit) E. Pengembangan Registrasi Packing House (packing house) F. Peningkatan Jumlah Kelembagaan Usaha Tanaman Buah (Lembaga) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Florikultura Berkelanjutan A. Pengembangan Kawasan Florikultura (M2) B. Pengembangan Registrasi Unit Usaha Tanaman Florikultura (Lahan Usaha) C. Perbaikan Mutu Pengelolaan Unit Usaha Tanaman Florikultura (Klp) D. Perbaikan Mutu Pengelolaan Pascapanen Florikultura (unit) E. Peningkatan Jumlah Kelembagaan Usaha Tanaman Florikultura (Lembaga)

8.041 810 418 162 26 253

354.850 26 139 148 99

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

11

Direktorat Jenderal Hortikultura

No III.

Kegiatan/Indikator Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan A. Pengembangan Kawasan Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (Ha) B. Pengembangan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (Lahan Usaha) C. Perbaikan Mutu Pengelolaan Lahan Usaha Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (Klp) D. Perbaikan Mutu Pengelolaan Pascapanen Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (unit) E. Pengembangan Registrasi Packing House (packing house) F. Peningkatan Jumlah Kelembagaan Usaha Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat (Lembaga) Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura A. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Sayuran Bermutu (Kg) B. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Florikultura Bermutu (Benih) C. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Obat Bermutu (Kg) D. Peningkatan Ketersediaan Benih Tanaman Buah Bermutu (Batang) E. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perbenihan Hortikultura (lembaga)

Target 2012

5.148 630 278 470 9 274

IV.

467.292 10.143.982 10.737 929.860 133

12

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan/Indikator F. Peningkatan Kapasitas Lab Perbenihan Hortikultura (unit) Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura. A. Peningkatan pengelolaan OPT (kali) B. Pengelolaan Dampak Perubahan Iklim (Rekomendasi) C. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perlindungan Tanaman Hortikultura (unit) D. Peningkatan Kapasitas Lab. Perlindungan Tanaman Hortikultura. (unit) E. Peningkatan Pemenuhan Persyaratan Teknis SPS mendukung Ekspor Produk Hortikultura (Draft Pest List) F. Pengembangan SLPHT (Klp) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura A. Pelayanan Manajemen (Bulan) B. Pengelolaan Laporan (Laporan) C. Pengelolaan Dokumen (Dokumen) D. Pemberdayaan LM3 (Lembaga) E. Pemberdayaan Konsorsium Hortikultura (Kelompok PMD)

Target 2012 427

V.

1.074 65 169 164 13 540

VI.

12 695 173 80 220

*) Keterangan : Data POK/DIPA Tahun 2012

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

13

Direktorat Jenderal Hortikultura

B. Program Pengembangan Hortikultura Sesuai dengan Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, maka Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai satu program yaitu Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan Secara ringkas program dan kegiatan prioritas Direktorat Jenderal Hortikultura disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Program dan Kegiatan Utama Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012 KODE 018.04.07 PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Florikultura Berkelanjutan. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Hortikultura

1769 1770 1771

1772 1773 1774

14

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

C. Arah Kebijakan Arah kebijakan pengembangan hortikultura mengacu pada arah kebijakan pengembangan pertanian yang diselaraskan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura. Adapun arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri (konsumsi, industri dan substitusi impor) dan meningkatkan ekspor melalui penerapan GAP/SOP, penerapan PHT, GHP, perbaikan kebun, penerapan teknologi maju, penggunaan benih bermutu varietas unggul. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk hortikultura melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana budidaya dan pascapanen hortikultura. Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura melalui revitalisasi Balai Benih, penguatan kelembagaan penangkar, penataan Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT), meningkatkan kapasitas kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura Peningkatan peran swasta dalam membangun industri perbenihan Pemberdayaan petani/pelaku usaha hortikultura melalui bantuan sarana, sekolah lapang, magang, studi banding dan pendampingan.

2.

3.

4. 5.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

15

Direktorat Jenderal Hortikultura

6.

Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik, somatik embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pascapanen serta pengolahan hasil; Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap pasar modern, pasar ekspor melalui pembenahan manajemen rantai pasokan, pembenahan rantai pendingin, kemitraan usaha. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap permodalan bunga rendah seperti Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)/Corporate Social Responsibility (CSR), Skim kredit bersubsidi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), skim kredit penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta bantuan sosial seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Penggerak Membangun Desa (PMD). Mendorong investasi hortikultura melalui fasilitasi investasi terpadu, promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim usaha yang kondusif melalui pengembangan dan penyempurnaan regulasi.

7.

8.

9.

10. Pembangunan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait. 11. Promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta

16

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh Food & Agriculture Organitation (FAO). 12. Peningkatan keseimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu melalui pengembangan SLPHT, pengembangan agen hayati, mitigasi dampak iklim. 13. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasmanutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi. Penanganan pascapanen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. 14. Berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional. 15. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis hortikultura. 16. Pengembangan kelembagaan yang dapat membantu petani/ pelaku usaha dalam mengakselerasi pertumbuhan agribisnis hortikultura. 17. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel, tranparansi, disiplin anggaran, efisien dan efektif, pencapaian indikator kinerja secara optimal.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

17

Direktorat Jenderal Hortikultura

D. Strategi 1. Pengembangan Kawasan/Penataan Kebun Tujuan pengembangan kawasan hortikultura adalah (1) Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu, (2) Mengembangkan keanekaragaman usaha hortikultura yang menjamin kelestarian fungsi dan manfaat lahan, (3) Menciptakan lapangan kerja, (4) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan, (5) Meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara, maupun kesejahteraan, kualitas hidup, kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat petani, dan (6) Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat disekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya. Manfaat dari pengembangan kawasan hortikultura diantaranya: (1) mempermudah penanganan berbagai komoditas hortikultura secara terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristiknya, (2) Membuka kesempatan semua komoditas hortikultura yang penting di suatu kawasan ditangani secara proposional serta mengurangi keinginan daerah menangani komoditas prioritas nasional yang tidak sesuai untuk daerahnya, (3) Menjadi wahana bagi pelaksana desentralisasi pembangunan secara nyata dengan pembagian dan keterkaitan fungsi antar tingkatan pemerintah secara lebih proporsional, (4) Mendorong sinergi dari berbagai sumberdaya, dan (5) memberikan insentif bagi para

18

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

pelaksana di kabupaten, (6) mempercepat pertumbuhan pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya sektorsektor usaha terkait (Backward and forward linkages). 2. Perbaikan Mutu Produk Perbaikan mutu produk akan difokuskan pada penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dan GHP (Good Handling Practices), registrasi kebun/lahan usaha, registrasi packing house dan penerapan teknik budidaya yang ramah lingkungan. Penerapan GAP melalui Standard Operation Procedure (SOP) yang spesifik lokasi, spesifik komoditas dan spesifik sasaran pasarnya, dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan petani agar memenuhi persyaratan konsumen dan memiliki daya saing tinggi bagi produk-produk tertentu, dibandingkan dengan produk padanannya dari luar negeri. Penerapan GAP di Indonesia didukung dengan telah terbitnya Peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/OT.140/10/2009, tanggal 19 Oktober 2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices For Fruit and Vegetable). Dengan demikian penerapan GAP oleh pelaku usaha/ petani mendapat dukungan legal dari pemerintah pusat maupun daerah.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

19

Direktorat Jenderal Hortikultura

Tujuan dari penerapan GAP/SOP diantaranya; (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas, (2) Meningkatkan mutu hasil hortikultura termasuk keamanan konsumsi, (3) Meningkatkan daya saing, (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, (5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, (7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, (8) Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen, sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan, produktivitas tinggi, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing. Beberapa kegiatan dalam rangka mendukung perbaikan mutu produk meliputi : fasilitasi sarana panen, sarana pascapanen, rantai pendingin dan sarana penyimpan dan distribusi. Disamping itu perlu pembandingan (benchmarking) standar berupa sistem produksi berbasis GAP dan standar mutu produk dengan negara tujuan ekspor. 3. Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman Penguatan sistem perlindungan tanaman akan diarahkan dalam rangka pengembangan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) skala luas (Area Wide Integrated Pest

20

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

Management/IPM, Area Low Pest Prevalance/ALPP untuk lalat


buah), pengembangan agro klinik, pengembangan Musuh Alami dan Agens Hayati, pengembangan Biopestisida serta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). 4. Penguatan Sistem Perbenihan Penguatan sistem perbenihan akan diarahkan dalam rangka pengembangan sistem perbenihan yang murah, tepat waktu dan mudah dijangkau petani. Penguatan kelembagaan terdiri dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan Balai Benih Hortikultura (BBH). Penguatan sistem perbenihan juga difokuskan pada revitalisasi balai benih melalui penyediaan benih sumber sesuai dengan masterplan pengembangan kawasan dan koleksi varietas serta pembinaan penangkar, asoasi penangkar, koperasi penangkar dan perusahaan benih lokal. 5. Penguatan Kelembagaan Kelembagaan usaha sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan tawar petani di dalam rantai pasokan. Untuk itu perlu dibangun kelembagaan yang mampu memperkuat kerjasama antara kelompok tani/Gapoktan ataupun kerjasama antar pedagang. Integrasi vertikal merupakan kerjasama antara pelaku usaha dalam segmen yang berbeda, yaitu antara kelompok tani dengan pedagang, termasuk di

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

21

Direktorat Jenderal Hortikultura

dalamnya kerjasama tri-partite pedagang dan asosiasi.

antara

kelompok

tani,

Untuk meningkatkan daya tawar petani dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha diperlukan pembentukan dan pengaktifan kelompok-kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Keberadaan gabungan kelompok tani juga akan memudahkan dalam mensosialisasikan, menerapkan teknologi dan mengakses pembiayaan, dengan demikian skala usaha menjadi lebih besar dan ekonomis. Pemberdayaan kelompoktani dan Gapoktan diarahkan pada peningkatan kemampuan agribisnis secara keseluruhan, sehingga tidak terfokus pada aspek budidaya saja. 6. Penanganan Pascapanen komoditas hortikultura adalah bersifat volumunios (membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak), sehingga dibutuhkan penanganan pascapanen yang cepat dan tepat. Hal utama yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan hasil. Hal ini disebabkan antara lain penanganan pascapanen produk hortikultura yang masih dilakukan secara tradisional atau konvensional dibandingkan kegiatan pra panen. Terlihat bahwa masih rendahnya penerapan teknologi, sarana panen/pascapanen yang terbatas, akses informasi dalam penerapan teknologi dan sarana pascapanen juga terbatas Karakteristik

22

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

sehingga menjadi kendala dalam peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani/pelaku usaha. Penanganan pascapanen hortikultura secara umum bertujuan untuk memperpanjang kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang dilaksanakan melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik. 7. Akselerasi Akses Pembiayaan dan Kemitraan Akselerasi akses pembiayaan akan diarahkan dalam rangka fasilitasi kemudahan mendapatkan akses skim kredit seperti KKPE, KUR. Disamping itu juga diberikan fasilitasi penguatan/modal usaha bagi LM3 dan kelompok binaan PMD tetap menjadi perhatian terutama dalam mendukung penguatan modal pengembangan usaha agribisnis hortikultura. Penguatan kemitraan juga akan tetap dibangun dengan membangun program CSR dari perusahaan swasta dan BUMN. 8. Pemasyarakatan Produk Hortikultura Pemasyarakatan produk hortikultura dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi produk hortikultura nasional. Pemasyarakatan merupakan investasi jangka panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan pada periode mendatang. Kegiatan pemasyarakatan hortikultura akan dilakukan secara

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

23

Direktorat Jenderal Hortikultura

berkelanjutan sehingga diharapkan mendorong pelaku usaha dalam pengembangan hortikultura. E. Langkah Operasional

motivasi

Beberapa langkah operasional untuk pengembangan hortikultura yang dilaksanakan adalah :


a. Pengembangan kawasan perkotaan, untuk lebih mendekatkan

lokasi pengembangan (seperti kawasan kota/pekarangan) hortikultura dengan konsumen.


b. Kerjasama petani dengan swasta untuk percepatan perluasan

areal tanaman semusim (melon, semangka) untuk memenuhi permintaan ekspor.


c. Pengembangan kawasan sentra, dengan membentuk skala

luasan ekonomis minimal 50 ha per kecamatan, terutama komoditas sayuran (bawang merah, cabai) dan buah-buahan (manggis, jeruk, durian, alpukat, dll), terutama di agroekosistem yang memungkinkan untuk produksi di masa off season.
d. Peningkatan investasi swasta, melalui ekspansi usaha (HGU)

dan kemitraan petani baik dengan swasta maupun BUMN.


e. Perbaikan mutu produk, antara lain melalui penerapan GAP

serta GHP, penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan, fasilitasi sarana panen dan pascapanen.
f. Penguatan sistem perlindungan tanaman, melalui pengem-

bangan penerapan PHT, antara lain dengan memperkuat

24

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

surveillance

dengan dukungan teknologi informasi, pengembangan agroklinik, fasilitasi sarana laboratorium.

g. Penguatan sistem perbenihan melalui peningkatan produksi/

ketersediaan benih yang murah, tepat waktu dan mudah dijangkau petani serta peningkatan kapasitas kelembagaan (BPSB dan BBH).
h. Penguatan

kelembagaan, antara lain melalui perbaikan manajemen kelembagaan petani (gapoktan, asosiasi, koperasi) dan pemberdayaan. dan industri pengolahan.

i. Fasilitasi kemitraan dengan eksportir, pemasok pasar modern j. Akselerasi akses pembiayaan melalui

kredit khusus (KKPE, KUR) dan meningkatkan peran swasta untuk investasi hortikultura.

k. Fasilitasi bantuan peralatan pascapanen dan penataan rantai

distribusi berupa peralatan pascapanen (rak kemasan, alat petik, mobile cooling box, gerobak, copper).
l. Pengaturan pola produksi terutama sayuran utama (cabe dan

bawang merah).
m. Pemasyarakatan produk hortikultura nasional melalui media

cetak dan elektronik, pameran dan gerakan konsumsi buah dan sayur.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

25

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB III KEGIATAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA TAHUN ANGGARAN 2012

Pengembangan hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi juga terkait dengan isu-isu strategis dalam pembangunan yang lebih luas lagi. Sejalan dengan sasaran yang ingin dicapai dan untuk mendukung pembangunan hortikultura berkelanjutan, maka pada tahun anggaran 2012 telah dialokasikan dana pembangunan melalui 6 (enam) kegiatan dengan rincian sebagai berikut :

1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan (Kode 1769)
Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka : pengembangan kawasan tanaman buah, pengembangan registrasi kebun, perbaikan mutu pengelolaan kebun tanaman buah, perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman buah, pengembangan registrasi packing house dan peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman buah. Sasaran dari kegiatan ini adalah : meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan kebun tanaman buah dan penanganan pascapanen buah.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

27

Direktorat Jenderal Hortikultura

Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Pengembangan kawasan tanaman buah (ha), b) Pengembangan registrasi kebun tanaman buah, c) Perbaikan mutu pengelolaan kebun tanaman buah, d) Perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman buah, e) Pengembangan registrasi packing house, f) Peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman buah.

2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk


Tanaman Florikultura Berkelanjutan (Kode 1770) Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka pengutuhan kawasan tanaman florikultura, pengembangan registrasi unit usaha, perbaikan mutu pengelolaan unit usaha, perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman florikultura, dan peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman florikultura. Sasaran dari kegiatan ini adalah : meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan lahan usaha dan penanganan pascapanen tanaman florikultura. Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Pengembangan kawasan tanaman florikultura, b) Pengembangan registrasi unit usaha tanaman flrorikultura, c) Perbaikan mutu pengelolaan unit usaha tanaman florikultura, d) Perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman florikultura, e) Peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman florikultura.

28

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk


Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan (Kode 1771) Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat, pengembangan registrasi, perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat, perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman sayuran dan tanaman obat, pengembangan registrasi packing house dan peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat. Sasaran dari kegiatan ini adalah : meningkatnya luas areal, perbaikan pengelolaan lahan usaha dan penanganan pascapanen sayuran dan tanaman obat. Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat, b) Pengembangan registrasi lahan usaha tanaman sayuran dan obat, c) Perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat, d) Perbaikan mutu pengelolaan pascapanen sayuran dan tanaman obat, e) Pengembangan registrasi packing house, f) Peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

29

Direktorat Jenderal Hortikultura

4. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura (Kode


1772) Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, benih tanaman florikultura bermutu, benih tanaman obat bermutu, benih tanaman buah bermutu, peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura dan peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan hortikultura. Sasaran dari kegiatan ini adalah : berkembangnya sistem perbenihan hortikultura dalam mendukung pengembangan kawasan hortikultura. Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Peningkatan ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, b) Peningkatan ketersediaan benih tanaman florikultura bermutu, c) Peningkatan ketersediaan benih tanaman obat bermutu, e) Peningkatan ketersediaan benih tanaman buah bermutu, e) Peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan hortikultura, f) Peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan hortikultura.

5. Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman


Hortikultura (Kode 1773) Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka peningkatan pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pengelolaan dampak perubahan iklim, peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura,

30

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

peningkatan kapasitas laboratorium perlindungan tanaman hortikultura, peningkatan pemenuhan persyaratan teknis Sanitary and Phyto Sanitary (SPS) mendukung ekspor produk hortikultura dan pengembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT). Sasaran dari kegiatan ini adalah : terkelolanya serangan OPT dalam pengamanan produksi hortikultura dan terpenuhinya persyaratan teknis yang terkait dengan perlindungan tanaman dalam mendukung ekspor produk hortikultura. Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Peningkatan pengelolaan OPT, b) Pengelolaan dampak perubahan iklim, c) Peningkatan kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura, d) Peningkatan kapasitas laboratorium perlindungan tanaman hortikultura, e) Peningkatan pemenuhan persyaratan teknis SPS mendukung ekspor produk hortikultura, f) Pengembangan SLPHT.

6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada


Direktorat Jenderal Hortikultura (Kode 1774) Tujuan dari kegiatan ini adalah fasilitasi dalam rangka pelayanan manajemen, pengelolaan laporan, pengelolaan dokumen, pemberdayaan LM3 dan pemberdayaan konsorsium hortikultura/PMD. Sasaran dari kegiatan ini adalah : meningkatnya kapasitas manajemen administrasi, sumberdaya manusia, sarana dan

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

31

Direktorat Jenderal Hortikultura

prasarana anggaran serta piranti pengembangan produksi hortikultura.

lunak

organisasi

Indikator output dari kegiatan ini adalah: a) Pelayanan manajemen, b) Pengelolaan laporan, c) Pengelolaan dokumen, e) Pemberdayaan LM3, e) Pemberdayaan konsorsium hortikultura/PMD. 6 (enam) kegiatan dari Ditjen Hortikultura di atas, secara rinci diimplementasikan ke dalam beberapa rangkaian kegiatan dalam mendukung kinerja Ditjen Hortikultura. Adapun Agenda Nasional kegiatan Ditjen Hortikultura tahun 2012 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.

32

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB IV STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULURA TAHUN 2012

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2012 merupakan tahun ke tujuh dari pelaksanaan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengatur pola penganggaran terpadu (unified budget) dan berbasis kinerja (performance budget). Implementasi anggaran terpadu berbasis kinerja dimaksud harus didasarkan pada capaian indikator kinerja sehingga program pembangunan hortikultura dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel. Kegiatan pembangunan hortikultura di daerah di stimulasi oleh APBN yang dibagi ke dalam dua pola yaitu pola dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan. Pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi tanaman hortikultura tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan tugas dari pemerintah pusat. Anggaran dekonsentrasi untuk tahun 2012 dilaksanakan oleh 33 satker pada pertanian propinsi . Sedangkan pembiayaan dengan anggaran Tugas Pembantuan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat fisik dan sebagian non fisik yang dilaksanakan oleh dinas yang membidangi

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

33

Direktorat Jenderal Hortikultura

tanaman hortikultura tingkat kabupaten/kota. Anggaran tugas pembantuan untuk tahun 2012 dilaksanakan oleh 150 satuan kerja (satker) pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan 27 Dinas Pertanian Provinsi. Mengacu kepada kebijakan Kementerian Pertanian mengenai efisiensi jumlah Satker pada dinas pertanian kabupaten/kota serta kemampuan sumber daya manusia (SDM) di beberapa Dinas Pertanian kabupaten/kota dalam melaksanakan DIPA, maka Direktorat Jenderal Hortikultura di TA 2012 menetapkan bahwa kabupaten/kota yang mendapatkan dana Tugas Pembantuan (TP) diatas Rp. 750 juta merupakan satker tersendiri, sedangkan di bawah Rp. 750 juta akan dialokasikan menjadi TP provinsi. Anggaran TP di Provinsi dalam pelaksanaannya harus mengedepankan koordinasi antara dinas pertanian di tingkat kabupaten dan kota yang mendapatkan alokasi tersebut.

34

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB V SISTEM PELAPORAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN

Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan Undang-undang RI Nomor : 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor : 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER.51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, maka perlu dibuat suatu mekanisme dan peraturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintahan Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan. SAI dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dengan memproses transaksi keuangan yang meliputi arus uang maupun barang. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN). SAK dilaksanakan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sedangkan SIMAKBMN sebagai pertanggungjawaban pengelolaan Barang Milik Negara. Disamping mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran/ barang yang berada dalam tanggung jawabnya, Menteri/Pimpinan

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

35

Direktorat Jenderal Hortikultura

Lembaga juga melaporkan penggunaan dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dialokasikan kepada daerah dan/atau desa. Gubernur, bupati atau walikota mengusulkan daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan mendapatkan alokasi dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan kepada Kementerian Negara/Lembaga untuk ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang. SKPD selanjutnya akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan dana Dekonsentrasi kepada Kementerian Negara/Lembaga melalui Gubernur. Pertanggungjawaban pelaksanaan Dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan dilakukan terpisah dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara (BMN). Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit akuntansi sesuai dengan hirarki organisasi, baik untuk pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan maupun pengelolaan barang. Unit akuntansi pengelolaan keuangan/barang terdiri dari : 1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) UAPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga penanggungjawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga. 2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA/B) EI)

36

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

UAPPA/B EI merupakan unit akuntansi pada tingkat Eselon I penanggungjawabnya adalah Pejabat Eselon I. 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B W) UAPPA/B W merupakan unit akuntansi yang berada pada tingkat Kantor Wilayah atau unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA/B W, penanggungjawabnya adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Unit Kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA/B W, untuk UAPPA/B W Dekonsentrasi penanggungjawabnya adalah Gubernur sedangkan untuk UAPPA/B W Tugas Pembantuan penanggungjawabnya adalah Bupati atau Walikota sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah melalui kementerian negara/lembaga. Dalam hal ini untuk Kementerian Pertanian BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) ditunjuk sebagai sekretariat wilayah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 41/Permentan OT.140/9/2008. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas UAPPA/B-W maka ditetapkan organisasi dan tata kerja yang dalam pelaksanaan kegiatan laporan keuangan tersebut menerima dari seluruh dana dari bagian anggaran (BA) 018 (Kementerian Pertanian), BA 069 (Belanja Lain-lain) 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B) UAKPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat satuan kerja (Kuasa Pengguna Anggaran/Barang) yang memiliki wewenang menguasai anggaran/barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penanggung jawab UAKPA/B adalan kepala satuan kerja.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

37

Direktorat Jenderal Hortikultura

Untuk UAKPA/B Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan penanggungjawabnya adalah kepala SKPD. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi, dapat dilihat pada Gambar 2. SAK dan SIMAKBMN yang mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Keuangan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dapat dilihat pada Lampiran 3.

38

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG

DPR

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


LKKL Wilayah/ Provinsi Eselon 1
LRA Neraca CaLK

Satker KL

Satker BLU

Presiden
LKPP:
KONSOLIDASI Kanwil DJPB Dit APK-DJPB

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

KPPN/Dit PKN

BUN
Penerusan Pinjaman Transfer ke Daerah Badan Lainnya y Belanja Subsidi & Belanja Lain-lain a a Transaksi Khusus

LRA Neraca LAK CaLK

Utang & Hibah

Investasi Pemerintah

LKBUN
Lap. Arus Kas LRA Neraca CaLK

BPK

MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA

Sistem Akuntansi BUN

Direktorat Jenderal Hortikultura

Gambar 2. Mekanisme Pelaporan Sistem Akuntansi Instansi

39

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA

A. Monitoring dan Evaluasi Prosedur monitoring dan evaluasi (monev) mengacu pada hierarki sistem Monev, dimana hierarki yang lebih tinggi melakukan monitoring dan evaluasi kepada hierarki di bawahnya secara berjenjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat perkembangan kegiatan, mengamati permasalahan dan hambatan yang dihadapi, juga dalam rangka menyatukan sistem kepemerintahan yang baik dan akuntabel mengenai pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran. Hierarki sistem monitoring dan evaluasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

41

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAPPENAS

Nasional

Kementerian Pertanian

Sektor/program

Unit Eselon I

Sub-sektor/Subprogram

Kegiatan (Provinsi) Kegiatan (Kabupaten/Kota)

Program/kegiatan

Program/Kegiatan

Keterangan :

= Monev

= Laporan

Gambar 3. Hierarki Sistem Monitoring dan Evaluasi Dalam pelaksanaan program lingkup Ditjen Hortikultura, monitoring dan evaluasi punya peranan penting antara lain: 1) memberikan informasi dan gambaran keberhasilan/kegagalan dan kinerja program dan institusi, 2) bahan pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan, 3) bahan rujukan perencanaan, alokasi anggaran dan kegiatan serta penyusunan

42

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

kebijakan, 4) sebagai bahan referensi untuk perbaikan, tindaklanjut perbaikan pelaksanaan kegiatan, 5) sebagai referensi pelaksanaan kegiatan sejenis di tempat lain (analogi). Dengan demikian kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan merupakan hal penting untuk menjamin kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan pedoman yang ditetapkan, penggunaan input sesuai dengan keperluan dan dilaksanakan sesuai jadwal, sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai. Dengan monitoring dan evaluasi maka diharapkan dapat diketahui : 1). Pencapaian kinerja, 2). Output, outcome dan keberhasilan program dan kegiatan, 3). Gambaran potensi pengembangan, dan 4). Permasalahan yang dihadapi. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan metode seperti : kunjungan lapang, wawancara, serta melakukan pengkajian terhadap laporan dan hasil pelaksanaan. Kajian dan analisis dilakukan terhadap perkembangan kegiatan, capaian pemanfaatan dana dan fisik kegiatan, manfaat dan dampak, permasalahan serta kendala yang dihadapi. Hasil monitoring dan evaluasi akan disajikan dalam bentuk laporan monitoring dan evaluasi. Pelaksana kegiatan juga diwajibkan menyusun laporan sesuai SK Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas No. 120/KET/7/1994 tentang Sistem Pemantauan dan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan-Kegiatan Pembangunan dan laporan insidentil bilamana diperlukan. Jadwal penyampaian laporan dapat dilihat pada Gambar 4.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

43

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAPPENAS

Nasional (tgl 25 bulan berikutnya)

Sekjen Kementerian Pertanian (Biro yg Membidangi Monev)

Sektor/program (tgl 20 bulan berikutnya)

Unit Eselon I

Sub-sektor/Sub-program (tgl 15 bulan berikutnya) Kompilasi Kegiatan Dana TP (tgl 10 bulan berikutnya) Kegiatan Dana Dekonsentrasi (tgl 5 bulan berikutnya)

SKPD Provinsi

SKPD Kab/Kota

Kegiatan Dana TP (tgl 5 bulan berikutnya)

Gambar 4. Hierarki dan Jadwal Penyampaian Laporan Pelaksanaan monitoring dan evaluasi oleh petugas pusat ke daerah (terutama pemantapan pelaksanaan kegiatan dari Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan dilakukan secara intensif.

44

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dinas Pertanian di provinsi dan kabupaten/kota juga diminta melakukan monitoring dan evaluasi ke daerah binaannya, serta menyampaikan laporannya. B. Pelaporan SIMONEV Dalam melaksanakan program pengembangan agribisnis hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura secara berkala harus menyampaikan laporan perkembangan, kinerja keberhasilan, masalah dan hambatan ke Menteri Pertanian, Presiden, DPR dan Publik. Oleh karena itu, penyiapan laporan perkembangan kegiatan dan kinerja pelaksanaan program pengembangan agribisnis hortikultura harus dilakukan secara berkala dengan konsisten. Pelaporan hasil kegiatan program dan anggaran kinerja ini, merupakan suatu bentuk penyampaian informasi dari serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan sampai pada akhir pelaksanaan. Melalui laporan itu juga akan dapat dilihat sejauhmana tingkat keberhasilannya. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No: 31/2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. Hal ini dirumuskan dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Selanjutnya dalam pelimpahan pengelolaan anggaran dana

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

45

Direktorat Jenderal Hortikultura

dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan ke gubernur, bupati dan walikota, masalah ini juga ditegaskan lagi. Oleh karena itu penyampaian laporan harus menjadi perhatian serius bagi satker pengelola anggaran pembangunan hortikultura di daerah. Berdasarkan Surat Edaran (SE) tersebut maka tata cara, waktu dan format pelaporan kinerja kegiatan APBN diatur sebagai berikut : 1. SKPD Kabupaten/Kota dengan menggunakan data Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) menyusun dan menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian (termasuk hortikultura) dalam rangka pengelolaan dan tanggung jawab pelaksanaan Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota kepada Dinas lingkup Pertanian Provinsi yang tugas dan kewenangannya sama, dengan menggunakan Formulir A sebagaimana yang terdapat dalam lampiran PP RI No 39 tahun 2006 yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV, dan menyampaikan copy file data ke Eselon I terkait (dalam hal ini Ditjen Hortikultura). Laporan disusun setiap bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan. Laporan kinerja berisi tentang realisasi keuangan dan fisik kegiatan utama dalam kegiatan pengembangan hortikultura. Laporan Simonev disusun oleh petugas Sekretariat Dinas yang menangani pelaporan dan berkoordinasi dengan bidang yang

46

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

menangani hortikultura dan Pejabat Pembuat Komitmen (PKK). 2. Kepala SKPD Provinsi dengan menggunakan data SP2D menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan APBN Pembangunan Pertanian (termasuk Hortikultura) dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab dana Dekonsentrasi (termasuk BPSBTPH dan BPTPH) dan Tugas Pembantuan Provinsi kepada Eselon I terkait dengan menggunakan Formulir A sebagaimana yang terdapat pada lampiran PP RI No 39 Tahun 2006, yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV, dan menyampaikan copy file data ke Eselon I terkait. Laporan disusun setiap bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan. 3. Kepala SKPD Provinsi disamping menyampaikan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan APBN Pembangunan Pertanian (termasuk Hortikultura) sebagaimana diatur dalam butir (2) diatas juga menyampaikan Laporan Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Kegiatan APBN Pembangunan Pertanian dalam rangka pengelolaan dan tanggung jawab dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota setelah menerima laporan dari kabupaten/kota di lingkup provinsi sebagaimana diatur dalam butir(1). Laporan disusun setiap bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Eselon I

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

47

Direktorat Jenderal Hortikultura

terkait dengan menggunakan Formulir B sebagaimana yang terdapat pada lampiran PP RI No 39 tahun 2006. 4. Kepala unit kerja pusat (Eselon II dan unit kerja pusat di daerah) berdasarkan SP2D menyusun dan menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian dalam rangka pelaksanaan pengelolaan APBN dan kegiatan di daerah sesuai tugas dan fungsi binaan masing-masing kepada Eselon I dengan menggunakan formulir A sebagaimana yang terdapat pada lampiran PP RI. No. 39 tahun 2006 yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software Simonev, dan menyampaikan copy file data. Laporan disusun setiap bulan dan disampaikan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan. 5. Kepala unit organisasi (Eselon I) menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pertanian dalam rangka pelaksanaan Pengelolaan Dana APBN masing-masing Eselon I kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal dengan menggunakan Formulir B sebagaimana yang terdapat pada lampiran PP RI No 39 tahun 2006, dengan aplikasi software SIMONEV. Laporan disusun berdasarkan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Pertanian dari SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur pada butir (3). Laporan disusun setiap bulan dan disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah berakhir bulan yang

48

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

bersangkutan dengan menyertakan copy file data aplikasi simonev. 6. Menteri Pertanian akan menyusun dan menyampaikan laporan Kinerja Pembangunan Pertanian kepada Menteri Negara/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Menteri Keuangan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, disusun setiap triwulan dan disampaikan paling lambat tanggal 14 (empat belas) bulan berikutnya setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan, setelah menerima laporan Kinerja Pembangunan Pertanian dari Eselon I lingkup Kementerian Pertanian sebagaimana diatur pada butir (5). Dalam upaya memudahkan pengisian dan penyampaian laporan, serta mengakomodir beberapa informasi yang diperlukan, maka Biro Perencanaan dan PUSDATIN setiap tahunnya melakukan revisi dan penyempurnaan Format SIMONEV DEPTAN, namun tetap mengacu kepada SE Sekjen 484 / 2007 tersebut.

Software SIMONEV ditetapkan bersama antara PUSDATIN dan


Biro Perencanaan Kementerian Pertanian dan dibahas bersama dengan unit kerja pengelola pelaporan. Selanjutnya dilakukan pelatihan Training of Trainer (TOT) kepada petugas pengelola pelaporan dari masing-masing unit eselon I. Setiap tahun dilakukan perbaikan dan penyempurnaan SIMONEV mengikuti dan mengakomodir perubahan pada perencanaan dan perubahan struktur RKA-KL. Sebelum software SIMONEV

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

49

Direktorat Jenderal Hortikultura

baru (revisi) dirumuskan, maka format pelaporan masih tetap menggunakan format lama yang disesuaikan dengan kondisi yang ada dan tetap dilaporkan secara berkala sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pengiriman laporan SIMONEV dilakukan secara konvensional (melalui surat) ataupun melalui email ke alamat Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, Jl. AUP No. 3, Pasar Minggu, Jakarta Selatan cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan; monevhorti@yahoo.com, simonevhorti@deptan.go.id. Contoh pelaporan SIMONEV versi 2010 dikemukakan pada Lampiran 2.

50

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB VII PENUTUP

Komoditas hortikultura diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi regional yang secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan petani/pelaku bisnis. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang sama tidak hanya pada aparat pertanian, akan tetapi juga pada seluruh pemangku kepentingan. Persepsi ini sangat penting untuk dijadikan landasan dalam memotivasi unsur pemerintah dan masyarakat untuk menggerakkan secara serius upaya pembangunan sub sektor hortikultura secara berkelanjutan. Program dan strategi kebijakan pembangunan hortikultura harus dapat dijadikan sarana untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu diperlukan adanya koordinasi, sinergisme dan sinkronisasi antar sektor dan sub sektor serta pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

51

LAMPIRAN

Direktorat Jenderal Hortikultura

Lampiran 1. Rancangan Agenda Kegiatan Nasional/ Regional T.A. 2012 Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura
Kegiatan 1 Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 dan Koordinasi Perencanaan Tahun 2013 wilayah Barat Peserta Daerah Kadis Provinsi, Kabid Hortikultura,Kepala BPSBTPH, Kepala BPTPH dan Kepala BBI (17 Provinsi) : Aceh, Sumut, Jambi, Riau, Bengkulu, Kep. Riau, Sumbar, Lampung, Sumsel, Babel, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, Kalteng Kadis Provinsi, Kabid Hortikultura,Kepala BPSBTPH, Kepala BPTPH dan Kepala BBI (16 Provinsi) Bali. NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Sulut, Gorontalo, Papua, Papua Barat, Kaltim, Kalsel, Jatim Kabid. Hortikultura, Kabid. Perencanaan Seluruh Indonesia D.I.Y. Mei/Juni Sulawesi Tengah Januari Tempat Sumatera Barat Waktu Februari

Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura Tahun 2012 dan Koordinasi Perencanaan Tahun 2013 wilayah Timur

Koordinasi Perencanaan Pengembangan Hortikultura 2013 (RKAKL awal)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

53

Direktorat Jenderal Hortikultura

Kegiatan 4 Workshop Pemantapan RKA-KL 2013

Peserta Daerah Kabid Hortikultura, Kasubbag Perencanaan Seluruh Indonesia dan Operator RKA-KL (Dinas Provinsi, BPSB, BPTPH) Pejabat/ Petugas yang menangani data hortikultura seluruh Indonesia (Dinas Provinsi, BPS Provinsi) Pejabat/ Petugas yang menangani data hortikultura seluruh Indonesia (Dinas Provinsi, BPS Provinsi) 33 Provinsi Petugas Dinas Pertanian yang menangani SIMONEV 33 Provinsi Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan Satker Penerima Dana Dekonsentrasi Tahun 2012 di 33 provinsi Dinas Provinsi/Petugas yang menangani SAI dan SABMN di Provinsi di 33 provinsi Dinas Provinsi/Petugas yang menangani SAI dan SABMN di 33 Provinsi

Tempat Kalsel

Waktu Oktober

Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura Tahun 2011 Sinkronisasi Angka Tetap Hortikultura Tahun 2011

Jateng

Maret

Banten

Juli

Sosialisasi SIMONEV Hortikultura Apresiasi Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Satker Lingkup Ditjen Hortikultura Workshop Penyusunan Laporan SAI dan SABMN tahun 2011 Semester I Workshop Penyusunan Laporan SAI dan SABMN Semester II

Bogor

April

Batam

April

Jateng

Juli

10

Jabar

Desember

54

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

Kegiatan 11 Apresiasi Bidang Keuangan dan Perlengkapan PF2N HPS Penyelenggaraan Pemberian Penghargaan Workshop Peningkatan Investasi di Bidang Hortikultura E-Learning Course on Global Good Agricultural Practices (GAP) E-Learning Course on Benchmarking for Good Agricultural Practices (GAP) TOT Refreshing

Peserta Daerah Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan Dinas Pertanian Provinsi di 33 provinsi Seluruh Indonesia Seluruh Indonesia Dinas Pertanian Provinsi Penerima Penghargaan Dinas Pertanian Provinsi Sentra Hortikultura

Tempat Makassar

Waktu Maret

12 13 14 15

Sumatera Utara Sumatera Utara Jakarta Jawa Barat

Juni Oktober Oktober Mei

16

Dinas Pertanian Provinsi yang sudah melaksanakan GAP Dinas Pertanian Provinsi yang sudah melaksanakan GAP Petugas data Dinas Pertanian Provinsi seluruh Indonesia Petugas Kabupaten dan LM3 terpilih Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi seluruh Indonesia Petugas Kabupaten dan PMD terpilih

Jakarta

September

17

Jakarta

Oktober

18

Jawa Barat

September

19 20 21

Workshop LM3 Workshop TL LHP Workshop PMD

Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat

April Juni April

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

55

Direktorat Jenderal Hortikultura

2. Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah


No 1 2 3 Kegiatan Fasilitasi Promosi Buah Tropika Nusantara (ITF2) Pekan Flora dan Flori Nusantara PF2N TOT SL-GAP Peserta Daerah 33 Provinsi 33 Provinsi Petugas yang aktif melakukan penerapan GAP dari 15 Provinsi : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Sulawesi Selatan, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat 4 Fasilitasi Pertemuan Pembangunan Kebun Buah Kadis, Kabid Hortikultura (22 Provinsi) : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Banten, NTB, NTT, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, D.I.Y. April Tempat D.I.Y. Medan D.I.Y. Waktu Juni Juni Februari

56

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 5

Kegiatan TOT Petugas Penilai Kebun

Peserta Daerah Petugas yang aktif berpotensi untuk melakukan regitrasi kebun dari 14 Provinsi : Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTT, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, NTB Kadis, Kabid Hortikultura (18 Provinsi) : Sumatera Barat,Sumatera Selatan,Jambi,Bengkulu,Ria u,Kepulauan Riau,Lampung,Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,DIY,Banten,Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur,Kalimantan Timur,Kalimantan Barat,Sulawesi Utara,Sulawesi Selatan Petugas Lapang yang aktif terlibat dalam kegiatan Kebun Buah ASEAN GAP (3 Provinsi, 4 Kabupaten) : Prov Jateng,Kabupaten Karanganyar,Kabupaten Sleman,Prov DIY,Kabupaten Cirebon,Prov Jawa Barat,Kabupaten Bogor

Tempat Bandung

Waktu Februari

Pertemuan Pengembangan Buah Pemasok Perkotaan

Jawa Tengah

Maret

Fasilitasi Pengembangan Kebun Buah ASEAN GAP

D.I.Y.

Mei

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

57

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 8

Kegiatan Sosialisasi Penerapan GAP/ SOP Tanaman Pisang dan Melon (2 paket) -

Peserta Daerah Petugas dan Petani Pesawaran (31 orang) Petugas dan Petani Brebes (31 orang)

Tempat

Waktu

- Lampung -Jawa Tengah

- Oktober - Juni

Ctt: Belanja bahan di RAB, pencetakan disesuaikan dengan judul 9 Workshop Upaya Peningkatan Daya saing Untuk Kebutuhan Pasar Modern (2 paket) Eselon I / II terkait : Direktorat Budidaya dan pascapanen Buah, Sekretariat Ditjen Hortikultura,Badan Karantina Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Ditjen PSP, Ditjen P2HP, Kementerian Perdagangan, Kementerian PU, Kementerian Nakertrans, Dinas Pertanian Jabodetabek Eselon I / II terkait : Direktorat Budidaya dan pascapanen Buah, Sekretariat Ditjen Hortikultura, Badan Karantina Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Ditjen PSP, Ditjen P2HP, Kementerian Perdagangan, Kementerian PU, Kementerian Nakertrans, Dinas Pertanian Jabodetabek, Dinas Pertanian Jawa Barat

DKI Jakarta

Juni

10

Workshop Penyediaan Buah-Buahan Berorientasi Ekspor (2 paket)

DKI Jakarta

Juni

58

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 11

Kegiatan TOT SL Pascapanen

Peserta Daerah Petugas Lapang I (provinsi) : Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumbar, Riau, Lampung, Petugas yang aktif terlibat dalam pascapanen pisang Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Lampung Timur, Cianjur, Kendal, Malang dan Bantul

Tempat Jatim

Waktu Maret

12

Sosialisasi Teknologi Peningkatan Pascapanen Pisang

Jawa Tengah

Maret

16

Sosialisasi Teknologi Penanganan Pascapanen Melon

Petugas yang aktif terlibat dalam pascapanen Melon Provinsi DIY Kabupaten Sragen, Grobogan, Karanganyar, Pekalongan, Kulon Progo dan Blitar Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah Petugas yang aktif terlibat dalam pascapanen tanaman terna Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Subang, Sragen, Sleman, Lampung Timur, Lumajang dan Malang

DIY

Maret

17

Pertemuan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Sosialisasi Teknologi Pascapanen Tanaman Terna

Bogor

Maret

18

Jawa Barat

April

19

TOT Petugas Jaminan Sistem Mutu Buah Indonesia

PPHP, Pusdatin, BKP, Swasta, Petani mangga, manggis, salak dari Sukabumi, Bogor, Garut, DIY

Jabar

Maret

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

59

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 20

Kegiatan Sosialisasi Teknologi Pascapanen Manggis

Peserta Daerah Petani manggis, Balit Pascapanen, PKBT, Bogor, Purwakarta, Tasikmalaya, Sukabumi Anak Sekolah tingkat SD dan Masyarakat Umum

Tempat Jabar

Waktu Mei

21 22 23 24

Gerakan Peningkatan Konsumsi Buah Pemasyarakatan Buah Nusantara Fruit Day Lomba Kebun Buah

Bogor Jakarta Jakarta

Juni Agustus April Desember

23 Provinsi yaitu :NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Banten, NTB, NTT, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, Kepulauan Riau

Jakarta

25

Gelar Buah

Jakarta

Juli

60

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

3. Direktorat Budidaya dan Pasaca Panen Sayuran dan Tanaman Obat


No 1 Kegiatan Sosialisasi Registrasi Online Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat (Wilayah Barat) Peserta Daerah Aceh, Sumut, Riau, Babel, Kepri, Jambi, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Banten, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Kalbar, Kalteng (17 Prov) Jatim, Kaltim, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Maluku, Maluku Utara, Bali, NTB, NTT, Papua, Papua Barat (16 Prov) Prov. Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumut, Sumbar,Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali,NTB, Sulawesi Utara, dan DIY Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Riau, Bengkulu, Lampung, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Banten, NTB, Bali, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sulut, Gorontalo Prov NTB, Kab. Lotim Prov Sulut, Kab. Minahasa Prov Sulsel, Kab. Bantaeng Prov Bali, Kab. Tabanan dan Buleleng Prov Kalbar, Kota Pontianak Prov Jabar, Kab. Cianjur Tempat Bandung Waktu Feb

Sosialisasi Registrasi Online Lahan Usaha Sayuran dan Tanaman Obat (Wilayah Barat)

Surabaya

Maret

Sosialisasi Penerapan GHP Sayuran dan Tanaman Obat

Jatim

April

Evaluasi Penetapan Pola Produksi Sayuran

Bandung

April

Koordinasi Pengembangan Sayuran Organik

Mei Bali

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

61

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan

Peserta Daerah Prov Jatim, Kab. Malang dan Kota Batu Prov Jateng, Kab. Semarang Prov Sumbar, Kab. Agam, 50 Kota, dan Tanah Datar

Tempat

Waktu

Apresiasi Pemandu Lapangan Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat Apresiasi Pemandu Lapangan Penerapan GAP dan GHP Sayuran dan Tanaman Obat

Aceh, Sumut, Riau, Babel, Kepri, Jambi, Sumbar, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Banten, DKI, Jabar, Jateng, DIY Kalbar, Kalteng, Jatim, Kaltim, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Maluku, Maluku Utara, Bali, NTB, NTT, Papua, Papua Barat Petugas dan Petani Banten, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, DKI, Jakarta, Lampung, Bali, NTB 33 Provinsi seluruh Indonesia

Mei Palembang,

Juni Mataram

Koordinasi Kawasan Jamur (festival jamur)

Jabar

Juni

Evaluasi Laporan Kinerja Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat (PF2N) Konsolidasi Pemberdayaan Sayuran, Tanaman Obat dan Pekarangan

Juli Sumut

10

Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Lampung, Petugas dari Provinsi Penerima Dana PMD Sayuran 2011 dan penerima PMD Pekarangan tahun 2012,

Palembang

Juli

62

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 11

Kegiatan Koordinasi Kawasan Sayuran Sumatera Mendukung Ekspor (KASS) Gerakan Makan Sayur

Peserta Daerah Petugas dan Petani , Sumut, Sumbar, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Riau, Kepri, 33 Provinsi (kecuali Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat) Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Riau, Bengkulu, Lampung, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Banten, NTB, Bali, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sulut, Gorontalo

Tempat Batam

Waktu Agustus

12

Sulsel

Oktober

13

Koordinasi Penetapan Pola Produksi Sayuran

DIY

Oktober

4. Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura


No 1 Kegiatan Temu Evaluasi Program Pengembangan Tanaman Florikultura (PF2N) Peserta daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Tempat Medan, Sumatera Utara Juni Waktu

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

63

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan

Peserta daerah Barat, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur

Tempat

Waktu

Apresiasi Peningkatan Kapasitas Pemandu Lapang (PL1, PL2)

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Sulawesi Barat, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur. Jakarta, Kab. Bandung, Kab. Cianjur, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, kota bogor, kota depok, kab. Sukabumi, kab. Bogor, kab. Bandung barat, kota bandung, kab. Bekasi, kab. Magelang, Kab. Wonosobo, Kab. Semarang, Kab. Boyolali, Kab. Pekalongan, Kab. Pemalang, Kab. Tegal, Kota Semarang, Kab. Batang, Kab. Sleman, Kota yogyakarta, Kota Blitar, Kab. Malang, Kab. Pasuruan, Kota batu, Kab. Kediri, Kab. Bangkalan, Kota surabaya, Kota malang, Kota medan, Kab. Agam,

Jawa Tengah

Juni

64

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan

Peserta daerah Kab. Solok, Kota bukit tinggi, Kota padang panjang, Kota padang, Kota payakumbuh, Kab. Kampar, Kota pekan baru, Kota pagar alam, Kota palembang, Kab. Lampung barat, Kota pontianak, Kota balikpapan, Kota samarinda, Kota tomohon, Kota manado, Kota makassar, Kab. Maros, kota palu, Kab. Poso, kab. Gianyar, kab. Karangasem, Kab. Tabanan, Kota denpasar, Kota mataram, kota gorontalo, Kota pangkal pinang, Kab. Bintan, kota Batam, kab. Tangerang, Kota tangerang, Kota tangerang selatan, Kota serang, kab serang, kab. Kepahiang.

Tempat

Waktu

Workshop Pembinaan Kawasan Integrasi Anggrek

Petugas Dinas Pertanian dan pelaku usaha Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur Kab. Magelang, Kab. Wonosobo, Kab. Semarang, Kab. Boyolali Kab. Pasuruan, Kab. Sleman, Kab. Bandung

Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur Jateng

Juni, Agustus

Workshop Pengembangan Kawasan Plasma Ekspor Leatherleaf Workshop Integrasi Krisan

Februari, September

D.I.Y, Bandung

April Nopember

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

65

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan

Peserta daerah Barat, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Wonosobo, Kab. Semarang, Kab. Tabanan, Kota Tomohon

Tempat

Waktu

Konsorsium Melati

Kab. Tegal, Kab. Pemalang, Kab. Pekalongan, Kab. Batang, Kab. Bangkalan Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Jawa Barat

Bangkalan, Semarang Jawa Barat

Februari

Workshop Pengembangan Kawasan Budidaya Tanaman Pot dan Lansekap Temu Koordinasi Pengembangan Kawasan Budidaya Tanamanan Daun dan Bunga Potong Temu Koordinasi Pemulihan Tanaman Krisan Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi (SKR) Pembahasan Roadmap Anggrek Indonesia Workshop Gerbang Ekspor

Juli

Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Kab. Bandung Barat, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Kab. Bogor Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha DIY, Kab. Sleman

Bandung

Maret

DIY

Maret

10

Pelaku Usaha Anggrek Jawa Barat, Jawa Timur, DKI, Banten dan Stakeholder terkait Petugas Dinas Pertanian, PL1, PL2 dan Pelaku Usaha Riau, Kepri dan Sumbar

Jawa Barat

September

11

Riau, Kepri dan Sumbar

Januari, Februari, Maret

66

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 12

Kegiatan Workshop Pembinaan Kawasan Florikultura Tropis Konsorsium Tanaman Daun dan Bunga Potong Fasilitasi Inisiasi Kawasan Kawasan Krisan di Sentra Baru Workshop Pembinaan Kawasan Melati Konsorsium Anggrek Konsorsium Tanaman Pot dan Lansekap Apresiasi Kampung Flori Workshop Teknologi Pascapanen Tanaman Daun dan Bunga Potong Workshop Pengembangan Kawasan Pasca panen Tanaman Pot dan Lansekap.

Peserta daerah Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Bali dan NTB Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Kab. Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat dan Kab. Sleman Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Lampung dan Sumatera Selatan Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Kab. Tegal, Kab. Pemalang, Kab. Pekalongan, Kab. Batang Kaltim, Kalbar, Jatim Pelaku Usaha Jawa Barat, Banten dan DKI Pelaku Usaha Jawa Barat, Banten, DKI, Sumatera Barat dan Bali Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Kab. Bandung Barat, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Kab. Bogor Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Jawa Barat Bali

Tempat

Waktu Maret, Oktober

13

Jawa Barat, DIY

September

14

Lampung

Mei, Juli

15

Jateng

Mei

16 17

Jabar Jawa Barat

April Februari

18

Jawa Barat

Maret

19

DKI Jakarta

Mei

20

Jawa Barat

April

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

67

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 21

Kegiatan Workshop hasil identifikasi preferensi tanaman pot dan lansekap Workshop hasil identifikasi preferensi tanaman daun dan bunga potong Sosialisasi pemasyarakatan green city

Peserta daerah Pelaku usaha Jawa Barat, Banten dan DKI

Tempat Jawa Barat Juni

Waktu

22

Pelaku usaha Jawa Barat, Banten dan DKI

Jawa Barat

September

23

Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha DKI, Banten, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Bali, Makasar, DIY, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah Petugas Dinas Pertanian dan Pelaku Usaha Kota Depok, Kota Bogor, Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Tangerang Selatan

Jawa Barat

Agustus

24

Sosialisasi GPOP

Jawa Barat, Banten

Februari, Maret

68

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

5. Direktorat Perbenihan Hortikultura


No 1 Kegiatan Koordinasi Sentra Produksi Benih Tanaman Florikultura Peserta Daerah Kabid Hortikultura Provinsi dan Kab/Kota: DKI Jakarta, Jawa Barat (Kab.Bandung Barat, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi), Jawa Tengah (Kab. Semarang, Kab. Wonosobo), DIY (Kab. Sleman), Jawa Timur (Kab. Pasuruan), Bali (Kab. Tabanan), Banten, NTB, NTT, Papua, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sul tengah, Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Sulut (Kota Tomohon) Petugas Laboratorium seluruh BBH Pengawas Benih Seluruh BPSB/Dinas Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara, DIY, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, Lampung, Banten. Jakarta Juli DIY Tempat Waktu Agustus

Apresiasi pengelolaan laboratorium kultur jaringan hortikultura Apresiasi Pengawas Benih Tanaman (PBT) Koordinasi Perbenihan Sayur (Kentang, Bawang Merah dan Bawang Putih, Jamur)

3 4

Malang Medan (Sumatera Utara)

Juli Maret, April, Juni, Mei

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

69

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 5

Kegiatan Forum Perbenihan (PF2N) Revitalisasi Perbenihan Jeruk Bebas Penyakit

Peserta Daerah Kabid Hortikultura seluruh Indonesia, Ka BPSB, Ka BBH Seluruh Indonesia Petugas dan Penangkar (Jawa, Bali, Lampung, Bengkulu, NTT, NTB, Sulbar, Sulsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Aceh, Sumbar, Sumut, Jambi, Riau) Lampung, Kalimantan, Sulsel, Sulteng, Sumatera, Banten, Jateng, Jatim, Jabar (Petugas dan Penangkar) Ka. BPSB, Ka. BBH Seluruh Indonesia Kabid Horti, Ka BBH, Ka BPSB Seluruh Indonesia

Tempat Sumatera Utara Kalbar

Waktu Juni

Maret

Temu Koordinasi Pengembangan Durian Multi Varietas dan Alpukat Sosialisasi Peraturan Perbenihan Workshop Penyusunan Rencana Produksi dan Kebutuhan Benih Buah Unggul tropis Evaluasi Realisasi Ketersediaan Benih Hortikultura 2012 Pertemuan APSA Perbenihan Hortikultura Pemantapan Teknologi Top Working untuk Penggantian Varietas

Kaltim

Agustus

8 9

Jawa Barat Jawa Barat

Agustus Oktober

10

Kabid Hortikultura, Ka BBH, Ka BPSB seluruh Indonesia Seluruh Stakeholder perbenihan Petugas dan Penangkar Benih

Jawa Barat

Nopember

11 12

Bali Jawa Barat

November Juni

70

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

6. Direktorat Perlindungan Hortikultura


No A. 1. 2. 3. Kegiatan Pertemuan Nasional Evaluasi Perlindungan Tanaman Hortikultura Pemetaan Wilayah Sebar OPT Hortikultura Sistem Peringatan Dini dalam Penerapan Sistem Informasi Perlindungan Hortikultura Pertemuan Koordinasi Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Pertemuan Petugas/Petani dalam Penanggulangan OPT Hortikultura Gerakan Penanggulangan OPT Sayur : Kentang (13 Provinsi) : Jabar, Jateng, Jatim, Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Bengkulu, NTB, Bali, Sulsel, Sulut, BBPOPT Jatisari (19 Provinsi) : Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Lampung, Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu, NTB, NTT, Kalsel, Sulut, Sulteng, Sultra, Sulbar, Sulsel, Banten, BBPOPT Jatisari Jawa Tengah Maret Kepala BPTPH seluruh Indonesia (33 Provinsi) 32 Provinsi BPTPH 32 Provinsi BPTPH Jawa Tengah Jabar Jawa Barat Nopember Juni Juni Peserta Daerah Tempat Waktu

4.

32 Provinsi BPTPH

Jatim

Juli

B.

5.

6.

Gerakan Penanggulangan OPT Sayur : Cabai

Sumbar

September

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

71

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 7.

Kegiatan Gerakan Penanggulangan OPT Buah : Pisang

Peserta Daerah (17 provinsi) : Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Kalsel, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulut, Maluku Utara, BBPOPT Jatisari (22 provinsi) : Sumut, Sumbar, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sulut, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, BBPOPT Jatisari (19 provinsi) : Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sulbar, Maluku Utara, Papua, BBPOPT Jatisari (17 provinsi) : Jambi, Bengkulu, Sumsel, Babel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalsel, Kalbar, Kaltim, Sulsel, Sulut, BBPOPT Jatisari

Tempat Kalsel

Waktu Maret

8.

Gerakan Penanggulangan OPT Buah : Mangga

Jatim

Maret

9.

Gerakan Penanggulangan OPT Jeruk

Jatim

April

10.

Gerakan Penanggulangan OPT Duku

Jambi

Februari

72

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 11.

Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Manggis

Peserta Daerah (9 Provinsi) : Jabar, Jatim, Sumbar, Sumsel, DIY, Lampung, Banten, BBPOT Jatisari (23 provinsi) : Aceh, Sumut, Jambi, Riau, Bengkulu, Kep. Riau, Sumbar, Lampung, Sumsel, Banten, DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, DIY, Jatim, Kalimantan Barat, Bali, NTB, Sulsel, Sulut, Kaltim, Kalsel, Kalbar (14 provinsi) : Sumut, Riau, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jatim, Kalbar, Kalsel, Bali, Sulut, Kaltim BPTPH (Peserta PF2N)

Tempat Jabar

Waktu Mei

12.

Gerakan Penanggulangan OPT Krisan

DIY

Juni

13.

Gerakan Penanggulangan OPT Anggrek

Jatim

April

14.

Sosialisasi Per-UndangUndangan Hortikultura terkait Perlindugan Hortikultura (PF2N) Workshop SLI (TOT)

Sumut

Juni

15.

(11 provinsi) : Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Lampung, Jateng, DIY, Jatim, NTB, Kalbar, Sulsel Pejabat Fungsional POPT (33 Provinsi)

Jateng

Maret

16.

Peningkatan Pengembangan Profesi Pejabat Fungsional POPT

DI Yogyakarta

Mei

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

73

Direktorat Jenderal Hortikultura

No 17.

Kegiatan Temu Teknik Pengambilan Sampel Produk Hortikultura

Peserta Daerah (19 provinsi) : DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Lampung, Sumsel, Sumbar, Sumut, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sultra, Sulsel, Banten, BBPOPT Jatisari (18 provinsi) : Sumut, Riau, Sumbar, Lampung, DKI Jakarta, Kalbar, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Sumsel, Bengkulu, Banten, Kalsel, Sulsel, Sulut, BBPOPT Jatisari (12 provinsi) : Sumut, Riau, Sumbar, Lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Bali, Kalbar, NTB, BBPOPT Jatisari (13 provinsi) : Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Kalsel, Sulsel, Sulut (12 Provinsi) Sinergisme (12 Provinsi) Sinergisme

Tempat Sulsel

Waktu Juni

18.

Workshop SPS Awareness

Sulsel

Nopember

19.

Sinergisme Sistem Perlindungan dalam rangka Pemenuhan Persyaratan SPS-WTO (Konsolidasi 2 kali) Kaji Ulang Metode Pengamatan dan Pelaporan OPT Hortikultura (Florikultura) Workshop Pengelolaan OPT Pasca Panen Penyusunan Draft Agens Hayati

I. Bali II. DIY

I. Oktober II. September

20.

Bali

April

21. 22.

Jabar Jabar

April Juni

74

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Lampiran 2 :

Contoh Formulir A, B , dan C Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan APBN Pembangunan Pertanian Formulir A
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN XX TA 20XX

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


: Diisi sesuai kode dan nama unit organisasi : Diisi sesuai kode dan nama fungsi : Diisi sesuai kode dan nama sub fungsi : Diisi sesuai kode dan nama program : Diisi .............. : Diisi sesuai DIPA : misal 1/1 (1 thn dan th pertama) : Sudah Jelas : Sudah Jelas : Sesuai SP DIPA

I.

DATA UMUM 1. Nomor kode dan Nama Unit Organisasi 2. Nomor Kode dan Nama Fungsi 3. Nomor Kode dan Nama Sub Fungsi 4. Nomor Kode dan Nama Program 5. Indikator Hasil 6. Nomor Kode dan Nama Kegiatan 7. Jangka waktu Pelaksanaan Kegiatan/Tahun ke 8. Penanggung jawab Kegiatan 9. Tempat Kedudukan Penanggungjawab Kegiatan 10. Nomor Urut Pengesahan DIPA

Direktorat Jenderal Hortikultura

75

76
Anggaran (000) Satuan (Unit) No Loan PHLN Rupiah Total Indikator Keluaran

Nomor kode dan nama sub kegiatan

(output)

Direktorat Jenderal Hortikultura

Total

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

II.
S/D Triwulan lalu (%) Keuangan S (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) R S R S R S R S R S (12) Fisik Keuangan Fisik Keuangan Fisik R (13) Triwulan ini (%) S/D Triwulan ini (%)

TARGET DAN REALISASI PELAKSANAAN PER SUB KEGIATAN

Sub Kegiatan

Lokasi

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


(14)

(1)

Total Kegiatan*)

S = Sasaran; R= Realisasi

*) Untuk sasaran dan realisasi fisik dihitung dengan menggunakan nilai tertimbang

Direktorat Jenderal Hortikultura

77

78
Kendala (3) (4) (5) Tindaklanjut yang diperlukan Pihak yang diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah (2) ....................................., ................ Penanggungjawab Kegiatan ....................................... NIP ...............................

III.

KENDALA DAN LANGKAH TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

No

Sub Kegiatan

Direktorat Jenderal Hortikultura

(1)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

LAPORAN KONSOLIDASI KEGIATAN PER PROGRAM TRIWULAN XX TAHUN 20XX : : : :


Penyerapan (%) Total 5 6 7 8 9 S R Narasi Satuan (Unit) RM 4 S (%) 10

Unit Organisasi Nomor Surat Pengesahan DIPA Nomor Kode dan Nama Program Indikator hasil
Anggaran (000) No Loan 2 3 PHLN

Formulir B

Indikator Kinerja Keluaran (Output) R(%) 11 Lokasi 12

Nomor Kode dan Nama Kegiatan

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Jumlah

S= Sasaran; R=Realisasi

*)Untuk sasaran dan realisasi fisik dihitung dengan menggunakan nilai tertimbang

Direktorat Jenderal Hortikultura

79

80
Sub Kegiatan (2) (3) (4) (5) Kendala Tindaklanjut yang diperlukan Pihak yang diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah ....................................., ................ Penanggungjawab Kegiatan ....................................... NIP ...............................

IV.

KENDALA DAN LANGKAH TINDAKLANJUT YANG DIPERLUKAN

No

Direktorat Jenderal Hortikultura

(1)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN XX TAHUN ANGGARAN 20XX
Anggaran (000) PHLN 5 6 7 8 9 Rupiah Total S R Penyerapan

DEPARTEMEN/LEMBAGA/PROPINSI/KABUPATEN/KOTA/SKPD : .................................................
Nomor Kode dan Nama Program/Kegiatan No Loan 4 Instansi Penanggung jawab 14 lokasi 15

No

Nomor SP DIPA

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


Indikator Kinerja Keluaran (Output) Satuan Narasi S R (unit) 10 11 12 13

3 .....Program A Indikator Hasil .......... .....Kegiatan i .....Kegiatan 2 .....Kegiatan 3 .....Program B Indikator Hasil .......... .....Kegiatan i .....Kegiatan 2 .....Kegiatan 3 .....Program C Indikator Hasil .......... .....Kegiatan i .....Kegiatan 2 .....Kegiatan 3 Jumlah

S= Sasaran; R=Realisasi

*)Untuk sasaran dan realisasi fisik dihitung dengan menggunakan nilai tertimbang

Direktorat Jenderal Hortikultura

81

82
Lanjutan Formulir C
LAPORAN KONSOLIDASI MENURUT FUNGSI, SUB FUNGSI DAN PROGRAM TRIWULAN XX TAHUN ANGGARAN 20XX
Anggaran (000) PHLN 3 4 5 6 7 8 10 Rupiah TOTAL T R Narasi T (%) R (%) 11 Penyerapan (%) Indikator Kinerja Hasil *) Instansi Penanggung-jawab 12 Satuan (Unit) 9

Kode

Fungsi/Sub Fungsi/Program

Direktorat Jenderal Hortikultura

X Xx

2 Fungsi A Sub Fungsi AA

Xxxx xxxx xxxx

Program A1 Program A2 Program A3

Xx

Sub Fungsi AB

Xxxx xxxx xxxx

Program B1 Program B2 Program B3

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

X Xx Xxxx xxxx xxxx

Fungsi B Sub Fungsi BB Program B1 Program B2 Program B3 Jumlah

Lanjutan Formulir C
KENDALA DAN LANGKAH TINDAKLANJUT YANG DIPERLUKAN

No Kendala (3) (4) (2)

Kode

Program/ Kegiatan

Tindaklanjut yang diperlukan

Pihak yang diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah (5)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


....................................., ................ Menteri/Kepala Lembaga/Kepala SKPD/ Kepala Bappeda ....................................... NIP ...............................

(1)

Direktorat Jenderal Hortikultura

83

84
Tabel 1. Data Umum dan Keuangan
: ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... : .......................................................................................... : ........................................................................................... : ........................................................................................... Kabupaten Alamat NIP NIP

Lampiran 3 :

Contoh Formulir/Tabel SIMONEV (Versi Tahun 2011)

A. DATA UMUM

1. Propinsi

Direktorat Jenderal Hortikultura

2. Nama Instansi/Dinas/Kantor

3. Nama Satuan Kerja

4. Nomor Satker

5. Nomor SP DIPA

6. Nama Kuasa Pengguna Anggaran

7. Nama Bendahara Pengeluaran

8. Eselon I terkait

9. Bulan dan Tahun Laporan

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

10. Email Address

B. DATA KEUANGAN : ..................................................................... : ..................................................................... : ..................................................................... : ...................................................................... : ...................................................................... : ...................................................................... : ...................................................................... : .....................................................................

1. Jumlah Dana Satker (Rupiah Murni) a. Dekonsentrasi Rp. b. Tugas Pembantuan Rp.

2. Jumlah Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (equivalen-Rp)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

3. Jumlah Seluruhnya

4. Jumlah Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

5. Sumber Dana Lainnya a. Dana APBD b. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Direktorat Jenderal Hortikultura

85

86
Tabel 2. RINGKASAN SATUAN KERJA/DIPA (Contoh)

A. Latar Belakang/Justifikasi

Direktorat Jenderal Hortikultura

Pengembangan agribisnis hortikultura diproyeksikan dapat memberikan kontribusi yang semakin besar dalam sistem perekonomian nasional, baik secara makro, regional dan lokal. Pengembangan sistem dan usaha agribisnis hortikultura merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari tahun-tahun sebelumnya dengan fokus pemantapan sentra yang sudah ada dan penumbuhan sentra-sentra baru.

B. Tujuan dan Sasaran

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Tujuan dan sasaran mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura melalui pengembangan subsistem hulu, budidaya, pengolahan, pemasaran dan subsistem penunjang sebagai kesatuan sistem agribisnis yang sinergis mampu menghasilkan produk pertanian dan industri pertanian yang berdaya saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan produsen yang mendukung pertumbuhan pendapatan nasional.

C. Kegiatan

1503-9815-0012 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKHNIS 1503-9815-0040 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 1503-9815-1362 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

D. Output Kegiatan

a. Terlaksananya Kegiatan Pembinaan Pertanian terpadu dan terbinanya 23 Orang Petugas dan Petani b. Terlaksananya Kegiatan Pembinaan kelembagaan dan Kemitraan Usaha Serta Terbinanya 23 Orang Petugas dan Petani c. Terlaksananya Kegiatan Pelatihan Teknologi Penerapan Komoditas Dengan Mengikutsertakan Petani Komoditas dari Kabupaten Yang Bersangkutan.

Direktorat Jenderal Hortikultura

87

88
Tabel 3.
PAGU DIPA Rp % REALISASI BULAN INI Rp % RENCANA KUMULATIF S/D BULAN INI Rp % REALISASI KUMULATIF S/D BULAN INI Rp % SISA ANGGARAN S/D BULAN INI Rp.

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEUANGAN PER PROGRAM TA. xxx BULAN : xxx

Direktorat Jenderal Hortikultura

KODE

NAMA PROGRAM

TOTAL

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

PROGRAM

Tabel 4.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEUANGAN PER BULAN TA xxx Menurut Kegiatan dan Sub Kegiatan Bulan : xxx

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


PAGU DIPA Rp. % REALISASI BULAN INI Rp. % RENCANA KUMULATIF S/D BULAN INI Rp. % REALISASI KUMULATIF S/D BULAN INI Rp. % SISA ANGGARAN S/D BULAN INI Rp.

KODE

KEGIATAN/ SUB KEGIATAN

JUMLAH

KEGIATAN

Direktorat Jenderal Hortikultura

89

90
Tabel 5.
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEUANGAN PER BULAN TA xxx Menurut Jenis Belanja Bulan : xxx
PAGU DIPA (% TASE) REALISASI BULAN INI RENCANA KUMULATIF S/D BULAN INI REALISASI KUMULATIF S/D BULAN INI SISA ANGGARAN S/D BULAN INI

KODE

JENIS BELANJA

Direktorat Jenderal Hortikultura

51

52

53

57

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

58

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial/BLM Belanja Lainnya JUMLAH BELANJA

Tabel 6.
LAPORAN KEUANGAN REALISASI SPM DAN SP2D TAHUN ANGGARAN xxx MENURUT PROGRAM, JENIS BELANJA DAN MAK Bulan : xxx
REALISASI BULAN INI SPM 6 7 8 SP2D SPM SP2D 9 10 S/D BULAN INI %

NO 2 3 4 5

URAIAN KEGIATAN

ANGGARAN / ANGGARAN REVISI

BULAN YANG LALU SPM SP2D

SISA ANGGARAN 11

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Program Penyelenggaraan Kepemerintahan yang Baik Belanja Pegawai - Gaji Tunjangan - Honor Tidak Tetap

Belanja Barang - Belanja Barang - Belanja Jasa - Belanja Perjalanan

Belanja Modal - Tanah - Peralatan dan Mesin - Gedung - Jalan, Irigasi - Modal Fisik

Belanja Sosial - Bantuan Sosial

Sub Total : TOTAL :

Direktorat Jenderal Hortikultura

91

92
REALISASI BULAN INI % 10 11 SPM 6 7 8 9 SP2D SPM SP2D S/D BULAN INI SISA ANGGARAN ANGGARAN / ANGGARAN REVISI 3 4 5 BULAN YANG LALU SPM SP2D 2

NO

URAIAN KEGIATAN

II

Program Pengembangan Agribisnis

Belanja Pegawai - Gaji Tunjangan - Honor Tidak Tetap

Direktorat Jenderal Hortikultura

Belanja Barang - Belanja Barang - Belanja Jasa - Belanja Perjalanan

Belanja Modal - Tanah - Peralatan dan Mesin - Gedung - Jalan, Irigasi - Modal Fisik

Belanja Sosial - Bantuan Sosial

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Sub Total : TOTAL :

Tabel 7. EVALUASI KINERJA KEGIATAN (Contoh) TRIWULAN xx

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012


............................., ................ 20XX Kuasa Pengguna Anggaran ...................................... Nip. ...............................

A. Outcome - Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia petugas dalam melaksanakan perannya sebagai fasilisator, akselerator, dinamisator dan regulator. - Tumbuh dan berkembangnya kelembagaan dan kemitraan usaha. - Meningkatnya kualitas petani komoditas dan petugas hortikultura

B. Benefit Berjalannya sistem dan usaha agribisnis hortikultura di Propinsi, lancarnya lalu lintas data, informasi dan pelaporan perbenihan dan statistik hortikultura terlaksananya program revitalisasi .

C. Keberhasilan dan Permasalahan Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan ini adalah pembinaan pertanian terpadu yang diikuti oleh petugas dari provinsi/kab/kota dan Pelatihan Penerapan Teknologi komoditas ke propinsi yang diikuti oleh petugas provinsi, petugas kabupaten, petani komoditas dari kabupaten dan kota.

Direktorat Jenderal Hortikultura

93

94

Lampiran 4 : Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Direktorat Jenderal Hortikultura

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dalam pengertiannya sebagai berikut :

1. Sistem Akuntansi Instansi yang selanjutnya disingkat SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan 2. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat SIMAKBMN adalah subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber untuk penyusunan neraca dan laporan BMN 3. UAPPA-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang berada di Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mendapat alokasi dana tugas pembantuan. 4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat UAKPB adalah Satuan Kerja/Kuasa Pengguna barang yang memiliki wewenang mengurus/menggunakan BMN. 5. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah yang selanjutnya disingkat UAPPB-W adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAKPB. 6. UAPPB-W Dekonsentrasi adalah unit akuntansi yang berada di Pemerintahan Daerah Propinsi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari SKPD yang mendapatkan dana dekonsentansi. 7. UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang berada di Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari SKPD yang mendapatkan alokasi dana tugas pembantuan di wilayah kerjanya. 8. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon I yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di bawahnya yang bertanggungjawab adalah pejabat Eselon I.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

9. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah. 10. Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan/daftar terinci atau analisis atau nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca dan LAK. 11. Rekonsiliasi adalah Proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/sub sistem berdasarkan dokumen sumber yang sama

Direktorat Jenderal Hortikultura

95

96

Direktorat Jenderal Hortikultura

Lampiran 5 : Pedoman Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

A. Sistem Akuntansi Keuangan Ketentuan tentang pelaporan SAK dijelaskan sebagai berikut : 1. Setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan Laporan Keuangan Satuan Kerja. 2. Data Sumber (DS) yang berhubungan dengan pengadaan aset disampaikan ke Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). 3. UAKPA wajib memproses DS untuk menghasilkan LRA dan Catatan atas Laporan Keuangan. 4. Setiap UAKPA wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta Arsip Data Komputer (ADK). 5. UAKPA melakukan rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setiap bulan 6. UAKPA menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK kepada UAPPA-W/UAPPA-Eselon I setiap bulan.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Pelaporan Keuangan yang dilaksanakan oleh setiap UAKPA mengikuti alur sebagai berikut : 1. UAPPA- E1 melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya termasuk laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, laporan keuangan UAKPA yang langsung berada dibawah UAPPA-E1. 2. UAPPA-E menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-E1 berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan. 3. UAPPA-E1 menyampaikan LRA dan neraca tingkat UAPPA-E1 beserta ADK kepada Ditjen Perbendaharaan setiap triwulan. 4. UAPPA-E1 melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Ditjen Perbendahaan setiap semester. 5. UAPPA-E1 menyampaikan LRA dan neraca tingkat UAPPA-E1 beserta ADK kepada UAPA setiap bulan.

6. Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

B. Pelaporan Keuangan atas Dana Dekonsentrasi

1. SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi merupakan UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi

2. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah Kepala SKPD

3. Penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Kepala Dinas Pemerintah Provinsi

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

4. Pemerintah Provinsi merupakan Koordinator UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi Penanggung Jawab Koordinator UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Gubernur

5. UAKPA Dekonsentrasi wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan laporan keuangan berupa LRA, Neraca dan Catatan Laporan Keuangan

6. UAKPA Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan

7. UAKPA dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN

8. UAKPA Dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke UAPPA-E1 yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi

Direktorat Jenderal Hortikultura

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) melaksanakan tugas pelaporan keuangan sebagai berikut : 1. UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan proses penggabungan laporan yang berasal dari UAKPA Dana Dekonsentrasi di wilayah kerjanya 2. UAPPA-W Dekonsentrasi menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi

97

98

Direktorat Jenderal Hortikultura

3. UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan laporan keuangan tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi berserta ADK kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan diwilayah masing-masing masingmasing setiap bulan. 4. UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan. 5. UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi berserta ADK kepada UAPPA-E1 dan Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi tiap bulan. 6. UAPPA-W Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangan semester dan tahunan berupa LRA, Neraca dan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.

C. Pelaporan Keuangan atas Dana Tugas Pembantuan 1. SKDP yang mendapatkan alokasi dana untuk tugas pembantuan merupakan UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan. 2. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan adalah Kepada SKPD. 3. UAKPA Tugas Pembantuan wajib memproses DS (Dokumen Sumber) untuk menghasilkan pelaporan keuangan berupa LRA, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 4. UAKPA Tugas Pembantuan Wajib menyampaikan LRA dan Neraca berserta ADK setiap bulan ke KPPN. 5. UAKPA Tugas Pembantuan melakukan Rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan. 6. AUPKA Tugas Pembantuan menyampaikan LRA dan Neraca dan ADK setiap bulan ke UAPPA- W Tugas Pembantuan dan UAPPA-E1 yang mengalokasikan Dana Tugas Pembantuan. 7. UAKPPA Tugas Pembantuan menyampaikan laporan keuangan semester dan tahunan berupa LRA, Neraraca dan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melaksanakan tugas pelaporan keuangan sebagai berikut : 1. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi yang melakukan proses penggabungan laporan keuangan yang berasal dari UAPPA-W dana Dekonsentrasi

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

2. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi menyusun laporan keuangan Dana Dekonsentrasi berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan. 3. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan laporan keuangan dana Dekonsentrasi kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap semester. 4. UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan proses penggabungan laporan keuangan yang berasal dari UAKPA Tugas Pembantuan. 5. UAPPA-W Tugas Pembantuan menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-W Tugas Pembantuan berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan. 6. UAPPA-W Tugas Pembantuan wajib menyampaikan laporan keuangan tingkat UAPPA-W Tugas Pembantuan berserta ADK kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat. 7. UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan Rekonsiliasi Laporan Keuangan.

Direktorat Jenderal Hortikultura

99

100

D. Pelaporan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) merupakan sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Untuk dapat melaksanakan pelaporan SIMAK BMN maka perlu dibentuk : 1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB ) 2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W ) 3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB E1) 4. Unit Akuntansi Pengguna Barang ( UAPB )

Direktorat Jenderal Hortikultura

Dokumen Sumber Barang Milik Negara terdiri dari daftar barang, buku barang, kartu identitas barang (KIB), dokumen inventarisasi BMN. Jenis Jenis Laporan BMN adalah sebagai berikut :

1. Laporan Barang terdiri dari : a. Laporan Persediaan b. Laporan Aset Tetap ( Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, dan Jalan, Irigasi dan jaringan ) meliputi : - Laporan intrakomptabel ( pencatatan didalam pembukuan ) - Laporan ektrakomptabel ( pencatatan diluar pembukuan ) - Laporan gabungan intrakomptabel dan ektrakomptabel c. Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) d. Laporan Aset Lainnya e. Catatan Ringkas Barang (CRB) 2. Laporan Mutasi BMN 3. Laporan Kondisi Barang (LKB) 4. Laporan Hasil Inventarisasi ( LHI) 5. Laporan PNBP (yang bersumber dari pengelolaan BMN) 6. Arsip Data Komputer (ADK)

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Untuk menghasilkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS), Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT), Jurnal Transaksi BMN dan daftar /laporan manajerial lainnya maka UAKPB melakukan proses akuntansi atas Dokumen Sumber BMN.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas Akuntansi SAK setiap bulan dalam bentuk Arsip Data Komputer (ADK) untuk penyusunan neraca dan untuk menjamin keandalan nilai BMN dalam neraca dengan laporan BMN maka UAKPB melakukan rekonsiliasi dengan UAKPA.

Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Catatan atas Laporan BMN serta ADK transaksi BMN disampaikan kepada UAPPB-W/UAPPB E-1 dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setiap semester sedangkan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) dan Catatan atas Laporan BMN serta laporan Kondisi Barang disampaikan setiap tahun.

Direktorat Jenderal Hortikultura

101

102

Berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN seluruh UAKPB di wilayahnya maka UAPPB-W menyusun Daftar Barang Pembantu Pengguna Wilayah (DBPP-W), Laporan Barang Pembantu Pengguna Wilayah Semesteran (LBPP-WS), Laporan Barang Pembantu Pengguna Wilayah Tahunan (LBPP-WT) dan daftar / laporan manajerial lainnya tingkat wilayah.

Direktorat Jenderal Hortikultura

UAPPB-E1 mempunyai tugas untuk menyusun Daftar Barang Pembantu Pengguna Eselon 1 (DBPP-E1) , Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon 1 Semesteran (LBPP-E1S), Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon 1 Tahunan (LBPP-E1T) dan daftar/laporan manajerial lainnya tingkat Eselon 1 berdasarkan hasil penggabungan berdasarkan laporan BMN seluruh UAPPB-W di Wilayahnya termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta UAKPB yang langsung berada dibawahnya.

UAPPB-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap semester dan untuk menjamin keandalan laporan BMN dan laporan keuangan lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura maka UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi internal dengan UAPPA-E1.

Berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN dari seluruh UAPPB-E1 maka UAPB menyusun Daftar Pengguna Barang (DPB), Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS), Laporan Barang Pengguna Tahunan ( LPBT) dan daftar / laporan manajerial lainnya.

UAPB melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap semester, LBPS disertai Catatan Atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Kekayaan Negara setiap semester sedangkan LBPT disertai laporan Kondisi Barang dan catatan atas laporan BMN berserta ADK disampaikan setiap tahun.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

Pelaporan Barang Milik Negara atas Dana Dekonsentrasi dilaksanakan sebagai berikut : 1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Dekonsentrasi melaksanakan proses akuntansi atas dokumen Sumber dalam rangka menyusun DBKP, LBKPS, LBKPS, LBKPT, Jurnal Transaksi BMN dan laporan manajerial lainnya.

Pedoman Pengembangan Hortikultura Tahun 2012

2. Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas UAKPA Dekonsentrasi setiap bulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca 3. Dalam rangka meyakini keandalan laporan keuangan dan laporan BMN UAKPB Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi internal dengan UAKPA Tugas Pembantuan. 4. LBKPS disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi dan KPKNL setiap semester. 5. LBKPT disertai Laporan Kondisi Barang (LKB) dan Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi, KPKNL setiap tahun. 6. UAKPB Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi Laporan BMN dengan KPKNL setiap semester.

Pelaporan Barang Milik Negara atas Dana Tugas Pembantuan sebagai berikut :

1. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Tugas Pembantuan melaksanakan proses akuntansi atas dokumen Sumber dalam rangka menyusun DBKP, LBKPS , LBKPS, LBKPT, Jurnal Transaksi BMN dan laporan manajerial lainnya. 2. Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas UAKPA Tugas Pembantuan setiap bulan dalam bentuk ADK untuk penyusunan neraca 3. Dalam rangka meyakini keandalan laporan keuangan dan laporan BMN UAKPB Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi internal dengan UAKPA Dekonsentrasi. 4. LBKPS disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-W Tugas Pembantuan, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana Dekosentrasi dan KPKNL setiap semester. 5. LBKPT disertai Laporan Kondisi Barang (LKB) dan Catatan atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-W Tugas Pembantuan, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi, KPKNL setiap tahun. 6. UAKPB Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi Laporan BMN dengan KPKNL setiap semester.

Direktorat Jenderal Hortikultura

103

You might also like