You are on page 1of 33

PENGENALAN TEORI TRAFIK

DAN
IMPLEMENTASINYA
PADA
SISTEM JARINGAN CDMA

DAFTAR ISI
............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN TEORI TRAFIK........................................................................2
I.1 Besaran Trafik ...........................................................................................................2
I.2 Macam-macam Trafik................................................................................................3
I.3 Pengukuran Trafik......................................................................................................4
I.4 Grade Of Service (GOS).............................................................................................6
I.5 Aplikasi CDMA..........................................................................................................7
BAB II PERHITUNGAN TOTAL SISTEM CDMA........................................................17
II.1 Beberapa Aspek dalam Perencanaan.......................................................................19
II.2 Bentuk dan Ukuran Area Sel ................................................................................19
II.3 Jumlah Sel Dalam Area Layanan............................................................................21
II.4 Jumlah Pelanggan per Sel dan Trafik......................................................................21
II.5 Jumlah Unit Microwave..........................................................................................23
II.6 Kapasitas unit TRX ................................................................................................28
II.7 Aspek Non-Teknik dalam Perencanaan .........................................................30
Daftar Kepustakaan............................................................................................................32
1
BAB I PENDAHULUAN TEORI TRAFIK
Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari
satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran
dari suatu trafik telekomunikasi diukur dengan satuan waktu,
sedangkan nilai trafik dari suatu kanal adalah lamanya waktu
pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu tujuan perhitungan trafik
adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network Performance)
dan mutu pelayanan jairngan telekomunikasi (Quality of Service).
I.1 Besaran Trafik
- Volume Trafik, didefinisikan sebagai jumlah total waku
pendudukan.
- Intensitas Trafik, didefinisikan sebagai jumlah total waktu
pendudukan dalam suatu selang pengamatan tertentu (per satuan
waktu).
Volume Trafik = V =

T t
t
dt t J
0
) (

Dimana :
T = periode waktu pengamatan
J(t) = jumlah kanal yang diduduki saat t
Tinjauan 1
p = jumlah saluran yang diduduki
t
p
= total waktu pemdudukan p saluran
Intensitas trafik = A =
T
V
T
ik VolumeTraf


< <
n
p
p
n
p
p
t
t
T
t
p A
pt
T
dt t J
T
A
dt t J
T T
V
A
0
0 0
0
p diskrit J(t)
1
) (
1
T t 0 dimana ) (
1

2
Tinjauan 2
N = jumlah saluran yang diamati
T = peride pengamatan
T
n
= total waktu pendudukan saluran ke n (jam)
Pada tinjauan ini intensitas trafik merupakan jumlah seluruh waktu
pendudukan pada N buah saluran per satuan waktu pengamatan T

N
n
n t
T
A
1
1
Waktu pendudukan rata-rata tiap saluran

N
n
n r t
N
t
1
1
Jumlah pendudukan rata-rata per satuan waktu
T
N
t
A
C
r

I.2 Macam-macam Trafik
1. Offered Traffic (A)
adalah trafik yang ditawarkan atau yang mau masuk ke jaringan.
2. Carried Traffic (Y)
adalah trafik yang dimuat atau yang mendapat saluran.
3. Lost Traffic (R)
adalah trafik yang hilang atau yang tidak mendapat saluran.

3
G = elemen gandeng (switching network)
I.3 Pengukuran Trafik
Untuk melakukan pengukuran trafik harus diamati pola
pendudukan selama n hari kemudian baru dibuat grafik pendudukan
kanalnya. Selanjutnya diambil jam sibuk perhari, sehingga didapat n
buah data jam tersibuk.
n
C
C
n
i
i

1
Distribusi Probabilitas
- Distribusi Poisson
Beberapa asumsi pada distribusi Poisson :
Jumlah sumber panggilan tak terhingga
Jumlah saluran yang menumpang panggilan tak terhingga
Kedatangan panggilan acak dengan rata-rata jumlah panggilan
yang datang konstan
Pola pendudukan kanal eksponsif negatif
Harga mean = harga variansi
= mean jumlah saluran yang diduduki selama 1
jam, dalam 1 jam pengamatan
= jumlah Erlang (intensitas trafik)
Persamaan distribusi Poisson
P(n) =
! n
A
n
e
-A
Dimana :
P(n) = probabilitas n buah saluran diduduki
n = jumlah saluran diduduki
A = intensitas trafik rata-rata
4
- Distribusi Erlang
Beberapa asumsi pada distribusi Erlang
Jumlah sumber panggilan tak terhingga
Jumlah saluran yang menumpang panggilan tak terhingga
Kedatangan panggilan acak dengan rata-rata jumlah panggilan
yang datang konstan
Pola pendudukan kanal eksponsif negatif
Harga mean = harga variansi
= mean jumlah saluran yang diduduki selama 1
jam, dalam 1 jam pengamatan
= jumlah Erlang (intensitas trafik)
Apabila semua saluran sedang terpakai maka panggilan
berikutnya tidak dapat dilayani (hilang/loss)
Semua saluran bebas selalu dapat diduduki oleh panggilan yang
datang
Persamaan distribusi Erlang
P(n) =

n
i
i A
n A
i
n
0
! /
! /
N = jumlah saluran yang tersedia
Pada saat N buah saluran diduduki, maka semua panggilaan ditolak.
P(N) tidak lain adalah nilai probabilitas dari trafik yang hilang. P(N)
disebut juga sebagai rugi Erlang atau GOS (Grade Of Service) atau
B.
B = P(N) =

n
i
i A
n A
i
n
0
! /
! /
5
- Relasi Rekursif Persamaan Rugi Erlang
Persamaan rugi rekursif Erlang dituliskan sebagai berikut :
P(n) = E
n
(A) =
) ( .
(A) A.E
1
1 - n
A E A n n +
Untuk menentukan jumlah kanal (n) pada besar trafik yang
ditawarkan sebesar A dengan kualitas layanan B dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan di atas, atau dengan
menggunakan tabel Erlang.
I.4 Grade Of Service (GOS)
Grade of Service (GOS) adalah probabilitas panggilan ditolak (diblok)
selama jam sibuk. Secara sederhana pengertiannya adalah sebagai
berikut, untuk GOS sebesar 2% berarti dalam 100 panggilan akan
terdapat 2 panggilan yang tidak mendapatkan saluran atau di blok
oleh sistem. Dalam lingkungan wireless, target desain GOS adalah 2%
atau 5%. Tabel GOS diperlukan untuk mengetahui berapa kanal yang
dibutuhkan untuk minimum GOS yang disyaratkan.
Terdapat perbedaan antara blocking rate dan blocking probability.
Blocking rate didefinisikan sebagai jumlah yang terukur dari suatu
base station, sedangkan blokcing probability didefinisikan sebagai
peluang suatu panggilan di-block karena ketiadaan kanal bebas pada
suatu base station. Pada sejumlah kanal ketika beban bertamba2h
maka blocking probability juga mneingkat. Blocking probability
digunakan sebagai ukuran Grade Of Service (GOS).
- Erlang-B Model
Blocking probability, GOS berdasarkan Erlang-B adalah :
P(blocking) =

N
i
i A
N A
i
N
0
! /
! /
6
1. Pada model ini berlaku beberapa asumsi.
2. Sistem berada dalam kondisi statistical equilibrium.
3. Besar beban yang ditawarkan tertentu (diketahui).
4. Kedatangan panggilan berdasarkan proses Poisson, yaitu
distribusi kedatangan antar panggilan adalah eksponensial, dan
panggilan yang di block tidak dapat langsung membuat
hubungan baru.
5. Distribusi waktu kedatangan panggilan eksponensial.
Beban yang ditawarkan memenuhi persamaan :
A =

= pola kedatangan Poisson (panggilan/detik)


= waktu pelayanan panggilan (detik/panggilan)
- Erlang-C Model
Pada model ini panggilan yang ditolak atau di block langsung
mencoba untuk membangun hubungan hingga hubungan tersebut
berhasil. Blocking probability pada model Erlang-C dilihat dari
waktu tunda panggilan.
P(delayed) =

,
_

+
N
i
i C
N
i
A
N
A
N
A
N
A
0
!
1
!
!
I.5 Aplikasi CDMA
Sebelum secara detail kami paparkan mengenai bagaimana cara
melakukan penghitungan trafik dalam sistem CDMA, terlebih dahulu
kami akan sedikit melakukan pengenalan secara umum mengenai
penerapan traffik analisi pada jaringan CDMA.
7
Pada analog base station panggilan ditolak bila tidak ada kanal bebas.
Bentuk penolakan ini disebut sebagai hard blocking. Terdapat kondisi
blocking yang lain pada sistem CDMA. Tidak seperti AMPS dan TDMA,
CDMA idak menentukan batasan dari blocking. Ketika jumlah
pengguna/panggilan bertambah, level interferensi juga bertambah,
dan berdampak pada memurunnya kualitas. Karena semua pengguna
menggunakan RF yang sama, peningkatan interferensi akan
menghasilkan FER dan drop call yang tinggi. Dalam hal ini digunakan
soft blocking karena jumlah pengguna dapat ditingkatkan bila
penyedia layanan mau memberikan toleransi interferensi yang cukup
tinggi dengan kualitas layanan yang rendah. Soft blocking merupakan
karakteristik sistem CDMA. Terdapat dua skenario blocking pada base
station CDMA :
- Jika terdapat banyak kanal pada base station, namun karea
terdapat banyak pengguna pada cell yang sama, penambahan
level interferensi mengakibatkan interferensi berada diatas
threshold. Panggilan akan ditolak, dan hal ini disebut skenario soft
blocking.
- Jika panggilan mungkin memiliki kualitas yang baik tetapi tidak
terdapat kanal pada base station. Panggilan ditolak dan hal ini
disebut skenario hard blocking.
Soft Blocking
Diasumsikan bahwa terdapat kanal yang cukup pada base station
sehingga peluang hard blocking dapat diabaikan.
Beberapa asumsi yang digunakan :
1. Jumlah user M konstan
2. Kontrol daya sempurna
3. setiap pengguna memiliki E/I yang sama
8
Soft blocking terjadi ketika total interferensi mencapai level
background noise yang diizinkan (1/r).
Total interferensi = (interferensi sel yang sama) + (interferensi sel lain)
+ (noise thermal)
Dalam CDMA :
I
total
= M(E
b
R) + M(E
b
R) + N
M = jumlah pengguna dalam sel
E
b
= energi per bit
R = data rate base band
N = thermal noise
= loading factor
Loading factor didefinisikan sebagai perbandingan interfernsi dari sel
lain dengan interferensi sel sendiri.
Persamaan diatas dapat ditulis ulang sebagai berikut :
I
total
= ME
b
R (1 + ) + N
Kondisi agar tidak terjadi soft blocking adalah :
I
total
ME
b
R (1 + ) + N
Dan
r =
total
I
N

,
_

,
_

1
1
/
/ r
I E
R W
M
o b
Persamaan di atas menjelaskan bahwa M merupakan fungsi dari
maksimum level interferensi yang diizinkan.
9
Dalam kenyataan ketiga asumsi yang disebutkan sebelumnya berlaku
karena :
1. Jumlah panggilan aktif mempunyai distribusi Poisson.
2. Sehubungan dengan voice activity factor aktif bila memiliki
probabilitas v dan tidak aktif bila memiliki probabilitas (1 v).
3. Setiap pengguna membutuhkan Eb/No untuk mendapatkan FER
yang diinginkan.
Berdasarkan kondisi di atas :


+ +
m
i
K
j
m
i
ij b j i i b i total
N R E R E I
1
1
1 1
, , ,

dimana :
m = jumlah pengguna tiap sektor dan diasumsikan sama pada
semua sektornya

ij
= gating factor dari i di sektor j

i
= gating factor dari i pada sektor yang sama
E
b,ij
= energi per bit dari i di sektor j
K = total sektor
Dengan membagikan I
o
R didapatkan :
( )( )

,
_

,
_


m
i
K
j o
ij b
m
i
j i
o
b
i
I
E
I
E
r R W
1
1
1
,
1
,
1 /
adalah bilangan biner acak bernilai 0 atau 1. Karena nilai m, , dan
Eb/Io maka semua nilai dikanan dapat dianggap sebagai variabel acak
Z

,
_

,
_

m
i
K
j o
ij b
m
i
j i
o
b
i
I
E
I
E
Z
1
1
1
,
1
,

dan P(blocking) = P[Z . (W/R) (1- r)]
10
Pendekatan yang diberikan

, (
) 1 ( ) / (
) 1 )( / (
B F
v I E
r R W
o b
+

v = voice activity factor


1
1
]
1

,
_

+ +
B
B
B F
3
3
4
1 1
2
1
1
) , (

= exp (
2

2
/2)
= 0,2303
= deviasi standarkontrol daya
dan
) 1 )( / (
))] ( ( )[ / (
2 1
r R W
blocking P Q I E
B
o b

Perhitungan GOS
Hasil peramalan kebutuhan
Berdasarkan kondisi penyebaran penduduk pada suatu
daerah biasanya daerah pelayanan akan dibagi menjadi dua
yaitu urban dan suburban. Proses perhitungan kebutuhan trafik
untuk layanan data dilakukan dalam bit per second (bps).
Sedangkan untuk layanan suara dilakukan dalam Erlang yang
kemudian dikonversi ke dalam bit per second (bps).
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan
adalah :
- BHCA per Subscriber (call/BH/subs)
- Call Holding Time per Subscriber (second)
- Average Throughput per Subscriber at Busy Hour
(kbytes/BH/subs)
- Voice Activity secara umum : voice = 0,4 dan data = 1
11
Sedangkan untuk penetrasi layanan (diasumsikan) :
Jenis
Layanan
Faktor Penetrasi
Net User
Urban Suburban
Suara 70% N
Voice Urban
N
voiceSubUrba
n
Data 30 % N
Data Urban
N
DataSubUrban
Net user yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan trafik
adalah prediksi banyaknya user pada tahun akhir perencanaan.
Estimasi kebutuhan trafik harus dibedakan antara kebutuhan
trafik untuk layanan suara atau data.
Kebutuhan Trafik Suara
Untuk menghitung kebutuhan trafik bagi setiap pelanggan
akan layanan suara digunakan rumus :
A
subs
=
3600
factor activity duration call BHCA
Dimana :
BHCA = rata-rata usaha yang dilakukan oleh
pelanggan untuk melakukan panggilan
selama jam sibuk (call/BH/subs)
Call duration = rata-rata lamanya sebuah panggilan
(second)
Activity Factor = rata-rata waktu efektif yang digunakan
untuk melakukan suatu pembicaraan.
Offered Traffic seluruh net user layanan suara n ( A)
adalah :
12
A = p x A
subs
p = jumlah pengguna pada area layanan
Setelah mendapatkan total trafik yang dibutuhkan oleh
seluruh pelanggan, maka dengan menggunakan rumus
Erlang C dapat diketahui jumlah trunk atau kanal yang
dibutuhkan sebesar n.
Pada sistem CDMA2000 1x, untuk mengakomodasi layanan
suara digunakan fundamental channel dengan data rate
sebesar 9,6 kbps/kanal (dari keluarga rate set I) atau 14,4
kbps/kanal (dari keluarga rate set II). Jika pada perencanaan
ini digunakan data rate 9,6 kbps/kanal maka offered traffic
untuk layanan suara di daerah urban sebesar :
Offered traffic
voice
= n kanal x 9,6 kbps/kanal
Sedangkan untuk menghitung kebutuhan trafik akan
layanan data digunakan rumus :
Offered Traffic
data
=
3600
/ 8

byte bit x Throughput x p


Dimana throughput adalah rata-rata jumlah byte yang
dibutuhkan oleh setiap pelanggan selama jam sibuk
(byte/BH/subs).2
Karena dalam prakteknya throughput tidak mungkin 100%
dan jaringan data juga mengalami blocking, maka offered
traffic untuk layanan data di atas harus ditambah agar dapat
mengantisipasi blocking yang terjadi. Jika diasumsikan
bahwa blocking yang terjadi sebesar B, maka offered traffic
untuk layanan data di daerah urban sebesar :
13
Offered Traffic
data real
= Offered traffic
data
+ (B x Offered
Traffic
data
)
Total Kebutuhan Trafik
Total kebutuhan trafik merupakan total kebutuhan trafik
data dan kebutuhan trafik suara.
Total Offfered Traffic = Offered Traffic
data real
+ Offered
Traffic
voice
Perhitungan tersebut berlaku untuk area pelayanan urban
maupun suburban.
Jumlah kanal tersedia
Perhitungan Total Offered Traffic per Site
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah kanal per-
sektor dengan satu frekuensi pembawa adalah :
N
sel
=
] 1 [ ] / [
/
f N E
R W
o b
+

(kanal/sel)
E
b
/N
o
= energi per bit per noise
Bandwidth = W = 1,2288 MHz
Data rate = R = 9,6 kbps
Activity Factor = = 1 agar dapat mengakomodasi layanan
suara dan data
= gain sektorasi antena = 2,4
f = other cell relative interference factor = 0,6
N
sektor
=
sektor jumlah
N
sel

14
Berdasarkan standar 3GPP2, BTS yng berbasis CDMA2000
1x harus mampu menyediakan radio konfigurasi 1, 3, dan 5.
Dimana radio konfigurasi tersebut menggunakan data rate dari
keluarga rate set 1, yang terdiri dari data rate 9,6 kbps; 19,2
kbps; 38,4 kbps; 76,8 kbps;2 153,6 kbps; dan 307,2 kbps.
Sedangkan radio konfigurasi 2 dan 4 dapat juga diterapkan agar
bisa mengakomodasi layanan dengan data rate 14,4 kbps; 28,8
kbps; 57,6 kbps; 115,2 kbps; dan 230,4 kbps. Namun sebagai
acuan awal dalam menghitung kapasitas per-sektor dengan satu
frekuensi pembawa digunakan data rate dasar sebesar 9,6 kbps.
Dalam sistem komunikasi seluler tidak semua kanal dapat
dipergunakan karena harus mengalokasikan kanal untuk
overhead, handover, serta untuk mencegah terjadinya
peningkatan daya pancar unit mobil yang berlebihan.
Pembebanan sel adalah prosentase sejumlah aktual panggilan
yang etrjadi dalam suatu sel terhadap jumlah maksimum
panggilan / kanal yang dapat diberikan oleh sistem. Pada saat
pembebanan sel meningkat, maka jumlah aktual panggilan
dalam sel juga akan meningkat dan mendekati maksimum.
Dengan kata lain interferensi akan meningkat sehingga akan
memperburuk kualitas komunikasi dan mengurangi kapasitas
sistem. Dengan interfensi yang meningkat maka dapat
menurunkan nilai E
b
/No yang disyaratkan. Umumnya
pembebanan sel diatur antara 70% sampai 90% dari kapasitas
maksimum. Biasanya pembebanan yang lebuh dari 75% akan
membuat stabilitas sistem sulit dipelihara. Pada perencanaan ini
akan digunakan pembebanan sebesar X% (cell-loading factor)
dari jumlah kanal tersedia.
Dengan data rate 9,6 kbps/kanal, maka offered traffic
yang dapat diakomodasi oleh satu frekuensi pembawa dalam
satu sektor adalah :
15
Total Offered Traffic
sektor
= N x Data rate (bps/sector)
Jika dalam perencanaan ini digunakan sistem antena three
sectoral dengan sectot gain sebesar 2,64 , maka total offered
traffic per site adalah :
Total Offered Traffic
site
= Total Offered Traffic
sector
x 2,64
(bps/site)
Perhitungan Jumlah Site yang Dibutuhkan
Jumlah site yang dibutuhkan adalah :
site =
site
traffic offered Total
traffic offered Total
Luas daerah dinyatakan dalam km
2
, mka setiap site memiliki luas
sebesar :
Luas Site =

site
pelayanan area Luas
(km
2
/site)
Dan jari-jari setiap site adalah sebesar :
R
site
=
59 , 2
site Luas
Perhitungan di atas berlaku untuk urban atau suburban
16
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
BAB II PERHITUNGAN TOTAL SISTEM CDMA
Menyambung dari pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai
penerapan dari penghitungan trafik dalam suatu sistem CDMA, berikut
ini akan kami sampaikan beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh
satu operator bila telah di-putuskan oleh manajemen untuk melayani
satu kawasan tertentu yang sebelumnya tidak tersedia jaringan bila
diinginkan penerapan suatu sistem CDMA. Tidak tersedia jaringan,
berarti tidak ada jaringan bagi operator terse-but walaupun jaringan
operator lain telah digelar di kawasan itu. Data yang tersedia
umumnya menyangkut data pokok yang meliputi :
Luas area-cakupan, dalam km
2
Perkiraan jumlah pelanggan, yang diperoleh dari hasil
survey
Lama sambungan rata-rata pelanggan, yang diperoleh dari
17
hasil survey
Nilai GOS yang direncanakan
Daya perangkat BTS maupun MS yang dipilih.
Data luas area-cakupan atau layanan dapat diperoleh dari pusat data
di Pemda setempat atau dari sumber lain yang memuat potensi satu
daerah. Sementara jumlah pelanggan dapat diperoleh dari hasil survey
jumlah penduduk di kawasan tersebut yang berpotensi mempunyai
mobilitas tinggi dan dari kalangan menengah keatas. Kebiasaan
melakukan hubungan telepon merupakan juga data yang berguna
untuk memperkirakan besar trafik yang akan dilayani oleh masing-
masing BTS.
Jadi, tiga data yang pertama adalah data yang harus diperoleh dari
pihak lain, sementara nilai GOS (grade of service) dan daya perangkat
BTS serta MS adalah merupakan data yang ditentukan oleh pihak
operator. Misalnya nilai GOS, yang ditentukan oleh operator
berdasarkan seberapa besar operator mempertimbangkan
kenyamanan pelanggannya. Tetapi pada sistem CDMA, faktor GOS
tidak terlalu dominan dalam perencanaan sistem sehingga dapat
diabaikan, yaitu jumlah pelanggan tidak begitu terpengaruh pada nilai
GOS tersebut. Hal ini disebabkan karena pada sistem CDMA dapat
bekerja dengan nilai BER yang mendekati nilai ambang jelek
sedangkan pada sistem GSM sudah tidak dapat dite-rima lagi. Dengan
kemampuan tersebut, maka jumlah pelanggan yang dapat terlayani
dapat meningkat ketika trafiknya telah padat pada perioda jam-sibuk.
Masalah dalam sistem CDMA lebih kompleks bila dibandingkan dengan
GSM karena adanya faktor sinyal inter-ferensi (= I) yang lebih dominan
daripada sinyal utamanya (= C) sehubungan dengan penggunaan
frekuensi yang sama untuk semua BTS maupun MS dalam satu wilayah
18
layanan. Oleh karena itu dalam hal ini, nilai C/I selalu lebih kecil dari
nilai satu, semen-tara untuk sistem GSM nilai tersebut disyaratkan
tidak lebih kecil dari 18 dB, seperti telah diuraikan pada modul-modul
sebelumnya. Nilai C/I ini yang kemudian dapat me-nentukan jumlah MS
(kanal) yang dapat dilayani, baik tanpa mekanisme power control
maupun dengan menerapkannya.
II.1 Beberapa Aspek dalam Perencanaan
Beberapa aspek yang dimaksudkan adalah terbagi dalam dua
kelompok, yaitu, aspek teknik dan aspek non-teknik.
Aspek teknik meliputi beberapa hal, yaitu,
Bentuk dan ukuran area sel,
Jumlah sel dalam area layanan,
Jumlah pelanggan per sel dan trafik yang dilayaninya,
Jumlah unit microwave yang harus diinstal.
II.2 Bentuk dan Ukuran Area Sel
Karena jaringan sistem CDMA menggunakan konsep sel yang
sama dengan sis-tem GSM, maka bentuk area satu sel atau yang
dikenal sebagai BTS, secara kon-sep diambil mengikuti bentuk
segienam beraturan. Sementara ukuran sel, yaitu radius sel dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus yang sama dengan
sistem GSM, yaitu menggunakan persamaan (5-2) Modul-5. Untuk
memudahkan, ditulis kembali persamaan tersebut sebagai
persamaan (2-1) berikut ini,
R = 10

,
_

+ + + + +
40
2 log 20 1 log 20 2 1 2 1 lain Lkabel h h G G P P
km ...................
(2-1)
dimana : P
1
= daya pemancar, (dBm)
P
2
= daya yang diterima, (dBm)
19
G
1
, G
2
= gain antena BTS, MS, (dBi)
h
1
, h
2
= tinggi antena BTS, MS, (meter)
L
kabel+lain
= rugi-rugi karena kabel, (dB)
Persamaan (2-1) ditentukan berdasarkan medan yang datar dan
tanpa halangan (obstacle) yang berarti seperti adanya gedung-
gedung tinggi, perbukitan, dsb. Dari ukuran radius yang diperoleh,
dapat ditentukan luasan area sel dengan rumus lu-asan bidang
hexagonal beraturan sebagai berikut,
L
S
=
2
3
2
3
xR x
.......................................................(2-
2)
dimana :
L
S
= luas daerah sebuah sel bentuk hexagonal, km
2
R = jari-jari sebuah sel, km
Dari ukuran radius tersebut kemudian dapat juga ditentukan
kecondongan (tilting) antena BTS pada saat instalasi awal yang
besarnya tertentu dari persamaan (2-3), perhatikan Gbr-1.
= arc tan [( h
1
-h
2
)/R)] ........................................
(2-3)
dimana :
= sudut kecondongan (tilting) antena BTS, derajat
h
1
, h
2
= tinggi menara BTS, tinggi MS, meter
R = jari-jari sel, meter
B T S
R
h
1
h
2

20
Gbr-1 Diagram kecondongan antena BTS
II.3 Jumlah Sel Dalam Area Layanan
Setelah ukuran radius tertentu, maka jumlah sel dalam area
layanan dapat ditentu-kan dari hubungan,
N
S
=
S
L
L
.................................................................
(2-4)
dimana :
N
S
= jumlah minimum BTS
L = luas area layanan, km
2
L
S
= luas area sel bentuk hexagonal beraturan, km
2
II.4 Jumlah Pelanggan per Sel dan Trafik
Jumlah pelanggan per sel dapat ditentukan secara merata dalam
kawasan tersebut dengan menganggap bahwa, seluruh pelanggan
tersebar di kawasan itu dengan mobilitas yang relatif cukup tinggi.
Dari asumsi tersebut, maka jumlah pelangan per sel tertentu dari
hubungan,
p
s
=
s
t
N
p
.................................................................
(2-5)
dimana :
p
s
= jumlah pelanggan per sel, pelanggan
p
t
= jumlah pelanggan per total kawasan, pelanggan
N
S
= jumlah minimum BTS
Sementara nilai trafik per sel tertentu dari kebiasaan pelanggan
melakukan hu-bungan tilpun secara rata-rata yang dikenal
21
sebagai holding time (= h). Nilai ini diperoleh berdasarkan survey
yang dilakukan operator sebelum proses pengge-laran jaringan
dirancang. Nilai trafik tertentu dari hubungan,
A =
3600
nxh
...............................................................
(2-6)
dimana :
A = jumlah trafik yang dapat berlangsung (offered
traffic), erlang
n = jumlah permintaan panggilan selama satu jam
pengamatan
h = waktu percakapan rata-rata (detik)
Nilai A, yaitu trafik yang dapat berlangsung dalam satu BTS,
tertentu dari kapa-sitas BTS tersebut melayani pelanggan dalam
saat yang bersamaan. Pada sistem CDMA, nilai jumlah pelanggan
terlayani tersebut ditentukan juga oleh jeda bicara yang biasa
terjadi pada satu dialog yang disebut sebagai voice-activity
seperti di-tunjukkan diagramnya pada Gbr-2.
Adanya perhitungan voice-activity tersebut disebabkan karena
pada sistem CDMA, semua MS bekerja pada frekuensi yang sama,
sehingga akan menyebab-kan nilai C/I yang makin memburuk bila
banyak MS yang bekerja pada kawasan layanan bersangkutan.
Sehingga faktor jeda bicara perlu diperhitungkan (karena satu TX
bersangkutan dapat dikurangi dayanya), sehingga akan
mempertahankan nilai C/I tetap pada nilai yang relatif baik untuk
beban BTS (beban interferensi dapat dikurangi).
22
Gbr-2 Diagram voice-activity pada dialog
Jadi, untuk menentukan nilai trafik seperti ditunjukkan pada
persamaan (2-6), di-tentukan nilai jumlah pelanggan, n, pada
persamaan tersebut. Nilai n dapat tertentu dari persamaan,
n =
( )
( ) ( )
o b
b c
N E x s
xV R R
/ 1
/
+
................................................(2-
7)
dimana :
R
c
= kecepatan chips, cps
R
b
= kecepatan laju data, bps
V = faktor aktivitas suara
= 2,5 (dengan deteksi aktivitas suara)
= 1 (tanpa deteksi aktivitas suara)
s = ratio spill over
= 0 (untuk sel terisolasi)
E
b
/N
o
= 2,7 dB untuk downlink dengan BER 10
-3
= 3,7 dB untuk uplink dengan BER 10
-3
Sektorisasi pada sistem CDMA akan meningkatkan jumlah trafik
menjadi hampir tiga kali lipat. Sedang kecepatan chips yang
dioperasikan adalah, 4,096 Mcps; 8,192 Mcps atau 12,288 Mcps,
yang bersesuaian dengan lebar pita yang diopera-sikan. Lebar pita
tersebut masing-masing adalah, 5 MHz, 10 MHz, atau 15 MHz.
II.5 Jumlah Unit Microwave
Jumlah unit microwave yang diperlukan dalam jaringan yang
dirancang tergan-tung dari jumlah BTS yang diperlukan untuk
kawasan tersebut, yaitu sesuai de-ngan jumlah lokasi BTS, dimana
satu diantaranya berfungsi sebagai RNC (Radio Network
23
Controller) yang sama dengan fungsi BSC pada sistem GSM.
Spesifikasi unit microwave yang dipilih sesuai dengan beban trafik
yang harus disalurkannya seperti dicantumkan pada Tabel
Referensi yang digunakan..
Contoh penghitungan-1. Diencanakan satu sistem seluler
CDMA yang akan melayani da-erah DKI Jakarta, dengan data
sebagai berikut :
Luas kawasan sebesar 656 km
2
Jumlah pelanggan 8000 orang
Rata-rata holding-time, h = 4 menit
Faktor aktivitas suara = 2,5 dan ratio spill over = 0,64
Daya sistem seluler adalah, MS = 0,1 watt dan BTS = 10
watt
Tinggi antena BTS 40m dan tinggi rata-rata orang 1,65 m
Gain antena BTS dan MS, masing-masing adalah 17 dBi
dan 0 dBi
BS
sens
= -107 dB; MS
sens
= - 103 dB
Hasil perhitungan adalah, radius sel, jumlah sel, jumlah pelanggan
per sel, total trafik oleh sistem, serta sistem microwave yang
diinstal dalam jaringan.
Penyelesaian
Radius dan Jumlah sel
Karena radius sel lebih ditentukan oleh daya MS daripada daya
BTS, maka yang menjadi P
1
, G
1
, dan h
1
adalah daya, gain antena,
24
dan tinggi antena MS. Sehingga ukuran radius sel tertentu
sebagai berikut,
R = 10

,
_

+ + + + +
40
2 log 20 1 log 20 2 1 2 1 lain Lkabel h h G G P P

=
( )

,
_

+ + + +
40
38 32 35 , 4 17 0 107 20
10
=
55875 , 3
10
= 3620,35 m = 3,62 km
Dari ukuran radius sel 3,62 km; maka luas sel adalah,
L
S
=
2
3
2
3
R
= 34,05 km
2
Sehingga jumlah sel di kawasan DKI adalah,
N = L/ L
S
= 656/34,05 = 19,27 20 sel
Jumlah Pelanggan dan Trafik
Karena total pelanggan di wilayah DKI sebanyak 8000, maka
jumlah pelanggan per sel adalah,
n
S
= 8000/20 = 400 pelanggan
sehingga jumlah pelanggan per sektor adalah,
n
Str
= 400/3 134 pelanggan
Dengan menggunakan persamaan (2-6), maka jumlah trafik
yang harus ditang-gung satu BTS adalah,
A =
3600
nxh
=
3600
60 4 400 x x
= 27 erlang
shg untuk seluruh jaringan kawasan tersebut, trafik yang
ditanganinya sebesar,
A
t
= 20 x 27 = 540 erlang
25
Spesifikasi TRX
Spesifikasi TRX akan ditentukan dari kapasitas satu TRX untuk
menangani user yang dipengaruhi oleh parameter seperti
ditunjukkan pada persamaan (14-7), sehingga dapat
menentukan spesifikasi lebar bidang operasi.
n =
( )
( ) ( )
o b
b c
N E x s
xV R R
/ 1
/
+
R
c
=
( ) ( )
V
xR N E x s nx
b o b
/ 1+

R
c
=
( ) ( )
5 , 2
768 . 32 10 64 , 0 1 134
37 , 0
x x x +
= 6.752.406,397 cps
= 6,44 Mcps
sehingga dalam hal ini perlu dipilih sistem yang
menggunakan laju chips yang 8,192 Mcps dan beroperasi
dengan lebar bidang frekuensi 10 MHz.
Jumlah unit microwave
Karena jumlah BTS sebanyak 20 sel, maka jumlah unit TRX
microwave yang diperlukan sebanyak 20 unit dengan 1 unit
diantaranya dirancang untuk jalur dari RNC ke MSC. Sesuai
dengan beban trafik yang ditanganinya, maka,
19 unit dari tipe = 27 x 32.768 = 0,844 Mbps 2 GHz
1 unit dari tipe = 540 x 32.768 = 16,88 Mbps 6 GHz
Rangkuman hasil perencanaan :
Jumlah sel = 20 area
Luas area per sel = 34,05 km
2
Jumlah pelanggan per BTS = 400 pelanggan
Jumlah total pelanggan = 8000 pelanggan
26
Konfigurasi TRX = 1 + 1 + 1 , bekerja pada pita 10
MHz
Jumlah TRX total = 60 unit
Jalur micowave/type = 19 jalur/2 GHz , 1 jalur/6 GHz
20 unit
Trafik total kawasan DKI = 540 erlang
Tinggi menara BTS = 40 meter
Pemetaan sel di kawasan DKI sesuai perhitungan di atas
ditunjukkan pada Gbr-3 yang tentunya tidak sepenuhnya dapat
menutup seluruh kawasan. Kawasan yang blank dari jaringan DKI
nantinya dapat tertangani oleh jaringan di area yang berba-tasan
dengan DKI, yaitu daerah layanan bodetabek (Bogor-Depok-
Tangerang-Bekasi).
27

Gbr-3 Diagram pemetaan sel di kawasan DKI
II.6 Kapasitas unit TRX
Dari persamaan (2-7) di depan, nampak bahwa nilai kapasitas
untuk arah uplink dan downlink berbeda, karena nilai E
b
/N
o
kedua
arah tersebut berbeda. Silahkan para mahasiswa mencoba
menghitungnya, dengan data,
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
f
1
28
Laju chips = 4,096 Mcps
Laju data = 32 kbps = 32.768 bps
E
b
/N
o
= 2,7 dB untuk downlink
= 3,7 dB untuk uplink
Nilai s = 0,64
Nilai V = 2,5
Bila sistem CDMA mengoperasikan unit ICS (Interference Canceller
System) de-ngan gain tertentu, dan memperhitungkan interferensi
kanal pilot dan pensinyalan dengan level tertentu, maka
persamaan (2-7) menjadi,
n =
( )
( )
( )
( )
Ips Gics
o b
b c
x N E x s
xV R R

+ 10 / 1
/
...................................(2-8)
dimana :
R
c
= kecepatan chips, cps
R
b
= kecepatan laju data, bps
V = faktor aktivitas suara
= 2,5 (dengan deteksi aktivitas suara)
= 1 (tanpa deteksi aktivitas suara)
s = ratio spill over
= 0 (untuk sel terisolasi)
E
b
/N
o
= 2,7 dB untuk downlink dengan BER 10
-3
= 3,7 dB untuk uplink dengan BER 10
-3
G
ics
= gain unit ICS, dB
I
ps
= level interferensi sinyal pilot dan pensinyalan, dB
Contoh Penghitungan-2. Akan dihitung kapasitas unit TRX satu
sistem CDMA yang mengguna-kan unit ICS dengan gain sebesar 3,2
dB, dan level interferensi sinyal pilot serta pensinyalan sebesar 1,6
dB, dengan data lain sebagai berikut,
Laju chips = 4,096 Mcps
Laju data = 32 kbps = 32.768 bps
29
E
b
/N
o
= 2,7 dB untuk downlink
= 3,7 dB untuk uplink
Nilai s = 0,64
Nilai V = 2,5
Penyelesaian
Dengan persamaan (2-8), maka nilai kapasitas sistem TRX tersebut
adalah,
n =
( )
( )
( )
( )
Ips Gics
o b
b c
x N E x s
xV R R

+ 10 / 1
/

=
( )
( )
( ) 16 , 0 32 , 0 37 , 0
10 64 , 0 1
5 , 2 32 / 1024 096 , 4

+ x
x x

123 pelanggan
Kesimpulannya, dengan menggunakan unit ICS dan juga
memperhitungkan peng-aruh interferensi sinyal pilot tersebut,
maka jumlah user yang dapat terlayani men-jadi meningkat.
Dengan menggunakan persamaan (2-7) saja, maka jumlah user
atau pelanggan yang dapat terlayani sebesar 85 pelanggan.
II.7 Aspek Non-Teknik dalam Perencanaan
Aspek non-teknik dalam perencanaan salah satunya adalah, perijinan
operasional yang diperoleh dari Pemerintah, yang dalam hal ini adalah
Direktorat Jenderal Pos dan Tele-komunikasi Depkominfo. Perijinan
operasional yang dikeluarkan Depkominfo meli-puti penggunaan
frekuensi dan kuota bandwidth operasional pada pita 1900 MHz, apa-
kah 5 MHz, 10 MHz, atau 15 MHz. Untuk aspek usaha, calon operator
harus mendapat-kan ijin dari Departemen Perindustrian, sementara
untuk aspek peralatan sistem CDMA harus dilengkapi perijinan dari
30
Departemen Perdagangan, karena semua peralatan tersebut adalah
barang-barang import yang tidak terlepas dari pajak pengadaan
peralatan telekomunikasi oleh Departemen Keuangan.
Setelah semua perijinan tersebut dan kewajiban perpajakan selesai,
peralatan yang diinstalasi harus mendapatkan sertifikasi layak operasi
(ULO = uji laik operasi) dari DitJen Postel yang semuanya memerlukan
sejumlah biaya cukup banyak.
Dalam pengajuan proposal operasional tersebut, pengusaha harus
menggambarkan pros-pek jangka pendek, menengah, dan panjang,
tentang usahanya, misalnya pridiksi jumlah user yang akan dijaring,
yang akhirnya pridiksi kapan breakeven-point dicapai. Semua item
tersebut biasa disebut dengan business-plan.
Masalah di lapangan adalah, pengadaan lahan yang pada
kenyataannya makin sulit di-peroleh terutama di kota-kota besar,
sehingga diperlukan kiat mencari solusi dengan menyewa atap
gedung-gedung tinggi untuk lokasi penempatan sistem BTS nya.
31

Daftar Kepustakaan
1. Dayem, Rifaat A.; PCS & Digital Cellular Technologies-
Assessing Your Options, Prentice Hall PTR, New Jersey, 1997.
2. Santoso, Gatot; Sistem Seluler WCDMA, Penerbit GRAHA
ILMU, Yogyakarta, 2006.
32

You might also like