You are on page 1of 10

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KERJASAMA TIM DALAM PERMAINAN SOFTBALL

Oleh: Sridadi (Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta) ABSTRAK Softball merupakan cabang olahraga permainan, yang melibatkan 9 orang pemain dalam satu tim. Ketika permainan berlangsung, kesembilan orang pemain tersebut harus dapat menerapkan teknik serta taktik sesuai dengan instruksi pelatih. Sehingga softball merupakan permainan tim yang memerlukan kekompakan dalam membangun kerjasama yang solid pada semua aspek. Kekompakan tersebut diperlukan dalam menjalin komunikasi tidak hanya antar pemain saja, tetapi juga antara pemain dan pelatih dalam mengatur strategi penyerangan maupun pertahanan. Semua itu diperlukan untuk meraih kemenangan dalam setiap pertandingan. Keberhasilan suatu tim/regu dalam permainan softball sangat ditentukan oleh banyak hal. Pukulan yang sempurna, pola pertahanan yang solid, penguasaan teknik lempar tangkap yang bagus, dan penerapan strategi penyerangan yang tepat akan menentukan keberhasilan tim/regu dalam suatu pertandingan. Tim akan memenangkan pertandingan bila dapat menerapkan strategi penyerangan dengan sempurna, dan mampu menahan serangan pihak lawan dengan pola pertahanan yang solid. Dalam melakukan semua itu diperlukan kerjasama yang kompak. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama tim dalam menerapkan pola pertahanan ketika menghadapi serangan dari lawan, serta kerjasama tim dalam menerapkan taktik/strategi penyerangan. Untuk itu setiap pemain harus memiliki karakter dan komitmen yang kuat, serta kesadaran yang tinggi bahwa untuk bisa memenangkan sebuah pertandingan harus tunduk dan patuh terhadap instruksi yang diberikan pelatih ketika pertandingan sedang berlangsung. Kata kunci: pendidikan karakter, kerjasama tim, softball

PENDAHULUAN Seiring dengan berjalannya waktu, telah terjadi kecenderungan memudarnya nilai-nilai moral, sopan santun dan tata krama dalam kehidupan bermasyarakat. Akibat dari itu telah terjadi pergeseran nilai dan perilaku yang mengarah pada nilai dan perilaku negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang dilakukan pada lembaga pendidikan formal dapat dikatakan belum berhasil menjalankan perannya mencetak lulusan yang berkarakter, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Beberapa berita yang dicetak di surat kabar, pelanggaran lalu lintas di jalan, aksi corat ceret dinding, perkelahian antar geng sekolah, ngutil barang di super market, sampai pada perampokan dan pemerkosaan, kalau diperhatikan hampir semua dilakukan oleh para remaja yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. Sungguh memprihatinkan sekali. Dengan melihat beberapa perilaku negative tersebut menggambarkan kepada kita betapa lemahnya pendidikan karakter yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal pada jenjang sekolah menengah atas salah satu materi kurikulum adalah permainan softball. Softball merupakan cabang olehraga permainan beregu yang memerlukan kerjasama tim yang solid dalam setiap pertandingan untuk mencapai kemenangan. Kerjasama tidak hanya dilakukan ketika tim menghadapi serangan lawan, tetapi kerjasama juga harus dilakukan ketika tim melakukan serangan terhadap lawan. Dalam menerapkan pola penyerangan, dikenal ada dua macam teknik pukulan yakni hitting dan bunting (Walsh,1979:69-74). Dari kedua macam teknik pukulan bola tersebut, penulis hanya akan membatasi pada pukulan bunting. Mengingat bayaknya pengembangan teknik bunting, maka dalam hal ini penulis hanya akan membatasi persoalan pada sacrifice bunt dengan alasan bahwa dari salah satu teknik pukulan bunt tersebut dapat diasumsikan sudah mewakili bunt-bunt yang lain dalam melakukan serangan sesuai dengan situasi pertandingan. Pembahasan masalah akan difokuskan pada masalah kapan teknik ini digunakan, dan nilai-nilai apa saja yang dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan karakter. Sedangkan dalam menerapkan pola pertahanan, penulis hanya akan membatasi kerjasama tim pada salah satu pola yang harus dilakukan ketika tim menghadapi pukulan keras/jauh (long hit) dan pukulan pendek (bunt). Dari kerjasama tersebut akan dapat diketahui nilai-nilai apa saja yang dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan karakter. HAKEKAT PENDIDIKAN KARAKTER Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1). Menurut Endang Sumantri (2010:3) karakter mengandung pengertian suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang sehingga membuatnya menarik dan atraktif, atau reputasi seseorang, atau seseorang yang unusual memiliki kepribadian yang eksentrik. Menurut kamus Poerwadarminta karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan; akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang harus dilakukan banyak pihak (orangtua, sekolah, masyarakat) secara sadar, terencana, terus menerus dan berkesinambungan untuk mewujudkan suatu kepribadian yang unik dan menarik serta memiliki ciri khas tersendiri

PENDIDIKAN KARAKTER PERMAINAN SOFTBALL

MELALUI

KERJASAMA

TIM

DALAM

Kerjasama dalam Pola Penyerangan (Offensive Team) Bagi regu penyerang, dalam menerapkan strategi penyerangan, suatu regu tentu akan mencoba melakukan berbagai upaya agar seorang batter mampu melakukan pukulan bola dengan sempurna sehingga mampu mencapai base I dengan selamat. Dalam menerapkan pola penyerangan, dikenal ada dua macam teknik pukulan yakni hitting dan bunting (Walsh,1979:69-74). Pukulan hitting adalah teknik memukul bola yang hasil pukulannya jatuh diluar daerah infield, dan bila bola hasil pukulan tidak bisa ditangkap pemain lawan seorang pemukul akan selamat mencapai base. Bunting adalah teknik memukul bola yang mana hasil pukulannya jatuh di daerah infield dan tidak jauh dari baterbox. Dalam melakukan upaya tersebut, setiap pemain sudah dibekali dengan berbagai keterampilan memukul bola oleh pelatih, demikian juga pemahaman dalam menerapkan pukulan pada suatu pertandingan. Untuk bisa melakukan hitting atau bunting, setiap pemain harus melakukan latihan berulang-ulang sampai ratusan bahkan ribuan kali melakukan gerakan memukul baik tanpa bola (shadow), memukul kearah samsak, maupun dengan bola secara konsisten. Latihan dan kerja keras untuk menguasai satu atau dua macam teknik pukulan tersebut setidak-tidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa disitu terdapat unsur pembentukan nilainilai karakter terhadap setiap pemain. Nilai-nilai karakter yang terbentuk diantaranya kerjakeras, keseriusan, mandiri, sportif, malu

berbohong, percaya diri, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab. Tanpa nilai-nilai tersebut, pemain tidak akan melakukan instruksi pelatih dengan sungguh-sungguh. Ada pemain yang melakukan latihan dengan serius dan sungguh-sungguh, namun tidak sedikit pemain yang melakukan latihan seenaknya sendiri, berbohong kepada pelatih karena belum menyadari akan arti pentingnya penguasaan sebuah teknik pukulan dalam pertandingan. Disini perlu kerja keras dan kerjasama yang baik antara pelatih dan pemain, pelatih memberikan instruksi, sedangkan pemain harus melakukan instruksi dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan dan kerja keras yang dilakukan terus menerus tentu akan membawa dampak positif ketika batter memasuki pertandingan yang sesungguhnya. Pelatih dan pemain akan memiliki rasa percaya sendiri dan keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan yang sudah diasah selama latihan, sehingga setiap pemain merasa siap untuk kerjasama menerima instruksi pada saat memasuki batter box. Dalam kerjasama tersebut, akan terjadi komunikasi antara pelatih dan batter. Dalam komunikasi itu biasanya pelatih akan memberikan kode tertentu dalam bentuk gerakan tangan atau anggota badan yang lain yang hanya diketahui oleh setiap pemain dalam satu regu untuk melakukan salah satu teknik pukulan dengan pertimbangan setelah pelatih melihat situasi regu bertahan. Perintah untuk melakukan salah satu teknik pukulan mutlak harus dilakukan oleh seorang batter ketika memasuki batter box. Dalam perintah tersebut bisa saja batter harus melakukan pukulan keras dan jauh (long hit), sedang (chop), atau pendek (bunt) dengan melihat situasi dan pola pertahanan lawan. Dari berbagai macam teknik pukulan bola tersebut, penulis hanya akan membatasi pada pukulan bunting. Menurut CASA level 2 (1979:19-22) teknik pukulan bunt ada empat macam yaitu drag bunt, push bunt, slap bunt, dan sacrifice bunt . Menurut Noren 2005 (82-84) teknik pukulan bunt dapat dibedakan menjadi sacrifice bunt, drag bunt, push bunt, squeeze bunt dan slap hitting. Selain itu Dugan (1980:91-96) juga menyatakan bahwa dalam menerapkan strategi penyerangan seorang pelatih perlu mengembangkan teknik pukulan atara lain: secrifice bunt, hit and run, squeese bunt, dan fake bunt . Mengingat bayaknya pengembangan teknik bunting, maka dalam hal ini penulis hanya akan membatasi persoalan pada sacrifise bunt dengan alasan bahwa dari salah satu teknik pukulan bunt tersebut dapat diasumsikan sudah mewakili bunt-bunt yang lain dalam melakukan serangan sesuai dengan situasi pertandingan. Pembahasan masalah akan difokuskan pada masalah kapan teknik ini digunakan, dan nilai-nilai apa saja yang dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter seseorang. Sacrifice bunt merupakan pengembangan dari teknik pukulan jarak pendek yakni bunt. Menurut Walsh (1979:69-74) bunt atau

bunting diartikan sebagai pukulan dimana bat/stik menghadang datangnya bola yang lepas dari genggaman pitcher tanpa disertai ayunan (J. Hartoto, 1983: 8). Pengertian lain yang intinya sama dikemukakan oleh Bethel (1987:19) bahwa suatu peristiwa dimana bola secara sah disentuh dengan bat atau memukul tanpa ayunan dapat diartikan bunt. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu peristiwa dimana seorang pemukul secara sadar menghadang bola dengan bat tanpa disertai ayuan penuh, sehingga perlahan-lahan bola masuk daerah infield secara sah dapat dikatakan sebagai pukulan bunt. Tujuan dari teknik pukulan ini adalah agar bola jatuh di daerah infield tidak jauh dari home base, sehingga penjaga harus bergerak menyongsong bola.
Tungkai sedikit ditekuk sehingga badan sedikit membongkok ke depan, dan pandangan ke arah datangnya bola. Kedua tangan memegang bat di depan dada/bahu, dengan tangan kiri berada di pangkal bat, dan tangan kanan agak ke tengah. Sikap jari-jari tangan kanan dengan ibu jari membentuk huruf V, sehingga dengan cara demikian jari-jari tangan kanan tidak sepenuhnya menggenggam bat untuk menghindari kemungkinan cedera karena kena bola. Pada saat bola datang, pandangan sepenuhnya tertuju pada arah datangnya bola sampai terjadi kontak antara bat dengan bola. Pada saat perkenaan, kedua lengan berfungsi untuk meredam kecepatan bola sehingga jatuhnya bola tidak jauh dari home base.

Gambar 1. Sikap awal

Gambar 2. Sikap perkenaan bola Menurut Walsh (1979:74) sacrifise bunt digunakan dengan tujuan mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan pelari. Teknik pukulan ini dilakukan dengan tujuan untuk memajukan pelari menuju base didepannya, sehingga salah satu syarat ada pelari di base. Demikian juga pendapat Noren (2005:82) bahwa dengan mengorbankan diri sendiri dapat memberikan kesempatan pelari di base untuk maju pada base didepannya. Anggapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan CASA level 2 (1979:22) bahwa bunt ini penting sekali untuk membuat pelari bergerak maju dalam usaha meraih poin. Cara melakukan teknik pukulan sacrifice bunt adalah dengan cara berdiri langsung menghadap kearah pitcher seperti penjelasan di atas. Dengan cara seperti di atas, konsentrasi batter akan lebih tertuju pada arah datangnya bola, sehingga akurasi pukulan dapat lebih terkontrol. Jenis pukulan ini memiliki akurasi pukulan yang sangat tinggi, karena sikap awalnya langsung menghadap ke arah pitcher yaitu ke arah datangnya bola. Dengan sikap awal seperti dalam penjelasan di atas, secara otomatis infielder akan lebih siap bergerak maju untuk menyongsong bola jika batter benar-benar hanya menghadang datangnya bola. Teknik pukulan ini umumnya diterapkan ketika ada pelari di base I, atau di base II. Dengan melakukan sacrifice bunt diharapkan pelari di base I dapat bergerak maju dan selamat menuju base II. Demikian juga ketika ada pelari di base II, diharapkan dapat bergerak maju mencapai base III dengan selamat. Teknik pukulan sacrifice bunt hanya bisa diterapkan ketika situasi/kondisi permainan belum ada yang mati (out) atau baru terjadi satu mati (out). Hal ini sesuai dengan pandapat Dugan (1980: 91) secrifice bunt biasanya digunakan bila kedudukan belum ada yang mati, skor ketat, dan ada pelari di base I, atau base I dan II. Ketika pelatih yang berdiri disamping base I memberikan kode kepada batter untuk melakukan sacrifice bunt, untuk mengorbankan diri sendiri agar bisa memajukan pelari di base, dari perintah tersebut akan dapat diketahui karakter seseorang ketika memasuki batter box. Batter melaksanakan perintah pelatih dengan kesungguhan hati atau

sebaliknya, karena kode yang diberikan merupakan bagian dari strategi yang harus diterapkan seorang pelatih menghadapi situasi pertandingan yang setiap saat berubah. Ketika batter melakukan perintah tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa ragu-ragu, sehingga strategi dapat berjalan sesuai dengan rencana pelatih, dari kejadian itu dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa kerjasama ketika proses latihan yang dilakukan dengan kerja keras, terus menerus dan penuh rasa tanggung jawab, jujur, sportif, dan rela berkorban memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter seseorang. Menurut Adian Husaini dalam sebuah seminar yang diselenggarakan di UPI Bandung 28 Juli 2010 pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berkata jujur, sportif, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Hal senada juga diungkapkan dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011:6) bahwa pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Bagi seorang batter yang merasa superior, mampu melakukan pukulan dengan keras, ketika menerima kode untuk melakukan pukulan bunt/sacrifise bunt dari pelatih, jika tidak memiliki pengetahuan yang baik, kebiasaan yang baik, perasaan yang baik, dan perilaku yang baik, dalam sebuah tim tentu akan menolak perintah yang diberikan pelatih. Tolakan itu akan tampak ketika melaksanakan perintah tersebut dengan ragu-ragu, tidak serius sehingga akan membawa dampak serius terhadap strategi yang akan diterapkan pelatih. Namun sebaliknya jika batter melakukan perintah tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab, serius dan konsentrasi dengan begitu hasil latihan yang dilakukan berulang-ulang, terus menerus dan kerja keras memberikan dampak positif terhadap pembentukan karakter pemain. Kerjasama dalam Pola Pertahanan (Defensive Tim)

Sebaliknya bagi regu bertahan, dalam menerapkan pola pertahanan tentunya sudah dipersiapkan dengan matang pola-pola pertahanan dalam menghadapi serangan lawan baik berupa pukulan jauh sampai outfield (long hit) maupun pukulan pendek (bunting). Latihan fielding dengan berbagai situasi yang dikondisikan kepada setiap pemain dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus. Proses latihan tidak hanya dilakukan sesaat, tetapi memerlukan proses yang lama. Setiap latihan harus dievaluasi. Kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses latihan sedikit demi sedikit diperbaiki, disempurnakan dan hal ini membutuhkan waktu dan pengorbanan yang relatif lama. Setiap pemain harus memperhatikan petunjuk dan instruksi pelatih, dan pelatih harus mampu menunjukkan kelebihan yang dimilikinya. Dan hal itu memerlukan kerjasama yang baik antara pemain dengan pelatih, juga kerjasama yang baik antara pemain dengan pemain lain. Latihan yang dikondisikan dan disimulasikan seperti menghadapi situasi permainan sesungguhnya akan memberikan dampak positif kepada setiap pemain terhadap situasi pertandingan. Pola pertahanan terhadap pukulan keras maupun pukulan pendek dilatihkan kepada setiap pemain, bagaimana pergerakan infielder maupun outfielder ketika menghadapi pukulan hit maupun bunt ketika ada pelari di base I. Demikian juga bagaimana pergerakan setiap pemain infielder maupun outfielder ketika menghadapi pukulan hit maupun bunt ketika ada pelari di base II maupun di base III.

Gambar 3. Ilustrasi Defense Bunt pada Base Pertama Berikut ini gambaran bentuk kerjasama tim ketika menghadapi sacrifice bunt dengan pelari di base I. Ketika ada pelari di base I, batter

siap dalam posisi melakukan sacrifice bunt, maka infielder biasanya bergerak siap mendekati batter, dengan harapan agar lebih cepat menyongsong bola yang dipukul. Ketika bola benar-benar dipukul dengan sacrifice bunt, maka penjaga penjaga base I (1B) dan dan III (3B) bergerak menyongsong datangnya bola, second baseman (2B) bergerak mengisi base I, sedangkan shortstop (SS) bergerak mengisi base II. Selanjutnya, 3B, atau 1B, atau Catcher yang tidak berhasil memungut bola diharapkan segera lari mengisi base III, mengantisipasi jika pelari di base I berhasil mencapai base II dan berusaha terus lari di base III. Kondisi seperti ini dilatihkan secara terus menerus dan berulang-ulang untuk mengkondisikan setiap pemain. Dalam proses pengkondisian ini memerlukan pengorbanan yang tinggi pada setiap pemain. Mereka harus bekerja keras, sungguh-sungguh, konsentrasi, dan bersemangat untuk bisa menghadapi situasi yang sesungguhnya dalam pertandingan. Dalam Panduan Pendidikan Karakter (2011:15) disebutkan bahwa; Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension) dapat digunakan untuk pendidikan karakter. Dalam penguasaan pola pertahanan ini para pemain dikondisikan dengan berbagai permasalahan yang sering muncul di lapangan dan bersifat kontekstual, sehingga secara sadar mereka paham terhadap situasi yang dihadapi, dan langkah yang harus mereka lakukan dalam menghadapi situasi tersebut. Dengan latihan menghadapi pola-pola pertahanan yang dilakukan secara terus menerus akan memberikan kontribusi dalam pembentukan nilai-nilai karakter setiap pemain.

KESIMPULAN Pendidikan karakter adalah sebuah proses pendidikan watak dan kepribadian seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan melibatkan banyak pihak melalui proses pembiasaan hidup yang baik sehingga terbentuk sebuah watak dan kepribadian yang menarik. Softball adalah sebuah olahraga permainan tim/beregu yang melibatkan kerjasama banyak orang sehingga dalam menerapkan suatu strategi pertahanan maupun penyerangan memerlukan pemain yang memiliki watak dan kepribadian yang baik, sehingga pola dan

sistem yang dibangun seorang pelatih dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap pamain. DAFTAR PUSTAKA

Bethel, Dell. 1987. Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball . Semarang: Dahara Prize Endang Sumantri, dkk. 2010. Kumpulan makalah Seminar Nasional, Pendidikan Karakter Membangun Masyarakat Beradab . Bandung: Program Pasca Sarjana UPI National Coaching Certification Program. 1979. Coaching Manual, Level 1. Canada: Canadian Amateur Softball Association __________. 1979. Coaching Manual, Level 2. Canada: Canadian Amateur Softball Association Craig, Susan; Johnson, Ken. 1985. The Softball Hanbook. New York> Leisure Press. Dugan, Ken. 1980. Winning Baseball. New York: Parker Publishing Company, Inc. Hartoto, J. 1983. Softball Untuk Pemula. Yogyakarta: Yayasan STO. Kemendiknas. 2011. Panduan pelaksanaan Pendidikan Karakter.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Noren, Rick. 2005. Softball Fundamentals. Canada: Human Kinetics Walsh, Loren Chick. 1979. Coaching Winning Softball. Chicago: Contemporary Book, Inc.

10

You might also like