You are on page 1of 149

BAB I PENDAHULUAN

1.1. 1.1.1. 1.1.1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH GAMBARAN UMUM WILAYAH KEADAAN GEOGRAFIS Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu

kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia, atau Jacarta (1619-1942), dan Djakarta (19421972). Jakarta berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ci Liwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata delapan meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ci Liwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten. Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota. Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak antara 106 22 42" BT sampai 106 58 18" BT dan -5 19 12" LS sampai -6 23 54" LS. Batas-batas wilayah DKI Jakarta, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah 74,03 km2 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Namun pada siang hari, angka

tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa.Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 23 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia. Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal Oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 C. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25-38 C (77-100 F). Keadaan topografi wilayah DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta antara lain: Sungai Grogol, Sungai Krukut, Sungai Angke, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Sunter. Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent setebal kurang lebih 50 m. Bagian Selatan terdiri dari lapisan aluvial yang memanjang dari timur ke barat pada jarak 10 km sebelah selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama dengan pencapaian lapisan keras di wilayah bagian utara pada kedalaman 10m-25m. Makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal yaitu antara 8m-15m. Wilayah DKI Jakarta termasuk tipe

iklim C dan D menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27oC dengan kelembaban antara 80% sampai 90%. Temperatur tahunan maksimum 32oC dan minimum 22oC. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam. Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan Kotamadya Daerah Tingkat II dan berada langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari 30 Kecamatan dan 236 Kelurahan. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah Kotamadya dan satu Kabupaten administratif, yakni : Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas 6,51 km2, Kotamadya Jakarta Utara dengan luas 14,22 km2, Kotamadya Jakarta Barat dengan luas 12,61 km2, Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas 14,57 km2 dan Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 18,77 km2 serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2.

Gambar 1. Peta Wilayah DKI Jakarta


(Sumber: www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/travel)

Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat mempunyai luas 48,17 km2 dengan topografi yang relatif datar, sebagian besar wilayah Jakarta Pusat dipadati oleh bangunan dan gedung bertingkat. Berdasarkan penghitungan penduduk Jakarta Pusat pada bulan April 2010, penduduk Jakarta Pusat berjumlah 923.299 dengan kepadatan penduduk 19.571 per km2. Secara administratif, Kotamadya Jakarta Pusat dibagi menjadi delapan Kecamatan, 44 Kelurahan, 394 RW dan 4.711 RT. Delapan Kecamatan yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. Kecamatan Menteng Kecamatan Tanah Abang Kecamatan Menteng Kecamatan Senen Kecamatan Cempaka Putih Kecamatan Menteng Kecamatan Kemayoran Kecamatan Sawah Besar

Batas Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat : Batas Utara : JL. Duri Raya, Jl. KH Zainal Arifin, Jl. Sukardjo Wiryopranoto, Rel Kereta Api, Jl. Mangga Dua, Jl. Sunter Kemayoran. Batas Timur : Jl. Jendral Akhmad Yani (By Pass)

Batas Selatan : Jl. Pramuka, Jl. Matraman, Kali Ciliwung/Banjir Kanal, Jl. Jendral Sudirman, Jl. Hang Lekir. Batas Barat : Kali Grogol, Jl. Pal Merah, Jl. Pal Merah Utara, Jl. Aipda KS.Tubun, Jl. Jembatan Tinggi, Banjir Kanal.

Gambar 2. Peta Wilayah Jakarta Pusat


(Sumber: www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/travel)

Kecamatan Menteng, merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang ada di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, dengan luas wilayah mencapai 6,51 km2. Kecamatan Menteng secara administratif terdiri lima Kelurahan: a. b. c. d. e. Kelurahan Menteng (0,244 ha) Kelurahan Pegangsaan (0,098 ha) Kelurahan Cikini (0,082 ha) Kelurahan Gondangdia (0,144 ha) Kelurahan Kebon Sirih (0,083 ha)

Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Menteng


(Sumber: www.streetdirectory.com/indonesia/jakarta/travel) Keterangan: Puskesmas Kecamatan Puskesmas Kelurahan

1.1.1.2.

KEADAAN DEMOGRAFI Jumlah penduduk Jakarta sekitar 9.588.198, namun pada siang hari,

angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa (BPS, 2010). Berdasarkan sensus penduduk tahun 1961, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 2,9 juta yang terdiri dari orang Sunda sebanyak 32,85%, orang Jawa-Madura (25,4%), Betawi (22,9%), Tionghoa (10,1%), Minangkabau (2,1%), Sumatera Selatan (2,1%), Batak (1,0%), Sulawesi Utara (0,7%), Melayu (0,7%), Sulawesi Selatan (0,6%), Maluku dan Irian (0,4%), Aceh (0,2%), Banjar (0,2%), Nusa Tenggara Timur (0,2%), Bali (0,1%), dan keturunan asing lainnya (0,6%).[16]

Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Populasi orang Jawa melebihi suku Betawi yang terhitung sebagai penduduk asli Jakarta. Orang Jawa banyak yang berprofesi sebagai pegawai negeri, buruh pabrik, atau pembantu rumah tangga. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Mereka pada umumnya berprofesi di sektor informal, seperti pengendara ojek, calo tanah, atau pedagang asongan. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur etnis Betawi ke pinggiran kota. Tanah-tanah milik orang Betawi di daerah Kemayoran, Senayan, Kuningan, dan Tanah Abang, kini telah terjual untuk pembangunan sentral-sentral bisnis. Di samping orang Jawa dan Betawi, orang Tionghoa yang telah hadir sejak abad ke-17, juga menjadi salah satu etnis besar di Jakarta. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah pemukiman mereka sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara. Namun kini banyak perumahan-perumahan baru yang mayoritas dihuni oleh orang Tionghoa, seperti perumahan di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa umumnya berprofesi sebagai pengusaha. Banyak diantara mereka yang menjadi pengusaha terkemuka, menjadi pemilik perusahaan manufaktur, perbankan, dan perdagangan eksporimpor. Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Di pasar-pasar tradisional kota Jakarta, perdagangan grosir dan eceran banyak dikuasai oleh orang Minang. Di samping itu pula, banyak orang Minang yang sukses sebagai profesional, dokter, wartawan, dosen, bankir, dan ahli hukum. Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Secara garis besar agama yang banyak dianut oleh warga DKI Jakarta terdiri dari agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha yang distribusinya merata di daerah DKI Jakarta. Persentase penganut masing-masing agama tersebut akan dijelaskan di halaman berikut.

Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota DKI Jakarta adalah sebagai berikut:[17]

Islam 84,4% Kristen Protestan 6,2 % Katolik 5,7 % Hindu 1,2 % Buddha 3,5 % Jumlah umat ikut Buddha tercakup terlihat di agak besar mungkin karena

umat Konghucu juga berikut: Islam 84,4% Protestan 6,3% Katolik 2,9%

dalamnya.

Menurut

data Robert

Cribb[18] pada tahun 1980 jumlah penganut agama ini secara relatif adalah sebagai

Hindu dan Buddha 5,7% Tidak beragama 0,3% Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah

penduduk kota administrasi Jakarta Pusat sementara adalah 898.883 orang, yang terdiri atas 452.852 laki-laki dan 446.031 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk kota administrasi Jakarta Pusat masih bertumpu di Kecamatan Kemayoran yakni sebesar 23,9 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Tanah Abang sebesar 16,2 persen, Kecamatan Johar Baru sebesar 12,9 persen, dan kecamatan lainnya di bawah 11,5 persen (BPS, 2010).

Menteng,

Gambir

dan

Cempaka

Putih adalah

kecamatan

dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yang masing-masing berjumlah 67.269 orang, 79.982 orang, dan 83.848 orang. Sedangkan Kecamatan Kemayoran dan Kecamatan Tanah Abang merupakan kota-kota yang paling banyak penduduknya, yakni masing-masing sebanyak 215.042 orang dan 145.302 orang (BPS, 2010). Dengan luas wilayah kota administrasi Jakarta Pusat sekitar 48,13 kilometer persegi yang didiami oleh 898.883 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk kota administrasi Jakarta Pusat adalah sebanyak 18.676 orang per kilometer persegi (BPS, 2010). Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Johar Baru yakni sebanyak 48.890 orang per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Menteng yakni sebanyak 10.302 orang per kilometer persegi (BPS, 2010). Sex ratio penduduk Jakarta Pusat adalah sebesar 102, yang artinya jumlah penduduk laki laki dua persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 102 laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Cempaka Putih yakni sebesar 106 dan yang terkecil terdapat di Kecamatan Sawah Besar yakni sebesar 97 (BPS, 2010). Laju pertumbuhan penduduk kota administrasi Jakarta Pusat per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,27 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kemayoran merupakan yang tertinggi dibandingkan Kecamatan lain di kota administrasi Jakarta Pusat dengan pertumbuhan sebesar 0,98 persen per tahun. Sedangkan Kecamatan yang mengalami penurunan terbesar ada di Kecamatan Menteng yang turun sebesar 0,98 persen per tahun, disusul Kecamatan Sawah Besar yang mengalami penurunan 0,69 persen per tahun dan Kecamatan Gambir yang turun 0,29 persen per tahun selama tahun 2000-2010(BPS, 2010). Peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 430,98 ha; industri 2,61 ha; kantor dan gudang 152,80 ha; taman 31,34 ha; pertanian 0 ha; lahan tidur 13,06 ha dan lain-lain sebesar 35,26 ha. Secara administratif terdiri

lima kelurahan, 38 RW; 427 RT, 20.199 KK, 80.404 jiwa, dengan kepadatan penduduk 12.304/km2 (BPS, 2010). Rincian kepadatan dan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Menteng berdasarkan data umum wilayah Kecamatan Menteng tahun 2010 akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.1. Data Umum Wilayah Kecamatan Menteng Tahun 2010
Kelurahan Gondangdia 1,45 5.95 7 5 40 1.47 6 1.06 6 Pegangsaan Kebon sirih No. Data umum Menteng Jumlah total

1 2 3 4 5 6

Luas area/km2 Jumlah penduduk/jiwa Jumlah RW Jumlah RT Jumlah KK Jumlah Rumah Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

2,43 17.12 2 10 136 5.536 4.490

0,83 11.90 7 10 77 3.129 2.059

0,98 21.51 0 8 104 5.796 3.966

0,82 8.84 7 5 66 2.19 3 1.19 3

Cikini

6,51 65.343 38 423 18.130 12.774

a. Laki-laki b. Perempuan Jumlah penduduk berdasarkan umur a. 0 10 tahun b. 11 20 tahun

9.694 9.778

5.507 5.532

10.57 0 10.67 7

4.02 4 4.07 2 1.18 1 1.28 5 1.86 2 2.22 7 1.20 4

2.64 4 2.83 5

32.449 32.894

3.137 2.673 5.338 4.623 3.352

1.936 1.877 3.904 3.042 1.067

3.011 3.730 5.739 5.937 1.947

754 923 1.92 7 1.66 2 1.00 5

10.019 10.488 18.770 17.491 8.575

8 c. 21 40 tahun d. 41 60 tahun e. > 60 tahun

(Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Menteng Tahun Periode Bulan Januari - Desember 2010)

10

Tabel 1.2. Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Menteng 2010 Luas Jumlah Kepadatan Penduduk Kelurahan 2 (km ) Penduduk (per km2) Kelurahan Menteng 2,43 17.122 Jiwa 7.046,09 Kelurahan Pegangsaan 0,98 21.510 Jiwa 21.948,98 Kelurahan Cikini 0,82 8.847 Jiwa 10.789,02 Kelurahan Gondangdia 1,45 5.957 Jiwa 4.108,27 Kelurahan Kebon Sirih 0,83 11.907 jiwa 14.345,78 Jumlah 6,51 65.343 Jiwa 10.037,32
(Sumber : Laporan Tahunan Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Desember Tahun 2010)

11

Tabel 1.3. Fasilitas yang terdapat di Kecamatan Menteng Periode Januari s.d Desember 2010
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN ALTERNATIF NO KELURAHAN KLINIK RB RS JUMLAH FASILITAS UMUM PENGINAPAN KLUB MALAM

ST. KERETA

TERMINAL

DISKOTIK

1 2 3 4 5

MENTENG KEBON SIRIH PEGANGSAAN CIKINI GONDANGDIA

3 2 2 1 6 14

1 0 1 0 1 3

2 2 4 10 15 33

0 3 3 1 0 7

2 17 1 9 7 36

0 10 0 5 0 16

2 5 3 6 7 23

0 1 1 1 0 3

3 1 1 7 12 24

1 5 3 5 1 15

4 4 7 3 1 9

0 0 0 1 0 1

0 8 1 14 1 24

2 0 1 1 0 4

20 121 31 142 92 406

1 1 1 0 0 3

0 0 0 0 0 0

11 3 32 12 2 88

5 5 1 3 0 14

15 0 21

JUMLAH TOTAL

(Sumber: Laporan Tahunan Data Dasar Penyehatan Lingkungan dan Kesja Kecamatan Menteng Periode Bulan Januari - Desember Tahun 2010)

12

BENGKEL 0 3 3

F.O.RAGA

BIOSKOP

KANTOR

HOSTEL

APOTIK

WISMA

HOTEL

SALON

AMIU

CAFE

MCK

1.1.2. 1.1.2.1.

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KONSEP DASAR PUSKESMAS Kesehatan merupakan hak azasi yang tercantum dalam UUD 1945,

pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 tahun 1992 sehingga kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan serta dipelihara oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 1974). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pelayanan kesehatan strata pertama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai hasil optimal dan meningkatkan mutu serta kinerja Puskesmas, Departemen Kesehatan sejak tahun 2002 telah melaksanakan revitalisasi Puskesmas yang meliputi pengembangan kebijakan Puskesmas, pengadaan tenaga, perbaikan fisik dan peralatan (Depkes 2006). Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dunia kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. Seiring dengan semangat otonomi daerah maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi

13

kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada setiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional. Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komphrensif. Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain : a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif b. c. d. e. f. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated) Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi investasi Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership)

14

g. h.

Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization) Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi Salah satu bentuk reformasi di bidang kesehatan adalah

dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas. Berikut disajikan beberapa petikan penting dari kebijakan dasar Puskesmas tersebut. 1.1.2.1.1. DEFINISI Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. a. Sebagai unit pelaksana teknis Sebagai unit pelaksanan teknis (UPDT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasionl Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. b. Pembangunan kesehatan Pembangunan kesehatan adalam penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. c. Pertanggungjawaban penyelenggaraan Penganggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.

15

d. Wilayah kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, keadaan sarana dan perhubungan serta infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja Puskesmas. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati dengan saran teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu Puskesmas adalah sekitar 30.000 - 50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas Kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. 1.1.2.1.2. VISI Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama yakni, (1) lingkungan sehat; (2) perilaku sehat; (3) cakupan

16

pelayanan kesehatan yang bermutu, dan (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan. Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamata setempat. 1.1.2.1.3. MISI Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemmpun, menuju kemandirian untuk hidup sehat. c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

17

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan. Untuk mencapai misi Puskesmas di atas digunakan strategi sebagai berikut : a. b. c. d. Meningkatkan profesionalisme petugas Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan masyarakat dan keluarga 1.1.2.1.4. TUJUAN Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015. 1.1.2.1.5. FUNGSI Mengacu kepada misi dan strategi di atas, maka fungsi Puskesmas adalah sebagai: a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

18

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. b. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar orang perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, setempat. c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi : 1) Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah pelayanan rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. 2) Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat

19

mengabaikan

penyembuhan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah Promosi Kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Gambar 4. Fungsi Puskesmas


(Sumber : Buku Profil Puskesmas)

Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses. Proses ini dilaksanakan dengan cara : a. b. c. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

20

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat tersebut tidak menimbulkan ketergantungan d. e. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat

dengan ketentuan

Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas

1.1.2.2.

KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan

1.1.2.2.1. KEDUDUKAN SKN (Sistem Kesehatan Nasional), Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintahan Daerah: a. Sistem Kesehatan Nasional Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagai tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya. c. Sistem Pemerintahan Daerah Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan ditingkat kecamatan. d. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana

21

pelayanan kesehatan strata pertama iniadalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina. 1.1.2.2.2. ORGANISASI a. Struktur organisasi Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut: 1) Kepala Puskesmas 2) Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan: Data dan informasi Perencanaan dan penilaian Keuangan Umum dan kepegawaian 3) Unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas: Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM Upaya kesehatan perorangan 4) Jaringan pelayanan Puskesmas: Unit Puskesmas pembantu Unit Puskesmas keliling Unit Bidan di Desa/Komunitas b. Kriteria personalia Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang

22

sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat. c. Eselon kepala Puskesmas Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B. Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap. 1.1.2.2.3. TATA KERJA a. Dengan Kantor Kecamatan Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerak pelaksana, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumberdaya masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi. b. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan demikian secara teknis dan administratif, Puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupate/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan adminitratif dan teknis kepada Puskesmas. c. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,

23

Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. d. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan Dengan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai saranapelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota), dan berbagai Balai Kesehatan Masyarakat seperti BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru), BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat), BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat), BKOM (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat), BKJM (Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat), BKIM (Balai Kesehatan Indra Masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan), BLK (Balai Laboratorium Kesehatan), serta berbagai Balai Kesehatan Masyarakat. Kerjasama tersebut melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. e. Dengan Lintas Sektor Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain ditingkat kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.

24

f.

Dengan Masyarakat Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Konsil Kesehatan, yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. Konsil kesehatan tersebut berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

1.1.2.3.

UPAYA DAN AZAS PENYELENGGARAAN Pelayanan yang ada di Puskesmas ditujukkan kepada semua

1.1.2.3.1. UPAYA penduduk tidak membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi: a. b. c. d. Promotif (peningkatan kesehatan) Preventif (upaya pencegahan ) Kuratif ( pengobatan ) Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan ) Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni: a. Upaya Kesehatan Wajib Upaya kesehatan wajib masyarakat adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap Puskesmas di seluruh wilayah Indonesia.

25

Adapun jenis upaya kesehatan wajib Puskesmas, antara lain : 1) Promosi Kesehatan Masyarakat 2) Kesehatan Masyarakat 3) KIA ( Kesehatan Ibu Dan Anak ) 4) KB ( Keluarga Berencana ) 5) Perbaikan Gizi Masyarakat 6) P2M ( Pengendalian Penyakit Menular ) 7) Pengobatan Dasar b. Upaya Kesehatan Pengembangan Sedangkan upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni : 1) Upaya Kesehatan Sekolah 2) Upaya kesehatan Olahraga 3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN) 4) Upaya Kesehatan Kerja 5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6) Upaya Kesehatan Jiwa 7) Upaya Kesehatan Mata 8) Upaya Kesehatan Usia lanjut 9) Upaya Kesehatan Remaja 10) Upaya Pembinaan Pengobatan Puskesmas Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan, karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila

26

perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas. Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib Puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila Dinas Kesehatan Puskesmas belum mampu menyelenggarakan dan upaya wajib kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka Kabupaten/Kota bertanggungjawab menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya. Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di Puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan suatu pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter atau tenaga spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen

27

atau tenaga tetap fungsional Puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat (contoh : Pekan Imunisasi Nasional). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Daerah. 1.1.2.3.2. AZAS PENYELENGGARAN Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran Puskesmas yang dimaksud adalah : a. Azas Pertanggungjawaban Wilayah Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut : a. b. Menggerakkan pembangunan sehingga berwawasan kesehatan. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. berbagai sektor tingkat kecamatan

28

c. d.

Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

Diselenggarkannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, bidan di desa, serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah. b. Azas Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain : 1) KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB) 2) Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD) 3) Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 4) Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL) 5) UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Pokestren) 6) Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda 7) Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) 8) Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) 9) Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra) 10) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (tabulin), mobilisasi dana keagamaan. c. Azas Keterpaduan Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program Puskesmas harus diselenggarakan

29

secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni: 1) Keterpaduan Lintas Program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, Promosi Kesehatan dan pengobatan. UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan Promosi Kesehatan, pengobatan, Kesehatan Gigi, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Kesehatan Jiwa. Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi, Promosi Kesehatan, dan Kesehatan Gigi. Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan Jiwa dan Promosi Kesehatan. 2) Keterpaduan Lintas Sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan program Puskesmas dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain : UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama. Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian. KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB. Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan. dan dunia usaha.

30

Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha. d. Azas Rujukan Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program Puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni : 1) Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis) Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas : Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan

laboratorium yang lebih lengkap. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di Puskesmas. 2) Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan) Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga

31

dilakukan

apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.

Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana alam.

Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.

Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai berikut :

32

Gambar 5. Sistem Rujukan Puskesmas


(Sumber : Trihono, 2005)

1.1.2.4.

INDIKATOR KEBERHASILAN FUNGSI PUSKESMAS Setiap kegiatan memerlukan evaluasi, untuk menjawab apakah yang

dikerjakan itu berhasil atau tidak. Dalam kegiatan yang sederhana dan skala kecil saja perlu kejelasan, setelah sekian lama melakukan aktivitas, berhasilkah kita, jalan di tempat atau malah makin terpuruk. Sebuah program, misalnya imunisasi, sudah berhasilkah kita memberikan imunitas kepada seluruh bayi terhadap beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi? Untuk mengukur ini apa indikatornya? Tentu saja banyak ukuran yang bisa dipakai. Mengambil contoh program imunisasi DP misalnya, berbagai indikator bisa dipakai mulai dari dampak sampai masukan, yaitu : a. b. c. d. Indikator Dampak Indikator Luaran Indikator Proses Indikator Masukan Serangkaian indikator di atas adalah contoh beragamnya indikator yang bisa digunakan untuk menilai keberhasilan program, bahkan indikator tersebut masih bisa dirinci lebih tajam lagi sehingga akan lebih banyak lagi indikatornya, baik dari masukan, proses, luaran maupun dampak. Indikator mana yang dipilih untuk menilai program imunisasi DPT tersebut? Bila memungkinkan seluruh rangkaian kesisteman tersebut dievaluasi, karena dengan demikian akan diketahui dimana kesuksesan dan kegagalan seluruh program. Sebagai contoh, bila setelah dilaksanakan program tersebut selama lima tahun, tetapi insiden difteri, pertusis dan tetanus tetap tinggi, bisa ditelusuri letak kesalahannya, apakah cakupannya rendah, atau cakupan sudah tinggi teapi rantai dinginnya bermasalah sehingga kualitas vaksinnya tidak baik? Kalau misalnya cakupan imunisasi yang rendah, apakah logistik vaksinnya kurang, atau dana operasionalnya yang terbatas, sehingga gerakan petugas menjadi terhambat? Seberapa besar rangkaian indikator yang dipakai bergantung pula pada siapa yang melakukan evaluasi. Secara nasional tentu harus ada gambaran lengkap

33

dari tahap masukan, proses, luaran sampai dampak imunisiasi DPT pada bayi yang menerima vaksinasi akan tetapi untuk tingkat Puskesmas misalnya, eveluasi dampak akan terlalu jauh, tetapi cukup sampai evaluasi luran yaitu cakupan imunisasi DPT. Jadi di tingkat Puskesmas bisa dievaluasi dari tahap masukan yang diterima Puskesmas, proses yang dilakukan termasuk rantai-dinginnya sampai luarannnya berupa cakupan program imunisasi. Ini adalah gambaran perlunya indikator untuk menilai manajemen suatu program. Bagaimana dengan manajemen Puskesmas yang lebih makro sifatnya? Prinsipnya sama, tentukan dulu indikatornya, kemudian dikaji berdasarkan pencapaian indikator tersebut dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu untuk menilai keberhasilan manajemen Puskesmas, bisa digunakan indikator pencapaian dari setiap fungsi Puskesmas, dengan harapan bila ketiga fungsi Puskesmas berjalan dengan baik, maka visi Puskesmas, yaitu Kecamatan Sehat, diharapkan bisa tercapai. 1.1.2.4.1. INDIKATOR FUNGSI PUSKESMAS Bila indikator fungsi Puskesmas akan dijadikan tolak ukur keberhasilan Puskesmas dalam mencapai misi kecamatan sehat, maka uraian manajemen ini dilakukan berdasarkan tiga fungsi Puskesmas, yaitu: a. b. c. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Uraian singkatnya ketiga fungsi tersebut di atas beserta indikator masing-masing fungsi adalah sebagai berikut: a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan memiliki makna bahwa Puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Pembangunan yang dilaksanakan di kecamatan, seyogyanya yang berdampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muaranya adalah peningkatan kesehatan masyarakat.

34

Fungsi pusat pembanguanan berwwasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Oleh karena itu, keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks Potensi Tananan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu: 1) Tatanan sekolah (SD, SMP, SMU/SMK, madrasah, universitas) 2) Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik, industri rumah tangga, tempat kerja di peternakan, tempat kerja di perkebunan/pertanian, dan lain-lain) 3) Tatanan tempat-tempat umum (pasar, rumah ibadah, rumah makan, tempat hiburan, dan lain-lain) Dengan demikian indikatornya adalah sebagai berikut: 1) Persentase sekolah yang dinyatakan berpotensi sehat 2) Persentase tempat kerja yang dinyatakan berpotensi sehat 3) Persentase tempat-tempat umum yang dinyatakan berpotensi sehat Indikator potensi tatanan sehat untuk masing-masing tatanan telah dikembangkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Depkes dan beberapa pihak terkait. Untuk penyederhanaan dari serangkaian indikator tersebut bisa dibuat indeks yang hanya memuat indikator dasar saja. Misalnya untuk tatanan sekolah cukup lima indikator saja yaitu: 1) Tersedianya air bersih 2) Tersedianya jamban yang saniter 3) Adanya larangan merokok 4) Tersedianya tempat sampah 5) Adanya dokter kecil untuk SD atau Palang Merah Remaja (PMR) untuk SLTP b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

35

Fungsi pusat pemberdayaan masyarakat dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain : 1) Tumbuh kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) 2) Tumbuh dan berkembangnya LSM yang bergerak di bidang kesehatan 3) Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM (Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Pukesmas) Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dapat diukur dengan makin banyaknya keluarga sehat di wilayah kerjanya. Dalam hal ini, indikator yang dipakai adalah Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS). Makin banyak keluarga yang berpotensi sehat, berarti makin berhasil upaya pemberdayaan keluarga di Puskesmas tersebut. c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Pelayanan kesehatan strata pertama adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Sebagaimana diketahui, pelayanan kesehatan strata pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah : 1) Pelayanan Kesehatan Perorangan Pelayanan kesehatan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan perorangan ini adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Ini berkaitan dengan salah satu upaya kesehatan wajib, yaitu upaya pengobatan.

36

2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat ini berkaitan dengan lima upaya kesehatan wajib, yaitu : a) Promosi Kesehatan (Promkes) b) Kesehatan Lingkungan (Kesling) c) Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Termasuk Keluarga Berencana (KB) d) Perbaikan Gizi e) Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Di samping itu bagi Puskesmas yang mampu, pelayanan kesehatan masyarakat dapat pula menambah upaya kesehatan pengembangan, antara lain : a) Upaya Kesehatan Sekolah b) Upaya Kesehatan Olah Raga c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d) Upaya Kesehatan Kerja e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f) Upaya Kesehatan Jiwa g) Upaya Kesehatan Mata h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional Indikator keberhasilan fungsi pelayanan kesehatan strata pertama dapat dikelompokkan ke dalam IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas program tersebut di atas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya kesehatan wajb dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang akan dijelaskan di halaman berikut.

37

Tabel 1.4. Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya Kesehatan Wajib Promosi Kesehatan Kegiatan Promosi hidup bersih dan Sehat Penyehatan pemukiman Indikator Tatanan sehat Perbaikan perilaku sehat Kesehatan lingkungan Cakupan air bersih Cakupan jamban keluarga Cakupan SPAL Cakupan rumah sehat Kesehatan Ibu dan ANC Cakupan K1, K4 Pertolongan persalinan Cakupan linakes Anak MTBS Cakupan MTBS Imunisasi Cakupan imunisasi KB Cakupan MKET Pemberantasan Diare Cakupan kasus diare ISPA Cakupan kasus ISPA Penyakit Cakupan pneumonia balita Menular Malaria Cakupan kasus malaria Cakupan kelambunisasi Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus Angka penyembuhan Gizi Distribusi vitamin A / Fe / Cakupan vitamin A / Fe / kapsul yodium kapsul yodium PSG % gizi kurang / buruk, SKDN Promosi gizi % kadarzi Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan UGD Jumlah kasus yang ditangani Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan Kualitas pelayanan Jaga mutu kesehatan Provider Tingkat kepatuhan Konsumen Kepuasan pasien
( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan, Arrimes.)

Bila Puskesmas cukup maju sehingga dapat melaksanakan upaya kesehatan pengembangan, maka beberapa indikator yang bisa dipakai antara lain jumlah sekolah dengan UKS/UKGS, jumlah kelompok senam, jumlah klub jantung sehat, persentase keluarga rawan yang dikunjungi, Tingkat perkembangan pos UKK, jumlah kasus gigi, penyakit jiwa, katarak, Posyandu usila dan sarasehan battra.

38

Tabel 1.5. Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Upaya kesehatan Kegiatan Indikator pengembangan Upaya kesehatan sekolah UKS/UKGS Jumlah sekolah dengan UKS/UKGS % sekolah sehat Upaya kesehatan upaya Memasyarakatkan Jumlah kelompok senam kesehatan olah raga olahraga untuk kesehatan Jumlah klub jantung sehat Upaya perawatan Kunjungan rumah % keluarga rawan yang kesehatan kerja konseling dikunjungi Upaya kesehatan kerja Memasyarakatkan % pos UKK masker (norma sehat Tingkat perkembangan dalam bekerja) pos UKK Upaya kesehatan gigi dan Poliklinik gigi Jumah kasus gigi mulut Upaya kesehatan jiwa Konseling Jumlah kasus penyakit jiwa Upaya kesehatan mata Mencegah kebutaan Jumlah penderita katarak yang dioperasi Jumlah kelainan visus yang dikoreksi Upaya kesehatan usia Memasyarakatkan % Posyandu usila lanjut perilaku sehat di usia Tingkat perkembangan lanjut Posyandu usila Upaya pembinaan Membina pengobatan Jumlah sarasehan battra pengobatan tradisional tradisional yang rasional Jumlah battra yang dibina
( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan, Arrimes.)

Di samping pengembangan di bidang jenis pelayanan, Puskesmas bisa juga menyesuaikan paket dan kualitas pelayanan dengan permintaan yang berkembang di masyarakat sekitarnya. Sebagai contoh demand masyarakat perkotaan tentu berbeda dengan pedesaan, sehingga paket pelayanan bisa ditingkatkan. Misalnya bila di perkotaan bisa disediakan booster imunisasi bagi balita, yang meskipun belum masuk sebagai program nasional, tetapi kebutuhan masyarakat kota sudah sampai ke sana dan mereka mau membayar untuk itu. Contoh lain, Puskesmas yang terletak di daerah wisata, program kesehatan lingkungan harus diperkuat, misalnya pemeriksaan berkala terhadap kebersihan rumah makan di sekitar tempat wisata, agar tidak terjadi kejadian luar biasa diare.

39

Bali misalnya, bila ada kejadian luar biasa tentang diare, kunjungan wisatawan bisa berkurang. Atas dasar pengembangan paket dan kualitas pelayanan ini, Puskesmas bisa memilki kekhususan sesuai dengan program yang dikembangkan. Beberapa contoh Puskesmas dengan kekhususan tertentu antara lain : a. b. c. d. Puskesmas perkotaan, melakukan paket pelayanan kesehatan yang sesuai dengan masyarakat perkotaan Puskesmas daerah wisata, melakukan paket pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara Puskesmas daerah industri, melakukan pengembangan program kesehatan kerja yang sesuai dengan kebutuhan di daerah industri Puskesmas daerah terpencil, mengembangkan paket pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil 1.1.2.4.2. FUNGSI PUSKESMAS SEBAGAI TOLAK UKUR

KEBERHASILAN MANAJEMEN Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat bisa dikatakan baik, bila Puskesmas tersebut berhasil menerapkan ketiga fungsi Puskesmas dengan baik. Artinya, manajemen Puskesmas dinilai bagus bila indikator tiap fungsi Puskesmas seperti yang diterangkan di atas, menunjukan peningkatan yang berarti. Penerapan manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat menggunakan indikator pencapaian berupa IPTS (Indeks Potensi Tatanan Sehat), UKBM (Upaya Kegiatan Berbasis Masyarakat), IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat), dan IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat) sebagai tolak ukur keberhasilan Puskesmas. Secara skematis, penerapan manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat, yang menggunakan indikator pencapaian fungsi Puskesmas, dapat dilihat pada gambar di halaman berikut.

Gambar 6. Mencapai visi Kecamatan Sehat melalui fungsi Puskesmas

40

Dukungan Kesisteman
Manajemen Puskesmas Konkes kec/ BPKM/BPP SIMaK SIMPUS

Fungsi
Pusat pembagunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan masyarakat Pusat pemberdayaan keluarga Pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Sumber: Trihono, 2005)

Indikator
IPTS UKB M IPMS

Visi

Kec. Seha t

Ketergangan bagan : Visi Puskesmas adalah Kecamatan Sehat, yang mencakup empat indikator utama yaitu : a. b. c. d. Lingkungan sehat Perilaku sehat Cakupan pelayanan kesehatan Derajat kesehatan penduduk

Visi ini bisa dicapai melalui implementasi ketiga fungsi Puskesmas, yang keberhasilannya indikator masing-masing fungsi yaitu : a. Fungsi pusat pembangunan berwawasan kesehatan indikatornya adalah IPTS (Indeks Potensi Tatanan Sehat), yaitu tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, rumah makan, pasar, dan lain-lain. Masing-masing tatanan dikembangkan IPTS yang mencakup indikator lingkungan sehat (air bersih, jamban, dan lain-lain) dan perilaku sehat (tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, dan lain-lain). b. Fungsi pusat pemberdayaan masyarakat indikatornya ada dua yaitu : 1) UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), dilihat jumlahnya, cukup atau tidak dan perkembangannya, baik atau tidak. Sebagai contoh, untuk Posyandu, apakah semua RW / lingkungan / dusun sudah ada Posyandunya? Dari sejumlah Posyandu tersebut, bagaimana perkembangannya, apakah sebagian besar masih Posyandu pratama, atau sudah purnama atau bahkan mandiri?

41

2) IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat), sebuah paket indikator sederhana yang meliputi indikator lingkungan sehat dan perilaku sehat. c. Fungsi pelayanan kesehatan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, indikatornya adalah IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat). Ini merupakan gabungan dari cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dari semua upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Bila ketiga fungsi Puskesmas dijalankan dengan baik, maka akan terjadi perbaikan lingkungan yang lebih sehat, pergeseran perilaku menjadi perilaku sehat, cakupan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga insidens dan kegawatan penyakit menurun dan derajat kesehatan masyarakat akan semakin baik. Untuk menerapkan ketiga fungsi Puskesmas tersebut diperlukan dukungan kesisteman, antara lain : a. b. Perbaikan manajemen Puskesmas Adanya Konsil Kesehatan kecamatan atau Badan Peduli Kesehatan Masyarakat (BPKM) atau Badan Penyantun Puskesmas (BPP), sebuah wadah masyarakat yang peduli kesehatan di tingkat kecamatan yang menjadi mitra Puskesmas dalam pembangunan kesehatan masyarakat setempat c. Sistem informasi di Puskesmas yaitu : 1) SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), sebuah sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah sejak lama diterapkan, hanya sayang jalannya belum optimal 2) SIMAK (Sistem Informasi Manajemen Kesehatan), sebuah sistem informasi berbasis kesehatan keluarga berbasis untuk keluarga, yang diciptakan untuk mendukung penerapan manajemen ARRIMES. SIMAK dirancang memudahkan Puskesmas menerapkan ARRIMES, dan merupakan komplemen dari sistem lain. SIMAK memperkuat pendataan dari seluruh keluarga, seluruh UKBM dan berbagai tatanan di wilayah kerja Puskesmas

42

1.1.3. a.

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KECAMATAN MENTENG

Berikut ini merupakan Puskesmas di wilayah se-Kecamatan Menteng. Puskesmas Kecamatan Menteng Puskesmas Kecamatan Menteng merupakan Puskesmas pembina sesuai dengan SK Gubernur tahun 1992. Puskesmas ini berada di alamat Jl. Pegangsaan Barat No 14 Jakarta Pusat. Puskesmas Kecamatan Menteng membawahi tiga Puskesmas yaitu satu Puskesmas tingkat kecamatan, dua Puskesmas tingkat kelurahan, antara lain Puskesmas Kelurahan Pegangsaan, dan Puskesmas Kelurahan Gondangdia. b. Puskesmas Kelurahan Cikini Puskesmas Kelurahan Cikini belum memiliki Puskesmas. c. Puskesmas Kelurahan Pegangsaan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan beralamat di Jl.Taman Amir Hamzah 1 No. 18. d. Puskesmas Kelurahan Gondangdia Puskesmas Kelurahan Gondangdia beralamat di Jl. Sumatra No. 50. e. Puskesmas Kelurahan Kebon sirih Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih belum memiliki Puskesmas. Puskesmas Kecamatan Menteng Puskesmas dengan tipe 1.500 m 2 dengan tiga lantai dan mempunyai Unit Rawat Inap Rumah Bersalin. Sedangkan satu Puskesmas Kelurahan masih merupakan Puskesmas dengan tipe lama yaitu kurang dari luas standar bangunan 547 m2. Puskesmas Kecamatan beroperasi pada tahun 1990. Sejak tahun 2003 Puskesmas ini ditetapkan melalui SK Gubernur No.15 Tahun 2001 sebagai Puskesmas Swadana, kemudian pada tahun ini juga oleh Gubernur DKI Jakarta semua Puskesmas Kecamatan harus membuka Unit Puskesmas Siaga selama 24 jam. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 2086/2006 Tanggal 28 Desember 2006 Tentang Penetapan 44 Puskesmas Kecamatan sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

43

secara bertahap, maka Puskesmas Kecamatan Menteng sejak Tahun 2008 menjalankan keputusan tersebut. 1.1.3.1. a. VISI, MISI, MOTTO DAN KEBIJAKAN MUTU

Visi Puskesmas Kecamatan Menteng Puskesmas Menteng menjadi pusat kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan berorientasi pada peningkatan kualitas menuju pelayanan prima.

b. Misi Puskesmas Kecamatan Menteng 1) Memberikan pelayanan kesehatan prima dan merata 2) Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, medis dan non medis Puskesmas 3) Menggalang kemitraan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas 4) Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan c. Kebijakan Mutu Puskesmas Menteng Puskesmas Kecamatan Menteng memiliki komitmen untuk menjadi organisasi kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam penyelenggaraan upaya kesehatan baik perorangan maupun masyarakat melalui upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menerapkan sistem Manajemen Mutu Kesehatan yang mengutamakan kepuasan pelanggan dan berorientasi pada standar internasional untuk mencapai Jakarta Sehat untuk semua. d. Motto Puskesmas Kecamatan Menteng Komitmen bersama Puskesmas Kecamatan Menteng adalah Prima Sehat Mandiri Untuk Semua

1.1.3.2.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Puskesmas Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

kesehatan perorangan dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitasi) yang dilakukan secara terpadu dengan upaya pencegahan

44

(preventif) dan peningkatan (promotif) serta melaksanakan pemberdayaan Puskesmas Kelurahan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Puskesmas Kecamatan mempunyai fungsi : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. n. o. p. q. r. s. t. u. v. Penyusunan rencana kerja dan anggaran Puskesmas Kecamatan Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan Penyelenggaraan pelayanan medis umum Penyelenggaraan asuhan keperawatan Penyelenggaraan pelayanan persalinan Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan, kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan tenggorokan Penyelenggaraan rawat inap terbatas Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi, gizi, farmasi dan optik Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan Penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana Penyelenggaraan pelayanan 24 jam Penyelengaraan pelayanan rujukan Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan Penyelenggaraan pemberdayaan Puskesmas Kelurahan Penyelenggaraan pencatatan medis Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan kedokteran, peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan peralatan medis lainnya Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan Penyusunan standar operasional prosedur Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat-menyurat dan kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan Puskesmas w. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja

m. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi

45

x. y. z.

Pemeriksaan jenazah Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan fungsi yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kelurahan Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi Puskesmas Kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap tiga bulan Kepala Dinas Kesehatan melalui Kepala Suku Dinas Kesmas

Puskesmas Kelurahan mempunyai fungsi : a. b. c. d. e. f. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran Puskesmas Kelurahan Melaksanakan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kesehatan keluarga, bayi, balita, pra-sekolah, sekolah, remaja, ibu dan usia lanjut Melaksanakan upaya kesehatan lingkungan bekerja sama dengan kelurahan Melaksanakan upaya perbaikan gizi masyarakat Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kader kesehatan meliputi dokter kecil, kader kesehatan remaja, kader Posyandu, dukun beranak/peraji, kader Pengawas Minum Obat (PMO), Juru Pemantau Jentik dan kader kesehatan lainnya g. Melaksanakan pengamatan dan penanggulangan penyakit menular yang meliputi surveilans penyakit, penyelidikan epidemiologi untuk demam berdarah, keracunan makanan, pemantauan jentik berkala untuk demam berdarah dan survei penyakit yang berpotensi menjadi wabah h. Melaksanakan kunjungan rumah untuk registrasi dan pemutakhiran data keluarga miskin, pemegang Kartu Keluarga Miskin, Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin, kasus kematian karena penyakit tertentu, usia lanjut, gizi buruk, penderita TBC, imunisasi, ibu hamil dan kusta i. j. k. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kegiatan Posyandu Memberikan masukan dan bantuan pelaksanaan pengasapan dalam rangka penanggulangan demam berdarah kepada Kelurahan dan Sudin Kesmas Memberikan masukan mengenai kebersihan dan penataan pemukiman dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan lingkungan kepada

46

Kelurahan Sudin Puskesmas dan Unit Kerja terkait lainnya l. Melaksanakan pelayanan medis berupa klinik umum, klinik gigi, klinik KB, klinik kesehatan ibu dan anak dan klinik tindakan m. Melaksanakan pencatatan medis n. o. p. Penyelenggaraan kefarmasian sederhana Melaksanakan kegiatan administrasi perkantoran Mengolah dan menganalisis data hasil pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas Kelurahan secara berkala setiap bulan kepada Kepala Suku Dinas Kesmas melalui Kepala Puskesmas Kecamatan Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas Kelurahan secara berkala setiap bulan dan setiap tiga bulan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan. 1.1.3.3. TATA KERJA a. Profesional dalam memberikan pelayanan b. Responsible dalam melaksanakan tugas yang diberikan c. Inovatif dalam pelayanan kesehatan yang diberikan d. Measurable dalam kualitas pelayanan kesehatan e. Aktif dalam melakukan perbaikan dan pengembangan 1.1.3.4. SASARAN a. Kepala Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan b. Tenaga pelaksana medis, paramedis, dan non medis c. Data yang lengkap, akurat, dan tepat waktu d. Jenis pelayanan dan program yang berkualitas e. Mempersingkat waktu tunggu f. Meningkatkan disiplin pegawai g. Pelanggan/masyarakat pengguna jasa masyarakat h. Tersedianya papan petunjuk pelayanan, ruangan dan alur prosedur pelayanan i. Tersedianya sarana dan prasarana Puskesmas yang dibutuhkan

47

j. Tersedianya pelayanan spesialis k. Terselenggaranya kerjasama dengan sektor swasta (fasilitas kesehatan swasta), home industry, organisasi profesi dan institusi pendidikan. 1.1.3.5. SUMBER DAYA Wilayah Kecamatan Menteng mempunyai tiga Puskesmas, yaitu satu buah Puskesmas tingkat kecamatan dan dua buah Puskesmas tingkat kelurahan. Puskesmas Kecamatan terletak di Kelurahan Menteng, satu buah Puskesmas terletak di Kelurahan Gondangdia sedangkan satu Puskesmas Kelurahan terletak di Kelurahan Pegangsaan. Puskesmas Kecamatan Menteng merupakan Puskesmas dengan luas 1300 m2, dengan gedung tiga lantai dan memiliki Unit Rawat Inap Rumah Bersalin. Sedangkan kedua Puskesmas Kelurahan tidak mempunyai Unit Rawat Inap. a. Prasarana Gedung Puskesmas di Kecamatan Menteng Tabel 1.6. Prasarana Gedung Puskesmas di Kecamatan Menteng
Kec. Kel. Menteng Gondangdia Luas Tanah (m2) 1300 600 1.500 200 Luas Bangunan (m2) 3 lantai 1 lantai Pembangunan Gedung 1987 1970 Atap Genteng Genteng Plafon Eternit Eternit Tembok Tembok Dinding Keramik Keramik Lantai Keramik Keramik Pagar Besi Besi WC 7 2 Listrik (watt) 53.000 1.300 Telepon Ada Ada Nomor : 31935836 31934421 Air PAM PAM (Sumber: Profil Kecamatan Menteng Tahun 2010) Uraian Kel. Pegangsaan 547 460 3 lantai 1999/2000 Genteng Eternit Tembok Keramik Keramik Besi 2 28.000 Ada 31934355 PAM

Puskesmas Kecamatan Menteng terdiri dari tiga lantai yang diperuntukkan untuk berbagai kegiatan, adapun pembagian ruangan di Puskesmas ini akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

48

Lantai 1: Pemeriksaan kehamilan lebih dari 32 minggu Ruang Bersalin Perawatan Persalinan Unit Pelayanan 24 Jam Gudang Obat

Lantai 2:

Loket Pendaftaran Poli Kesehatan Ibu Dan Anak Poli KB Poli Gigi Poli Anak Poli Dewasa Poli TB Paru Laboratorium Apotek Gudang Obat Ruang Tindakan

Lantai 3: Ruang Roentgen/Radiologi Ruang Perencanaan Tata Usaha Bagian Keuangan Ruang Kepala Puskesmas Aula PPSM - Gizi Kesling

49

b.

Ruang Penyakit Menular Gudang Sarana Puskesmas 1) Transportasi Satu buah mobil Kijang Ambulans Puskesmas Keliling Inpres tahun 1989/1990. Delapan buah Sepeda Motor, tiga buah di Puskesmas Kecamatan dan dua buah masing-masing di Puskesmas Kelurahan. Pada awal tahun 2004 menerima satu unit mobil Ambulans Mitsubishi L 300 untuk Operasional Puskesmas. Tahun 2005 menerima satu unit mobil dinas Suzuki APV untuk Operasional Puskesmas. 2) Alat komunikasi Telepon ada enam buah, yaitu : Puskesmas Kecamatan Menteng dengan nomor : 31935836, 3157164,3103439, Fax 31904965 Puskesmas Kelurahan Gondangdia dengan nomor : 31934421 Puskesmas Kelurahan Pegangsaan dengan nomor : 31934355 3) Alat medis dan non medis Obat-obatan Perencanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya. Total persediaan obat yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Menteng ini adalah sebesar 1.982.110 yang terdiri dari berbagai macam obatobatan dengan rincian di bawah ini. Tabel 1.7. Persediaan Obat di Kecamatan Menteng Tahun 2010
NO 1 NAMA OBAT Paracetamol 500mg SEDIAAN TAPLET JUMLAH 210.000 PERSENTASE 11.10

50

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Kloramfenilamin (CTM) 4mg Vit B Compleks Tablet Tambah Darah Amoxicillin 250mg Asam Ascorbat 50mg Gliseril Guayakolat Antalgin 500mg Amoxycilin 500mg Kalsium Laktat 500mg Antasida Doen Tab Piridoksin HCL 10mg Vit B12 Asam Mefenamat 500mg Vit B1 Kloramphenicol Kapsul 250mg Dexametason 0.4mg Kotrimoksazol 480mg Ibuprofen 200mg Prednison Tetracyklin Hcl 250mg Ciprofloxacin Captopril Piroksikam 10mg Garam Oralit 200ml Bromhexin Hcl Fenibarbital 30mg Metronidazol 250mg Nipedipin 20mg HCT JUMLAH

TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET TABLET TABLET KAPLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET TABLET TABLET SACHET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET

154.000 137.000 123.400 113.260 98.600 95.000 80.000 72.400 72.000 66.000 65.000 64.000 53.400 52.000 51.500 50.000 46.400 38.100 37.000 26.000 23.800 23.150 22.800 22.000 22.000 20.000 18.600 17.700 17.000 1.982.110

8.14 7.24 6.52 5.99 5.21 5.02 4.23 3.83 3.81 3.49 3.44 3.38 2.82 2.75 2.72 2.64 2.45 2.01 1.96 1.37 1.26 1.22 1.21 1.16 1.16 1.06 0.98 0.94 0.90 100

(Sumber: Profil Kecamatan Menteng Tahun 2010)

Alat roentgen di ruangan khusus, untuk ini dipasang dengan PB dan 1 petugas Radiographer. Peralatan laboratorium lengkap.

51

Alat pemeriksaan satu unit EKG. Tiga dental unit di Puskesmas Kecamatan Menteng, dan masingmasing satu unit di Puskesmas Kelurahan. Satu unit alat USG. Alat Perlengkapan, Kartu Diagnosa, Kartu Pasien, Formulir Laporan sebagian dianggarkan dari Swadana dan yang lainnya dari Dana Subsidi Pemda DKI Jakarta.

52

c. Sumber Daya Manusia Gambar 7. Susunan Organisasi Puskesmas Kecamatan Menteng

Sumber : Puskesmas Kecamatan Menteng 53

KESEHATANNON

Tabel 1.8. Data Tenaga Kesehatan PNS di Puskesmas se-Kecamatan Menteng Tahun 2010 PUSKESMAS PENDIDIKAN Kecamatan Kelurahan Kelurahan Jumlah Menteng Gondangdia Pegangsaan Kesmas 0 0 0 0 S2 Spesialis 1 0 0 1 Dokter 4 1 1 6 Dokter 4 1 1 6 Gigi S1 Apoteker 1 0 0 1 SKM 1 0 0 1 Perawat 3 1 0 4 Bidan 1 0 0 2 Radiologi 1 0 0 1 Kes Gigi 1 0 0 1 Gizi 2 0 0 2 Farmasi 1 0 0 1 Kesling 1 0 0 1 Analis 0 0 0 0 Lab D3 D1 Gizi 1 0 0 0 SPPH 1 0 0 1 SAA 1 1 1 3 SPK 1 1 1 3 Sek. 3 1 0 4 Bidan SPRG 1 0 0 1 SPAG 2 0 1 3 Pek. Kes 2 1 0 3 Adm 2 0 0 2 S1 Psikologi 1 0 0 1 D3 Komputer 0 0 0 0 SLTA 1 0 1 2 Lain SLTP 0 0 0 0 -lain SD 0 0 1 1 JUMLAH 40 7 7 54
(Sumber: Profil Kecamatan Menteng Tahun 2010)

TENAGA KESEHATAN

Puskesmas Se-kecamatan Menteng memiliki tenaga kerja PNS dengan latar belakang pendidikan bervariasi, mulai dari SD, SLTP, SLTA, D3, S1 hingga

54

S2. Tenaga kerja di Puskesmas Kecamatan Menteng ini dibagi menjadi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan, dengan total pekerja sebesar 54 orang. Tabel 1.9. Tenaga PTT/Honorer/Kontrak di Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010
PENDIDIKAN Kesmas Spesialis Dokter Dokter Gigi S1 Apoteker SKM D4 Kebidanan Perawat Kebidanan Radiologi Kes Gigi D3 Gizi Farmakmin Kesling Analis Lab D1 Gizi D1 Kesling SPPH Lai SAA nSPK lain Sek. Bidan SPRG SPAG Adm S1 Ekonomi D3 Komputer Lai SLTA n- SLTP lain SD JUMLAH S2 Kec. Menteng 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 8 PUSKESMAS Kel. Kel. Gondangdia Pegangsaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 8

NON KESEHATAN

TENAGA KESEHATAN

(Sumber: Profil Kecamatan Menteng Tahun 2010)

Puskesmas Se-Kecamatan Menteng juga memiliki tenaga kerja honorer dengan latar belakang pendidikan bervariasi, mulai dari SD, SLTP, SLTA, D3, D4, hingga S1 dengan total pekerja sebesar delapan orang.

55

Gambar 8. Alur Kegiatan Perkesmas di Puskesmas Kecamatan Menteng Klinik Paru Klinik Umum Klinik Gigi Klinik KIA, KB Klinik MTBS Klinik Gizi Klinik Harm Reduction Rumah Bersalin Program Kesling Lokakarya Mini Perkesmas Identifikasi Masalah Prioritas Masalah Problem solving Perencanaan Pengelola Perkesmas Pencacatan Pelaporan Penjadwalan

Implementasi Team Work Lintas Program Lintas Sektoral

Dokumenta si Askep Evaluasi

56

(Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng)

57

Gambar 9. Alur Pelayanan Puskesmas


KEBIJAKAN MUTU DAN SASARAN MUTU

RENCANA MANAJEMEN MUTU

Penanggulangan DBD
PEMANTAUAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
PENGAW ASAN OPERASIONAL

PEMDA DINAS KESEHATAN

PEMANTAUAN LAYANAN

LAYANAN PENUNJANG PEMASOK / SUB KONTRAKTOR / OUTSOURCING

PELANGGAN (PASIEN DAN PENGUNJUNG)

GUDANG PENERIMAAN LAYANAN MEDIS RAWAT JALAN PENGADAAN EVALUASI PEMASOK

FUNG SI RUJUKAN

PENGUKURAN KEPUASAN PELANGGAN

RUJUKAN

APOTIK

PENANGANAN KELUHAN LAYANAN MEDIS RAWAT INAP

PENGENDALIAN LAYANAN TIDAK SESUAI ANALISA DATA

PENGENDALIAN DOKUMEN DAN CATATAN MUTU

AUDIT, TINJAUAN MANAJEMEN, TINDAKAN PERBAIKAN & PENCEGAHAN,

PENERIMAAN PEGAWAI PELATIHAN PEGAWAI

PERAWATAN PEMELIHARAAN

(Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Menteng)

58

1.1.4. 1.1.4.1.

PROGRAM KESEHATAN DASAR YANG DILAKSANAKAN DI KECAMATAN MENTENG PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT Ruang lingkup kegiatan PKM berupa kegiatan penyuluhan yang

dilakukan secara berkala untuk kelompok-kelompok masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Penyuluhan dilakukan tidak saja dengan ceramah tetapi juga dengan menggunakan alat peraga dan media (demonstrasi/peragaan). Kegiatan PKM dilaksanakan secara integratif untuk mendukung semua kegiatan program Puskesmas. Kegiatan Promosi Kesehatan masyarakat dilakukan di dalam dan di luar gedung. a. Sasaran Program Sasaran b. Tujuan Promosi Kesehatan adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh Puskesmas yang mempunyai tujuan : 1) Tujuan Umum Meningkatkan informasi dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan dan perkembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat Puskesmas Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. 2) Tujuan Khusus a) Mengetahui gambaran tentang peran serta masyarakat di bidang kesehatan Kecamatan Menteng Kotamadya Jakarta Pusat b) Menginventarisasi dan menelaah keterjangkauan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) c) Mengetahui informasi kesehatan, khususnya tentang wujud, lingkup PSM (Peran Serta Masyarakat) dalam pembangunan kesehatan. c. Visi Masyarakat berperan aktif menuju kemandirian hidup sehat dan produktif. Promosi Kesehatan Masyarakat adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berisiko tertular penyakit maupun masyarakat umum.

59

d. Misi 1) Mengupayakan peran aktif masyarakat untuk hidup sehat dan produktif pada tahun 2015 2) Memberdayakan potensi masyarakat hidup sehat 3) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat e. Strategi 1) Meningkatkan profesionalisme pengelola UKBM 2) Menumbuhkembangkan UKBM 3) Kemitraan 4) Pemeliharaan kesehatan mandiri 5) Pendekatan keluarga dan lingkungan f. Indikator Indikator kinerja yang harus dicapai adalah : 1) Meningkatnya persentase cakupan pelayanan kesehatan masyarakat. 2) Berkurangnya tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit menular. 3) Meningkatnya kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah, malaria, dan TBC. 4) Meningkatnya kewaspadaan terhadap berkembangnya penyakit HIVAIDS. g. Kebijakan 1) Memberdayakan masyarakat untuk mengelola UKBM 2) Menerapkan ahli Teknologi Tepat Guna (TTG) 3) Meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan untuk hidup sehat 4) Meningkatkan jumlah mutu UKBM 5) Meningkatkan kerjasama lintas sektoral, LSM dan dunia usaha h. Kegiatan Pada program ini, bagian PKM bekerjasama dengan bagian lainnya melalui lintas program yaitu KIA, P2M, Gizi dan Kesehatan Lingkungan untuk dapat melaksanakan kegiatan program ini. Program Promosi Kesehatan menggunakan berbagai media, baik visual, maupun audiovisual. Penjelasan

60

masing-masing program serta mengenai pencapaian dan target penyuluhan akan dibahas di tiap bagian. Bentuk kegiatan kesehatan masyarakat dilakukan diantaranya adalah: 1) Sosialisasi program Promosi Kesehatan 2) Pengadaan media promosi dan informasi 3) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) 4) Kesehatan Jiwa dan NAPZA 5) TOGA (Tanaman Obat Keluarga) 6) Kelompok lansia (Lanjut Usia) 7) Bina Kemitraan LSM 8) RW Siaga 9) Bina Kader Sehat 1) Sosialisasi Program Promosi Kesehatan Tabel 1.10. Sosialisasi Program Promosi Kesehatan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode bulan Januari s.d November 2010 Kegiatan Materi 1. Kesehatan Ibu 2. Kesehatan Anak Sosialisasi 3. Penaggulangan NAPZA Program prioritas 4. Penanggulangan DBD 5. Penanggulangan HIV & AIDS 6. Peningkatan Gizi Masyarakat 1. Persalinan ditolong NAKES 2. ASI eksklusif 3. Menimbang tiap bulan 4. Air Bersih Sosialisasi 5. Cuci tangan dengan sabun Program PHBS 6. Jamban sehat 7. Memberantas jentik 8. Makan buah dan sayur 9. Aktivitas fisik 10. Tidak merokok dalam rumah (Sumber: Laporan Bulanan Promkes Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d
November 2010)

61

2) Pengadaan Media Promosi dan Informasi Spanduk dan Standing Banner mangambil tema :

Jauhi seks bebas dan Narkoba Ke Posyandu setiap tanggal 27 (Ayo ke Posyandu) Cuci Tangan Pakai Sabun Sepuluh Indikator PHBS Wujudkan RT Sehat dengan PHBS Lakukan Gerakan (PSN) dengan 3 M +

3) Posyandu Jenis UKBM yang paling penting di masyarakat dewasa ini adalah Posyandu. Posyandu merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kegiatan di Posyandu meliputi Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular, KIA, KB, Imunisasi, dan Perbaikan Gizi. Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 27 3 (tanggal 15 s/d 30). Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan satu kali setiap bulan dengan sistem lima meja, di mana empat meja pertama dikelola oleh kader dan satu meja terakhir merupakan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan sistem lima meja di sini bukan menunjukkan pada arti harfiah meja, melainkan menunjuk pada jumlah dan jenis pelayanan, yang dilaksanakan secara terpisah, yaitu : 1) Meja 1 : Pendaftaran 2) Meja 2 : Penimbangan 3) Meja 3 : Pencatatan 4) Meja 4 : Penyuluhan 5) Meja 5 : Pelayanan Kesehatan

62

Posyandu yang ada di Kecamatan Menteng dapat dibagi menjadi empat strata yaitu: 1) Posyandu Pratama, artinya Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas, yakni kurang dari empat orang, dilaksanakan kurang dari delapan kali dalam satu tahun, cakupan KIA, KB, Imunisasi dan partisipasi masyarakat (D/S) kurang dari 50%, tidak terdapat program tambahan serta cakupan dana sehatnya kurang dari 50%. 2) Posyandu Madya, artinya Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali dalam satu tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak empat orang atau lebih, cakupan KIA, KB, Imunisasi dan rata-rata partisipasi masyarakat (D/S) kurang dari 50 % tidak terdapat program tambahan serta cakupan dana sehatnya kurang dari 50%. 3) Posyandu Purnama, artinya Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali dalam satu tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak empat orang atau lebih, cakupan KIA, KB, imunisasi dan partisipasi masyarakat (D/S) lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%. 4) Posyandu Mandiri, artinya jumlah kader empat orang atau lebih, dilaksanakan delapan kali atau lebih dalam satu tahun, cakupan KIA, KB, imunisasi dan partisipasi masyarakat (D/S) lebih dari 50% terdapat program tambahan serta cakupan dana sehatnya lebih dari 50%.

63

Tabel 1.11. Indikator Strata Posyandu DKI Jakarta JENIS POSYANDU Pratama Madya Purnama Mandiri Pelaksanaan dalam 8 kali atau 8 kali atau 8 kali atau <8 setahun lebih / lebih / lebih / kali/tahun tahun tahun tahun Jumlah Kader <5 5 atau lebih 5 atau lebih 5 atau lebih Cakupan KIA < 50 % < 50 % > 50 % > 50 % Cakupan KB <50 % < 50 % > 50 % > 50 % Cakupan Imunisasi < 50 % < 50 % > 50 % >50 % Rata D/S < 50 % < 50 % >50 % >50 % Program Tambahan (-) (-) (+) (+) Cakupan Dana Sehat < 50 % < 50 % < 50 % >50 %
(Sumber: Trihono. 2005)

Tabel 1.12. Rekapitulasi Tingkat Perkembangan Posyandu Menurut Strata di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 Puskesmas Pratama Madya Purnama Mandiri Jumlah Posyandu Kec. Menteng 0 6 4 3 13 Kel. Pegangsaan 0 6 10 2 18 Kel. Gondangdia 0 9 0 0 9 Kel. Kebon sirih 0 1 0 0 1 Kel.Cikini 0 7 0 0 7 JUMLAH 0 29 14 7 48
(Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

4) Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kegiatan pelayanan dan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan Jiwa (KESWA) dan NAPZA yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Menteng dibantu oleh Sudinkesmas Jakarta Pusat dan Yayasan Cinta Anak Bangsa sebagai mitra. Program Penanggulangan Kesehatan Jiwa / NAPZA antara lain sebagai berikut: a) Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat. Peserta penyuluhan adalah lansia dengan materi penyuluhan sebagai berikut: Pengertian kesehatan jiwa Masalah kesehatan jiwa pada lansia Cara mengatasi gangguan kesehatan jiwa pada lansia

64

b) Penyuluhan Kesehatan Remaja. Peserta penyuluhan adalah murid dan guru SMP di wilayah Se-Kecamatan Menteng dengan materi penyuluhan sebagai berikut : Pengertian kesehatan jiwa Masalah kesehatan jiwa pada remaja Cara mengatasi gangguan kesehatan jiwa pada remaja

c) Penyuluhan NAPZA Penyuluh pencegahan penyalahgunaan NAPZA adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan, yakni pada tingkat sebelum seseorang menggunakan NAPZA, agar mampu menghindar dari penyalahgunaanya. Tujuan penyuluhan NAPZA adalah : Meningkatkan Pengetahuan (Knowledge) Merubah Sikap (Attitude) Mendorong Motivasi Memberikan Support

Materi penyuluhan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA diarahkan pada masalah penyalahgunaan NAPZA (bahaya serta akibat-akibatnya) dan ditujukan juga pada pemahaman nilai-nilai, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan menyesuaikan diri, tanggung jawab dan pengembangan keperibadian secara menyeluruh. Penyuluhan NAPZA ini bersifat spesifik, berbeda dengan beberapa penyuluhan kesehatan masyarakat lainnya. Misalnya : penyuluhan pada kelompok anak, remaja, dewasa, orang tua, guru berbeda pada materi dan metodanya. Sasaran penyuluhan adalah seluruh lapisan masyarakat yaitu individu (anak, remaja, dewasa, orang tua), keluarga, sekolah, kelompok masyarakat. Sasaran prioritas adalah remaja dan kelompok risiko tinggi (high-risk group).

65

Metode penyuluhan yang digunakan adalah: Bagi anak dan remaja Ceramah,diskusi Pemberian tugas dan peran (termasuk peragaan dan simulasi) Pembinaan kelompok (termasuk karang taruna, OSIS, dinamika kelompok) Pembinaan keperibadian (termasuk outbound activity-aktivitas diluar gedung di alam bebas) Poster, leaflet, brosur, buku pedoman, film, VCD Pesan melalui seni

Bagi orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan tokoh agama Penyuluhan dan pelatihan (misalnya: Kursus Menjadi Orang Tua Efektif) Bimbingan dan Konseling Poster, leaflet, buku panduan

Materi penyuluhan yang diberikan diantaranya: Bagi anak dan remaja Pengetahuan tentang prinsip hidup sehat Pengetahuan dan ketrampilan untuk mengmbil keputusan dan menolak bujukan/tawaran yang merugikan kesehatan Pengetahuan mengenai jenis-jenis dan bahaya NAPZA Perkembangan keperibadian dan permasalah remaja Stres dan cara mengatasinya Cara mengelola waktu dan pemanfaatan waktu senggang Cara berkomunikasi yang efektif dan membina hubungan dengan orang lain Masalah penyalahgunaan NAPZA pada remaja Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah / lingkungan

66

Nama-nama lembaga dan orang yang bergerak dalam upaya penyalahgunaan NAPZA Syarat dan teknik sebagai penyuluh kelompok sebaya Undang-undang Narkotika dan Psikotropika

Bagi orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama Membina hubungan dalam keluarga Membina keluarga yang harmonis Informasi NAPZA yang sering disalahgunakan Gejala dini penyalahgunaan NAPZA dan cara merujuknya Sikap orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama jika mengetahui seorang anak menyalahgunakan NAPZA Membina komunikasi yang baik antara murid, orang tua dan guru Daftar nama/alamat pusat-pusat terapi dan rehabilitasi

d) Program Methadon Dari pendataan yang dilakukan KPA DKI, di DKI Jakarta terdapat sedikitnya 32.000 pengguna narkoba jarum suntik. Sementara dengan jumlah Puskesmas yang hanya 11 Puskesmas, hanya bisa melayani sekitar 5.000 pasien setiap hari. Karena itu, banyaknya jumlah pengguna narkoba suntik bisa berpotensi meningkatkan jumlah penderita HIV/AIDS. Selain terus melakukan upaya pencegahan, Pemprov DKI Jakarta juga telah menyiapkan 11 Puskesmas Kecamatan untuk melayani pengobatan methadon bagi penderita ketergantungan narkoba. Ke-11 Puskesmas tersebut, diantaranya Puskesmas Menteng, Kemayoran, dan Senen (Jakarta Pusat). Kemudian Puskesmas Jatinegara dan Pasar Rebo (Jakarta Timur), Puskesmas Tanjung Priuk dan Koja (Jakarta Utara), Puskesmas Tambora dan Cengkareng (Jakarta Barat), dan Puskesmas Tebet (Jakarta Selatan). Puskesmas ini menyediakan layanan pemberian methadon secara gratis bagi pengguna narkoba yang berusaha sembuh. Sejauh ini, setiap Puskesmas tersebut melayani 150-250 pasien per hari. 67

5) TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Tujuan dari kegiatan ini adalah pemanfaatan halaman warga masyarakat Kecamatan Menteng untuk menanam tanaman yang berkhasiat sebagai obat. TOGA merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Diharapkan dengan adanya TOGA dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan, mengobati gejala dan beberapa penyakit yang ringan serta dapat memperbaiki gizi masyarakat. Kegiatan penanaman obat keluarga dilakukan, baik di rumah-rumah warga maupun di lahan yang ada, tetapi belum ada pencatatan data mengenai TOGA (Tanaman Obat Keluarga), sehingga tidak dapat diketahui data RW yang memiliki TOGA di Kecamatan Menteng. 6) Kelompok Lansia (Lanjut Usia) Perkumpulan lansia di Puskesmas Menteng tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut : Kelompok Kamboja Kelompok Kana Kelompok Seruni Kelompok Cahaya Kelompok Sirih Kuning Kelompok Delima Kelompok Flamboyan Kelompok Kenanga Kelompok Anyelir Kelompok Bougenville Kelompok Sedap Malam Kelompok Anisa

68

Kecamatan Menteng Pelita

Pembinaan Lansia dilakukan oleh petugas Pembina Lansia berupa : 1. Pemeriksaan kesehatan berupa periksa tekanan darah, berat badan dan keluhan-keluhan yang dirasakan. 2. Senam lansia 3. Bimbingan rohani 4. Penyuluhan dengan materi sebagai berikut :

Penyuluhan tentang cara mandi yang sehat Penyuluhan tentang fungsi makanan bagi tubuh Memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit jantung Memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit pada lansia Memberikan penyuluhan tentang penyakit LUPUS Memberikan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi

7) Bina Kemitraan LSM Puskesmas Kecamatan Menteng bekerja sama dengan beberapa LSM, antara lain :

PKBI Tegak Tegar : terdiri dari PSK dan tukang ojek Layak : pendamping pecandu Karisma : rehabilitasi Cibubur Forkem : pendamping pecandu kekerasan LBH masyarakat : pendamping hukum undang-undang Stigma Komunitas Proklamasi : program pendidikan HIV

8) RW Siaga dan Bina Kader Sehat Rukun Warga (RW) siaga adalah RW yang masyarakatnya secara mandiri mau dan mampu mengatasi masalah kesehatannya. Ciri-cirinya adalah: Mandiri dalam dana kesehatan (tabulin, dana sehat) Adanya puskesdes dan surveilance 69

Memiliki safe community yang berfungsi dengan baik Adanya tokoh masyarakat yang peduli kesehatan Public Health Organization Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kriteria RW Siaga: Pos RW Siaga : PIK (Pusat Informasi dan Konsultasi) keluarga UKBM (Donor darah siaga, transport siaga, Posyandu, dan lain-lain) Survailence berbasis masyarakat Lingkungan sehat Kesiapsiagaan terhadap bencana (gawat darurat) Sistem pembiayaan kesehatan : JKPM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) Keluarga sadar kebersihan (Kadarsih) dan PHBS Syarat RW Siaga: Satu pos RW Satu orang pamong / tokoh masyarakat Satu orang tenaga kesehatan setempat Dua orang kader Tabel 1.13. RW Siaga dan Kader Binaan di wilayah Puskesmas seKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec.Menteng Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel. Kebon Sirih Kel. Pegangsaan Jumlah Jmlh RW 10 5 5 10 8 38 RW Jmlh Program yang dilaksanakan 7 5 1 9 8 30 Jmlh RW Siaga 3 2 1 2 2 10 Jmlh Kader 113 35 5 36 95 284 Kader Jmlh Belum Kader Mendapat Aktif Pelatihan 106 34 4 32 93 269 -

(Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010)

70

Tabel 1.14. Penyuluhan PROMKES Kelompok Dalam dan Luar Gedung di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gambir Periode Januari s.d November 2010
N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 23 PROGRAM KIA KB GIZI IMUNISASI DIARE DBD AIDS HEPATITIS ISPA ROKOK, NARKOTIK DAN OBAT KEGANASAN/KANKE R PENY. DEGENERATIF AIR DAN KESLING TBC KUSTA KES. GILUT KES. MATA KES. JIWA KES. KERJA KECACINGAN LAIN-LAIN JUMLAH PENYULUHAN KELOMPOK DALAM GEDUNG LUAR GEDUNG PENGUNJUNG PENGUNJUNG FRE M T K TM MU JML MU MS JML S M 0 2241 0 2241 52 X 0 268 0 268 0 2323 0 2323 30 X 0 1481 0 1481 0 524 0 524 315 X 0 21446 0 21446 0 1461 0 1461 215 X 0 798 0 798 0 574 0 574 20 X 0 268 0 268 0 75 0 75 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7710 0 7710 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88 0 597 2937 1232 18 6736 270 2705 0 0 257 28436 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 88 0 597 2937 1232 18 6736 270 2705 0 0 257 28436 0 0 32 X 0 0 0 37 X 0 0 0 0 0 701 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 741 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25002 0 0 0 0 0 0 815 0 0 0 0 0 815 0 0 741 0 0 0 815 0 0 0 0 0 25817

FRE K 227 X 225 X 216 X 170 X 147 X 70 X 1 0 343 X 52 X 0 103 X 88 X 237 X 18 X 319 X 58 X 147 X 0 0 26 X 2447

Keterangan TM MU : : Tokoh Masyarakat Masyarakat Umum

(Sumber :Laporan Bulanan Promkes Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010)

71

1.1.4.2.

PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK Program kesejahteraan ini bertujuan untuk didapatnya penurunan AKI

serta peningkatan derajat kesehatan ibu serta menjadikan keduanya sebagai prioritas utama dalam pembangunan kesehatan. Dengan masih banyaknya ibu hamil yang belum memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan sehingga perlu diberikan penyuluhan dan pengertian serta manfaat dari ANC, di samping K1 untuk melaksanakan standar pelayanan kebidanan dasar juga memberdayakan ibu dan keluarganya, antara lain dengan dibentuknya Posyandu Sayang Ibu yang dikenal dengan GSI (Gerakan Sayang Ibu) pada setiap satu RW pada tahun ini. a. Sasaran Sasaran program ini yaitu ibu hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin), neonatal, serta balita. b. Tujuan Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu serta peningkatan derajat kesehatan ibu dalam pembangunan kesehatan. Bagi anakanak program ini bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan anak dan meningkatkan derajat kesehatan. c. Kegiatan Program KIA Program KIA mencakup : 1) Pemeriksaan Ibu Hamil Tujuan : untuk memastikan pelaksanaan deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil 2) Pemeriksaan Kesehatan Anak Tujuan: untuk memastikan deteksi dini tumbuh kembang anak dan imunisasi dasar lengkap pada anak di bawah satu tahun. Program Kesejahteraan Ibu dan Anak di Puskesmas Kecamatan Menteng meliputi antenatal care, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, deteksi ibu hamil beresiko, pelayanan kesehatan neonatal, kunjungan ibu nifas dan penanganan komplikasi kebidanan.

72

a.

Antenatal Care Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Antenatal Care. Dalam penerapan operasionalnya dikenal standar 8 T, yaitu : Timbang berat badan, ukur tinggi badan Tensi ( Tekanan Darah) Tetanus Toksoid Tinggi Fundus Uteri Tablet tambah darah Test lab (rutin, khusus) Tatalaksana kasus Temu wicara (konseling)

Pelayanan Antenatal Care hanya dapat diberikan oleh tenaga profesional & bukan oleh dukun bayi. Ditetapkan pula frekuensi pelayanan antenatal adalah empat kali selama kehamilan (K4), dengan waktu sebagai berikut : Satu kali pada triwulan pertama, Satu kali pada triwulan kedua, Dua kali pada triwulan ketiga.

K1 adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali dengan tenaga kesehatan pada masa kehamilan. K4 adalah kunjungan ibu hamil yang keempat kali atau lebih ke tenaga kesehatan pada masa kehamilan triwulan ketiga untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar dengan pola 1-1-2 per triwulan. b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah : Tenaga Profesional : Dokter spesialis kebidanan, dokter umum & bidan Dukun bayi

73

Dengan penempatan bidan di Puskesmas, diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga profesional terus meningkat dan masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih & aman. Pertolongan persalinan yang aman adalah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Yang perlu diperhatikan oleh penolong persalinan antara lain : c. Sterilitas untuk mencegah infeksi Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar Melakukan kegiatan rujukan bila diperlukan

Pelayanan Kesehatan Neonatal Salah satu penyebab utama dari kematian bayi adalah tetanus neonatorum, gangguan yang timbul pada bayi BBLR & asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin dan pertolongan persalinan 3 Bersih (Bersih tangan penolong, Bersih alat pemotong tali pusat, dan Bersih alas tempat tidur ibu). Selain itu dilakukan upaya deteksi dini neonatal berisiko tinggi agar dapat segera diberikan pelayanan yang diperlukan. Risiko tinggi pada bayi neonatal meliputi : BBLR (Berat lahir kurang dari 2500 gram) Bayi dengan tetanus neonatorum Bayi baru lahir dengan asfiksia Bayi dengan ikterus neonatorum (ikterus lebih dari tujuh hari setelah lahir) Bayi baru lahir dengan sepsis

d. Deteksi Ibu Hamil Berisiko Deteksi ibu hamil berisiko dilakukan oleh tenaga kesehatan beserta dengan masyarakat. Faktor risiko adalah risiko kehamilan yang tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian. Contoh : Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun Anak > 4 74

e.

Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan ini < 2 tahun Tinggi badan < 145 cm Hipertensi, DM dan lainnya

Kunjungan Ibu Nifas Kunjungan ibu nifas adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan (minimal tiga kali). Kunjungan ke-1 pada hari ke 1-7 Kunjungan ke-2 pada hari ke 8-28 Kunjungan ke-3 pada hari ke 29-40

Layanan yang diberikan pada ibu nifas antara lain : Pemberian vitamin A 2x selama nifas Periksa kesehatan Pelayanan keluarga berencana

f.

Penanganan Komplikasi Kebidanan Pelayanan PONED di Puskesmas meliputi : Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas Pencegahan dan penanganan hipertensi kehamilan Pencegahan dan penanganan infeksi Penanganan partus lama Penanganan abortus

Pelayanan PONED pada neonatus, yaitu : Pencegahan dan penanganan asfiksia Pencegahan dan penanganan hipotermi Penanganan BBLR Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus ikterus dan radang Pencegahan dan penanganan umum

75

Untuk mengetahui pencapaian target program KIA dibutuhkan data ibu hamil, bersalin dan neonatus di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010, yang dijelaskan pada halaman berikut. Tabel 1.15. Indikator, Target dan Pencapaian Program KIA di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Indikator K1 K4 DO K1-K4 Deteksi dini risiko tinggi Persalinan oleh Nakes Kunjungan neonatus Target 1 tahun (a) (%) 99,6% 94,8% <10% 9,6% 90% 91,2% Target 11 bulan (11/12 x a) (%) 91,3% 86,9% <10% 8,8% 82,5% 83,6% Pencapaian (%) 91,1% 74,5% 18,1% 16,7% 53,4% 67,6%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.16. Cakupan K1 di Wilayah Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Jumlah Sasaran Ibu Hamil (a) 347 357 170 243 211 1328 Kunjungan K1 Cakupan (%) (b) (b/a x 100%) 316 331 151 223 192 1213 91,1% 92,7% 88,8% 91,8% 91,0% 91,1% Target 11 bulan 91,3% 91,3% 91,3% 91,3% 91,3% 91,3%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.17. Cakupan K4 Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Sasaran Ibu Hamil (a) 347 357 170 243 211 Kunjungan K4 (b) 272 281 115 174 161 Cakupan (%) (b/a x 100%) 78,3% 78,7% 67,6% 71,6% 76,3% Target 11 bulan 86,9% 86,9% 86,9% 86,9% 86,9%

76

Jumlah

1328

1003

74,5%

86,9%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010 )

Tabel 1.18. DO K1-K4 di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Jumlah K1 (a) N 316 331 151 223 192 1213 % 91,1% 92,7% 88,8% 91,8% 91,0% 91,1% K4 (b) N 272 281 115 174 161 1003 % 78,4% 78,7% 67,6% 71,6% 76,3% 75,5% DO (%) (Target DO 10%) ([a-b]/a x 100%) 13,9% 15,1% 23,8% 21,9% 16,1% 18,1%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.19. Cakupan Deteksi Risiko Tinggi Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Se- Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Jumlah Sasaran Ibu Hamil (a) 347 357 170 243 211 1328 DRT oleh Nakes (b) 61 62 27 41 35 226 Cakupan (%) (Target 11 bulan 8,8%) (b/a x 100%) 17,5% 17,3% 15,8% 16,8% 16,5% 16,7%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.20. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Sasaran Ibu Bersalin (a) 330 341 159 235 202 Kunjungan Ibu bersalin (b) 214 212 69 112 100 Cakupan (Target 11 bulan 82,5%) (b/a x 100%) 64,8% 62,1% 43,3% 47,6% 49,5%

77

Jumlah

1267

707

53,4%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.21. Cakupan Kunjungan Neonatus di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Kebon sirih Kel. Cikini Jumlah Sasaran Neonatus (a) 480 263 143 318 130 1334 Kunjungan Neonatus (b) 329 210 80 179 101 899 Cakupan (b/a x 100%) 68,5% 79,8% 55,9% 56,2% 77,6% 67,6% Target 11 bulan 83,6% 83,6% 83,6% 83,6% 83,6% 83,6%

(Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 )

1.1.4.3.

PROGRAM KELUARGA BERENCANA Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program

pemerintah untuk menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat keempat dalam jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan kelahiran dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hakhak perempuan (kesejahteraan gender) mendorong program KB untuk memberikan penekanan yang sama pada program kesehatan reproduksi serta peningkatan partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai pengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi. a. Tujuan Tujuan Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). b. Sasaran 78

Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Jumlah Pasangan Usia Subur yang menjadi sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan usia subur yang dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di masing-masing kelurahan atau dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). c. Ruang Lingkup Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada saat kunjungan, Posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasawisma dan sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, berdasarkan jenis kontrasepsinya maka dibedakan menjadi dua: 1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan kontrasepsi yang dapat bertahan antara tiga tahun sampai seumur hidup. Seperti IUD, Implant/Susuk KB, steril pada pria/wanita. 2) Metode Non-Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP) Metode Non Kontrasepsi Jangka Panjang dapat berupa Pil Kombinasi, Suntik KB, Pil Progestin, Kondom, Metode Sederhana/Vaginal, Sistem Kalender, Metode LAM (Lactational Amenorrhoe Methode). d. Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Wilayah Kecamatan Menteng Kegiatan program KB di Puskesmas wilayah kecamatan Menteng yaitu mengadakan penyuluhan KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus KB untuk para dukun bayi, memberikan pelayanan KB pada usia subur. Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu berdomisili di Kecamatan Menteng. Sedangkan KB aktif adalah akseptor yang mengikuti KB terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Menteng.

79

Tabel 1.22. Indikator dan Pencapaian Program KB di wilayah SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 Target Program Indikator Pencapaian (%) (%) KB Baru 70% KB KB Aktif 70%
(Sumber: Laporan Bulanan Pengendali Petugas Lapangan KB Kantor Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.23. Cakupan Peserta KB Baru Di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010
Jumlah (b) 191 PPM (a) Metode Kontrasepsi MKJP Non MKJP Kondom Implant Suntik MOW MOP IUD Pil Pencapaian % (b/a x 100 %) 20,8

Puskesmas

Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Kebon Sirih Kel. Cikini Jumlah

915 987 398 504 846 3.65 0

26

67

90

( Sumber: Laporan Bulanan Pengendali Petugas Lapangan KB Kantor Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

Tabel 1.24. Cakupan Program KB Aktif di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010
Jumlah (b) 48 6 PUS (a) Metode Kontrasepsi MKJP Non MKJP Kondom Implant Suntik MOW MOP IUD Pil Pencapaian % (b/a x 100 %) 22,1

Puskesmas

Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel.Gondangdia Kel. Cikini

2.19 4 2.30 2 1.33 1 1.89

15

15 9

30 5

80

Kel. Kebon Sirih Jumlah

3 1.91 7 9.63 7

(Sumber: Laporan Bulanan Pengendali Petugas Lapangan KB Kantor Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010)

1.1.4.4.

PROGRAM GIZI Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah

membangun sumber daya manusia berkualitas yang sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), belum menunjukan hasil yang yang menggembirakan dalam tiga dasawarsa terakhir. Rendahnya IPM ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan status kesehatan penduduk. Angka kematian dan angka kesakitan yang cukup tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan, remaja, dewasa, lanjut usia dan menurunnya daya kerja fisik, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan, jika ditelusuri secara mendalam adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari masalah gizi. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang ( under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi makro ataupun gizi mikro. Masalah gizi di Indonesia:

Kurang Kalori Protein (KKP) Defisiensi vitamin A Anemia defisiensi Fe GAKY Obesitas Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh

81

penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Sampai saat ini masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat di Indonesia adalah Kurang Kalori dan Protein (KKP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Zat Besi. Salah satu upaya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dalam bidang gizi yaitu dengan memanfaatkan Puskesmas yang merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat, yang berperan sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas tidak hanya bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran tetapi juga bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Menteng meliputi kegiatan rutin. Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Menteng antara lain: a. b. c. d. e. f. g. Penyuluhan gizi Konsultasi gizi Pemantauan pertumbuhan Berat Badan Balita Pengumpulan data dasar gizi Penanggulangan vitamin A Penanggulangan anemia dengan pemberian zat besi pada ibu hamil Intervensi Balita BGM (Bawah Garis Merah) Pelaksanaan kegiatan di Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat yaitu kader - kader kesehatan. Untuk masyarakat pada umumnya dilaksanakan secara swadaya dan swadana. Untuk beberapa Posyandu yang masih kurang diberikan program PMT dan pengetahuan gizi terutama masyarakat. Dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat maka kemampuan masyarakat dalam upaya memperoleh status gizi yang baik pada anak balita akan lebih baik dan meningkat baik status gizinya maupun kesehatannya. a. Penyuluhan Gizi

82

Penyuluhan gizi dilaksanakan di Posyandu yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader kesehatan yang telah terlatih. Materi yang diberikan berupa 13 pesan gizi dasar, anemia, KEP, vitamin A dan masalah-masalah gizi yang dianggap penting disesuaikan dengan keadaan setempat. b. Konsultasi Gizi Konsultasi gizi dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas Kecamatan Menteng yang dilakukan oleh petugas gizi. Ruang konsultasi gizi dibuka setiap hari kerja. Pasien yang datang adalah rujukan dari masing-masing poli baik rujukan internal maupun eksternal. c. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita Pelaksanaan penimbangan anak balita di Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat yaitu kader-kader Posyandu yang telah dilatih oleh petugas kesehatan agar dapat mengelola dan menjalankan pelayanan di Posyandu. Khususnya dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan dan gizi bagi masyarakat. Tujuan dilakukan kegiatan penimbangan rutin di Posyandu adalah untuk memantau pertumbuhan berat badan balita di wilayah Kecamatan Menteng dengan sasaran balita usia 0 5 tahun dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Hal penting yang tidak boleh dilewatkan dalam setiap kegiatan penimbangan adalah pembuatan balok SKDN, yang dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan program kegiatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembuatan balok SKDN adalah agar: Semua balita yang ada di wilayah kerja terdaftar dan mendapat KMS Semua balita hadir untuk ditimbang dan semua balita naik berat badannya sehingga S=K=D=N Beberapa istilah yang digunakan dalam penilaian kegiatan Posyandu dan target : K/S : Cakupan program yaitu memantau balita yang telah

mendapatkan KMS (Kartu Menuju Sehat)

83

D/S : Partisipasi masyarakat yaitu memantau partisipasi masyarakat, menimbang balitanya ke Posyandu N/S : Efektivitas kegiatan yaitu memantau proporsi balita yang naik berat badannya dari semua balita yang ada N/D : Kesinambungan status gizi yaitu memantau efektivitas

perbaikan gizi dengan melihat jumlah balita yang berat badannya naik selama dua kali berturut turut datang ke Posyandu Tabel 1.25. Jumlah Balita se-Kecamatan Menteng Periode JanuariNovember 2010
NO 1. 2. 3. 4. 5. Puskesmas Kel. Menteng Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel. Kebon Sirih Kel. Pegangsaan TOTAL Jumlah balita 0 5 bulan 135 39 4 65 124 367 6 11 bulan 181 59 8 77 188 428 12 23 bulan 294 95 12 161 341 730 0 59 bulan 1.379 479 57 699 1. 647 4. 261

(Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010)

Tabel 1.26. SKDN Perbulan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel. Kebon Sirih Jumlah S 1.379 1.647 479 57 699 4.261 K 1.379 1.647 479 57 699 4.261 D 942 1.294 268 26 341 2.871 N 481 637 119 0 132 1.369 K/S (%) 100 100 100 100 100 100 Cakupan Program (%) D/S N/D N/S (%) (%) (%) 68,3 51,0 34,8 78,5 55,9 45,6 48,7 67,3 49,2 44,4 0 38,7 47,7 38,6 24,8 0 18,8 32,1 D/K (%) 68,3 78,5 55,9 45,6 48,7 67,3

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010)

Keterangan : S : Jumlah seluruh balita disuatu wilayah.

84

K D N

: Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS). : Balita yang datang dan ditimbang. : Balita yang ditimbang dan berat badannya naik.

K/S : Cakupan program yaitu pemantauan balita yang telah mendapatkan KMS (Kartu Menuju Sehat), target 100%. D/S : Partisipasi masyarakat yaitu memantau partisipasi masyarakat, menimbang balita di Posyandu, target 90%. N/S : Efektifitas kegiatan yaitu memantau proporsi balita yang naik berat badannya dari semua balita yang ada,target 90%. N/D : Kesinambungan status gizi yaitu memantau efektifitas perbaikan gizi dengan melihat jumlah balita yang berat badannya naik selama dua kali berturut-turut datang ke Posyandu,target 90%.

D/K : Kesinambungan program, yaitu balita yang datang yang mempunyai KMS target 70 % Tujuan dilakukan kegiatan penimbangan rutin di Posyandu adalah untuk memantau pertumbuhan berat badan balita di wilayah Kecamatan Menteng dengan sasaran balita berusia nol sampai lima tahun dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Pelaksanaan penimbangan anak balita di Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan menjalankan pelayanan di Posyandu. Khususnya dalam penyampaian informasi yaitu kader-kader Posyandu yang telah dilatih oleh petugas kesehatan agar dapat mengelola mengenai kesehatan dan gizi bagi masyarakat. Kader akan dibantu oleh petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas yang akan memantau dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang ke Posyandu terutama ibu hamil dan balita. Hasil pelaksanaan di Posyandu akan dicatat ke dalam format laporan bulanan gizi tingkat kelurahan, lalu dikirim ke tingkat kecamatan yang kemudian dilaporkan ke suku dinas kesehatan masyarakat. hal penting yang tidak boleh dilewatkan dalam setiap kegiatan penimbangan adalah pembuatan balok

85

SKDN, yang dapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan program kegiatan di suatu wilayah kerja.
.

Pengumpulan Data Dasar Gizi Tahun 2010 Puskesmas Kecamatan Menteng melaksanakan kegiatan pengumpulan data dasar gizi, yang bertujuan untuk mendapatkan data jumlah balita yang ada di wilayah Kecamatan Menteng disertai dengan gambaran status gizinya. Di samping itu dari hasil data ini akan digunakan untuk menentukan sasaran PMT-P tahun 2010 dan sebagai data sasaran untuk kegiatan program gizi tahun 2010.

86

Tabel 1.27. Rekapitulasi Data BGM dan Konfirmasi Status Gizi Wilayah Puskesmas Se- kecamatan Menteng Periode Januari November 2010 BB/U Puskesmas Kec. Menteng Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel. Kebon Sirih Kel. Pegangsaan Jumlah JUMLAH BALITA YANG DITIMBANG 942 268 26 341 1.294 2629 BGM JML 33 5 0 12 11 61 % 3, 5 1, 7 0 3, 5 0, 8 2, 3 GIZI KURANG JML % 21 5 0 8 9 43 GIZI BURUK JML % 1, 2,2 12 3 1,9 0 2,4 0,7 1,6 0 0 4 2 18 0 0 1, 2 0, 2 0, 7 BB/TB KURUS KURUS SEKALI JML % JML % 1, 13 2 0,2 4 0, 1 0 0 3 0 5 3 22 0 1, 5 0, 2 0, 8 0 0 1 3 0 0 0,1 0,1 TB/ U Pendek JML 107 58 3 85 139 392 % 11, 4 21, 7 11, 5 24, 9 10, 8 14, 9 Normal JML 118 63 4 74 148 407 % 12,5 23,5 15,4 21,7 11,4 15,5

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010)

87

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari jumlah bayi dan balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng yaitu sebanyak 2629 didapatkan data bayi dan balita dengan status gizi kurang dan BGM, dengan perincian BGM sebanyak 61 orang, gizi kurang 43 orang, gizi buruk 18 orang, kurus 22 orang, kurus sekali 3 orang. Berdasarkan data di atas dapat diketahui di Puskesmas Kecamatan Menteng jumlah bayi dan balita BGM sebesar 2,3 %. Angka ini sesuai dengan SPM yaitu balita dengan BGM < 15%, sedangkan jumlah bayi dan balita gizi buruk 0,7% dari target 0%.
.

Penanggulangan vitamin A Vitamin A diberikan pada anak balita dan bayi setiap bulan Februari dan Agustus. Vitamin A biru (100.000 IU) untuk bayi usia 6-11 bulan sedangkan Vitamin A merah (200.000 IU) untuk balita 12-60 bulan, tablet besi diberikan pada ibu hamil (KIA). Hasil pemberian suplemen ini akan dilaporkan setiap bulan melalui laporan bulanan gizi dari Puskesmas Kelurahan, Kecamatan sampai ke tingkat Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Pusat. Target pemberian vitamin A 90 %.

Tabel 1.28. Cakupan Vitamin A Bulan Februari pada Bayi dan Balita yang Mendapat Vitamin A di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Bulan Februari 2010
Sasaran Vitamin A BIRU Sasaran Vitamin A MERAH (UNTUK BAYI 6-12 BULAN) (UNTUK BAYI 12-60 BULAN) Pencapaian Sasara Jumlah Sasaran Jumlah Pencapaian (b/a x 100 n (a) (b) (a) (b) (b/a x 100 %) %) 181 167 92.26% 1043 1111 106.50% 59 53 89.83% 399 350 87.70% 8 77 188 513 8 77 205 510 100% 100% 109% 99.40% 45 496 1322 3305 45 480 1322 3359 100% 96.77% 100% 100.10%

Puskesmas Kec. Menteng Kel. Cikini Kel.Gondangdi a Kel. Kebon Sirih Kel. Pegangsaan Jumlah

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng bulan Februari dan Agustus 2010)

88

Tabel 1.29. Cakupan Vitamin A Bulan Februari pada Bayi dan Balita yang Mendapat Vitamin A di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Bulan Agustus 2010
Sasaran Vitamin A BIRU Sasaran Vitamin A MERAH (UNTUK BAYI 6-12 BULAN) (UNTUK BAYI 12-60 BULAN) Pencapaian Sasara Jumlah Sasaran Jumlah Pencapaian (b/a x 100 n (a) (b) (a) (b) (b/a x 100 %) %) 181 176 97.20% 1043 1147 110.90% 59 57 96.60% 399 354 88.70% 8 77 188 513 8 77 205 523 100% 100% 109% 101.90% 45 496 1322 3305 48 488 1322 3359 106.60% 98.30% 100% 101.60%

Puskesmas Kec. Menteng Kel. Cikini Kel.Gondangdi a Kel. Kebon Sirih Kel. Pegangsaan Jumlah

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng bulan Februari dan Agustus 2010)
.

Penanggulangan anemia dengan pemberian zat besi pada ibu hamil Penanggulangan anemia zat besi pada ibu hamil dilakukan melalui pemberian tablet besi dan penyuluhan. Pemberian tablet besi dimulai dari trimester awal kehamilan sebanyak 30 tablet untuk tiap bulan (Fe-1) sampai akhi usia kehamilan (Fe-3). Tabel 1.30. Cakupan Fe Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari-November 2010
Puskesmas Jumlah Bumil (a) 347 357 211 170 243 1328 Fe I (b) 19 8 18 1 53 46 62 54 0 Target Fe 1/ 11 bulan 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 Cakupan (b/a x 100%) 57,0 50,7 25,1 27,0 25,5 40,7 Fe 3 (c) 95 78 32 20 39 26 4 Target Fe 3/ 11 bulan 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 82,5 Cakupan (c/a x 100%) 27,4 21,8 15,2 11,8 16,1 19,9

Kec. Menteng Kel.Pegangsaan Kel.Cikini Kel.Gondangdi a Kel.Kebon Sirih Jumlah

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng periode JanuariNovember 2010)

89

Keterangan Fe 1 = target Fe 1 dalam 1 tahun sebesar 90 % dan target dalam 11 bulan sebesar 82,5% Keterangan Fe 3 = target Fe 3 dalam 1 tahun sebesar 90 % dan target dalam 11 bulan sebesar 82,5 % Tabel 1.31. DO Fe 1 dan Fe 3 pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari-November 2010
Puskesmas Kec. Menteng Kel.Pegangsaan Kel.Cikini Kel.Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah Fe 1 (a) N 198 181 53 46 62 540 % 57,0 50,7 25,1 27,0 25,5 40,7 N 95 78 32 20 39 264 Fe 3 (b) % 27,4 21,8 15,2 11,8 16,1 19,9 DO (%) (Target DO 10% ) (a-b/a x 100 %) 52,0 56,9 39,6 56,5 37,0 51,1

(Sumber: Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng periode JanuariNovember 2010)
.

Intervensi Balita BGM Balita BGM adalah balita yang pada saat di timbang dan dilakukan pencatatan berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Setelah itu data berat badannya akan dikonfirmasi dengan tabel baku rujukan penilaian status gizi berdasarkan BB/U yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan. Jika status gizinya adalah gizi kurang/buruk, maka akan mendapatkan inrevensi berupa pemberian makanan tambahan pemulihan selama 90 hari untuk kemudian di evaluasi lagi berat badannya.

1.1.4.5.

PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

Ada beberapa kegiatan Pengendalian Penyakit Menular di Puskesmas Kecamatan Menteng, yaitu : 1) Pengamatan Penyakit (Surveilans) Surveilans epidemiologi adalah suatu proses pengamatan terus-menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit serta kondisi yang memperbesar risiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan. 90

Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB. Pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemiologi. Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. 1) Pengumpulan dan pengolahan data kesakitan/Surveilans Terpadu Penyakit (STP) STP ini bersumber pada Laporan Bulanan (LB) pertama Puskesmas dan diserahkan ke DINKES melalui internet tiap bulannya. 2) Pengumpulan dan pengolahan data kematian 3) Peningkatan laporan mingguan wabah Laporan ini terdiri atas beberapa penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah antara lain: DBD, Diare, Tetanus Neonatorum,

91

Polio, AFP, Chikungunya, Leptospirosis, Campak dan penyakit lain yang perlu dilaporkan. 4) Pemantauan dan follow up kasus KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) 2) Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) 1) Pengendalian penyakit TB paru Penyakit Tuberculosis paru (TB paru) adalah suatu penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Millenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan di Indonesia, selain malaria dan HIV/AIDS. Pada level nasional, berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan TB-paru, telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini, diantaranya dengan pendekatan program Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), seperti yang telah direkomendasikan WHO. Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang kemudian ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Tujuan P2M di Puskesmas se-Kecamatan Menteng pada kasus TB paru adalah untuk mengetahui jumlah penderita TB paru yang berobat ke Puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Menteng dan agar semua penderita TB yang berobat mendapat obat TB paru secara lengkap (mendapatkan dan meminum obat TB paru selama 6 bulan tanpa terputus) Sasaran dari program P2M di Puskesmas se-Kecamatan Menteng pada kasus TB paru adalah seluruh penderita TB paru yang datang ke poli TB paru. a) CDR (Case Detection Rate) adalah penemuan pasien baru TB BTA positif pada penduduk suatu wilayah :

92

b) Angka konversi adalah BTA positif menjadi BTA negatif setelah fase insentif:

x 100%

c)

Angka kesembuhan adalah BTA positif menjadi BTA negative setelah pengobatan selesai :

x 100%

Tabel 1.32. Indikator dan Pencapaian Pemberian Program Pengendalian Penyakit Menular di Wilayah Puskemas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Target Pencapaian Penyakit Indikator (%) (%) TB Paru CDR >70% 35,8% Angka Konversi >80% 100% CR >85% 17,8% Error Rate <5% Tidak ada data Succes Rate >85% 17,8%
Diare ISPA DBD IR IR IR <5% < 10 50/100.000 1,8 15,8 380/100.000

(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.33. Angka Penemuan Kasus (CDR) TB di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Puskesmas Perkiraan BTA (+) Penemuan BTA (+) CDR (%) (a) (b) (b/a x 100%) Kec. Menteng 282 101 35,8%

93

(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.34. Angka Konversi TB di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Penemuan BTA Penemuan Penderita Angka Puskesmas (+) Konversi Konversi (%) (a) (b) (b/a x 100%) Kec. Menteng 101 101 100%
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010)

Tabel 1.35. Angka Kesembuhan (CR) Penderita TB di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Penemuan BTA Penemuan Penderita CR (%) Puskesmas (+) Sembuh (b/a x (a) (b) 100%) Kec. Menteng 101 18 17,8%
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.36. Angka Kelengkapan (SR) Penderita TB di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Penemuan Penemuan BTA Penderita SR (%) Puskesmas (+) Pengobatan (b/a x 100%) (a) lengkap (b) Kec. Menteng 101 18 17,8%
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

2) Pengendalian penyakit kusta Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Di antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta yaitu prevelensi rate <1 per 10.000 penduduk. Lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dengan MDT pada akhir tahun 1999 dan 641.091 kasus masih dalam pengobatan di tahun 2000. 94

Di antara 11 negara penyumbang penderita kusta di dunia, Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan Brazil. Walaupun suatu negara telah mencapai eliminasi, tidak berarti bahwa kusta tidak menjadi masalah lagi hingga kesinambungan program kusta harus teteap dijamin. Untuk menetapkan suatu wilayah sebagai daerah low endemic kusta, digunakan indikator penemuan kasus baru (dimana angka tersebut harus < 0,5 per 10.000 atau < 5 per 100.000). Dari penemuan kasus baru, dicatat sejumlah propinsi yang angka penemuan kasus per tahunnya stabil > 5 per 100.000 penduduk, antara lain NAD, DKI Jakata, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua. Penderita terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2006 sebanyak 22.763 PB dan 19.802 MB dengan angka prevelensi 1,03 per 10.000 penduduk. Program pengendalian penyakit kusta bertujuan untuk : 1) Tujuan jangka pendek : menurunkan angka kesakitan kusta menjadi < 1 per 10.000 penduduk pada tahun 2005 di tingkat kabupaten 2) Tujuan jangka panjang : eradikasi kusta di Indonesia Kebijakan : 1) Penderita kusta tidak boleh diisolasi 2) Obat kusta diberikan cuma-cuma 3) Regimen MDT mengikuti rekomendasi WHO 4) Program kusta diintegrasikan dalam sistem pelayanan kesehatan dan rujukan 5) Khusus daerah endemik rendah, ditetapkan Puskesmas Rujukan Kusta (PRK) berdasarkan wilayah administrasi kabupaten Kegiatan pengendalian penyakit kusta : 1) Penemuan penderita : penemuan penderita secara pasif dan aktif

95

2) Pengobatan penderita 3) Pembinaan pengobatan 4) Pencegahan cacat dan perawatan diri 5) Pencatatan dan pelaporan 6) Penyuluhan kesehatan dan penggerakan peran serta 7) Manajemen logistik Pada Puskesmas Kecamatan Menteng terdapat satu pasien yang menderita kusta dan sudah menjalani pengobatan lengkap dan sudah dinyatakan sembuh. 3) Pengendalian penyakit diare Diare cenderung menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan balita. Namun, Case Fatality Rate menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan tingkat kematian akibat diare dapat dilakukan dengan adanya tata laksana yang tepat dan cepat, diantaranya melalui pelatihan petugas yang diintegrasikan dengan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), dapat juga dilakukan pengamatan tata laksana diare ke Puskesmas sentinel. Kunjungan masyarakat ke unit-unit pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh penyakit diare masih tinggi. Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kematian akibat diare, tatalaksana diare standard dan meningkatkan penggunaan oralit di tingkat rumah tangga.

96

Tabel 1.37. Incidence Rate Kasus Diare di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Puskesmas Jumlah Jumlah Penderita IR Penduduk diare (b/a x (a) (b) 100%) Kec.Menteng 17.122 Jiwa 238 1,4 Kel. Pegangsaan 21.510 Jiwa 317 1,5 Kel. Cikini 8.847 Jiwa 185 2,1 Kel. Gondangdia 5.957 Jiwa 168 2,8 Kel.Kebon Sirih 11.907 jiwa 292 2,5 Jumlah 65.343 Jiwa 1.200 1,8
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

4) Pengendalian Penyakit ISPA Tabel 1.38. Incidence Rate Kasus ISPA di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Puskesmas Jumlah Jumlah Penderita IR Penduduk ISPA (b/a x (a) (b) 100%) Kec.Menteng 17.122 Jiwa 2.739 15,9 Kel. Pegangsaan 21.510 Jiwa 3.294 15,3 Kel. Cikini 8.847 Jiwa 1.132 12,8 Kel. Gondangdia 5.957 Jiwa 715 12,0 Kel.Kebon Sirih 11.907 jiwa 2.451 20,6 Jumlah 65.343 Jiwa 10.331 15,8
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

3) Pengendalian Penyakit HIV-AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian.

97

HIV dapat ditularkan melalui 3 cara, yaitu : Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak menggunakan pengaman, dengan orang yang telah terinfeksi HIV. Transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bergantian. Melalui alat suntik. Transplasenta atau ASI.

HIV tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum yang sama, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah. Gejala-gejala yang dapat ditemukan pada penderita HIV-AIDS : Merasa kelelahan yang berkepanjangan Demam dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab yang jelas Batuk yang tidak sembuh-sembuh disertai sesak nafas yang berkepanjangan Diare/mencret terus-menerus selama 1 bulan Bintik-bintik berwarna keungu-unguan yang tidak biasa Berat badan menurun secara drastis lebih dari 10% tanpa alasan yang jelas dalam 1 bulan Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha

Hanya melalui penglihatan, kita tidak bisa tahu apakah seseorang sudah terinfeksi HIV atau tidak. Pada kenyataannya pengidap HIV terlihat sangat sehat. Satu-satunya cara untuk mengetahui hal ini adalah melalui tes darah HIV. Di Indonesia, terdapat cukup banyak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang dapat membantu anda untuk mendapatkan pelayanan tes darah. Orang yang terinfeksi HIV tidak dapat diketahui dari penampilan fisiknya saja karena orang tersebut terlihat seperti orang sehat lainnya. Jadi, untuk menentukan seseorang terinfeksi HIV atau tidak harus dilakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah bertujuan untuk 98

mendeteksi ada atau tidaknya antibodi HIV di dalam darah. Antibodi HIV ini dihasilkan oleh tubuh sebagai reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi HIV. Oleh sebab itu, pemeriksaan ini lebih tepat disebut "Tes Antibodi HIV" bukan tes AIDS. Jika seseorang merasa memiliki kemungkinan terinfeksi HIV, maka sebaiknya segera memeriksakan diri. Hal ini penting untuk memastikan status seseorang. Jika positif maka dapat segera dilakukan perawatan kesehatan lebih lanjut yang intensif agar dapat menjaga kondisi dan mencegah penularan kepada orang lain. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) AIDS adalah sindroma yang dapat menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit, karena sistem kekebalan di dalam tubuhnya telah menurun. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan AIDS. Agar dapat terhindar dari HIV/AIDS, anda harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya. IMS (Infeksi Menular Seksual) sering juga disebut penyakit Kelamin, yaitu penyakitpenyakit yang sebagian besar ditularkan melalui hubungan seks atau hubungan kelamin. Orang yang mengidap IMS memiliki resiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV, karena luka yang terbuka memberikan jalan masuk bagi HIV. HIV terutama ditularkan lewat hubungan seks, karena itu HIV juga termasuk jenis IMS. Harm Reduction Harm Reduction atau Pengurangan Dampak Buruk adalah salah satu bagian dari Program Global Penanggulangan HIV/AIDS yang diusung UNAIDS dan saat ini berusaha diterapkan di Indonesia, dimana Indonesia saat ini terkategori sebagai negara dengan laju penyebaran HIV/AIDS tertinggi di Asia. Harm reduction merupakan pendekatan yang aman dan efektif untuk menahan serta mengurangi laju epidemi HIV, yang telah berhasil diterapkan di sejumlah negara seperti Australia,

99

Selandia Baru, Inggris, Belanda, serta Denmark. Negara-negara tersebut telah menerapkan kombinasi dari berbagai program harm reduction (pengurangan dampak buruk) pada awal epidemi sehingga memiliki angka infeksi HIV di kalangan IDU lebih rendah. Program Global Penanggulangan HIV/AIDS tersebut meliputi: 1. 2. Kondomisasi Harm reduction yang meliputi:

Subtitusi narkoba dengan metadon (turunan heroin) Pembagian jarum suntik steril kepada para pengguna narkoba

3.

Hidup sehat bersama ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

Prinsip pengurangan dampak buruk narkoba mengandung sejumlah unsur antara lain: 1. 2. Tujuan jangka pendek : upaya mencegah laju penyebaran HIV dilaksanakan secepat mungkin. Hirarki sarana untuk mencapai tujuan khusus:

Pengguna narkoba didorong untuk berhenti memakai narkoba. Jika tidak bisa, maka pengguna didorong untuk berhenti memakai cara menyuntik Jika tidak bisa, maka pengguna didorong dan dipastikan tidak berbagi peralatan suntiknya dengan pengguna lain. Jika tetap terjadi penggunaan bergantian, maka pengguna dilatih untuk menyucihamakan peralatan suntiknya di setiap penggunaan.

Keterlibatan pengguna narkoba: pengguna tidak dianggap sebagai penerima layanan yang pasif tetapi harus dipandang sebagai pelaku yang sangat penting dalam pencegahan HIV/AIDS. Telah terbukti secara konsisten, organisasi pengguna narkoba berperan sangat besar dalam pengembangan strategi pengurangan dampak buruk narkoba (harm reduction).

100

Penggunaan kondom Kondom merupakan penghambat atau dinding pencegah terjadinya pertukaran cairan yang berasal dari dalam tubuh. Jika Anda suka berganti-ganti pasangan atau terlibat hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan, kondom adalah alat perlindungan yang baik. Menggunakan kondom berarti 10.000 kali lebih terlindung daripada tidak menggunakannya. Sewaktu hendak menggunakan kondom, pastikan bahwa kondom tersebut berkualiatas baik, berstandar mutu internasional dan perhatikan pula tanggal kadaluarsa kondom. Pelayanan LJSS (Layanan Jarum Suntik Steril) Pada Puskesmas Kecamatan Menteng memberikan pelayanan LJSS (Layanan Jarum Suntik Steril) setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00-10.00 WIB; dan pelayanan Methadone setiap hari Senin-Jumat pukul 10.0014.00 WIB. Pelayanan LJSS (Layanan Jarum Suntik Steril) diberikan dengan tujuan memutus rantai penularan HIV-AIDS pada pengguna narkoba.

101

Tabel 1.39. Laporan Program HR Periode Januari-November Tahun 2010


Indikator Jumlah rujukan LSM ke PKM L P Total L P Total L P Total L P Total Total Total Jan 10 0 10 0 1 1 34 4 38 0 0 0 471 400 Feb 21 0 27 1 1 2 43 3 46 6 0 6 729 532 Mar 5 0 5 1 0 1 12 3 15 7 0 7 350 256 Apr 3 1 4 1 0 1 12 3 15 5 0 5 331 232 Mei 7 0 7 4 0 4 19 2 21 8 0 8 301 237 Juni 28 2 30 5 0 5 22 3 25 8 0 8 536 425 Juli 9 1 10 3 0 3 23 3 26 2 0 2 544 309 Ag 9 0 9 2 0 5 24 3 27 0 0 0 61 8 31 Sep 1 0 1 2 0 2 25 5 30 19 1 20 825 Okt 1 0 0 2 0 2 35 4 39 16 0 16 265 168 117 Nov 1 0 1 0 1 1 47 2 49 9 1 10 370 283 351 Keterangan

IDU berbeda

Jumlah rujukan kesehatan ke PKM

Jumlah klien lama ikut LJSS

IDU berbeda

Jumlah klien baru ikut LJSS Jumlah jarum suntik steril didistribusi Jumlah jarum bekas kembali Jumlah kondom didistribusi

IDU berbeda

423 4 Total 42 13 87 39 162 251 266 42 701 (Sumber: Laporan Tahunan HR Puskesmas Menteng 2010)

102

4) Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang (P2B2) 1. Pencegahan dan penanggulangan Penyakit Demam Berdarah di kecamatan Menteng meliputi : a. Penyelidikan epidemiologi Penyakit demam berdarah dengue mulai menjangkiti Indonesia sejak tahun 1968. sejak itu, penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia dan menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini kerap menimbulkan kepanikan di masyarakat, karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menyebabkan kematian. Di Indonesia saat ini, dikenal 4 serotipe virus dengue, yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Dari keempat serotipe, yang paling banyak bersirkulasi adalah serotipe Den-3. Umumnya, kasus mulai meningkat pada saat musim hujan. Kebijakan pengendalian Penyakit DBD di kawasan Puskesmas Kecamatan Menteng dititik beratkan pada: a.) Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan melaksanakan surveilans guna mencegah dan membatasi agar tidak terjadi wabah atau kejadian luar biasa. b.) Pemberantasannya terhadap nyamuk penularnya baik terhadap nyamuk dewasa ataupun jentiknya. Upaya dititikberatkan pada penggerakkan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air, serta kegiatankegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. 2. Kewaspadaan dini penyakit DBD atau upaya pengendalian DBD dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut:

103

a) Penemuan, pelaporan dan pelacakan kasus penderita DBD yang dilakukan oleh Petugas. Diagnosa sementara penyakit DBD/tersangka DBD ditegakkan dengan kriteria yang longgar yaitu: panas tinggi tanpa sebab yang jelas, adanya tanda-tanda perdarahan:
.
. .

Rumple leed test Jumlah trombosit <100.000/L Hematokrit meningkat 20 %

b) Penanggulangan fokus Penanggulangan fokus bertujuan untuk membatasi penyebaran penyakit, dengan cara : 1. Penyelidikan Epidemiologi (PE) Kunjungan rumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (20 rumah) serta di sekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Kegiatan ini meliputi: pencarian kasus atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik Aedes aegepty. PE ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut sehingga perlu dilakukan penyemprotan insektisida. 2. Fogging Fokus Foging fokus harus didahului dengan tindakan penyuluhan PSN-3M (Pemberantasan insektisida Sarang dilakukan NyamukMenguras, jika ditemukan Menutup, Mengubur) dan Abatisasi selektif. Penyemprotan penderita/tersangka DBD lainnya atau sekurang-kurangnya tiga penderita yang panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik Aedes aegepty di lokasi tersebut. Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu.

104

3. Pemberantasan Vektor Intensif di Kelurahan Endemis. Sebelum melakukan pemberantasan vektor intensif, harus didahului tindakan penyuluhan agar masyarakat mau melakukan yang dianjurkan petugas kesehatan. Pemberantasan intensif dilakukan di kelurahan endemis tinggi dengan: 1. Fogging Fokus, hanya dilakukan bila hasil PE betul-betul memenuhi kriteria, terutama untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah. 2. Abatisasi Selektif, dilaksanakan di kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegepty ditaburi bubuk abate sesuai dosis satu sendok makan peres (10 G) abate untuk 100 liter air. 3. Gerakan PSN-DBD, dilaksanakan dengan kegiatan 3M oleh masyarakat yang dilakukan setiap minggu sekali. 4. Kegiatan Bulan Bakti Gerakan 3M, adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD dengan melakukan gerakan serentak membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah selama satu bulan saat kasus terendah. Kegiatan ini merupakan perwujudan dari Kegiatan Jumat Bersih serta perwujudan dari aspek budaya bersih. Gerakan 3M dilakukan setiap tahun sehingga dapat menjadi kegiatan sehari-hari yang selalu dikerjakan masyarakat. Gerakan 3M plus yang biasanya dilakukan adalah Menguras, Menutup, Menabur abate dan Menyingkirkan atau mengubur barang bekas. 5. Penyuluhan, Kegiatan ini ditujukan agar masyarakat melakukan usahausaha pencegahan dan membantu mengendalikan penyakit DBD dengan cara:

Melaksanakan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dan melaksanakan usaha kebersihan lingkungan. Berobat sedini mungkin ke Puskesmas atau dokter RS bila ada tandatanda gejala DBD.

105

Mengikuti petunjuk petugas pelaksana pengasapan/abatisasi dan bila diperlukan ikut serta secara aktif dan melaksanakan abatisasi. Kegiatan kerja bakti dalam program DBD ditujukan agar masyarakat melaksanakan usaha-usaha pencegahan dan membantu pengendalian penyakit DBD dengan cara memberantas jentik nyamuk penularnya sehingga penularan DBD dapat dicegah.

Cakupan PE terhadap kasus DBD =

PE (+) + PE (-) + Non DBD Jumlah Kasus DBD

x 100 %

Tabel 1.40. Distribusi Kasus DBD Penyelidikan Epidemiologi PE (+), PE (-) di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010
Puskesmas Kec.Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah Jml Kasus (a) 105 51 31 37 24 248 PE + (b) 36 18 10 8 9 81 PE (c) 38 18 7 10 6 79 Non DBD (d) 1 0 1 1 0 3 Tidak ditemukan 30 15 13 18 9 85 Belum di PE 0 0 0 0 0 0 Luar Wilayah 0 0 0 0 0 0 Cakupan (%) (b+c+d/a x100 %) 71,4 70,5 58,0 51,4 62,5 65,7

(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010)

Tabel 1.41. Perbandingan Jumlah Kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010
Puskesmas Kec.Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah Jumlah Fogging Fokus Siklus I Siklus II (a) (b) 33 29 20 21 10 11 10 10 8 8 81 79 Cakupan (%) ( b/a x 100%) 87,8% 105% 110% 100% 100% 97,5%

(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010)

106

Tabel 1.42. IR Kasus DBD Se-Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010
Puskesmas Kec.Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah Jumlah Penduduk (a) 17.122 Jiwa 21.510 Jiwa 8.847 Jiwa 5.957 Jiwa 11.907 jiwa 65.343 Jiwa Jumlah Kasus DBD (b) 105 51 31 37 24 248 IR per 100.000 Penduduk (b/a x 100.000) 613/100.000 237/100.000 350/100.000 621/100.000 202/100.000 380/100.000

(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010)

5) Imunisasi Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan seorang anak. Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil. Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kirakira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan terhadap tujuh jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian vaksin BCG, penyakit difteri tetanus pertusis dengan pemberian vaksin DPT, penyakit

107

poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak dengan vaksin campak. Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama. Program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Menteng terdiri dari : 1) Imunisasi bayi a. BCG b. Hepatitis B c. Polio d. Campak e. DPT 2) Imunisasi bumil a. TT Macam-Macam Vaksin Dan Fungsinya : 1. Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TB). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan. BCG diberikan satu kali sebelum anak berumur dua bulan. Di Indonesia TBC merupakan penyakit rakyat yang mudah menular, di negara yang sudah berkembang penyakit ini sudah jarang ditemukan karena dilaksanakannya imunisasi BCG yang luas, pengawasan ketat terhadap penderita TBC dan perbaikan keadaan sosial ekonomi.

108

2. Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin three-in-one yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ke tiga penyakit tersebut dipasarkan dalan tiga jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalan bentuk vaksin DT atau dalam bentuk tetanus dan pertusis dalam bentuk DPT. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier). Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat anak berumur dua bulan (DPT I), tiga bulan (DPT II) dan empat bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan

109

satu tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka diberikan DT, bukan DPT. Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu sebesar 9095% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%. Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan. 3. Imunisasi Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing mengandung virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin Salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup tapi dilemahkan (Vaksin Sabin) cara pemberiannya melalui mulut berupa cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis Sabin.Vaksin polio dapat mencegah penyakit poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III, virus polio akan merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun 1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita demam selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otototot pernafasan dan otot untuk menelan. Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak empat kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Daya proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100%.

110

4. Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercakbercak merah dikulit setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak. Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat anak berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare. Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup. 5. Imunisasi Hepatitis B (HBV) Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali. Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan selang waktu satu bulan pada saat anak berumur di bawah empat bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang status hepatitisnya tidak diketahui, HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV empat diberikan saat anak berusia 10 tahun. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga bisa diberikan pada saat bayi berumur dua bulan. Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benarbenar pulih.

111

Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah imunisasi dasar dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak adalah: a. BCG untuk mencegah penyakit TB, b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus, c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis, d. Campak untuk mencegah penyakit Measles, e. Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

Tabel 1.43. Cakupan Imunisasi BCG dan Campak di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Januari - November 2010 (b-c/b x 100 %)(target DO 10%)BCG-CampakDO 9,2 34,6 -24,3 37,7 3,7 112

(b/a x 100%)Pencapaian

Kec.Menteng Kel. Cikini Kel. Pegangsaan Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih

480 130 263 143 318

520 180 272 257 261

108,3 138,5 103,5 179,7 82,1

472 135 336 203 249

98,3 103,8 127,8 142,0 78,3

(c/a x 100%)Pencapaian

(a)Sasaran bayi

(c)Campak

Puskesmas

(b)BCG

Jumlah

1334

1490

111,7

1395

104,6

6,37

(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.44. Cakupan Imunisasi Polio di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010
Polio Puskes mas Kec.M enteng Kel. Cikini Kel. Pegang saan Kel. Gondan gdia Kel.Ke bon Sirih Jumlah Sasa ran bayi (a) 480 130 263 143 318 1334 I (b) 491 191 513 427 290 191 2 Pencap aian (%) (b/a x 100 %) 102,3 146,9 195,1 298,6 91,2 143,3 II (c) 527 141 495 236 265 166 4 Pencap aian (%) (c/a x 100 %) 109,8 108,5 188,2 165,0 83,3 124,7 III (d) 523 150 495 275 263 1706 Pencap aian (%) (d/a x 100 %) 110,4 115,4 188,2 192,3 82,7 127,8 IV (e) 443 121 466 223 255 1508 Pencap aian (%) (e/a x 100 %) 92,3 93,1 177,2 155,9 80,2 113,0

(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.45. Cakupan Imunisasi DPT-HB (Combo) di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari November 2010
Puskesmas Kec.Menteng Sasaran bayi (a) 480 I 538 Pencapaian (%) 112,1 DPT HB ( Combo ) II Pencapaian (%) 534 111,3 III 477 Pencapaian (%) 99,4

113

Kel. Cikini Kel. Pegangsaan Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah

130 263 143 318 1334

154 537 345 317

118,5 204,2 241,3 99,7

148 508 278 272

113,8 193,2 194,4 85,5

170 460 265 296

130,8 174,9 185,3 93,1

189 141,7 174 130,4 166 125 1 0 8 (Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.46. Rekapitulasi Pencapaian Imunisasi di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari - November 2010
Program Indikator BCG Polio I Polio II Polio III Polio IV Campak DPT HB (Combo) I DPT HB (Combo) II DPT HB (Combo) III Target (%) 87,2 87,0 82,5 82,5 82,5 82,5 87,0 82,5 82,5 Pencapaian (%) 111,6 143,3 124,7 128,4 113,0 104,6 141,8 130,4 125,0

Imunisasi (bayi)

(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Imunisasi TT pada Ibu Hamil Imunisasi TT pada Ibu hamil yaitu pemberian imunisasi terhadap ibu hamil dalam rangka untuk eliminasi tetanus neonatorum tahun 2015. Tabel 1.47. Cakupan Imunisasi Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari - November 2010
Kelurahan Kec.Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Sasaran Bumil 355 365 218 179 253 Ibu hamil TT I Jumlah 166 98 49 50 51 (%) 46,7 26,8 22,4 27,9 20,1 Jumlah 182 164 34 44 48 TT II (%) 51,2 44,9 15,5 24,5 18,9

114

Jumlah

1370

414

30,2

472

34,4

(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.48. DO TT I TT II Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010
Kelurahan Kec.Menteng Kel. Pegangsaan Kel. Cikini Kel. Gondangdia Kel.Kebon Sirih Jumlah TT I (a) 166 98 49 50 51 414 Ibu hamil TT II (b) 182 164 34 44 48 472 DO TT I TT II (%) (a-b/a x 100 %) -9,6 -67,3 30,6 12 5,8 14,0

(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

Tabel 1.49. Rekapitulasi Pencapaian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010 Program Indikator Target (%) Pencapaian (%) Cakupan TT I 73,3 30,2 Imunisasi Bumil Cakupan TT II 73,3 34,4 <10 DO TT I TT II 14,0
(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010)

1.1.4.6.

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN Kesehatan lingkungan masuk ke dalam program dasar Puskesmas atau

yang dikenal dengan basic seven dikarenakan kesehatan lingkungan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap penyelesaian masalah masalah kesehatan masyarakat. Dan juga masih terdapat penyakit penyakit yang berbasis lingkungan. Pengendalian faktor lingkungan yang baik sangat berguna dalam upaya penurunan angka kesakitan (morbidity rate) maupun menurunkan angka kematian (mortality rate) yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. Puskesmas Kecamatan Menteng merupakan salah satu Puskesmas yang memasukkan kesehatan lingkungan ke dalam program wajib Puskesmas dan

115

melaksanakan kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif masalah kesehatan lingkungan yang terdapat di wilayah kerjanya. a. Tujuan Tujuan kegiatan Kesehatan Lingkungan adalah menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya penyakit menular di masyarakat. Untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas-sektor berwawasan kesehatan.

b. Sasaran Sasaran programnya antara lain: 1) Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). 2) Selain lingkungan fisiknya yang diperiksa, para pengelola makanan juga ikut diperiksa kotorannya melalui rectal swab untuk mengetahui adanya carrier penyakit menular seperti kolera, thypus abdominalis, E . coli, dsb. 3) Penyehatan Makanan dan Minuman 4) Pemantauan Air Bersih dan Air Minum 5) Tempat-Tempat Umum (TTU) 6) Seperti pasar, restoran, tempat ibadah, sumber air minum penduduk, pembuangan air limbah. 7) Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) 8) Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu (PVBP) kegiatan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) 9) Pengelolaan Limbah (Limbah cair dan Limbah padat). c. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan program Kesehatan Lingkungan adalah : 1) Memperbaiki sistem pembuangan kotoran manusia / tinja

116

Pembuatan dan penyediaan jamban keluarga Penyuluhan kesehatan lingkungan dilakukan melalui demonstrasi pembuatan jamban keluarga 2) Menyediakan air bersih Perlindungan terhadap sumber mata air yang digunakan oleh penduduk Penyuluhan melalui demonstrasi tentang pembuatan sumur Penyediaan sumur pompa tangan dan sarana air minum lainnya Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang air minum sehat 3) Pembuangan sampah Dikerjakan secara bersama sama dengan kelompok kelompok masyarakat. Masyarakat digerakkan untuk melakukan kegiatan pembuangan sampah yang baik sehingga sampah tidak lagi mencemari lingkungan pemukiman mereka. 4) Pengawasan terhadap tempat tempat umum Dilakukan di perusahaan perusahaan penghasil limbah cair, tempat pengolahan dan penjualan makanan, tempat tempat umum dan sanitasi perumahan. d. Kegiatan program kesehatan lingkungan Program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kecamatan Menteng tahun 2010 meliputi : 1) Pembinaan TTU 2) Pembinaan TPM 3) Pemeriksaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Puskesmas 4) Pengolahan Limbah Medis Padat 5) Pemantauan Kualitas Air Bersih dan Pemantauan Kualitas air Minum 6) PJB dan Abatisasi Selektif 7) Jumantik 8) Jumat Bersih e. Hasil kegiatan

117

Dari

delapan

program

penyehatan

lingkungan

didapatkan

hasil

diantaranya, yaitu: 1) Penyehatan Pemukiman dan Tempat-tempat Umum Tujuan Terciptanya rumah dan perumahan/pemukiman/TTU yang memenuhi syarat kesehatan, terutama pada aspek penyehatan air bersih, pengelolaan limbah dan kotoran, pengelolaan intensitas, pemukiman Ruang lingkup Penyehatan air bersih, kualitas hidup, konstruksi/bangunan, pengelolaan air limbah, pengolahan sampah, pembuangan kotoran, intensitas kebisingan, intensitas pencahayaan, penghawaan dan penyehatan makanan serta minuman. Sasaran TTU Tempat sarana pendidikan, tempat ibadah, sarana olahraga, pasar, salon, sarana kesehatan, sarana transportasi, terminal, sarana pariwisata, hotel, tempat penginapan. Parameter rumah sehat Tersedia air bersih, ada penampungan air bekas, ada tempat sampah, ada jamban, ada saluran pembuangan air hijau. Kandang ternak terpisah paling tidak 10 m jaraknya dari rumah. Ada jalan keluar untuk asap dapur melalui lubang langit-langit. Ruangan rumah cukup luas dan tidak padat penduduknya. Halaman rumah harus selalu dibersihkan, pekarangan ditanami tumbuh-tumbuhan bermanfaat. Dinding dan lantai harus kering dan tidak lembab. Kamar-kamar harus berjendela, ada lubang angin dan sinar matahari pencahayaan, kapasitas sampah, konstruksi bangunan, kebisingan, penghawaan dan

penyehatan makanan dan minuman, serta sarana dan prasarana

118

dapat masuk ruangan rumah. Di manapun tidak terdapat jentik-jentik nyamuk, kecoa dan tikus. 2) Penyehatan Tempat Pengolahan Makanan Tujuan Memastikan terwujudnya kualitas makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat memberikan keamanan bagi konsumen. Ruang Lingkup Mencakup pemeriksaan terhadap perilaku penjamah makanan dan air, sarana dan prasarana TPM, etalase makanan jadi, bahan baku di jasa boga, catering, hotel, restoran makanan atau rumah makan. Dalam kegiatan TUPM di lingkungan Puskesmas se-Kecamatan Menteng, meliputi pembinaan dan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan di wilayah se-Kecamatan Menteng, periode Januari s.d November 2010 : Hotel Restoran/Rumah Makan Pasar PTPM lainnya Tabel 1.50. Jumlah PTPM (Penyehatan Tempat Pengolahan Makanan) di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010 Restoran/ PTPM Puskesmas Hotel Rumah Pasar Jml lainnya makan Kec. Menteng 2 7 0 0 8 Kel. Kebon 22 13 0 0 35 Sirih Kel. 1 1 0 0 2 Pegangsaan Kel. Cikini 8 5 0 0 13 119

Kel. Gondangdia Jumlah

4 37

1 27

0 0

0 0

5 63

(Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010)

3) Pemeriksaan Puskesmas

Instalasi

Pengelolaan

Air

Limbah

(IPAL)

Tabel 1.51. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kimia Lengkap Sampel Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010
N O 1 BULAN SUMBER AIR IPAL PARAMETE R MS TMS V HASIL PEMERIKSAAN Parameter Minyak dan Lemak PH 2 Juni IPAL V Hasil 13,2 mg/L 3,98 Baku Mutu 5,0 mg/L 69

Maret

September

IPAL

Desember

IPAL

PH

4,34

69

120

Sesuai Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, 12 Juni 1995

Tabel 1.52. Hasil Pemeriksaan Kimia Lengkap Sampel Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Diperiksa 27 27 27 27 Memenuhi Syarat 25 27 27 26 Tidak Memenuhi Syarat 2 0 0 1

(Sumber: Hasil Pemeriksaan Kimia Lengkap Sampel Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010)

4) Pengolahan Limbah Medis Padat Tabel 1.53. Jumlah Pemusnahan Pembakaran Sampah Medis Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010
NO 1 2 3 4 5 BULAN Januari April Juli Oktober Nopember Jumlah JUMLAH PEMUSNAHAN ( Kg ) 229 163 166 216 143 1.135 KETERANGAN

(Sumber: Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010)

5) Pemantauan Kualitas Air Bersih dan Pemantauan Kualitas air Minum Tujuan : adalah untuk memastikan terwujudnya kualitas makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat memberikan keamanan bagi konsumen se-Kecamatan Menteng.

121

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan bakteriologis, fisika dan kimiawi. Latar Belakang : Masih tingginya masalah kesehatan dan kesakitan di masyarakat yang berhubungan dengan kualitas air. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih dan air minum yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat. Sumber air tanah yang tercemar bakteri E.coli. Parameter yang digunakan untuk memenuhi syarat-syarat kualitas air minum yang diperiksa mengacu pada Keputusan mentri kesehatan RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 dan terakreditasi ISO/IEC 17025 : 2005 antara lain: Tabel 1.54. Parameter dan Syarat Kualitas Air Minum Jenis penguji Satuan Hasil Standar yang Metode penguji dipersyaratkan Coliform APM/100 ml < 2 <2 SOP 06/LDJ/2003 SNI 06-4158Eschericia coli APM/100 ml < 2 <2 1996 SOP 06/LDJ/2003 SNI 1995
(Sumber: Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010)

06-3957-

Tabel 1.55. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Sampel Air Minum Isi Ulang (AMU) Wilayah Kecamatan Menteng Tahun 2010
Kunjungan 1 N O NAMA DEPOT AIR MINUM SUMBER AIR BAKU JML BAKTERI MPN MPN Colif Fecal orm Coli HASIL MS TMS

ALAMAT / NO TELP

122

1 2 3 4 5 6

Sentral Qua Linda Water Depot 77 Depot Ihsan Depot Warda Depot Koperasi Pegangsaan

Jl. Menteng Jaya Rt 010 / 08 Kel.Menteng Jl. Menteng Jaya Rt 016 / 09 Kel.Menteng Jl. Kali Pasir Gg Tembok Rt 009 / 10 Kel.Kebon Sirih Jl. Matraman Dalam II Rt 007/ 08 Kel.Pegangsaan Jl. Matraman Dalam II Rt 007/ 08 Kel.Pegangsaan Jl. Matraman Dalam III Rt 005/ 07 Kel.Pegangsaan

Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n

<2 <2 <2 4 <2 2

<2 <2 <2 4 <2 2

V V V V V V

Sesuai PerMenkes RI No. 492/Menkes/Per/VI/2010 tentang Kualitas Air Minum

Kunjungan 2 JML BAKTERI N O NAMA DEPOT AIR MINUM ALAMAT / NO TELP MPN SUMBER AIR BAKU Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Air Pegununga n Colif orm 6 <2 <2 900 <2 80 MPN Fecal Coli 2 <2 <2 900 <2 6 M S HASIL T M S

1 2 3 4 5 6

Sentral Qua Linda Water Depot H. Aseni Depot Ihsan Depot Warda Depot Koperasi Pegangsaan

Jl. Menteng Jaya Rt 010 / 08 Kel.Menteng Jl. Menteng Jaya Rt 016 / 09 Kel.Menteng Jl. Menteng Jaya Rt 013 / 08 Kel.Menteng Jl. Matraman Dalam II Rt 007/ 08 Kel.Pegangsaan Jl. Matraman Dalam II Rt 007/ 08 Kel.Pegangsaan Jl. Matraman Dalam III Rt 005/ 07 Kel.Pegangsaan

V V V V V V

Sesuai PerMenkes RI No 492/Menkes/Per/VI/2010 tentang Kualitas Air Minum

123

(Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari - September 2010)

Berdasarkan tabel dari hasil pemeriksaan DAM, semua DAM memenuhi standar yang dipersyaratkan. 6) Pengendalian Vektor Pengendalian vektor dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Jentik Berkala (jumantik), abatisasi selektif, dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Kegiatan program Pengendalian Vektor ini meliputi Pemeriksaan Jentik Berkala ke rumah-rumah warga serta pemberian abatisasi ke Puskesmas Kelurahan di wilayah kecamatan meliputi Puskesmas, dilaksanakan oleh tim Jumantik Sukarela. Indikator Puskesmas Kecamatan Menteng untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu > 95 %. a. Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) - Target kegiatan Pemberantasan sarang nyamuk ke pemukiman penduduk kecamatan Jumat setiap hari jumat pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 09.30 WIB. b. Pemeriksaan jentik berkala/abatisasi - Target kegiatan Pemeriksaan jentik berkala dan abatisasi, dengan pemeriksaan jentik berkala setiap jumat pukul 08.00 WIB sampai dengan 09.30 WIB. - Pembahasan hasil kegiatan. Jika terjadi peningkatan jumlah kasus, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab tujuh tatanan, yaitu : Fasilitas kesehatan Institusi pendidikan Pemukiman Industri dan perkantoran Tempat-tempat umum (TTU) 124

Tempat pengelolaan makanan (TPM), Fasilitas olah

Hasil pemeriksaan jentik berkala ABJ (angka bebas jentik) target > 95%. Tabel 1.56. Persentase Rumah/Bangunan yang diperiksa dan Bebas Jentik Nyamuk Aedes di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari - November 2010
Jumlah Jumlah Rumah/Bangunan Angka bebas Rumah/Bangun jentik (%) (+) jentik (-) jentik an yang (c/a) x 100 % diperiksa (b) (c) (a) Kec. Menteng 1.112 137 975 87,6 Kel. Kb. Sirih 1.208 120 1.088 90,0 Kel. Pegangsaan 934 61 873 93,4 Kel. Cikini 1.111 94 1.017 91,5 Kel Gondangdia 848 68 780 91,9 Jumlah 5.213 480 4.733 90,7 (Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Se- Kecamatan Menteng Periode Januari September 2010) Kelurahan

1.1.4.7.

PROGRAM PENGOBATAN DASAR Program balai pengobatan umum memiliki tujuan memberikan

pengobatan dan perawatan kepada individu ataupun masyarakat yang memerlukan pengobatan di sekitar lingkungan kerja wilayah Puskesmas Kecamatan. Sasaran dari program ini ialah masyarakat ataupun individu di wilayah kerjanya yang datang ke Puskesmas untuk mencari pengobatan. Ruang lingkup pengobatan dasar antara lain yaitu : a. Menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan rawat inap khusus untuk Puskesmas yang mempunyai tempat tidur (Puskesmas Perawatan). b. c. Mengirim atau merujuk penderita ke pusatpusat rujukan medis sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas. Menyelenggarakan Puskesmas keliling untuk menjangkau wilayah kerja Puskesmas yang belum memiliki Puskesmas pembantu atau wilayah pemukiman penduduk yang masih sulit transportasinya. Program pengobatan dasar di Puskesmas Kecamatan Menteng berupa Balai Pengobatan Umum (BPU). Kegiatan BPU meliputi: a. Klinik Umum

125

b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Klinik Gigi Klinik KI/KB Klinik Gizi Klinik TB Klinik Anak/MTBS Klinik Imunisasi Klinik Askes, Jamsostek & Gakin Klinik PTRM Klinik Siaga 24 Jam

Tabel 1.57. Jumlah Kunjungan Pasien dan Jenis Pembayaran di BPU Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng tahun 2010
No. 1 URAIAN Puskesmas Kecamatan Menteng Puskesmas Kelurahan Gondangdia 11.602 0 0 0 0 0 172 0 0 722 0 0 0 0 0 Puskesmas Kelurahan Pegangsaan 16.075 0 0 619 0 0 0 0 0 1.110 0 0 0 0 0 TOTAL

Umum Poli 32.298 RB 236 MTBS 4.323 JPK Gakin Poli 1080 RB 0 MTBS 1 Gratis (Non JPK Gakin) Poli 1.103 RB 0 MTBS 14 Askes Poli 3.903 RB 0 MTBS 0 Jamsostek Poli 1.450 RB 0 MTBS 0 UGD 24 Jam

59.975 336 4.323 1.699 0 1 1.103 0 14 5.735 0 0 1.450 0 0

126

8.

Bayar Gratis Radiologi Bayar Gratis Gakin Jamsostek Laboratorium Bayar Gratis Askes Jamsostek Gakin TOTAL

17.216 3 1.149 11 22 3 3.368 73 0 2 95 66.350

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12.496

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17.804

17.216 3 1.149 11 22 3 3.368 73 0 2 95 96.575

(Sumber: Laporan Bulanan BPU Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010)

Tabel 1.58. Urutan Penyakit Terbanyak di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari November 2010 No. Urut Kode Penyakit Jumlah 1 1302 Infeksi Saluran Pernapasan Atas 10331 2 22 Penyakit lainnya 3784 3 1200 Hipertensi 2664 4 2110 Penyakit Muskuloskeletal 1725 5 0201 Tuberculosis 1483 6 2002 Penyakit Kulit Alergi 1228 7 0102 Diare Non spesifik 1200 8 0105 Demam Tifoid 1070 9 184 Gastritis 540 10 1301 Tonsilitis 536
(Sumber: Laporan Bulanan BPU Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010)

127

Tabel 1.59. Program Kegiatan Dasar di Puskesmas se-Kecamatan Menteng Periode Januari-November 2010 Target Selisih No. Program dan Kegiatan Cakupan (%) (%) Promosi Kesehatan Penyuluhan di 1. a. Cakupan Kegiatan Penyuluhan dalam dan di 100 luar gedung b. Cakupan Kegiatan Posyandu Tidak ada 100 KIA a. Cakupan K1 Bumil di 91,1 91,3 0,2 Kecamatan Menteng b. Cakupan K4 Bumil di 74,5 86,9 12,4 Kecamatan Menteng c. Nilai DO K1-K4 di Kecamatan 18,1 10 8,1 Menteng 2. d. Cakupan Deteksi dini resiko 16,7 8,8 7,9 tinggi di Kecamatan Menteng e. Cakupan Kunjungan Neontus di 67,6 83,6 16 Kecamatan Menteng f. Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kecamatan 53,4 82,5 29,1 Menteng 3. KB a. Cakupan Peserta KB Baru di wilayah kecamatan Menteng IUD MOP

128

MOW Implant Suntik Pil Kondom b. Cakupan Peserta KB Aktif di wilayah kecamatan Menteng IUD MOP MOW Implant Suntik Pil Kondom Target (%) 100 90 90 70 90 15 10 0 90 90 Selisih (%) 0 22,7 57,9 2,7 42,3 12,7 13,4 0,7 9,4 10,1

No. 4.

Program dan Kegiatan Gizi a. Cakupan Balita yang telah mendapat KMS (K/S) di Kecamatan Menteng b. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di Kecamatan Menteng c. Cakupan efektivitas kegiatan pemantauan BB balita (N/S) di Kecamatan Menteng d. Cakupan kesinambungan program (D/K) di Kecamatan Menteng e. Cakupan kesinambungan status gizi (N/D) di Kecamatan Menteng f. Cakupan balita BGM di Kecamatan Menteng g. Cakupan balita gizi kurang di Kecamatan Menteng h. Cakupan balita gizi buruk di Kecamatan Menteng i. Cakupan pemberian vitamin A biru pada balita di bulan Februari di Kecamatan Menteng j. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di bulan Februari di Kecamatan Menteng

Cakupan

100 67,3 32,1 67,3 47,7 2,3 1,6 0,7 99,4 100,1

129

5.

k. Cakupan pemberian Fe 1 pada ibu hamil di Kecamatan Menteng l. Cakupan pemberian Fe3 pada ibu hamil di Kecamatan Menteng m.Nilai DO Fe1-Fe3 pada ibu hamil di Kecamatan Menteng Kesehatan Lingkungan Cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kecamatan Menteng P2M a. Angka penemuan kasus (CDR) TB di Kecamatan Menteng b. Angka konversi penderita TB di Kecamatan Menteng Program dan Kegiatan c. Angka kesembuhan (CR) penderita TB di Kecamatan Menteng d. Angka keberhasilan (SR) penderita TB di Kecamatan Menteng e. Cakupan Incidence Rate (IR) DBD di Kecamatan Menteng f. Cakupan PE terhadap kasus DBD g. Cakupan Fogging focus terhadap PE (+) di Kecamatan Menteng h. Cakupan Incidence Rate (IR) Diare di Kecamatan Menteng i. Cakupan Incidence Rate (IR) ISPA di Kecamatan Menteng j. Cakupan Incidence Rate (IR) Kusta di Kecamatan Menteng Imunisasi a. Cakupan imunisasi TT-1 pada ibu hamil di Kecamatan Menteng b. Cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil di Kecamatan Menteng c. Nilai DO TTI-TTII di

40,7 19,9 51,1 90,7 35,8 100 Cakupan 17,8 17,8 380/100.000 65,7 97,5 1,8 15,8 1/100.000

82,5 82,5 10 95 >70 >80 Target (%) >85 >85 50/100.000 100 100 5 10 10/100.000

41,8 62,6 41,1 4,3 34,2 20 Selisih (%) 67,2 67,2 330 34,3 2,5 3,2 5,8 9

6.

30,2 34,4 14,0

73,3 73,3 10

43,1 38,9 4

130

d. e. f. g. h. i. j. k. l.

Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi BCG di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi DPT1 dan HB1 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi DPT2 dan HB2 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi DPT3 dan HB3 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi Polio 1 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi Polio 2 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi Polio 3 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi Polio 4 di Kecamatan Menteng Cakupan imunisasi Campak di Kecamatan Menteng Program dan Kegiatan

111,7 141,8 130,4 125,0 143,3 124,7 128,4 113,0 104,6 Cakupan 6,37 Jumlah pada bulan JanuariNovember 2010 sebesar 64.637 Jumlah pada bulan JanuariNovember 2010 sebesar 5.735 1.450 1.185 3.538

87,2 87,0 82,5 82,5 87,0 82,5 82,5 82,5 82,5 Target (%) 10

24,5 54,8 47,9 42,5 56 42,2 45,9 30,5 22,1 Selisih (%) 3,63

m.Nilai DO BCG-Campak di Kecamatan Menteng Pengobatan Dasar a. Cakupan kunjungan pasien umum di Puskesmas Kecamatan Menteng b. Cakupan kunjungan pasien ASKES di Puskesmas Kecamatan Menteng c. Cakupan kunjungan pasien JAMSOSTEK di Puskesma Kecamatan Menteng d. Cakupan kunjungan pasien di klinik radiologi Puskesmas Kecamatan Menteng e. Cakupan kunjungan pasien di laboratorium Puskesmas Kecamatan Mentang

7.

Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010

131

1.2

IDENTIFIKASI MASALAH Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan yang dievaluasi di

Puskesmas Kecamatan Menteng Periode 2010, dari tujuh program yang ada hanya tiga program yang akan dievaluasi, program tersebut mencakup program basic seven yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Menteng. Program tersebut adalah: 1. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) 2. Gizi 3. Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Ketiga program tersebut dievaluasi karena dilihat adanya masalah pada program tersebut, adanya kemudahan dalam mengakses data serta pencatatan dan pelaporan yang lengkap.

4.2.1

Program Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Sasaran program KIA yaitu, Bumil (Ibu Hamil), Bulin (Ibu Bersalin)

dan bayi dengan kegiatan pencapaian program sebagai berikut:

132

1. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 sebesar 91,1%. 2. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan Periode Januari s.d November 2010 sebesar 92,7%. 3. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia Periode Januari s.d November 2010 sebesar 88,8%. 4. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih Periode Januari s.d November 2010 sebesar 91,8%. 5. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini Periode Januari s.d November 2010 sebesar 91,0%. 6. Cakupan K4 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Periode Januari s.d November 2010 sebesar 74,5%. 7. DO K1-K4 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 sebesar 18,1. 8. Cakupan deteksi dini resiko tinggi di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 sebesar 16,7 %. 9. Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 sebesar 53,4% 10. Cakupan kunjungan neonatus di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 sebesar 67,6%. Menteng

1.2.2

Program Gizi Sasaran program gizi yaitu bayi, ibu hamil dan ibu nifas. Kegiatan

pencapaian kegiatan sebagai berikut:


1. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan

Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 67,3%. 2. Cakupan kesinambungan status gizi (N/D) di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 47,7 %.

133

3. Cakupan efektivitas kegiatan pemantauan berat badan balita (N/S) di wilayah

Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 32,1% . 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 68,3 %. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 55,9 %. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 78,5 % Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 45,6 % . Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 sebesar 48,7 %. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 1,3%. 10. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 0,2%. 11. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kelurahan kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 sebesar 1,2%. 12. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Februari 2010 sebesar 92,2 %. 13. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan pada bulan Februari 2010 sebesar 109%. 14. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon sirih pada bulan Februari 2010 sebesar 100 %. 15. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia pada bulan Februari 2010 sebesar 100 %. 16. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini pada bulan Februari 2010 sebesar 89,8 %. 17. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Februari 2010 sebesar 106,5%.

134

18. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Pegangsaan pada bulan Februari 2010 sebesar 100%. 19. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Cikini pada bulan Februari 2010 sebesar 87,7%. 20. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Gondangdia pada bulan Februari 2010 sebesar 100%. 21. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Kebon Sirih pada bulan Februari 2010 sebesar 96,7%. 22. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng pada bulan Agustus 2010 sebesar 101,9%. 23. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Agustus 2010 sebesar 110,9%. 24. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Pegangsaan pada bulan Agustus 2010 sebesar 100%. 25. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Cikini pada bulan Agustus 2010 sebesar 88,7%. 26. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Gondangdia pada bulan Agustus 2010 sebesar 106,6%. 27. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas seKecamatan Kebon Sirih pada bulan Agustus 2010 sebesar 98,3%. 28. Cakupan pemberian Fe 1 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 40,7%. 29. Cakupan pemberian Fe 3 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 19,9%. 30. DO Fe1-Fe3 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 51,1 %. 1.2.3 Program P2M

135

Sasaran program ini adalah ibu hamil, balita dan anak-anak untuk program imunisasi. Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular penyakit. Kegiatan dan pencapaian yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. CDR TB paru di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 35,8 %. Angka kesembuhan TB paru di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 17,8 %. Angka keberhasilan program TB paru di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 17,8 %. Incidence Rate DBD di Wilayah Puskesmas Se- Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 613/100.000 penduduk. Incidence Rate ISPA di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 15,8%. Cakupan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 65,7 %. Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 87,8%. Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 105 Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 110% 10. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 108,3 %. 11. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 138,5 %. 12. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 103,5 %. 13. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 179,7 %.

136

14. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 sebesar 82,1 %. 15. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 98,3 %. 16. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 103,8 %. 17. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 127,8 %. 18. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 142,0 %. 19. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 sebesar 78,3 %. 20. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 24,3 %. 21. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar -34,6 %. 22. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 37,7%. 23. Cakupan imunisasi Polio I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 143,3 %. 24. Cakupan imunisasi Polio II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 124,7 %. 25. Cakupan imunisasi Polio III di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 127,8 %. 26. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 92,3 %. 27. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 93,1% 28. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 177,2 %

137

29. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 155,9 % 30. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 sebesar 80,2 % 31. Cakupan imunisasi DPT HB I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 141,7 %. 32. Cakupan imunisasi DPT HB II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 130,4 %. 33. Cakupan imunisasi DPT HB III di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 125,0 % . 34. Cakupan imunisasi ibu hamil TT I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 30,2 %. 35. Cakupan imunisasi ibu hamil TT II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 sebesar 34,4 %. 36. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 sebesar 67,3 %. 37. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 sebesar 30,6 %. 38. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 sebesar 12,0 %.

1.3

RUMUSAN MASALAH Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program wajib Puskesmas

di Kecamatan Menteng maka dipilih tiga program yang menjadi masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari tiga program wajib Puskesmas akan dijelaskan di halaman berikut.

138

1.3.1

Program Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Sasaran program KIA yaitu, bumil (Ibu Hamil), bulin (Ibu Bersalin)

dan bayi dengan kegiatan pencapaian program dan target sebagai berikut: 1. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 91,1% dari target 91,3%. 2. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan Periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 92,7% dari target 91,3%. 3. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 88,8% dari target 91,3%. 4. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih Periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 91,8% dari target 91,3%. 5. Cakupan K1 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 91,0% dari target 91,3%. 6. Cakupan K4 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan 86,9% 7. DO K1-K4 Ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 18,1 dari target 10 8. Cakupan deteksi dini resiko tinggi di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 16,7 % dari target 8,8 %. 9. Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 53,4% dari target 82,5%. 10. Cakupan kunjungan neonatus di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 67,6% dari target 83,6 %. Menteng Periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 74,5% dari target

1.3.2

PROGRAM GIZI

139

Sasaran program gizi yaitu bayi, ibu hamil dan ibu nifas. Kegiatan pencapaian kegiatan dan target sebagai berikut:
1. Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) di wilayah Puskesmas Se-

Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 67,3% dari target 90%. 2. Cakupan kesinambungan status gizi (N/D) di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 47,7 % dari target 90%.
3. Cakupan efektivitas kegiatan pemantauan berat badan balita (N/S) di

wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 32,1% dari target 90%. 4. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 68,3 % dari target 70%. 5. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 55,9 % dari target 70%. 6. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 78,5 % dari target 70%. 7. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 45,6 % dari target 70%. 8. Cakupan kesinambungan program (D/K) di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 48,7 % dari target 70%. 9. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 1,3% dari target 0%.

140

10. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 0,2% dari target 0%. 11. Gizi buruk pada balita di wilayah Puskesmas Kelurahan kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 1,2% dari target 0%. 12. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 92,2 % dari target 90%. 13. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 109% dari target 90%. 14. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon sirih pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 100 % dari target 90%. 15. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 100 % dari target 90%. 16. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini pada bulan Februari 2010 di bawah target sebesar 89,8% dari target 90%. 17. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 106,5% dari target 90%. 18. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Pegangsaan pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 100% dari target 90%. 19. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cikini pada bulan Februari 2010 di bawah target sebesar 87,7% dari target 90%.

141

20. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Gondangdia pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 100% dari target 90%. 21. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Kebon Sirih pada bulan Februari 2010 melebihi target sebesar 96,7% dari target 90%. 22. Cakupan pemberian vitamin A biru pada bayi di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng pada bulan Agustus 2010 melebihi target sebesar 101,9% dari target 90%. 23. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng pada bulan Agustus 2010 melebihi target sebesar 110,9% dari target 90%. 24. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Pegangsaan pada bulan Agustus 2010 melebihi target sebesar 100% dari target 90%. 25. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cikini pada bulan Agustus 2010 di bawah target sebesar 88,7% dari target 90%. 26. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Gondangdia pada bulan Agustus 2010 melebihi target sebesar 106,6% dari target 90%. 27. Cakupan pemberian vitamin A merah pada balita di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Kebon Sirih pada bulan Agustus 2010 melebihi target sebesar 98,3% dari target 90%. 28. Cakupan pemberian Fe 1 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 40,7% dari target 82,5%. 29. Cakupan pemberian Fe 3 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 19,9% dari target 82,5%.

142

30. DO Fe1-Fe3 pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 51,1 % 10%. 1.3.3 Program P2M Sasaran program ini adalah ibu hamil, balita dan anak-anak untuk program imunisasi. Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular penyakit. 1. CDR TB paru di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 35,8 % dari target >70% 2. Angka kesembuhan TB paru di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 17,8 % dari target >85%. 3. Angka keberhasilan program TB paru di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 17,8 % dari target > 85% 4. Incidence Rate DBD di Wilayah Puskesmas Se- Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 613/100.000 penduduk dari target 50/100.000. 5. Incidence Rate ISPA di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 15,8% 10%. 6. Cakupan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD di Wilayah Puskesmas SeKecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 65,7 % dari target 100%. 7. Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 87,8% dari target 100%

143

8. Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 105% dari target 100%. 9. Cakupan jumlah kasus dan Fogging Fokus DBD di Wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 110% dari target 100%. 10. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 108,3 % dari target 87,2%. 11. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 138,5 % dari target 87,2%. 12. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 103,5 % dari target 87,2%. 13. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 179,7 % dari target 87,2%. 14. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 82,1 % dari target 87,2%. 15. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 98,3 % dari target 82,5%. 16. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 103,8 % dari target 82,5%. 17. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 127,8 % dari target 82,5%.

144

18. Cakupan

imunisasi

Campak

di

Wilayah

Puskesmas

Kecamatan

Gondangdia periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 142,0 % dari target 82,5%. 19. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 78,3 % dari target 82,5%. 20. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 24,3 % dari target 10%. 21. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 34,6 % dari target 10%. 22. DO BCG-Campak di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 37,7% dari target 10%. 23. Cakupan imunisasi Polio I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 143,3 % dari target 87,0% 24. Cakupan imunisasi Polio II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 124,7 % dari target 82,5%. 25. Cakupan imunisasi Polio III di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 127,8 % dari target 82,5%. 26. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 92,3 % dari target 82,5%. 27. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 93,1% dari target 82,5%.

145

28. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 177,2 % dari target 82,5%. 29. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 155,9 % dari target 82,5%. 30. Cakupan imunisasi Polio IV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kebon Sirih periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 80,2 % dari target 82,5%. 31. Cakupan imunisasi DPT HB I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 141,7 % dari target 87,0%. 32. Cakupan imunisasi DPT HB II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 130,4 % dari target 82,5%. 33. Cakupan imunisasi DPT HB III di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 125,0% dari target 82,5%. 34. Cakupan imunisasi ibu hamil TT I di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 30,2 % dari target 73,3% 35. Cakupan imunisasi ibu hamil TT II di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Menteng periode Januari s.d November 2010 di bawah target sebesar 34,4 % dari target 73,3%. 36. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Pegangsaan periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 67,3 % dari target 10%. 37. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Cikini periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 30,6 % dari target 10%.

146

38. DO TT1-TT II pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Gondangdia periode Januari s.d November 2010 melebihi target sebesar 12,0 % dari target 10%.

147

DAFTAR PUSTAKA

1. Azrul, A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996. 2. MuninJaya, A. Manajemen Kesehatan. Penerbit: EGC, 2004 3. Puskesmas Kecamatan Menteng. 2010. Profil Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 20010. 4. Puskesmas Kecamatan Menteng. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 20010. 5. Puskesmas Kecamatan Menteng. 2010. Laporan Bulanan kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng 2010 6. Puskesmas Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Pengobatan Dasar Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng, 2010. 7. Puskesmas 2010. 8. Puskesmas Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Penyakit Menular Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng, 2010. 9. Puskesmas Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Promosi Kesehatan Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng, 2010. 10. Puskesmas Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng 2010 Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Gizi Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng,

148

11. Puskesmas Kecamatan Menteng. Laporan Bulanan Petugas lapangan Keluarga Berencana Puskesmas Kecamatan Menteng Tahun 2010. Jakarta: Puskesmas Kecamatan Menteng, 2010. 12. Trihono. 2005. Arrimes: Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto. 13. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta: Rineka Cipta.

149

You might also like