Professional Documents
Culture Documents
Laporan ini merupakan laporan pertama konsultan dalam rangka penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau yang dilaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu (Bappeda) terutama memuat tentang kemajuan pekerjaan yang diperintahkan kepada konsultan sampai pada akhir Bulan September 2009. Laporan Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan konsultan mengenai pentingnya penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kota Putussibau serta seluruh substansi pekerjaan tersebut antara lain mengenai persiapan perencanaan dan rencana kerja yang akan dilaksanakan, dilengkapi dengan pemahaman awal terhadap potensi dan permasalahan ruang di wilayah perencanaan serta pengertian dasar pekerjaan. Secara sistematis, pada bagian awal dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan pengembangan kawasan, pengertian, dan ruang lingkup pekerjaan. Pada bab-bab selanjutnya dipaparkan metodologi penyusunan rencana dan rencana kerja. Di samping itu, pada Bab 2 khusus dijelaskan mengenai kemajuan tim dalam melakukan pemahaman terhadap potensi dan permasalahan fisik Wilayah Perencanaan melalui serangkaian survey lapangan yang dilakukan selama dua minggu. Dengan laporan ini diharapkan terjadi persamaan persepsi antara konsultan dan seluruh stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan kawasan ini tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses perencanaan kawasan ini, terutama mengenai visi dan misi pengembangan kawasan serta konsep dasar poengembangan kawasan. Terima kasih. Pontianak, September 2009 Konsultan
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................i DAFTAR ISI..................................................................ii 1. PENDAHULUAN.........................................................1 1.1 Latar Belakang....................................................................1 1.2 Maksud Dan Tujuan.............................................................2 1.3 Pengertian Dasar................................................................2 1.4 Kedudukan RTBL.................................................................5 1.5 Maksud, Tujuan dan Manfaat..............................................7 1.6 Ruang Lingkup Perencanaan...............................................7 1.7 Landasan Hukum..............................................................11 1.8 Sistematika Pembahasan..................................................12 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN.............13 2.1 Orientasi Kawasan............................................................13 2.2 Kondisi Fisik Kawasan.......................................................13 2.3 Pola Penggunaan Lahan....................................................14 2.4 Akses dan Jaringan Jalan...................................................15 2.5 Infrastruktur Kawasan......................................................15 2.6 Kajian Kelayakan Tapak....................................................16 3. METODOLOGI..........................................................17 3.1 Tahapan Kegiatan.............................................................17 3.2 Metodologi Pendekatan....................................................22 3.3 Penetapan Konsep dan Pedoman Perencanaan................40 4. RENCANA OPERASIONAL.........................................47 4.1 Jadwal Penyelesaian Pekerjaan Dan Teknik Presentasi......47 4.2 Organisasi Pelaksanaan Proyek........................................51
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinamika Kota Putussibau yang cepat baik secara sosial ekonomi maupun perkembangan bentuk fisik menuntut adanya pedoman penataan ruang dalam pemanfaatan, pengawasan maupun pengendalian perkembangan kota. Dalam hal ini produk perencanaan tata ruang harus lebih bersifat operasional, terutama pada kawasankawasan yang memiliki karakteristik khusus seperti kawasan yang dimungkinkan mengalami percepatan perkembangan, kawasan cagar budaya dan kawasan yang berpotensi menjadi icon kota. Rencana tata ruang tersebut perlu lebih didetailkan menjadi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang lebih ditekankan bagaimana desain suatu kawasan, agar penataannya sesuai dengan arahan rencana tata ruang kota baik secara mikro maupun makro kawasan serta sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut. Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibauyang baru dibangun beberapa waktu lalu, merupakan Kawasan yang cenderung berkembang cepat karena Kawasan ini telah mulai terlihat membentuk suatu karakter aktifitas sebagai kawasan pengembangan perumahan dan berbagai fungsi yang cenderung membuat kawasan ini menjadi kawasan mix-used. Kawasan ini menjadi sangat menarik bagi pengembangan permukiman terutama karena aksesnya ke wilayah eksternal Kota Putussibau sangat tinggi (jalur lalu lintas regional). Perkembangan perumahan penduduk di tahap awal pasti cenderung diikuti oleh perkembangan fungsi lain yang berkaitan langsung dengan fungsi perumahan seperti perdagangan dan jasa, serta fasilitasfasilitas pendukung permukiman lainnya, dan kemudian berkembang dengan pesat, seiring dengan aktifitas huniannya. Kawasan yang sebelumnya dan saat ini masih didominasi lahan pertanian dan lahan-lahan-lahan kosong yang tak termanfaatkan harus segera ditata lebih rinci, terutama kawasan yang berada pada areal pengawasan jalan regional Putussibau Kartyasa dan sekitarnya untuk mencegah perkembangan fisik kawasan terbangun yang semrawut tanpa konsep penataan yang jelas. Pembangunan kawasan terbangun yang tidak terkendali dan tidak teratur akan cenderung menurunkan kualitas lingkungan di kemudian hari. Karena korodor ini adalah Kawasan jalan regional, maka kegiatan-kegiatan yang sifatnya lokal seperti perumahan penduduk harus dibatasi dan diamankan dari lalu lintas regional yang umumnya padat dengan kecepatan lalulintas yang tinggi. Perkembangan kawasan yang tidak terencana dengan baik juga akan cenderung menciptakan kawasan yang secara estetis kurang baik.
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
Berdasarkan hal-hal di atas maka kawasan tersebut perlu direncanakan lebih detail, baik aktifitas maupun desain rinci yang dituangkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Sehingga diharapkan produk Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau dan sekitarnya ini bisa dijadikan acuan bagi pengimplementasian penataan di kawasan tersebut.
RENCANA OPERASIONAL
lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan, secara lebih detail diartikan sebagai berikut : 1) RTBL adalah rencana teknik dan program tata bangunan serta pedoman pengendalian pembangunan, sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang yang diberlakukan secara khusus pada bangunan atau kelompok bangunan pada suatu lingkungan/kawasan. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bangunan Khusus (PBK). RTBL merupakan suatu rencana yang didalamnya menuangkan beberapa panduan rancang bangun (design guidance) suatu lingkungan bangunan, untuk mengendalikan suatu Kawasan tertentu dalam rangka menciptakan dan mengendalikan wujud struktural pemanfaatan ruang kota dan dilengkapi dengan pedoman penataan yang bersifat lebih detail seperti pengendalian terhadap ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, garis langit dan sebagainya. RTBL adalah rencana yang memberikan rancangan spesifik pada bangunan dan lingkungan pada kawasan perencanaan yang memuat rencana detail dan rencana pengelolaannya, sehingga secara teknis akan siap dijadikan pegangan pokok bagi pelaksanaan pembangunan dan menjadi instrumen pengendalian bagi Pemerintahan Daerah, pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota. RTBL adalah suatu dokumen yang memuat penetapan penggunaan lahan, bangunan di dalam maupun di luar kapling, blok, lengkap dengan intensitas dan kapasitasnya secara detail, terperinci serta rencana utilitas lingkungan, wujud bangunan dan ruang terbuka. Dokumen ini merupakan landasan bagi pemberian IMB. Inti dari perencanaan tata ruang kota adalah untuk mengatur penggunaan ruang. kriteria perencanaan kota berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, yaitu : a) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan mempunyai wilayah perencanaan yang mencakup sebagian atau seluruh kawasan tertentu yang dapat merupakan satu atau beberapa unit lingkungan perencanaan.
2)
3)
4)
5)
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
b) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan berisi tentang rumusan rencana tapak pemanfaatan ruang kota, pra rencana teknik jaringan utilitas, pra rencana teknik jaringan jalan, pra rencana teknik bangunan gedung, pra rencana teknik bukan bangunan gedung dan ruang terbuka beserta rencana indikasi proyek. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing rumusan rencana tersebut yang menjelaskan kedalaman materi, yaitu : Rencana tapak pemanfaatan ruang, mencakup rumusan geometrik tata letak bangunan dan bangunan pada setiap blok peruntukan dan jaringan pergerakan serta utilitas Pra rencana pola dan konstruksi jaringan jalan, mencakup arahan geometrik pra detail kerekayasaan jaringan jalan untuk setiap ruas jalan yang digambarkan secara terinci bagi setiap jenis jalan dan kelas jalan. Pra rencana bentuk dan konstruksi jaringan utilitas, mencakup arahan geometrik pra detail kerekayasaan jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan gas, jaringan listrik, jaringan telephone pada setiap blok peruntukan. Pra rencana bentuk dan konstruksi bangunan gedung, mencakup arahan geometrik pra detail kerekayasaan bangunan gedung untuk setiap blok peruntukan yang digambarkan secara rinci bagi setiap bangunan. Pra rencana bentuk dan konstruksi bangunan bukan gedung, mencakup arahan geometrik pra detail kerekayasaan bangunan bukan gedung untuk setiap blok peruntukan yang digambarkan secara terinci bagi setiap bangunan.
c) Jangka waktu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah 1 tahun. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dilengkapi pula dengan gambar rencana pada peta rencana dengan skala sama dan atau lebih besar dari 1:1000. Dalam pembuatan peta untuk RTBL dibuat sekurang kurangnyarangkap 5 dengan berwarna dan menggunakan legenda yang sama dengan RDTRK dan dihimpun dalam bentuk album (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988). Gambar peta rencana tersebut merupakan Rencana Teknis Tata Ruang yang antara lain adalah: 1) Rencana tata guna lahan 2) Rencana perpetakan lahan 3) Rencana intensitas penggunaan ruang a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4) 5) 6) 7) 8)
9)
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) c. Ketinggian dan jarak bangunan d. Kepadatan bangunan e. Bidang muka bangunan (fasade) f. Garis Sempadan Bangunan Rencana sirkulasi dan transportasi a. Jaringan jalan b. Moda tranportasi Rencana Ruang Terbuka Hijau Rencana Signage Rencana Street Furniture Rencana pengembangan sistem utilitas perkotaan a. Air bersih b. Drainase c. Listrik d. Telepon e. Sanitasi dan sampah Peraturan pembangunan
Penataan kota dengan memanfaatkan potensi dan ruang perkotaan sangat dibutuhkan sebagai salah satu upaya untuk mengikuti perkembangan kota yang kian pesat. Perlu dilakukan pengembangan infrastruktur untuk menunjang segala kegiatan kota yang akan dikembangkan. Sektor transportasi yang menjadi salah satu aspek penting dalam perkembangan suatu kota juga perlu diperhatikan dalam penataan ruang sarana prasarana pendukungnya. 6) Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Putussibau telah disusun pada tahun 2000 yang telah disahkan menjadi PERDA pada Tahun Anggaran 2001. Dalam RUTRK Putussibau tersebut telah direncanakan Kota Putussibau sebagai Ibukota Kabupaten, dimana telah ditetapkan beberapa ruas jalan eksternal yang menghubungkan Kota Putussibau dengan kota-kota lain di sekitarnya. Salah satunya yang terpenting adalah ruas Bandara Pangsuma dan Sekitarnya sebagai jalan lingkar selatan-barat di Desa Saing Rambi, yang merupakan lokasi wilayah perencanaan pada studi ini Rencana Detail Tata Ruang Kota Putussibau sampai saat ini belum tersusun sehingga Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau ini diharapkan nantinya menjadi masukan dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota, khususnya untuk Bagian Wilayah kota C.
7)
RENCANA OPERASIONAL
mendetail daripada rencana-rencana tata ruang yang lain seperti RDTRK maupun RTRW. Dengan kata lain RTBL merupakan penjabaran dari rencana-rencana tersebut. Namun RTBL dapat disusun tanpa mengikuti hirarki rencana tata ruang seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 1987 dimana penyusunannya disesuaikan menurut kebutuhan dan kepentingan dengan syarat harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Dalam Negeri. RTBL sebagai dokumen yang mempunyai konsep atau strategi umum untuk menangani atau mengendalikan bentuk pola atau tata bangunan, memiliki konsep dasar, yaitu konsep peruntukan lahan, konsep kebutuhan bangunan dan lingkungan, konsep sirkulasi (antar lingkungan dan bangunan) untuk kendaraan, pejalan kaki dan parkir, konsep ruang terbuka hijau, serta konsep bangunan dan lingkungan. Sehingga laporan ini lebih bersifat detail pada bentuk persil dari tiaptiap bangunan yang ada. Gambar 1 : Kedudukan RTBL dalam Rencana Tata Ruang
RTRW NASIONAL RTR PULAU RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL RTRW PROVINSI RTR KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN PERBAIKAN KAWASAN PENGEMBANGAN KEMBALI KAWASAN PEMBANGUNAN BARU KAWASAN
RDTR KABUPATEN RTR KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN RTR KAWASAN PERDESAAN RTR KAWASAN AGROPOLITAN
PELESTARIAN/ PERLINDUNGAN KAWASAN PROSES IMB DAN PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
RTRW KABUPATEN
Penataan Ruang
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1.5.2 Tujuan
Sebagai dokumen pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/kawasan tertentu supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi: a. Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan; b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik; c. Perwujudan pelindungan lingkungan, serta; d. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.
1.5.3 Manfaat
Manfaat dokumen RTBL adalah : a) Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini; b) Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah; c) Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung; d) Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan; e) Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan; f) Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/ kawasan yang berkelanjutan; g) Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.
RENCANA OPERASIONAL
di lapangan dengan memperhatikan kebutuhan lahan perkotaan sesuai dengan proyeksi penduduk dan skala kegiatan perdagangan dan jasa yang akan berlangsung di dalamnya. Kawasan tersebut ditata sampai pada tingkat rencana teknik ruang (siteplan) berskala peta 1 : 1.000. Gambar 2 menunjukkan orientasi lokasi wilayah perencanaan dalam lingkup Kota Putussibau.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1) Identifikasi karakteristik Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau, yang meliputi: a) Mengetahui tata guna lahan Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau berdasarkan fungsi guna lahan dan perpetakan bangunan. b) Mengetahui intensitas pembangunan dengan mengetahui: Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dengan cara menghitung luas lahan dan luas bangunan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dengan cara menghitung jumlah lantai, luas lantai keseluruhan, luas kapling Garis Sempadan Bangunan (GSB) dengan cara menghitung jarak muka bangunan dengan as jalan Garis Muka Bangunan (GMB) dengan cara menghitung jarak muka bangunan dengan pagar Garis Sempadan Samping Bangunan (GSsB) dengan cara menghitung jarak bangunan dengan kapling Garis Sempadan Belakang Bangunan (GSbB) dengan cara menghitung jarak bangunan belakang dengan kapling Fisik bangunan dengan cara mengetahui tampilan bangunan yaitu dilihat dari fasade bangunan, mengetahui kesan bangunan dan lingkunagan, sifat dan kondisi bangunan, bentuk estetika dan struktur bangunan.
c) Mengetahui sirkulasi di Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi pejalan kaki. Untuk sirkulasi kendaraan dengan cara mengetahui laju harian rata-rata (LHR) kendaraan, volume kendaraan, arah lalu lintas, dan moda yang melalui Kawasan jalan. Sedangkan untuk sirkulasi pejalan kaki dengan cara mengetahui laju harian ratarata (LHR) pejalan kaki, volume pejalan kaki, arah pejalan kaki, penyediaan pedestrian yang berupa trotoar, ukuran dan kapasitas trotoar. d) Mengetahui tempat parkir dengan cara mengetahui peletakan parkir, kapasitas parkir, elemen- elemen parkir, bangkitan dan tarikan. e) Mengetahui tempat penyebrangan yang ada disepanjang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibauseperti zebra cross. f) Mengetahui karakter Kawasan dengan cara mengetahui geometrik jalan (Rumaja, Rumija, Ruwisja), panjang jalan, hirarki jalan, jalur dan lajur, median jalan, marka jalan, dan persimpangan. g) Mengetahui unsur-unsur penunjang bangunan dan lingkungan yang ada di dalam Kawasan Lapangan Udara Pangsuma
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 0
Putussibau, meliputi signage, penghijauan dan street furniture (halte, penerangan jalan, bis surat, boks telepon, PKL, tempat sampah, rambu-rambu lalu lintas, traffict light). h) Mengetahui Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau, baik itu di dalam tapak maupun di luar tapak. i) Mengetahui jaringan utilitas yang masih ada di dalam Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau. Utilitas yang perlu diketahui adalah: Jaringan Listrik; yang terdiri dari seluruh jaringan kabel listrik, lokasi gardu induk, lokasi tiang listrik, jarak antar tiang, jumlah tiang. Jaringan air bersih; yang terdiri dari Jaringan pipa, lokasi menara penampungan, lokasi hydran umum, lokasi hydran kebakaran, lokasi kran umum. Jaringan telepon; yang terdiri dari seluruh jaringan kabel telpon, lokasi tiang, jarak antar tiang Jaringan drainase; lokasi saluran, hirarki saluran, bentuk saluran
2) Konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang digunakan sepanjang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau terdiri dari: a) b) c) d) e) f) g) h) i) Konsep Konsep Konsep Konsep Konsep Konsep Konsep Konsep Konsep Rencana Penggunaan Lahan Rencana Perpetakan Lahan Rencana Intensitas Pembangunan Rencana bangunan dan lingkungan Rencana Sirkulasi dan Linkage Sistem Rencana Street Furniture Rencana Ruang Terbuka Hijau Rencana Penataan Jaringan Utilitas Pengembangan Wilayah
3) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang digunakan dalam Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau terdiri dari: a) b) c) d) e) f) g) h) i) Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana Penggunaan Lahan Perpetakan Lahan Intensitas Pembangunan bangunan dan lingkungan Sirkulasi dan Linkage Sistem Street Furniture Ruang Terbuka Hijau Penataan Jaringan Utilitas Program-program pembangunan
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 1
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 2
20) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 1987. 21) Keputusan Menteri Kimpraswil no. 327/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan 22) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. 23) Kebijaksanaan Pemerintah yang berkaitan dengan deregulasi perijinan lokasi.
LAPORAN PENDAHULUAN
2.2.2 Klimatologi
Iklim Mikro kawasan tidak berbeda jauh dengan iklim Kota Putussibau secara umum, yaitu beriklim tropis yang mengalami dua pergantian musim setiap tahunnya yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Data tahun 20098 menunjukkan curah hujan di Kota Putussibau
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 4
sebesar 2.846 mm dengan 172 hari hujan dalam setahun. Bulan Januari sampai Juli curah hujan cukup tinggi, demikian pula antara Bulan Oktober sampai Nopember. Sedangkan frekuensi hujan tinggi terjadi pada Bulan Januari, Februari, April, Juni, Juli, Oktober dan Nopember. Adapun suhu rata-rata adalah 27,3 0C. Kecepatan angin rata-rata 4,0 sampai 10,4 knots. Arah angin secara umum di bulan Januari sampai Maret mengarah ke utara dan Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 7,8 hingga 9,2 knots. Di bulan April arah angin kebanyakan menuju ke arah barat dengan kecepatan ratarata 7,9 knots, sedangkan tiga bulan berikutnya angin berubah arah ke tenggara dengan kecepatan antara 4,0 8,5 knots
2.2.3 Hidrologi
Kondisi hidrologi kawasan sangat dipengaruhi oleh topografi yang sangat datar dan keberadaan Sungai Kapuas serta beberapa saluran drainase buatan yang langsung menuju Sungai Kapuas. Keberadaan sungai dan saluran ini sangat membantu sistem drainase kawasan. Air pasang sungai juga tidak terlalu bermasalah bagi sistem hidrologi kawasan ini, karena hanya kawasan-kawasan sempit di beberapa lokasi yang tersebar secara sporadis yang tergenang selama pasang. Kawasan-kawasan tergenang setelah hujan banyak tersebar di utara dan timur kawasan.
RENCANA OPERASIONAL
1 5
2. Kawasan yang digunakan untuk berbagai fasilitas sisi darat, terdiri dari : a. Zona publik terdiri dari : Terminal penumpang seluas 640 m2 Terminal VIP seluas 96 m2 Parkir seluas 800 m2 b. Zona Teknis terdiri dari : Bangunan Administrasi seluas 200 m2 Bangunan Operasional : 50 m2 Menara Pengawas : 112 m2 PKP-PK : 96 m2 Rumah Genset : 2x24 m2 Rumah Pompa Bangunan Meteorologi Workshop : 72 m2 Gudang : 72 m2 c. Zona Penunjang terdiri dari : Rumah Dinas Jaringan Jalan dalam Bandara 3. Areal sekitar Bandara yang terdiri dari perumahan/permukiman, semak belukar, ladang, sawah dan kebun campuran.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 6
Sedangkan layanan air bersih yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kawasan Bandara berasal dari IPA-PDAM di Kedamin Hilir, dengan kapasitas terpasang 10 liter perdetik. Jaringan pipa PDAM terdekat berada di sebelah selatan Jalan Adi Sucipto.
LAPORAN PENDAHULUAN
3. METODOLOGI
3.1 Tahapan Kegiatan
Terdapat beberapa tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut terdiri atas 6 tahap utama yang meliputi: Persiapan Survey Penyusunan Laporan Pendahuluan (Inception Report) Tahap Survey dan Observasi Lapangan, Kegiatan Analisis Penyusunan Laporan Akhir/Rencana (Final Report)
Secara lebih terinci, uraian mengenai proses perencanaan dan ruang lingkup materi pekerjaan dari setiap tahapan akan disajikan di bawah ini : 1) Persiapan Survey Dalam proses persiapan ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah: a) Persiapan dasar Berupa studi literatur dan pengkajian materi yang tercantum dalam rencana dalam skala yang lebih luas. Disamping itu dilakukan pula penelaahan peraturan-peraturan pemda, kebijaksanaan pembangunan pada skala kota maupun regional serta masukan lain dari berbagai sumber. b) Persiapan teknik survei Berupa penyiapan peta dasar, kerangka studi bagi teknik survei, daftar data dan pertanyaan, serta persiapan administrasi. 2) Penyusunan laporan pendahuluan Laporan ini merupakan laporan awal dalam penyusunan RTBL yang akan membahas mengenai latar belakang, maksud, tujuan, lingkup dan batasan pembahasan; kebijaksanaan pembangunan Kota Putussibau, teori-teori yang mendukung penyusunan RTBL;
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 8
cakupan/ruang lingkup, langkah, dan alokasi waktu kegiatan; struktur organisasi serta pembagian kerja pelaksana kegiatan. 3) Tahap Survey dan Observasi Lapangan Kegiatan ini meliputi kegiatan survei dan kompilasi data yang pada intinya adalah proses inventarisasi dan kompilasi data-data primer dan sekunder. Pekerjaan yang dilakukan meliputi: a) Survei data instansional Berupa pengumpulan dan kompilasi data dari instansi terkait. Informasi ini tersaji dalam bentuk gambar, peta, dan angka yang menjelaskan data-data regional dalam wilayah studi. b) Survei lapangan Kegiatan ini bertujuan untuk menyesuaikan data yang diperoleh dari instansi dengan kondisi lapangan yang ada. Hasilnya berupa peta-peta observasi lapangan. Data-data primer tersebut terdiri dari: i) Pola penggunaan lahan, perpetakan lahan, dan sistem pusatpusat pelayanan, kepadatan dan distribusi penduduk ii) Pola pemanfaatan ruang yang meliputi kawasan kawasan terbangun dan tak terbangun, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa (perniagaan, pemerintahan, fasilitas umum, transportasi, pariwisata, dll), kawasan perindustrian. iii) Sistem Transportasi/ Pergerakan meliputi sirkulasi, jalan, pedestrian, parkir, halte, penyeberangan. iv) Wujud Bangunan dan Intensitas Pembangunan meliputi garis sempadan bangunan (garis sempadan samping/belakang dan muka bangunan; Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Daerah Hijau, Koefisien Tapak Basement, Ketinggian Bangunan, Elevasi/Peil, Orientasi Bangunan, Bentuk Dasar Banguna, Bahan bangunan Eksterior, Pertandaan/Signage, v) Fasilitas Lingkungan meliputi fasilitas pendidikan, peribadatan, kesehatan, perkantoran, dan bangunan umum serta ruang terbuka hijau. vi) Utilitas Lingkungan meliputi listrik, air bersih, telepon, gas, drainase dan pengelolaan sampah serta sanitasi. 4) Kegiatan Analisis Semua data yang telah diinventarisir dalam langkah sebelumnya dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan dan metode
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
1 9
analisis perenanaan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap analisa ini antara lain: a) Analisa guna lahan Langkah ini berisi analisa lahan secara mikro dalam lahan pada skala yang lebih analisa kemungkinan atau lahan secara mikro. b) Analisa perpetakan Langkah analisa perpetakan berisi mengenai blok perencanaan yang terdiri dari gabungan beberapa persil atau kapling tanah dan sistem kavling atau tanah persil tanah. c) Analisa nilai intensitas Berisi analisis mengenai daya dukung lahan yang dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas, potensi, daya dukung lahan, sumber daya, serta perkembangan teknologi dan analisa intensitas ini meliputi Analisa komponen bangunan yang meliputi komponen bangunan, ketinggian dan jarak bangunan, kepadatan bangunan, kooefisien dasar, KDB, KLB, GSB, kemunduran bangunan, GMB, GSmB, GSbB, elevasi, amplop bangunan dan perpetakan tanah. d) Analisa sistem perhubungan Analisa yang dilakukan merupakan analisa hubungan keterkaitan fungsi dan sarana-sarana pergerakan pada wilayah studi serta besaran masing-masing sarana tersebut yang meliputi jalan, parkir, pedestrian way, intermoda, penyeberangan, dan pemberhentian. e) Analisa penyediaan ruang terbuka Langkah ini dilakukan untuk menganalisa program kebutuhan hutan kota yang meliputi taman, ruang terbuka hijau yang memperhatikan aspek-aspek fungsional, sosial, dan ekologi. f) Analisa bangunan dan lingkungan Tahap ini berisi analisa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan bangunan dan lingkungan pada wilayah perencanaan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi analisa aspek-aspek sebagai berikut : i) Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar matahari, view, iklim mikro, struktur geologi tanah/daya serap tanah, dan topografi
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
mengenai keterkaitan peruntukan wilayah studi dengan peruntukan besar. Disamping itu tercakup pula kecenderungan perubahan fungsi
RENCANA OPERASIONAL
2 0
ii) Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih, pematusan, drainase, listrik, telepon, pemadam kebakaran, reklame, dsb. iii) Elemen-elemen bangunan dan lingkungan iv) Indikasi tipologi bangunan dari nilai-nilai budaya/arsitektural tradisional/lingkungan v) Umur rata-rata bangunan vi) Kondisi bangunan (material, bahan, kondisi) vii) Non fisik; merupakan analisa dari segi dampak sosial, psikologi, dan ekonomi. Selain analisis-analisis diatas, dilakukan juga analisa atau kajian panduan-panduan sebagai berikut: a) Panduan rancangan elemen-elemen spesifik yang meliputi kajian terhadap: i) Rancangan ii) Rancangan iii) Rancangan iv) Rancangan v) Rancangan vi) Rancangan vii) Rancangan wujud bangunan/tipologi ruang terbuka pedestrian parkir tempat penyeberangan (jembatan, zebra cross) pemberhentian/halte utilitas lingkungan pada wilayah
i) Pengaturan bangunan (building code sector) ii) Pengaturan RTBL (zoning code sector) iii) Pengaturan administrasi pelaksanaan/program dan pengendalian pembangunan serta peran swasta iv) Pengaturan kemungkinan-kemungkinan insentif dan disinsentif v) Pengaturan perijinan bangunan vi) Peraturan pemanfaatan bangunan atau fungsi bangunan Setelah proses analisa selesai dilaksanakan, maka didapatkan konsep terhadap masing-masing komponen yang telah dibahas dalam bentuk Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Konsep tersebut meliputi: a) Konsep umum atau strategis penataan bangunan wilayah perencanaan b) Konsep rencana pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan mencakup: i) Konsep penataan guna lahan ii) Konsep tata letak dan pemanfaatan bangunan & lingkungan iii) Konsep penataan jaringan utilitas lingkungan iv) Konsep penataan jaringan sirkulasi
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 1
v) Konsep penataan RTH dan penghijauan vi) Konsep rancangan detail Penyusunan rancangan rencana ini juga berisikan rumusan rencana yang meliputi: a) Rancangan rencana tapak pemanfaatan ruang i) Rancangan rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan ii) Rancangan rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan bangunan iii) Rancangan rencana tata letak jaringan pergerakan hingga pedestrian dan jalan setapak, perpakiran, halte dan penyeberangan iv) Rancangan rencana tata letak jaringan utilitas v) Rancangan rencana ruang hijau dan penghijauan b) Arahan pelaksanaan pembangunan i) Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung ii) Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan pergerakan iii) Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik) jaringan utilitas iv) Ketentuan (Pra Rencana Teknik) sempadan bangunan, KDB, KLB, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan lainnya. 5) Penyusunan Laporan Akhir/Rencana Merupakan tahap akhir dalam penyusunan RTBL yang dilakukan. Berupa tindak lanjut dari hasil kegiatan diskusi dan seminar yang telah dilakukan, merevisi kekurangan-kekurangan yang ditemukan dan memantapkan usulan-usulan konsep yang ada. Kegiatan ini mencakup dua usulan pokok yaitu: a) Usulan rencana penataan bangunan Pada langkah ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: i) Program bangunan dan lingkungan yang terdiri dari: (1) Macam-macam bangunan (2) Luasan tiap bangunan (3) Jumlah tiap jenis bangunan ii) Pengendalian program dan pelaksanaan iii) Program investasi iv) Rencana, yang meliputi:
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 2
(1) Rencana penataan guna lahan termasuk didalamnya rencana perpetakan lahan (2) Rencana tata letak dan pemanfaatan bangunan dan lingkungan, yang meliputi ketinggian dan kedalaman bangunan, garis sempadan bangunan, KDB dab KLB, elevasi/peil, gubahan bassa, orientasi bangunan, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, skyline, dan material exterior (3) Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan yang terdiri dari rencana sirkulasi, jalan, pedestrian, parkir,dan jembatan penyeberangan. (4) Rencana tata letak utilitas lingkungan perkotaan yang meliputi jaringan-jaringan utilitas kota seperti jaringan listrik, telepon, air bersih, dan drainase (5) Rencana ruang hijau dan penghijauan yang meliputi pertamanan, pola ruang luar, dan amenity/kelengkapan jalan (6) Rencana detail b) Usulan Pedoman penataan bangunan Pada langkah ini kegiatan pokok yang dilakukan adalah penyusunan usulan pedoman penataan bangunan yang mencakup dua pokok panduan yaitu : i) Panduan rancangan wujud bangunan (1) Rancangan pedestrian (2) Rancangan parkir (3) Rancangan jembatan penyeberangan dan halte (4) Rancangan utilitas lingkungan (5) Rancangan wujud bangunan (6) Rancangan ruang terbuka (lingkungan luar) ii) Panduan penyusunan peraturan tentang bangunan pada wilayah perencanaan, yang meliputi : 1. Pengaturan keselamatan bangunan 2. Pengaturan teknis mengenai bangunan dan lingkungan yang meliputi persyaratan komponen bangunan (bukaan jendela, pintu, halaman, dsb), ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan, fasade bangunan, KDB dan KLB, orientasi bangunan, selubung bangunan dan persyaratan material eksterior.
RENCANA OPERASIONAL
2 3
yang telah dicanangkan. Informasi mengenai kebijaksanaan ini deperoleh dari RUTRK Putussibau Tahun 2003-2013 dan Rencana Detail Tata Ruang Kota Putussibau Selatan Tahun 2010-2030.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 4
3. Melakukan pengamatan lapangan, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran gambaran tentang kondisi eksisiting kawasan dan memperoleh data-data lapangan yang tidak dapat diperoleh dari studi literatur. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengamatan lapangan adalah sebagai berikut: a) Pengambilan gambar-gambar obyek-obyek terpilih yang mendukung penyusunan rencana (potret, video kamera ataupun slide) b) Gambar eksisiting tata bangunan dari kawasan dengan skala 1 : 1000 dan dalam kondisi data terbaru yang nantinya akan dicek kebenarannya. c) Sketsa-sketsa gambar, potret ataupun foto montase dari bangunan-bangunan baik mengenai tata letak, bentuk, ornamen-ornamen, ataupun arsitektural yang khas yang memberikan nilai identitas kawasan. d) Identifikasi lahan yang mencakup fisik dasar, status kepemilikan tanah, dan penggunaan lahan. e) Identifikasi lingkungan, yang meliputi identitas lingkungan, ruang terbuka, perabot kota. f) Identifikasi bangunan, yang meliputi kondisi bangunan, kemunduran bangunan, jumlah lantai, KDB faktual, wajah bangunan, penggunaan bangunan, kesejahteraan. g) Identifikasi sistem sirkulasi, yaitu mengenai kondisi, fungsi, arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki serta perhitungan LHR, kapasitas dan volume jalan. h) Identifikasi utilitas, terdiri dari : (i) Sistem jaringan telpon dan listrik Pada sistem jaringan lisrik mencakup lokasi, jenis tegangan dan kabel sedangkan pada telpon meliputi sistem jaringannya (ii) Sistem jaringan air bersih Sistem jaringan air bersih terdiri dari sistem sumber, transmisi dan distribusi air bersih disepanjang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau. (iii)Sistem jaringan drainase Sistem jaringan drainase meliputi lebar drainase, lokasi drainase, kedalaman (ketinggian), hirarkhi drainase, panjang drainase, bentuk dari drainase, jenis drainase dan bahan salurannya. i) Identifikasi perabot kota, seperti penghijauan, reklame, PKL, boks telpon, halte, identitas lingkungan dan lainnya. j) Identifikasi potensi dan permasalahan, yang meliputi potensi-potensi wilayah perencanaan yang dapat mendukung identitas kawasan seperti adanya bangunanbangunan bersejarah maupun adanya landmark dan skluptur. Selain itu perlu juga diperhatikan mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan wilayah perencanaan baik itu yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap wilayah perencanaan dan kawasankawasan lain disekitarnya, misalnya adanya permasalahan yang berdampak pada munculnya bangkitan lahan lanjutan
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 5
(multipler effect), adanya perubahan atau penyimpangan tata guna lahan, atau permasalahan yang menimbulkan kegiatan-kegiatan baru. B. Analisis Data Tahap analisis berisi pengkajian data dari sumber-sumber yang ada, baik berupa potensi atau masalah untuk merumuskan usulan alternatif konsep RTBL. Tahap analisis dalam RTBL antara lain : 1. Analisis Deskriptif - Evaluatif Analisis ini digunakan untuk dapat menyusun karakteristik wilayah studi yang mencakup guna lahan, intensitas, jaringan utilitas lingkungan, system perhubungan, RTH, bangunan dan lingkungan. Adapun analisis yang digunakan untuk memperoleh setiap karakteristik tersebut yaitu : a) Analisis Guna Lahan Analisis guna lahan meliputi analisis lahan makro dan analisis lahan mikro. Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis lahan makro yakni dengan meninjau dokumen RUTRK Kota Putussibau, dan rencana-rencana yang telah diperdakan. Sedangkan analisis lahan mikro menggunakan metode pendekatan superimposed yakni melakukan overlay dari peta tematik dengan yaitu peta hasil survey primer di lapangan, sehingga dapat di peroleh derajat deviasi dari Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau. b) Analisis Perpetakan Lahan Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis perpetakan lahan adalah dengan mengklasifikasikan perpetakan tanah berdasar Keputusan Menteri Kimpraswil nomor 327/KPTS/M/2002 Bab VI, yang membagi 7 klasifikasi petak peruntukan dan penggal jalan sebagai berikut : Tabel 1 : Klasifikasi Petak Tanah
Klasifikasi I II III IV V VI VII Keterangan Sistem Blok Kapling Sangat Besar Kapling Besar Kapling Sedang Kapling Kecil Kapling Sangat Kecil Rumah Susun Luasan (dalam m2) > 2500 1000 - 2500 600-1000 250-600 100-250 50-100 < 50
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 6
Metode yang dapat dipakai dalam analisis peretakan yaitu dengan memaskkkan perpetakan masing-masing bangunan dalam klasifikasi yang sesuai dengan pengklasifikasian diatas dan mengukur prosentase perpetakan bangunan. c) Analisis Nilai Intensitas Bangunan Aspek-aspek penilaian intensitas dianalisis secara umum yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut: (i) Kepadatan Bangunan Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan memperbandingkan antara luas lahan keseluruhan dengan luas persil bangunan yang menyangkut aspek jarak dan kerenggangan antar bangunan yang terkait dengan banyaknya bangunan yang ada di wilayah studi, sehingga dapat menentukan apakah wilayah studi temasuk pada wilayah dengan kepadatan bangunan tinggi atau rendah. (ii) Bidang Muka (fasade) Bangunan Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari hasil pengamatan survey primer untuk mengendalikan arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di wilayah studi. (iii)Garis Sempadan Bangunan Metode yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan mengoperasionalkan rumus untuk menentukan garis sempadan bangunan, sehingga dapat mengetahui bangunan-bangunan yang melampaui garis sempadan. Umumnya pengaturan sempadan ini merupakan 0,5 dari Ruang Milik Jalan (Rumija), khusus untuk daerah perencanaan dilakukan dengan menggunakan standar ideal jarak antara pagar dengan bangunan, yaitu dengan rumus :
1 L +1 m 2
lebar jalan jarak pagar bangunan
L D
= =
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 7
Rumus tersebut merupakan penggunaan untuk kondisi ideal bagi penentuan sempadan bangunan pada kawasan yang masih tersedia dan belum terbangun. Pada kawasan yang telah dibangun, perencanaan sempadan jalan dan bangunan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jaringan yang telah terbentuk, sehingga dengan demikian harus dilakukan penyesuaian jarak sempadan dengan bangunannya.
(iv) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif. Analisis deskriptif dengan metode estimasi KDB di wilayah studi. Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian antara KDB hasil survey primer dengan ketentuan KDB di dalam RDTRK. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan nilai perbandingan antara area terbangun dengan luas kapling yang ada, atau:
(v) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif. Analisis deskriptif dengan metode estimasi KLB di wilayah studi. Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian antara KLB hasil survey primer dengan ketentuan KLB di RDTRK. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan nilai perbandingan antara luas lantai keseluruhan dengan luas kapling, atau :
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 8
Garis Muka Bangunan di kawasan perencanaan memberikan arahan mengenai jarak antara bagian paling depan dari bangunan dengan pagar halaman.
(vii) Garis Samping Bangunan (GSmB) Merupakan garis batas samping suatu persil dengan lahan terbangunnya.
(viii) Garis Belakang Bangunan (GSsB) Merupakan garis batas belakang suatu persil dengan lahan terbangunnya
(ix) Ampelop bangunan (building envelope) Adalah merupakan batasan maksimum ruang yang diijinkan untuk dibangun. Batas maksimum ruang tersebut adalah perkalian faktor luas lantai yang diijinkan dengan faktor ketinggian maksimum bangunan dalam wilayah kota, di mana tapak berada. (a) Jarak bangunan Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan mengoperasionalkan rumus
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
2 9
jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan jarak antar bangunan. Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar bangunan yang berada di dalam persil yang sama. Sesuai konsep yang dirumuskan, jarak bangunan untuk berbagai ketinggian, diusulkan sebagai berikut :
Dimana :
d = jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 (dalam meter) h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter) h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)
(b) Ketinggian maksimal bangunan Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan cara mengoperasionalkan rumus tinggi puncak bangunan makimum sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan ketinggian bangunan yang ada di wilayah studi. Tinggi maksimum bangunan pada ditentukan berdasarkan ketentuan: umumnya
Dimana: h = tinggi puncak bangunan maksimum. d = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai terhadap sumbu jalan yang berdampingan.
dasar
Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut ditetapkan pada as jalan. Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut ditetapkan 10 m dari garis sempadan pagar ke jalan.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 0
Keterangan:
h d tinggi puncak bangunan maksimum jarak antara proyeksi puncak bangunan yang dicari pada lantai dasar dengan sumbu (as) jalan yang berdampingan h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut dan = =
(x) Bidang Muka (fasade) Bangunan Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari hasil pengamatan survey primer untuk mengendalikan arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di wilayah studi. d) Analisis Sistem Hubungan (Linkage System) Adapun aspek-aspek yang kaitan/besaran antara lain: (i) Jaringan Jalan Metode analisis deskriptif yang digunakan adalah observasi lapangan dengan pengukuran dimensi jalan dan mengklasifikasikan hirarkhi jalan berdasarkan standart hirarkhi jalan. Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari tiga variabel, seperti diperlihatkan pada Tabel 2. (a) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) akan dianalisis berupa
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 1
Segmen Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) berdasarkan : Konstruksi : badan jalan, saluran tepi jalan (drainase) dan ambang pengamannya diperuntukkan bagi median jalan, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, trotoar, goronggorong, jembatan dan bangunan pelengkap jalan. Fungsi : berdasarkan sifat dan pergerakan dan batasan muatan lalu lintas dalam sistem jaringan jalan primer dan sekunder, fungsi jalan dibedakan: jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan. Tabel 2 : Standar Perencanaan Hirarkhi Jalan
Arteri primer
Arteri sekunder
Kolektor primer
Jala n yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal Kec epatan rencana paling rendah 40 km/jam Leb ar badan jalan paling sedikit 9 meter Jum lah jalan masuk dibatasi Tid ak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan
Kolektor sekunder
Jala n yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal Kec epatan rencana paling rendah 40 km/jam Leb ar badan jalan paling sedikit 9 meter Jum lah jalan masuk dibatasi Tida k terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan
Jala Jala n yang n yang menghubungkan menghubungkan secara berdaya kawasan primer guna antarpusat dengan kawasan kegiatan nasional sekunder kesatu, atau antara pusat kawasan sekunder kegiatan nasional kesatu dengan dengan pusat kawasan sekunder kegiatan wilayah. kesatu, atau kawasan sekunder Kec kesatu dengan epatan rencana kawasan sekunder paling rendah 60 kedua. km/jam Kec Leb epatan rencana ar badan jalan paling rendah 30 paling sedikit 11 km/jam meter Leb Me ar badan jalan mpunyai kapasitas paling sedikit 11 yang lebih besar meter dari kapasitas rata Me rata mpunyai kapasitas Lal yang lebih besar u lintas jarak jauh dari kapasitas ratatidak boleh rata terganggu oleh lalu Lal lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan u lintas cepat tidak kegiatan lokal boleh terganggu oleh lalu lintas Jum lambat lah jalan masuk dibatasi Tid ak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan Sumber: Peraturan Pemerintah Republik
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 2
(b) Ruang Milik Jalan (Rumija) Terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur dengan batasan tanah tertentu di luar Ruang manfaat Jalan, merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu. Ketentuan lebar ruang manfaat jalan sebagai berikut : Jalan Jalan Jalan Jalan bebas hambatan/ jalan tol : raya : sedang : kecil : 30 25 15 11 meter meter meter meter
(c) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang pemanfaatannya ada di bawah Pengawasan Pembina Jalan, diperuntukkan bagi pandangan dan pengaman konstruksi/ fungsi jalan. Larangan-larangan dalam Ruwasja merupakan larangan yang dapat mengganggu pandangan bebas para pengguna jalan dan konstrusi jalan. Ketentuan lebar Ruwasja dari batas badan jalan paling luar sebagai berikut : Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Lingkungan Primer Jalan Arteri Sekunder Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal Sekunder Daerah untuk Jembatan : : : : : : : : 15 meter 10 meter 7 meter 5 meter 15 meter 5 meter 3 meter 100 meter ke arah hulu dan hilir
(ii) Tingkat Pelayanan Jalan Metode yang digunakan dalam analisis tingkat pelayanan jalan adalah analisis evaluatif dengan mengoperasionalkan rumus yang berkaitan dengan kecepatan operasi jalan, yang diperoleh dari perbandingan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan, dirumuskan sebagai berikut:
LOS =
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 3
Sesuai dengan standar Highway Capacity klasifikasi tingkat pelayanan jalan disusun berikut:
Manual, sebagai
(a) Tingkat pelayanan A: arus bebas, kecepatan kendaraan dikendalikan oleh keinginan pengemudi, batas kecepatan dan kondisi fisik jalan (b) Tingkat pelayanan B: arus stabil, kecepatan operasi kendaraan kendaraan mulai sedikit terbatas dalam bergerak karena kendaraan lain (biasanya jalan antar kota) (c) Tingkat pelayanan C: arus tidak stabil, kecepatan dan kemampuan bergerak kendaraan semakin terbatas (biasanya jalan antar kota) (d) Tingkat pelayanan D: arus tidak stabil, kebebasan bergerak kecil sementara kecepatan relative rendah (e) Tingkat pelayanan E: arus mulai tidak stabil (tersendat-sendat) atau volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan, kendaraan sering berhenti pada waktu-waktu tertentu serta kemampuan bergerak sangat terbatas. (f) Tingkat pelayanan F: arus terhambat (forced flow), kecepatan operasi sangat rendah, berhenti dan terbentuk antrian kendaraan atau kemacetan Untuk standar tingkat pelayanan jalan adalah sebagai berikut: Tabel 3 : Standar Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat Pelayanan
V/C Sumber: MKJI, 1997
A
0-0,2
B
0,2-0,45
C
0,45-0,7
D
0,7-0,85
E
0,85-1,0
F
>1,0
(iii)Volume Lalu Lintas Harian (LHR) Metode yang digunakan dalam analisis lalu lintas harian adalah analisis evaluatif dengan mengoperasionalkan rumus yaitu membandingkan jumlah lalu lintas selama pengamatan dengan lamanya pengamatan. LHR adalah
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 4 selama
LHR
Dalam pengukuran volume lalu lintas, jumlah kendaraan yang diukur perjam tersebut dinyatakan sebagai satuan mobil penumpang (smp). Nilai smp tiap jenis klasifikasi kendaraan menurut Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, Direkotrat Pembangunan Jalan Kota tahun 1992 adalah sebagai berikut: Sepeda Sepeda motor Mobil Penumpang Truk Ringan Truk Sedang (5-10 ton) Truk Berat (>10 ton) Bus Kendaraan Tak Bermotor Sistem Parkir = = = = = = = = 0,5 1 1 2 2,5 3 3 0,8
(iv) Sistem Perparkiran Masalah utama pada perparkiran di kota adalah fasilitas jalan telah dimanfaatkan sebagai fasilitas parkir. Pemakaian jalan sebagai tempat parkir karena belum cukupnya sarana parkir. Terutama gedung-gedung besar yang memerlukan areal parkir yang belum cukup menyediakan areal parkirnya. Menurut cara penempatannya penataan parkir, yaitu : terdapat dua cara
(a) Parkir ditepi jalan (on street parking) Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang jalan, dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir ini baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi dengan intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan. Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi menjadi :
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 5 Parkir sejajar dengan sumbu jalan (bersudut 1800) Parkir bersudut 300, 450 dan 600 terhadap sumbu jalan. Parkir tegak lurus dengan sumbu jalan (bersudut 900)
(b) Parkir tidak di jalan (off street parking) Cara parkir ini menempati pelataran parkir tertentu diluar badan jalan, baik di halaman terbuka maupun didalam bangunan khusus untuk parkir. Bila ditinjau posisi parkirnya, maka dapat dilakukan seperti pada on street parking, hanya saja pengaturan sudut parkir ini banyak dipengaruhi oleh luas dan bentuk pelataran parkir. (v) Pedestrian (trotoar) Trotoar dapat dibuat sejajar jalan dan terletak pada ruang manfaat jalan (Rumaja). Pada keadaan tertentu trotoar dapat tidak sejajar jalan karena topografi setempat atau karena adanya pertemuan dengan fasilitas lain. Trotoar dapat juga terletak di ruang milik jalan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif observasi dan evaluatif yakni dengan membandingkan lebar trotoar berdasarkan hasil observasi lapangan di wilayah studi dengan ketentuan lebar trotoar menurut SK SNI S-03,1990. Dalam perencanaan trotoar yang perlu diperhatikan ialah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan. Lebar minimum trotoar yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 : Lebar Trotoar Sesuai Dengan Penggunaan Lahan Sekitarnya
Penggunaan lahan Perumahan Perkantoran Industri Sekolah Terminal/pemberhentian bus Pertokoan/perbelanjaan
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau
RENCANA OPERASIONAL
3 6
Jembatan/terowongan
Sumber:SK SNI S-03,1990
1,00
e) Analisis mengenai RTH Analisis ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan eksisting ruang terbuka hijau lokasi studi dengan standar fungsinya serta untuk mengetahui dimensi/besaran ruangruang terbuka pada wilayah perencanaan yang mencakup taman-taman kota, ruang terbuka hijau (dengan memperhatikan aspek fungsional, sosial dan ekologis). Analisis ini didukung oleh standar ukuran ruang terbuka hijau yang harus dipenuhi oleh sebuah ruas jalan berdasarkan beberapa peraturan perundangan yang berlaku. Variabel dalam analisis RTH ini meliputi : Luas RTH, Fungsi RTH, Jenis tanaman dan Jarak antar tanaman. f) Analisis bangunan dan lingkungan Bertujuan untuk menentukan konsep-konsep rancangan serta rekomendasi-rekomendasi bagi kebijakan yang akan diambil pada lingkup wilayah perencanaan. Disamping itu, analisis terhadap kondisi bangunan dan lingkungan ini bertujuan juga untuk meningkatkan fungsi lahan yang disesuaikan dengan kemampuan lahan di wilayah perencanaan serta untuk meningkatkan nilai estetika di wilayah perencanaan. Aspek-aspeknya mencakup hal-hal sebagai berikut: Sifat dan kondisi bangunan Kesan lingkungan dan bangunan Identitas bangunan Tampilan bangunan/fasade bangunan Garis langit/Sky line Unsur-unsur penunjang bangunan dan lingkungan Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar matahari, view, iklim mikro, daya serap tanah, dan topografi. Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih, limbah, atau drainase, hidran, telepon, listrik, reklame, dan sarana umum yang lain. Elemen-elemen bangunan dan elemen-elemen lingkungan Pengelompokan bangunan dalam komposisi jenis bangunan. Indikasi bentuk-bentuk jenis bangunan dan bentukbentuk yang mencerminkan karakter atau budaya lingkungan.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 7
Yang juga perlu diperhatikan dalam analisa bangunan dan lingkungan adalah menyangkut: Gubahan massa Penataan perletakan massa-massa bangunan pada satu lingkungan permukiman tertentu dengan mempertimbangkan kondisi fisik, non fisik, serta dengan waktu tertentu. Orientasi bangunan Penataan arah bangunan yang dipertimbangkan terhadap kondisi fisik dan non fisik lokasi perencanaan. Estetika bangunan Penampilan visual bangunan yang seimbang atas dasar pertimbangan fisik dan non fisik. Pertimbangan fisik yaitu keseimbangan antara bentuk dasar vertikal dan horizontal atau pola keseimbangan antara konstruksi dan bahan bangunan yang digunakan. Pertimbangan non fisik misalnya adanya muatan konsep identitas arsitektur lokal. Material exterior Perencanaan atas penggunaan material luar bangunan yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti iklim, panas, hujan, ketahanan bahaya kebakaran, pengaruh yang diakibatkan karena adanya refleksi cahaya dan refleksi penyebaran panas matahari.
2. Analisis Development Merumuskan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada lokasi wilayah studi untuk pemecahan masalah yang ada di lokasi wilayah studi. Adapun rumusan rencana tersebut tertuang dalam muatan RTBL. Materi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi : a) Penentuan Konsep dan strategi pengembangan wilayah yang meliputi: Konsep dan strategi pengendalian intensitas bangunan terkait dengan konsep sky line Konsep dan strategi sirkulasi transportasi terkait dengan sistem parkir Konsep dan strategi prasarana transportasi terkait dengan ruang kebutuhan parkir Konsep dan strategi ruang terbuka hijau Konsep dan strategi penataan arsitektural bangunan dan lingkungan terkait dengan street furniture dan signage
RENCANA OPERASIONAL
3 8
Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan massa bangunan dirumuskan urgensi/keterdesakan penanganan lingkungan tersebut. c) Rencana Pemanfaatan Ruang Lingkungan Perkotaan Rencana penataan bangunan yang dimaksud adalah memuat konsep dasar Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang termasuk didalamnya meliputi : o Rencana Penataan Guna Lahan Rencana penataan guna lahan ini merupakan rencana penggunaan lahan lingkungan di wilayah studi yang dapat berpengaruh terhadap upaya pengembangan lingkungan perkotaan. o Rencana (kavling) perpetakan lahan lingkungan perkotaan
Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan meliputi rencana yang berkaitan dengan luasan petak bangunan yang dapat berpengaruh terhadap upaya penataan bangunan dan lingkungan perkotaan. o Rencana Tata Letak dan Pemanfaatan Bangunan dan Lingkungan Rencana ini berisi kemungkinan tata letak bangunanbangunan sehingga dapat diantisipasi bentuk dan tapak bangunan secara keseluruhan dalam suatu rancangan, yang juga mempertimbangkan luasan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bangunan atau kelompok fungsi bangunan, jumlah maksimum tiap jenis bangunan atau kelompok fungsi bangunan yang dibutuhkan, dan gubahan bangunan o Rencana Penataan Jaringan Utilitas Lingkungan Perkotaan Jaringan utilitas lingkungan yang akan direncanakan meliputi rencana jaringan listrik, rencana jaringan telepon, rencana jaringan gas, rencana hidran, rencana air bersih, rencana drainase, rencana persampahan, rencana air limbah. o Rencana Penataan Jaringan lingkungan perkotaan Pergerakan (sirkulasi)
Rencana dari sistem pergerakan serta berbagai sarana yang diperlukan untuk berbagai macam kegiatan
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
3 9
transportasai manusia dan barang pada kawasan RTBL adalah : Rencana sistem sirkulasi, terdiri dari: Rencana sistem jalan Rencanan jaringan pedestarian Rencana parkir Rencanan peletakan halte Rencana peletakan penyeberangan
o o
Rencana Penataan Ruang Terbuka Hijau dan Penghijauan meliputi rencana RTH dalam tapak dan RTH luar tapak. Rencana Detail Meliputi Rancangan wujud bangunan, rancangan ruang terbuka, rancangan parkir, pedestrian, jembatan/halte dan rancangan utilitas lingkungan.
d) Arahan Pelaksanaan Pembangunan Lingkungan Perkotaan Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan meliputi : Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan Gedung dan Bukan Gedung dan materi yang diatur meliputi penampang tiga dimensi bangunan gedung, ketinggian bangunan, elevasi/peil, orientasi bangunan, bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, arsitektur bangunan dan pertandaan (signage). Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan bukan Gedung materi yang diatur meliputi penampang tiga dimensi bangunan gedung, letak koordinat bangunan bukan gedung, ketinggian bangunan bukan gedung, elevasi/peil dan bentuk dasar bangunan bukan gedung. Ketentuan Letak dan Penampangan Jaringan Jalan dan materi yang diatur meliputi penampang tiga dimensi jalan, letak koordinat, elevasi/peil, bentuk dasar jaringan. Ketentuan Letak dan Penampang Jaringan Utilitas dan materi yang diatur meliputi penampang tiga dimensi jaringan utilitas, letak koordinat, elevasi/peil, bentuk dasar jaringan. Pelaksanaan Pembangunan
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 0
Adapun pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan meliputi : Ketentuan administrasi rencana dan program. pengendalian pelaksanaan
Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan intensitas bangunan, hak bangunan diatas tanah/dibawah tanah. Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penatalaksanaan/manajemen pelaksanaan bangunan. Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program, serta pengenaan sanksi.
RENCANA OPERASIONAL
4 1
a) Konsep Tata Bangunan Tata bangunan pada kawasan perencanaan diarahkan linier dengan penyesuaian terhadap fungsi, karakter fisik serta kondisi eksisting kawasan perencanaan. Bentuk dan massa bangunan diarahkan menggunakan bentukan dasar segiempat dengan memperhatikan keselarasan dengan lingkungan. Pengurangan bagian massa bangunan hingga diperoleh kemunduran muka bangunan diterapkan pada bangunan yang memiliki jarak terlalu dekat dengan daerah milik jalan. Sehingga muka bangunan memiliki kesan ruang yang lega dan lapang di dalam Kawasan. b) Konsep Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan diarahkan pada ketinggian maksimal bangunan untuk tiap guna lahan pada kawasan perencanaan, pembagian dan pengaturan ketinggian maksimal bangunan pada kelompok-kelompok fungsi yang nantinya dijadikan sebagai pembentukan garis langit pada kawasan perencanaan. c) Konsep Jarak Antar Bangunan Jarak antar bangunan disesuaikan dengan fungsi dan luasan bangunan. Jarak antar bangunan ditentukan berdasarkan perhitungan lebar (D) dan tinggi (H) bangunan. Untuk bangunan dengan perhitungan D/H=1 didapat jarak antar bangunannya rapat dan berdempet. Karakteristik jarak antar bangunan di setiap guna lahan yang ada di dalam Kawasan diarahkan menyesuaikan dengan tinggi bangunan. d) Konsep sky line dalam penataan intensitas bangunan yang meliputi ketinggian bangunan dan jarak bangunan 2. Konsep penataan jaringan sirkulasi Rencana pengembangan sistem sirkulasi disesuaikan dengan pola aktivitas dan pergerakan penduduk dalam kawasan perencanaan. Secara umum elemen sirkulasi direncanakan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna elemen tersebut. Adapun elemen sirkulasi terdiri dari jalan, pedestrian dan parkir. a) Jalan Pada kawasan perencanaan diarahkan dari Bundaran Tugu Selamat Datang menuju jembatan Sungai Putussibau hingga ke seberang, dengan arahan kebijakan rencana peningkatan hirarki jalan dari kolektor sekunder menjadi arteri primer.
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 2
b) Pedestrian Pedestrian diletakkan di dalam Kawasan jalan untuk mewadahi aktivitas pejalan kaki. Keamanan dan kenyamanan pejalan kaki menjadi prioritas utama perancangan jalur pedestrian. Kemanan dicapai dengan perbedaan tinggi jalur pedestrian dengan jalur aspal. Kenyamanan dicapai dengan penempatan vegetasi sebagai peneduh sepanjang jalur pedestrian dan penggunaan ramp di setiap titik penurunan jalur pedestrian. c) Parkir Sarana parkir pada kawasan perencanaan menggunakan parkir on street dan off street. Untuk parkir on street penataan yang dilakukan menggunakan penataan parkir seri. Parkir seri dapat menampung kendaraan pada fasilitas yang tidak memiliki areal parkir dalam site, seperti pada fasilitas perdagangan dan jasa. Dengan penataan parkir seri kebutuhan lebar jalan relatif lebih kecil dibandingkan dengan model parkir yang lain. Pada kawasan perdagangan, jasa, pariwisata sistem parkir diarahkan dalam site. 3. Konsep penataan RTH dan penghijauan Ruang terbuka hijau dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu fungsi pengarah, penyangga, dan estetika. RTH sebagai pengarah menggunakan jenis vegetasi yang memiliki karakter vertikal dan sedikit cabang. Untuk RTH yang berfungsi sebagai penyangga menggunakan jenis vegetasi dengan karakter rindang dan menaungi. Vegetasi yang memiliki nilai estetis digunakan untuk mempekuat kesan RTH sebagai estetika kawasan. Penataan RTH diletakkan disepanjang Kawasan jalan baik dipinggir Kawasan, atau ditengah (sebagai median jalan). 4. Unsur-Unsur Penunjang Bangunan Dan Lingkungan Pembahasan di sini akan mencakup komponen-komponen lingkungan yang melengkapi unsur-unsur binaan. Termasuk di sini ialah; papan iklan, penempatan bis surat dan boks telepon, tempat sampah, dan pedagang kaki lima. a) Penandaan/Iklan Secara umum tanda digunakan sebagai alat komunikasi antara subyek dengan obyek sehingga pengamat (subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna dan informasi dari tanda tersebut. Secara lebih rinci penandaan yang ada dikawasan perencanaan adalah: rambu lalu-lintas, reklame, nama gedung (identifikasi primer), papan pengumuman, nama jalan, petunjuk arah dan lain sebagainya. Penandaan sebetulnya berperan sebagai unsur pemberi informasi bagi
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 3
pengamat yang sedang berjalan atau berkendaraan. Bahkan dewasa ini, selain peran memberi informasi, reklame sudah berubah menjadi unsur pengganggu kualitas visual lingkungan kota Oleh karena itu, reklame menjadi pokok bahasan utama pada subab ini, selain tanda-tanda yang lain. Reklame sebetulnya bisa menjadi elemen untuk memperindah kesan lingkungan, selain sebagai pemberi informasi dan sumber pendapatan asli daerah. Sehingga dalam konteks pengendalian perencanaan bangunan, masalahnya yang penting ialah bagaimana menata berbagai unsur penandaan agar tak saling mengganggu, bisa menjadi tanda wilayah, meningkatkan nilai visual lingkungan, dan tak mengurangi daya informasi rambu-rambu lalu-lintas dan tanda-tanda umum lain di wilayah publik. Di kawasan perencanaan, unsur penandaan yang ada bisa dikelompokkan atas beberapa jenis: (i) Reklame Pada Tiang Unsur ini merupakan penandaan yang berdiri konstruksi tiang besi yang didirikan di pinggir jalan, dengan posisi tegak lurus jalan, sehingga bisa dilihat dari kejauhan. Di sini setiap reklame bersaing untuk memberikan informasi. (ii) Reklame Papan Pada Areal Usaha Tanda semacam ini pada umumnya ditemukan Kota Putussibau terutama di kawasan yang merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Reklame biasanya menempel dan kadang-kadang sampai menutup konstruksi atap bangunan. (iii)Reklame Papan Yang Berada di Pinggir Jalan Bentuk konstruksi tiang atau rangka yang berdiri di pinggir jalan. b) Penandaan dengan Lampu Penandaan dengan lampu yang ada di kawasan perencanaan menggunakan lampu dengan berbagai jenis variasi agar mudah terlihat di malam hari. Seperti pada penandaanpenandaan lain, di sini informasi publik non komersial tenggelam dalam reklame lampu. Pada reklame lampu, selain teknologi juga digunakan kreativitas dalam design. Sehingga wujudnya mulai dari yang sekedar menyala sampai yang menggunakan efek gerak dalam olahan warna. Bila ditata dengan baik, olahan semacam ini bisa memperindah lingkungan dan bahkan sebagai identitas/tanda suatu wilayah.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 4
c) Tanda Sebagai Pengatur Sirkulasi Transportasi Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan lalu lintas kendaraan sehingga terjadinya, kemacetan, kesemrawutan di jalan bisa dikurangi. Tanda semacam ini dikenal sebagai tanda rambu-rambu lalu lintas. d) Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima merupakan aktivitas yang secara mendasar berisi sekumpulan kriteria umum, yang mengarahkan kepada kepentingan pergerakan ( importance of movement), kegembiraan / kesenangan ( exitement), dan dimensi street life dari lingkungan kota, melalui penyediaan fasilitas-fasilitas yang beraneka ragam dan bersifat spesifik pula. Keterkaitan antara ruang umum dan kegiatan yang berlangsung didalamnya merupakan dua hal yang penting untuk menghadirkan kaki lima tersebut. Ruang-ruang umum yang dimaksud adalah ruang atau bangunan yang diperuntukan bagi kepentingan umum. Dengan demikian bentuk fisiknya tidak terbatas pada jalur pedestrian atau didepan pasar, melainkan juga sangat beragam misalnya, taman-taman terbuka, dibawah pohon tepi jalan, dsb. Kaki lima pada prinsipnya adalah kegiatan-kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan utama yang berada di kota. Bentuk kegiatan tersebut antara lain dapat berupa: Penjual makanan (food services) Penjual majalah/koran, buku (bekas) Penyedia jasa otomotif seperti bengkel Penjedia fasilitas kebutuhan sehari-hari rokok, sabun, permen, dsb). Keberadaan dari kaki lima ini sangat dilematis bagi kawasan perkotaan karena tumbuhnya sangat sukar untuk diprediksikan, serta apabila tidak ditata dan dirancang penempatannya keberadaan kaki lima ini akan cenderung semrawut dan berkesan kumuh. Di Kota Putussibau umumnya kondisi kaki lima ini sangat menonjol adalah munculnya banyak kios-kios, warung-warung diantara areal pertokoan, perdagangan dan perkantoran, jasa, bahkan di kawasan permukiman. Perkembangan di masa yang akan datang pertu dialokasikan penempatan kaki lima tersebut terutama di kawasan yang direncanakan berkembang bagi peruntukan perdagangan dan jasa. e) Boks Telepon Umum Fasilitas lain sebagai penunjang kegiatan lingkungan perumahan yang ada di kawasan perencanaan adalah Telepon Umum dimana berdasarkan hasil pengamatan di
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 5
lapangan temyata tidak ditemukan adanya boks telepon. Walaupun perkembangan pemakaian telepon seluler secara signifikan telah menggantikan keberadaan box telepon, tetapi keberadaan box telepon secara umum tetap masih diperlukan. f) Tempat Sampah Tempat sampah merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penataan ruang kawasan. Pada lokasi studi diperiukan adanya penataan ulang pada desain tempat sampah yang terdapat di pinggir jalan pada seluruh Kawasan perencanaan. Tempat sampah dipisahkan dan ditata sedemikian rupa agar terlihat jelas, memiliki daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan dan mudah dipindahkan ke gerobak pengangkut sampah. Untuk lokasi Kawasan yang banyak terdapat pusat kegiatan masyarakat, perlu diberikan tempat sampah dengan desain tersendiri, yang selain untuk fungsi kebersihan juga sebagai unsur estetika kota. Peletakan bak sampah perlu diatur sedemikian rupa untuk memudahkan dalam hal membuang sampah dan pengangkutan, tetapi tidak menimbulkan kesan Kawasan jaian yang penuh dengan bak sampah. g) Sarana Utilitas Sebagai sarana kelengkapan, dikawasan perencanaan juga dibahas jaringan utilitas kota yang meliputi, air bersih, listrik, dan telepon. Yang akan dibahas di sini adalah unsur-unsur dari masing-masing utilitas yang turut menentukan kualitas wajah lingkungan. (i) Air Bersih Untuk penataan wajah kota terkait pengadaan utilitas umum, maka pada penataan utilitas air bersih perlu ditekankan beberapa hal; yaitu: Dalam pembangunan jaringan air bersih berupa perpipaan yang diletakkan di bawah jaringan jalan perlu disinkronkan dengan rencana dinas lain selain dari PDAM, seperti Dinas Kimpraswil dan Dinas Perhubungan, karena rencana pembangunan yang tidak sinkron akan merusak jaringan jalan dan menghamburkan biaya. Pembangunan hidran untuk pemadam kebakaran perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang kota, dimana peletakannya diarahkan pada tempat-tempat yang padat, pusat keramaian dan rawan kebakaran. (ii) Listrik
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 6
Dalam penataan jaringan listrik yang perlu diperhatikan adalah penataan tiang dan kabel listrik. Tiang listrik ditata sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kesan Kawasan yang penuh dengan tiang. Sedangkan kabel listrik perlu diperhatikan agar tidak nampak berseliweran menggantung di udara, memiliki jarak aman dan tidak terlalu banyak bersinggungan dengan pepohonan. Jika tiang listrik juga ditempeli dengan PJU kota, maka jarak tiang diatur sedemikian rupa agar pencahayaan di malam hari dapat tersebar secara merata. (iii)Telepon Sama halnya seperti pengadaaru air bersih dan listrik, ditinjau dari kebutuhan kuantitasnya bagi daerah studi sudah terpenuhi dan tak ada masalah. Namun dari segi kualitas wajah Lingkungan, beberapa hal perlu diperbaiki. Yang pertama ialah kabel-kabel udara sistem jaringan telepon masih banyak yang belum teratur. Pemasangan tiang yang ada juga belum sesuai kaidah rancangan kota, sehingga belum menyatu dengan lingkungan. (iv) Drainase Pengembangan system drainase di wilayah perencanaan diarahkan pada kombinasi saluran terbuka dan tertutup. Saluran tertutup akan dikembangkan pada sub kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi sedangkan di luar sub kawasan itu dikembangkan saluran terbuka. (v) Sanitasi Untuk jaringan sanitasi di Kawasan sebaiknya menggunakan sistem sanitasi dengan saluran IPAL yang terintegrasi dengan saluran drainase. Dengan pemisahan limbah, dan berada di bawah permukaan jalan. Selain itu juga dilengkapi dengan bak-bak pemerinksa fungsi saluran. Dalam perkembangannya nanti perlu dirawat kinerjanya, karena letak saluran yang tumpang tindih dengan saluran drainase.
LAPORAN PENDAHULUAN
4. RENCANA OPERASIONAL
4.1 Jadwal Penyelesaian Pekerjaan Dan Teknik Presentasi
Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kota Putussibau, diperkirakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk proses penyusunan rencana ini, hingga menghasilkan laporan akhir adalah selama 120 hari kalender (atau 4 bulan). Kegiatan penyusunan Rencana dalam jangka waktu tersebut meliputi enam tahapan kegiatan, seperti dijelaskan berikut ini.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 8
data-data yang belum didapatkan, survai lapangan untuk pengenalan wilayah perencanaan, dan kompilasi data. III. Tahap Analisis dan Perumusan Masalah Tahapan analisis ini memiliki bobot 42 % dari keseluruhan pekerjaan, dan pada dasarnya terdiri dari dua kelompok kegiatan, yaitu kegiatan analisis itu sendiri dan perumusan / identifikasi permasalahan. Kegiatan identifikasi lebih merupakan kegiatan yang sangat tergantung pada hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Analisis yang dilakukan pada dasarnya terdiri dari dua aspek, yaitu kajian terhadap internal dan kajian eksternal (keterkaitan dengan kawasan sekitarnya). Diperkirakan tahapan ini diselesaikan dalam waktu lima minggu. IV. Tahap Penyusunan Rencana Tahapan ini merupakan tahapan akhir proses perencanaan sebelum dilakukan seminar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain: penetapan arah, tujuan, strategi, dan kebijaksanaan pengembangan kawasan, penyusunan konsepsi tata ruang, rencana struktur tata ruang, rencana alokasi pemanfaatan ruang, rencana pengembangan fasilitas dan utilitas, rencana pengembangan bagian wilayah kota, rencana pengembangan obyek khusus, dan rencana pelaksanaan yang mencakup indikasi program, mekanisme pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kota. Mengingat pentingnya penyusunan rancangan rencana ini, maka tahapan ini memiliki bobot 12 % dari keseluruhan proses perencanaan dan diselesaikan dalam waktu empat minggu. V. Seminar Seminar merupakan pembahasan terhadap hasil sementara perencanaan tata ruang dihadapan instansi / lembaga pemerintahan yang berwewenang di daerah tingkat II. Di dalam seminar ini, apa yang telah dihasilkan dapat diteliti dan diuji keakuratan dan kebenarannya. Seminar direncanakan diselenggarakan pada minggu ke-13. VI. Penyusunan Rencana Akhir Setelah dilakukan seminar, kemudian rancangan rencana disempurnakan sesuai dengan perbaikan dan masukan yang diperoleh dari seminar tersebut. Tahapan ini diperkirakan akan memakan waktu satu minggu, dan memiliki bobot sebesar 16 % dari keseluruhan pekerjaan. Rencana akhir inilah yang menjadi pedoman dan acuan bagi Pembangunan Kawasan.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
4 9
2) Laporan Kedua berisikan rumusan rancangan rencana berdasarkan potensi dan permasalahan kota yang telah dikaji dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Laporan ini merupakan bahan utama untuk Seminar di daerah untuk mendapat masukan dan penyempurnaan lebih lanjut. Laporan akhir sementara atau Buku Rancangan Rencana ini diserahkan pada minggu ke 13 saat akumulasi pekerjaan mencapai 84 %. 3) Laporan terakhir, yang merupakan laporan utama penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kota Putussibau, adalah produk Laporan Akhir atau Buku Rencana setelah dilakukan revisi berdasarkan pembahasan pada seminar. Buku Rencana ini dilengkapi dengan Album Peta yang merupakan kumpula peta-peta
Rencana Tata Ruang Kawasan Lapangan Udara Pangsuma Putussibau LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
5 0
rencana skala 1 : 1.000. Dengan dimasukkannya laporan ini pada minggu ke-17, maka seluruh pekerjaan selesai. Gambaran selengkapnya penjadwalan, jangka waktu pengerjaan, dan sistem pelaporan dapat dilihat pada Tabel 5.
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
5 1
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
5 0
dirangkap oleh Ahli Planologi, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Perusahaan. B. Ahli Planologi Selain seorang Ahli Planologi yang merangkap sebagai ketua tim di atas, pekerjaan ini ditangani pula oleh satu orang ahli planologi lain yang tugas utamanya adalah menyusun rencana kerja, meyusun kerangka pendekatan dan rincian proses perencanaan dari awal sampai akhir, mempersiapkan materi persiapan survey, menyusun outline setiap laporan serta secara teknis melakukan kajian-kajian ketataruangan. C. Ahli Muda Teknik Geodesi Tugas utama ahli geodesi ini adalah membuat peta dasar dan peta tematik wilayah perencanaan dengan ketelitian dan kelengkapan informasi sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan oleh perencana kota. Peta-peta tersebut terutama dibuat berdasarkan kondisi lapangan yang diperoleh secara langsung dengan pengukuran-pengukuran di lapangan. D. Ahli Teknik Sipil Ahli Teknik Sipil bekerja sama dengan arsitek dan perencana kota serta ahli teknik lingkungan mendisain sistem transportasi kota dan berbagai utilitas yang direncanakan. E. Ahli Arsitektur Arsitek bekerja sama dengan ahli teknik lingkungan dan teknik sipil bertugas merumuskan ciri khas arsitektur kota dan potensi alami yang estetis arsitektural serta dalam tahap rencana menyusun desain tata letak dan ketinggian bangunan beserta lansekapnya. F.. Ahli Teknik Lingkungan Tugas utama ahli teknik lingkungan adalah menyusun rencana sistem pembuangan limbah, pengeringan air hujan, pola distribusi air bersih bagi tapak-tapak yang telah didesain oleh arsitek. Tabel 6 : Mobilisasi Demobilisasi Personil
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA OPERASIONAL
Tabel 6 BEBAN PERSONIL DALAM PENY USUNAN RTBL KOTA SAMBAS (Koridor Lingkar Selatan Sambas-Kartyasa)
MINGGU KE OB 1 1 2 3 4 5 K etua Tim / Ahli Planologi Ahli Teknik Sipil Ahli Geodesi / Pemetaan Ahli Arsitektur Ahli Teknik Lingkungan J UMLAH (ORANG-BULAN) AKUMULASI (ORANG-BULAN) 4.00 1.00 2.50 1.75 1.75 11.00
0.25 0.25 0.50 0.50 0.40 0.40 0.40
5 1
NO
TIM PENYUSUN
2 0.25
3 0.25
4 0.25
5 0.2
6 0.2
7 0.2
8 0.2 0.25
10 0.25
11 0.25
12 0.25
13 0.25 0.25
14 0.25
15 0.25
16 0.25
17 0.25 0.25
0.25
0.25
0.25
0.2
0.2
0.2
0.25 0.25
1.00 0.25 0.25 0.50
1.25
0.25
0.50
1.00
1.50
1.90
2.30
2.70
3.85
5.00
6.00
7.00
7.75
8.75
9.00
9.25
9.75
11.00
G. Staf Pendukung Staf pendukung terdiri dari seorang administrator proyek, dua orang asisten ahli, seorang juru gambar (ahli CAD), dan seorang operator komputer (word processor & spreadsheet), bertugas mendukung keseluruhan proses penyelesaian pekerjaan dari tahap persiapan sampai tahap penyelesaian laporan akhir baik teknis maupun admisitratif. Di samping itu, untuk kegiatan pengukuran/survey lapangan dikerahkan 6 orang surveyor dan beberapa tenaga lokal untuk membantu Ahli Teknik Geodesi. Pengerahan tenaga kerja disusun berdasarkan network dan tugas masing-masing personil yang telah ditetapkan. Mobilisasi dan demobilisasi serta beban personil (load) dapat dilihat pada Tabel 6.
LAPORAN PENDAHULUAN