You are on page 1of 113

BAB I ORGAN REPRODUKSI WANITA

A. Organ Genetalia Eksterna Wanita Mons Veneris Mons veneris adalah lapisan pulir yang di selimuti lemak, membantli as.pubikum, setelah pubertas rambut tumbuh di atas mon pubis dan labia mayona. Labia Mayora (Bibir besar kemaluan) Labiya mayora terdapat rambut dan kelenjar sebasea, memanjang dan mon pubis sampai dekat rektum sekitar 1 inci. Labia Minora (Bibir kecil kemaluan) Labia minora terletak di antara labia mayora, tidak memiliki rambut, memiliki kelenjar minyak. Klitoris Organ yang serupa dengan penis pria ini memberikan respons terhadap respons seksual dan kemungkinan besar menjadi area yang paling erotis dari tubuh wanita. Vulva Vulva merupakan alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan, dan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum. Vestibulum Vestibula adalah ruang segitiga di antara labia. Uretra, vagina, dan kelenjar bartolin terbuka ke dalam vesbula. Duktus dan Kelenjar Skenes Duktus dan kelenjar skenes berfungsi mengalirkan sekresi pelumas.

Duktus Bartholini Duktus bartholini bertugas mengeluarkan sekresi untuk

mempertahankan kelembapan untuk kesehatan membran mukosa. Introitus Vagina (Lubang vagina) Introitu vagina merupakan pintu masuk ke dalam vagina. Hymen (Selaput darah) Hymen adalah selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya, hymenberlubang membentuk semilunaris, tapisan, septata/fimbria. Bila tidak berlubang, disebut atresia hyemenalis. Hymen akan robek pada saat koitus, apalagi setelah bersalin, dan sisinya disebut kurinkula hymen. Orifisium Uretra Eksterna (Lubang kemih) Orifisium uretra eksterna adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Di sekitar lubang kemih bagian kanan dan kiri terdapat lubang kelenjar skene (sekresi). Perineum Perineum terletak di antara vulva dan anus

B. Organ Genatalia Interna Wanita Vagina (Liang senggama) a. Suatu kanal maskular; panjang sekitar 7,62 cm; menghubungakan uterus dan vulva. b. Ukuran dinding depan 8 cm, dinding belakang 10 cm, bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat disebut rugae. c. Menerima penis dan semen saat koitus, mengeluarkan aliran menstruasi, dan menjadi saluran melahirkan. d. Menjorok ke dalam vagina bagian atas sehingga terbentuk ruang antara serviks dan dinding vagina disebut fornikus. e. Dinding banyak lipatan disebut rugae, yang memungkinkan perenggangan selama melahirkan dan koitus.

Uterus Bentuk kubah, buah pear, organ maskilar, berukuran hampir segenggam. Menjorok ke depan, anterfleksi. Terletak di dalam pelvis, antara kandung kemih dan rektum. Ditopang oleh ligamentum (L): L. Latum: melekat pada kedua sisi uterus, ada pembuluh darah, dan persarafan. L. Uterosakralis: menghubungkan uterus dan sakrum pada kedua sisi rektum. L. Kardinale: menahan uterus agar tidak jatuh ke vagina. L. Teres: memanjang dari uterus dekat tuba uterus melewati kanalis inguinalis sampai labia mayora.

Bagian-bagian dari uterus 1. Seviks (Mulut Rahim): a. Pars supra-vaginal, dan b. Pars vaginal sering disebut portio o Orifisium uteri interna (OUI), Terbuka ke dalam uterus. o Orifisium uteri eksternus (OUE), Terbuka ke dalam vagina. o Kanalis Servikalis: Merupakan area di antara kedua OUI dan OUE. o Ismthmus/SBR (Segmen bawah rahim) merupakan bagian rahim antara serviks dan korpus uteri. o Bagian ini penting saat kehamilan dan persalinan karena akan mengalami perenggangan. 2. Korpus uteri (Badan rahim) Bagian utama rahim: merupakan 2/3 bagian dari rahim. Pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat utama bagi janin untuk hidup dan berkembang.

Ada tiga lapisan dinding: a. Endometrium (lapisan mukosa/bagian dalam). b. Myometrium (lapisan otot/di tengah). c. Peritoneum/parametrium (lapisan serosa/bagian luar) 3. Kavum uteri (rongga rahim) 4. Bagian rahim antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri.

Tuba Fallopii (Saluran telur) 1. Jumlahnya dua, disebut juga tuba fallopi atau oviduk. 2. Tuba fallopii merupakan saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjang 12-13 cm, diameter 3-8 mm. 3. Gerakan peristaltik dan silia tuba membawa ovum ke uterus. 4. Fimbrae di ujung tuba. 5. Gerakan fimbrae menyebabkan arus yang menyapu ovum menuju tuba. 6. Ovum sampai ke uterus membutuhkan waktu 5 hari.

Bagian-Bagian Tuba 1. Pars interstisial (merupakan bagian penghubung antara fundus dan tuba fallopii). 2. Ampula tuba (tempat terjadinya pembuatan atau konsepsi). 3. Ismust tuba (bagian tengah saluran tuba yang tersempit). 4. Infundibulum (merupakan ujung tuba yang terbuka ke rongga perut). 5. Fimbria (berguna untuk menangkap sel telur [ovum] yang kemudian akan disalurkan ke dalam tuba.

Ovarium (Indung telur): a. Merupakan kelenjar seks wanita. b. Jumlah dua buah. c. Sebesar buah almond. Ukuran 2,5-5 cm x 1,5-2 cm x 0,6-1 cm. d. Letak di sisi uterus kanan dan kiri, di bawah dan belakang tuba uterin. e. Ditopang oleh ligamen, yaitu lig. Ovarika dan lig.

Infundibulopelvikum, melalui ligamen tersebut mendapat suplai darah dan persarafan. f. Forikel terdapat dalam ovarium, dalam folikel terdapat ovum yang matang dan dikeluarkan dalam proses ovulasi. g. Ovarium menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.

Menurut strukturnya, ovarium terdiri dari: 1. Kulit (korteks) atau zona parenkimatosa, terdiri dari: Tunika albuginea, yaitu epitel berbentuk kubik. Jaringan ikat di sela-sela jaringan lain. Stroma, folikel primordial, dan folikel degraff. Sel-sel warthard.

2. Inti (medulla) atau zona vaskulosa, terdiri dari: Srtoma berisi pembuluh darah. Serabut saraf. Beberapa otot polos.

Pada wanita diperkirakan terdapat sekitar 100.000 forlikel primer. Seumur hidupnnya, wanita diperkirakan mengeluarkan 400 butir sel telur. Pada kurun waktu reproduksi tiap bulan 1 folikel atau kadang 2 folikel yang akan matang lalu keluar pecah dan muncul ke permukaan korteks.

Folikel Degraff yang matan berisi: Sel telur (ovum). Stratum granulosum. Teka interna. Teka eksterna. Discus proligerus. Liquor fillikuli.

Fungsi indung telur yang utama: Menghasilkan sel telur (ovum); Menghasilkan hormon-hormon (progesteron dan estrogen); Ikut serta mengatur haid.

BAB II ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI


A. Genetalia Eksterna 1. Penis Penis tergantung lunglai antara dua paha, tergantung ke bawah di depan skrotum. Penis memanjang pada ujung distalnya membentuk struktur seberti buah jati belanda (Gland Penis). Penis tersusun atas tiga bagian antara lain: spons bersifat erektildan kaya pembuluh darah. Batang spongiosa ini dilapisi oleh selubung jaringan fibrosa yang kuat dan di luarnya ditutupi kulit yang merupakan lanjutan dari kulit skrotum dan inguinal (selangkangan). Kulit yang menutupi gland penis melipat ke belakang membentuk prepusium. Penis dilalui oleh bagian dari uretra yang bekerja sebagai jalannya sperma maupun oleh sekresi urin. Ada suatu otot spinter kecil yang mencegah masuknya sperma dan urine secara bersamaan. 2. Skrotum Skrotum adalah struktur yang tertutup oleh kulit dan termpat bergantungnya penis. Skrotum terbagi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruang masing-masing berisi testis dan satu epididimis dan bagian permulaan vas deferen. Skrotum tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot yang dapat mengadakan retraksi (penarikan ke atas).

B. Genetalia Interna 1. Testis Ukuran, bentuk, dan penampilan: testis merupakan struktur yang berbentuk oval warna putih, panjang kira-kira 4 cm, lebar 2,5 cm, dan tebal 3 cm. Masing-masing beratnya antara 10 sampai 14 gram. Struktur makroskopik: testis diselubungi oleh kapsul pelindung fibrosa yang disebut Tunika Albuginea dan ditutupi lagi oleh membran sekrosa yang disebut Tunika Vaginalis yang

memungkinkan masing-masing testisdapat bergeraksecara bebas dalam skrotum. Struktur mikrokopoik: jaringan glanduler (kelenjar) menyusun testis dibagi menjadi 200-300 lobus, tiap lobus berisi Tubulus Seminiferus yang berkelok-kelok bermuara dalam Vas deferens. Tubulus seminiferus mulai berkembang dari sel-sel sinsitium pada anak laki-laki umur 7 tahun dan berkembang cepat sampai dengan umur 16 tahun, testis mencapai ukuran dewasa. Fungsi testis ada dua, yaitu untuk memproduksi testosteron (hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder kejantanan), dan untuk memproduksi spermatozoa. 2. Tubulus Seminiferus Tubulus seminiferus merupakan lobus-lobus tempat penghasil sperma. Kelak tubulus seminiferus akan dimatangkan pada bagian Epididimis. 3. Epididimis Epididimis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok,

panjangnya 6 meter. Epididimis menghubungkan testis dengan Vas deferens.

Tubulus mempunyai epitel bersilia yang melapisi bagian dalam yang berguna untuk membantu spermatozoa bergerak menuju vas deferens.

4. Vas Deferens Vas deferens berbentuk tabung yang masing-masing panjangnya 45 cm. Vas deferens berfungsi untuk mengangkut spermatozoa dari epididimis ke uretra pars prostatica. Vas deferens tidak seperti epididimis (tidak punya epitel bersila karena sekresi Vesicula Seminalis dan prostat merupakan medium untuk pengangkutan spermatozoa). Vas deferens ini merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong saat Vasektomi. 5. Ductus Seminalis Panjang ductus seminalis kira-kira 18 ini atau kira-kira 27 cm. Ductus seminalis merupakan tempat mengalirnya sperma dari epididimis dan vas deferens yang melewati ductus seminalis. 6. Vesika seminalis Vesika seminalis merupakan kantong-kantong kecil berbentuk tidak teratur panjangnya 5 cm) Vesika seminalis terletak di antara vesica urinaria dan rectum. Vesika seminalis mengandung banyak fluktosa, asam sitrat, dan bahan nutrisi lainnya (Prostaglandin dan fibrinogen). Prostaglandin diperkirakan membantu proses pembuahan dengan cara: a. Bereaksi dengan mucus serviks untuk membuat serviks lebih respektif terhadap gerakan sperma. b. Mungkin menyebabkan kontraksi peristaltik, baik dalam uterus maupun tuba fallopii untuk menggerakkan sperma mencapai ovum (beberapa sperma mencapai ujung atas tuba fallopii dalam waktu 5 menit). yang

Vesika seminalis berfungsi mensekresi cairan yang kental berwarna kekuning-kuningan yang ditambahkan pada sperma untuk membentuk cairan seminal.

Cairan tersebut mengandung glukosan dan bahan lain untuk memberi makan/nutrien kepada sperma. Masing-masing vesika bermuara pada ductus seminal yang bergabung dengan vas deferens pada sisi yang sesuai untuk membentuk ductus ejaculatorius.

7. Ductus Ejaculatorius Masing-masing ductus ejaculatorius ini dibentuk dari persatuan vas deferens dengan dutus seminalis. Ductus ini berjalan melewati prostat dan bertemu dengan uretra. Ductus ini menghubungkan vas deferens dengan uretra.

8. Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan struktur yang berbentuk kerucut yang panjangnya 4 cm, lebar 3 cm, tebal 2 m, dan berat 8 gram. Prostat mengelilingi bagian atas uretra dan terletak dalam menghubungkan langsung dengan serviks, vesika urinaria. Jaringan otot prostat berfungsi membantu ejakulasi. Beberapa fungsi kelenjar prostat: a. Mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan fibrinolisin. b. Kelenjar prostat ini menambah jumlah semen. c. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum karena cairan vas deferens relative asam akibat adanya asam nitrat. d. Secret vagina bersifat asam (pH 3,5-4). e. Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai dengan pH 66,5. Penyebabnya adalah suatu kemungkinan bahwa cairan prostat menetrakan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan meningkatkan fertilitas sperma.

9. Glandula Bulbourethralis (Cowper) Glanula Bolbourethralis merupakan kelenjar kecil sebesar kacang kapri, berwana kuning, terletak di bawah prostat. Saluran kelenjar ini panjangnya 3 cm, bermuara dalam uretra sebelum mencapai bagian penis. Glandula ini mengeluarkan sedikit cairan sebelum ejakulasi dengan tujuan melumasi penis sehingga mempermudah masuk ke dalam vagina. 10. Cairan Seminalis Cairan seminalis adalah cairan tempat berenangnya spermatozoa. Cairan ini memberi makan kepada spermatozoa dan membantu motolitas spermatozoa. Setelah berjalan dari vesika seminalis dan ductus seminalis, cairan ini berjalan melalui ductus ejaculatorius ke uretra, di sini ditambahkan sekresi prostat dan glandula bulbourethralis. Maka, terjadilah ejakulasi. Sekresi prostat ini merupakan komponen paling besar dari cairan seminal. Cairan semen yang diejakulasikan selama aktifitas seksual pria terdiri atas cairan dan sperma yang berasal dari: a. Vas deferens ( 10% dari keseluruhan semen) merupakan cairan terbesar semen; b. Cairan dari kelenjar prostat ( 30%); c. Sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa (terutama kelenjar bulbouretralis) Rata-rata pH campuran semen mendekati 7,5. Cairan prostat bersifat basa yang akan menetralkan keasaman yang ringan dari bagian semen lain. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu. Cairan yang berasal dari vesika seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental.

Sekali sperma diejakulasikan ke dalam semen, jangka waktu tidur selama maksimal 24-48 jam pada suhu tubuh. Pada suhu menurun, semen dapat disimpan untuk beberapa minggu ketika dibekukan pada suhu kuran gari 100C, sperma dapat disimpan sampai dengan bertahun-tahun.

Jenis Sperma ada dua: 1. Androsperma Mengandung kromosom Y; Sifat alkali; Umur 24 jam; Kepala bulat kecil. 2. Ginosperma Kromosom X; Sifat basa; Umur 24-48 jam; Kepala oval.

BAB III HORMON REPRODUKSI PADA WANITA DAN PRIA

A. Hormon pada Wanita 1. Estrogen Ovarium merupakan penghasil esterogen utama. Estrogen dihasilkan oleh folikel dan korpu luteum pada ovarium dan plasenta selama kehamilan. 17-Estradiol merupakan hormon estrogen primer yang asalnya dari ovarium. Pada kehamilan, plasenta menghasilkan estradiol dalam jumlah yang sangat melimpah, Evarium mengsekresi estradiol (E2) dan Estron (E1), sedangkan plasenta mensekresi estron (E1), Estradiol (E2), dan Estriol (E3). Ovarium juga menghasilkan progresteron dalam jumlah besar selama fase lutel dari siklus. Estrogen berfungsi untuk: Meningkatkan lipogenesis jaringan adipose; Merangsang maturasi organ seks wanita; Mengurangi laju resorpsi tulang; Meningkatkan kadar triasilgliserol darah; Menurunkan kolesterol darah, meningkatkan lipoprotein

berdebritas tinggi (HDL), menurunkan lipoprotein berdebritas rendah (LDL); Meningkatkan sintesis protein heparin, seruloplasmin, CBG, TBG; Menurunkan clotting time; Meningkatkan aggregasi platelet. Produksi estrogen terjadi terutama dalam sel granulose ovarium.

Sekresi esterogen meningkatkan respons terhadap pelepasan FSH dari pituitary anterior. Pada nukleus hipotalamus dan gonadotropin kelenjar pituitary anterior, jika peningkatan kadar estradiol serum, akan menekan pelepasan GnRH dan FSH melalui efek umpan balik negatif.

Hormon ovarium berfungsi menyiapkan komponen struktural pada sistem reproduksi wanita bagi proses reproduksi dengan cara: Mematangkan sel benih primordial; Mengembangkan jaringan yang akan memudahkan implantasi blastosit; Memberikan pengatur waktu hormon bagi ovulasi; Membentuk milieu yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan; Memberikan berbagai pengaruh hormonal bagi persalinan serta laktasi.

Esterogen merangasang proliferasi sel pada labia, vagina, uterus, tuba fallopii, dan jaringan payudara. Estrogen juga merangsan diferensiasi kelenjar mamae, meningkatkan pertumbuhan duktus, perkembangan sel stromal, dan pertumbuhan jaringan adipose di dalam payudara.

Estrogen berperan dalam penampilan dan pertumbuhan sekunder rambut dan penngkatan pigmentasi kulit labia mayora vagina, seperti daerah areola dan puting payudara setelah pubertas.

Estrogen mengatur transkripsi gen reseptor progestin, membuat ketersediaan reseptor untuk menaikkan respons sel target terhadap pelepasan progestin selama siklus menstruasi. Pada endometrium uterys, estrogen bersama progesteron mempersiapkan dan

mempertahankan endometrium untuk implantasi telur yang dibuahi. Estrogen membuat peka otot uterus atau miometrium untuk berkontraksi akibat rangsangan oksitosin saat partus.

2. Progesteron Progesteron disekresi oleh korpus luteum, sinyal pensekresi berasal dari LH. Progesteron berfungsi untuk mempertahankan (dengan estradiol) endometrium uterus untuk berimplatasi dan faktor diferensiasi kelenjar mamae. Progesteron dapat menyebabkan penurunan reabsorbsi natrium; meningkatkan suhu tubuh; menyebabkan hiperventilasi paru; dan menimbulkan perubahan dalam metabolime karbohidrat, protein, dan lemak. Steroid progestasional atau progrestin dihasilkan didalam ovarium, testis, kortek adrenal, dan plasenta selama kehamilan. Pada wanita progesteron (suatu progestin) disekresi oleh ovarium, terutama dari korpus luteum selama fase luteral dari siklus menstruasi. Sintesis dan sekresinya dari korpus luteum dirangsang oleh LH melalui sistem adenilat siklase-cAMP. Progestin bertanggung jawab untuk meningkatkan suhu tubuh basal yang mulai menurun setelah masa ovulasi dan tepat berhenti selama fase luteal dari siklus menstruasi. Progesteron dapat menyebabkan efek hipnitis di dalam otak, yang berakibat pada perubahan emosional dan fisik, yang kadang-kadang terlibat selama interval segera sebelum menstruasi (pramenstrual syndrome). 3. Androgen dan Relaksin Ovarium normal menghasilkan androgen poten, seperti testosteron, dihidrostenediol, dan dehiroepiandroteron (DHEA) meskipun

androstenedion akan diubah menjadi testosteron di jaringan perifer, namun hanya testosteron dan dihidrotestostero yang memiliki aktifitas androgenik yang bermakna. Wanita normal menghabiskan 300 g testosteron dalam 24 jam dan seperempatnya di bentuk langsung di ovarium.

Dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) dalam jumlah besar memiliki efek metabolik penting yang dapat menghambat atherosclerosis dan memperpanjang usia.

Relaksin merupakan polipeptida yang diekstrasi dari ovarium. Relaksin berperan dalam persalinan, yaitu menyebabkan relaksi dari ligamentum-ligamentum pelvis dan melunakkan serviks uteri. Relaksin dijumpai dalam ovarium, plasenta, uteru dan dalam darah. Sintesis relaksin terlihat pada sel granulose yang mengalami luteinisasi dari korpu luteum. Relaksin juga berperan dalam meningkatkan sintesis glikogen dan ambilan air miometrium dan mengurangi kontraksilitanya.

4. Hormon Plasenta Estrogen; Progesteron; HCG (Hormon Chorionik Gonadotropin); Secara struktural hampir sama dengan LH. hCG merupakan glikoprotein yang terdiri dari 237 asam amino. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG meningkat dua kali lipat setiap 1-2 hari. Puncak kadar hCG akan tercapai dalam pertengahan trisemester pertama dan selanjutnya mengalami penurunan. hCG dihasilkan oleh jaringan tropoblas. Sekresi hCG secara cepat meningkat setelah implantasi dan mencapai maksimum 7 hari setelah ovulasi. Kadar hCG kemudian menurun sampai rendah pada 16 minggu setelah ovulasi. Kadar yang rendah berada hingga waktu persalinan. Stimulasi produksi progesteron dalam jumlah yang besar oleh kortus luteum dipicu oleh kadar hCG yang semakin meningkat. Hormone hCG terbukti dapat meningkatkan konversi kolesterol lipid densitas rendah ibu menjadi pregnenolon dan progesteron.

Fungsi hCG adalah untuk mendukung korpus luteum sampai plasenta menghasilkan progesteron dalam jumla cukup. hCG juga diproduksi oleh neoplasma tropoblastik, seperti mila hidatidosa dan karsinoma. Fungsi utama hCG adalah mendukung korpus luteum pada akhir siklus menstruasi dan menyebabkan korpus luteum mensekresi lebih banyak estrogen dan progesteron. hCG juga menyebabkan peningkatan ukuran korpus luteum, merangsang sel interstisial pada testis, menyebabkan produksi testosteron pada janin laki-laki, dan sekresi hCG juga menyebabkan penurunan testis janin ke dalam skrotum. LPH (Lactogen Plasenta Hormon) hPL dibuat dari sinsitiotropoblas. hPL juga disebut korionik somatomammotropin (hCS). Hormon ini mempunyai sifat biologis campuran prolaktin dengan hormon pertumbuhan. hPL merupakan suatu protein yang tersusun dari 190 asam amino, strukturnya mirip dengan hormon pertumbuhan dan hormon prolaktin.

B. Hormon pada Pria 1. Dehydroepiandrosteron (DHEA) Disekresi dari sel retikulris kelenjar adrenal. DHEA mempunyai fungsi, yaitu dalam berbagai efek protektif, merupakan androgen lemah, dapat dikonversikan menjadi estrogen, menambah enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6-PDH), dan juga mengatur koenzim NAD+. 2. 17-Estradiol Disekresi dari folikel ovarium, korpus luteum (sel sertoli) Sinyal pensekresi berupa FSH

Estradiol berfungsi pada wanit untuk mengatur sekrei gonadotropin pada siklus ovarian. Pada laki-laki estradiol untuk umpan balik negatif pada sintetis testosteton oleh sel leydig.

3. Androgen Androgen khususnya testosteron dan dihidrotestosteron. Fungsi testosteron dan dihidrotestostron adalah: Diferensiasi seks; Spermatogenesis; Pengembangan pprgan seks sekunder dan struktur pelengkapnya. Androgen juga merangasang replikasi sel dalam sebagian jaringan sasaran.

BAB IV FISIOLOGI HAID

Selama 1 Bulan, masa (stadium) dibedakan menjadi empat, antara lain: 1. Stadium Menstruasi (3-5 hari) 2. Stadium Proliferasi Berfungsi menambah afnitas reseptor estrogen sekaligus

mempersiapkan reseptor progesteron. FSH mengeluarkan estrogen dari ovarium pada stadium ini; Fase ini berlangsung hari ke 5-14 setelah HPHT.

Stadium Proliferasi, dibagi dalam: a. Stadium proliferasi dini Endometrium tipis, tebalnya 2 mm. Kelenjar-kelenjarnya lurus. Epitel-epitelnya lebih rendah. Intinya basal. b. Stadium proliferasi lanjut Endomertium jadi lebuh tebal. Akibat bertambahnya stroma akibat pemecahan sel-sel. 3. Stadium Sekresi LH mengeluarkan progesteron dari korpus luteum. Fase ini berlangsung hari ke- 14-28 setelah HPHT.

Stadium sekresi, dibagi dalam: a. Stadium sekresi dini Lebih tipis dari fase sebelumnya. Karena kehilangan cairan. Tabalnya 4-5 mm.

Pada saat ini lapisan terbagi dalam beberapa bagian: o Stratum Basale Lapisan dalam yang berbatasan dengan lapisan otot, inactive kecuali mitosis pada kelenjar. o Stratum Spongiosum Lapisan tengah terbentuk anyaman, seperti spons, ini disebabkan kelenjar-kelenjar yang banya melebar dan berkelok-kelok dengan stoma yang sedikit di antaranya. o Stratum Compactum Lapisan permukaan, saluran kelenjar yang sempit, lumennya berii secret, stroma yang berlebihan, dan memperlihatkan oedem. b. Stadium sekrei lanjut Tebalnya 5-6 mm. Merupakan peningkatan dari fase sebelumnya. Pada stadium ini, endometrium sekarang sangat vaskuler, kelenjar sangat banyak berkelok-kelok, kaya dengan glycogen sehingga sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sel stroma sitoplasmanya bertambah. Pada kehamilan sel stroma ini akibat pengeruh progesteron menjadi sel desidua. Membuluh darah tumbuh cepat sehingga berkelok-kelok dan terdapat pada lapisan compakta.

4. Stadium Premenstruasi (fase iskemia) Fase ini terjadi apabila ovum tidak dibuahi. Berlangsung selama 2-3 hari sebelum menstruasi. Gambaran terjadinya fase ini adalah: Degenerasi kortus luteum menjadikan Hormon estrogen dan progesteron menurun menyebabkan pengerutan lapisan

fungsional endometrium akibat dari vasokontriksi (penyusutan) arteri spiralis. Terjadi 4-24 jam sebelum menstruasi sehingga bagian yang nekrosis (kematian sel) terlepas berupa darah Menstruasi

5. Fase Menstruasi Menstruasi adalah pendarahan secara periodik, yaitu keluarnya darah berasa dari endometrium yang nekrosis. Terjadi sekitar 14 hari sesudah ovulasi pada siklus 28 hari. Darah haid sebagian besar berassal dari arteri dan vena. Pada permulaan haid akan terjadi robekan-robekan pada arteri spiral, kemudian terjadi hematom sehingga menggelembung dan robek akhirnya lepas. Dengan berkontraksinya arteri spiralis menyebabkan pendarahan berhenti dan mulai proses regenerasi lapisan fungsional yang tadi luruh. Lama rata-rata haid adalah 5 hari (rantang 3-6 hari), rata-rata jumlah darah yan hilang 50 ml (rentang 20-80 ml), namun semua itu sangat bervariasi.

A. Menghitung Masa Subur Awal masa subur Puncak masa subur Akhir masa subur hari 1 menstruasi + 12 hari hari 1 menstruasi + 14 hari hari 1 menstruasi + 19 hari

BAB V PROSES KEHAMILAN

Agar suatu kehamilan dapat terjadi, harus ada: 1. Ovum (sel telur); 2. Spermatozoa (sel mani); 3. Konsepsi (pembuahan/fertilisasi); 4. Nidasi; 5. Plasentasi.

A. Ovum (Sel Telur) Oogenesis: proses pembentukan telur (ovum) dimulai pada masa kehidupan janin wanita. Saat dilahirkan, ovarium seorang bayi wanita berisi sel-sel yang dapat menjalani proses meosis seumur hidupnya. Sekitar 2.000.000 oosit primer (sel-sel yang menjalani pembelahan meosis pertama) berdegenerasi secara spontan. Hanya 400-500 ovum yang akan matang selama masa reproduksi wanita yang berlangsung sekitar 35 tahun. Oosit primer mulai pembelahan meosis pertama (yaitu proses mereplikasi DNA-nya) pada masa kehidupan janin, namun tahap ini akan bertahan sampai masa pubertas. Umumnya, tiap bulan 1 oosit primer yang akan menjadi matang dan menyelesaikan pembelahan meosis pertamanya menghasilkan dua sel berbeda, yaitu oosit sekunder dan 1 badan polar kecil. Keduanya mempunyai 22 otosom dan satu kromosom X. Saat ovulasi pembelahan meosis yang kedua dimulai, namun ovum, tidak akan menyelesaikan pembelahan meosis kedua jika terjadi fertilisasi.

Jika terjadi fertilisasi, dihasilkan badan polar yang kedua dan satu zigot (persatuan ovum dan sperma) Apabila tidak terjadi fertilisasi, ovum akan berdegenerasi.

B. Spermatozoa (Sel Mani) Saat mencapai pubertas, testis pria mulai mengalami proses

spermatogenesis. Pada pria, sel-sel yang menjalani meosis disebut spermatosit. Spermatosit primer yang menjalani pembelahan meosis pertama berisi kromosom-kromosom dalam jumlah diploid (dua pasang). Perlu diingat bahwa sel tersebut telah membuat salinan DNA-nya sebelum membelah sehingga ada 4 alel untuk setiap gen. Pada pembelahan meosis pertama, dihasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Tiap spermatosit sekunder mempunyai 22 otosom dan satu kromosom seks. Satu kromosom berisi kromosom X (ditambah salinannya) dan satunya kromosom Y (ditambah salinannya). Pada pembelahan meosis yang kedua, seorang pria menghasilkan 2 gamet yang masing-masing mengandung satu kromosom X dan dua gamet yang masing-masing mengandung kromosom Y. Semua itu akan berkembang menjadi sperma yang hidup

kromosom

(spermatozoa). C. Konsepsi (Pembuahan/Fertilisasi) 1. Pengertian Konsepsi Secara formal, konsepsi didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah ovum dan sebuah sperma yang menandai awal suatu kehamilan. Konsepsi merupakan satu rangkaian kejadian pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet, dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika semua rangkaian peristiwa tersebut berlangsung dengan baik, proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai.

Proses penghasil telue terjadi di dalam ovarium, khususnya folikel ovarium. Setiap bulan 1 ovum matang menjadi matur, dengan sebuah penjamu yang mengelilingi sel pendukung. Saat ovulasi, ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah karena kadar estrogen yang tinggi. Hal ini mengakibatkan peningkatan gerakan silia tuba tersebut untuk dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju rongga rahim (kavum uteri).

Ada dua lapisan pelindung yang mengelilingi ovum, yaitu lapisan pertama berup membran tebaltidak berbentuk yang disebut zona pelusida, lingkaran luar disebut corona radiata, yang terdiri dari sel-sel oval yang disatukan oleh asam hialuronat.

Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi. Apabila tidak difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan direabsorbsi.

2. Persiapan Sperma untuk Konsepsi Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal mengakibatkan pengeluaran semen yang mengandung 200-500 juta sperma ke dalam vagina. Sperma bergerak dengan gerakan flagel pada ekornya. Beberapa sperma dapat mencapai tempat fertilisasi dalam lima menit, tetapi rata-rata waktu yang dibutuhkan ialah 4-6 jam. Sperma akan tetap hidup dalam sistem reproduksi wanita selama 2-3 hari. Kebanyakan sperma akan hilang di vagina, di dalam lendir serviks, di endometrium, atau sperma memasuki saluran yang tidak memiliki ovum. Sewaktu sperma berjalan melalui tuba uterine, enzim-enzim akan dihasilkan di sana akan membantu kapasitas sperma. Kapasitas adalah perubahan fisiologis yang membuat lapisan pelindung lepas dari kepala sperma (akrosom) sehingga terbentuk lubang kecil akrosom, yang memungkinkan enzim seperti hiluronidase keluar. Enzim hialuronidase dibutuhkan agar sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum (corona radiate) sebelum fertilasi.

D. Proses Fertilisasi Fertilisasi berlangung di ampula tuba. Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum, akan berada dalam membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain. Peristiwa ini disebut reaksi zona. Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nukleus ovum menjadi pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar dan menjadi pronukleus pria, sedangkan ekornya akan berdegenerasi. Nukleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung sehingga dicapai jumlah yang diploid (46). Dengan demikian, konsepsi berlangsung dan terbentuklah zigot (ovum dibuahi sperma/sel pertama individu baru). Replikasi sel mitosis uang disebut pembelahan dimulai saat zigot berjalan sepanjang tuba uterina menuju uterus. Perjalanan membutuhkan waktu 34 hari karena telur yang difertilisasi membelah dengan sangat cepat, sedangkan ukurnnya tidak bertambah, terbentuk sel-sel kecil yang dinamakan blastomer. Blastomer terbentuk pada tiap pembelahan. MORULA 16 SEL Morula terdiri atas 16 sel, berupa bola sel padat yang dihasilkan dalam 3 hari. Morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona pelusida. Perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu morula mengapung bebas di dalam uterus. Cairan masuk ke dalam zona pelusida dan menyusup ke dalam ruang interseluler di antara blastomer. Selanjutnya, terbentuk ruang di dalam masa sel. Karena ruang interseluler itu menyatu, terbentuklah struktur yang disebut blastosis. Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio.

Masa sel padat sel bagian dalam berkembang menjadi embrio dan membran embrio, disebut amnion. Lapisan sel luar yang mengelilingi rongga, disebut tropoblas akan berkembang menjadi membran embrio lain, yaitu korion, bagian embrionik plasenta.

E. Nidasi/Implantasi Zona pelusida beregenerasi dan tropoblas melekatkan dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus anterior atau posterior. Antara 7-10 hari setelah konsepsi, tropoblas mensekresi enzim yang membantunya membenamkan diri ke dalam endometrium sampai seluruh bagian blastosis tertutup. Proses ini dikenal sebagai nidasi. Pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian wanita akan mengalami pendarahan ringan akibat nidasi (bercak darah). Villi korion yang berbentuk seperti jari terbentuk di luar propoblas dan menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung darah pada endometrium. Villi ini adalah yang mengandung banyak pembulu darah dan mendapat oksigendan gizi dari aliran darah ibu serta membuang karbondioksida dan produk sisa ke dalam darah ibu. F. Plasentasi Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua terbagi atas: Desidua basalis adalah bagian yang berlangsung berada dibawah blastosis tempat villi koron mengetuk pembuluh darah, disebut juga sebagai tempat plasentasi. Atau, terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim. Desidua kapsularis adalah bagian yang menutupi blastosis atau meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim, lama-kelamaan bersatu dengan desidua vera. Desidua vera meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya atau bagian yang melapisi sisa uterus. Coitus sperma masuk ke dalam vagina berjalan melalui canalis servikalis menuju cavum uteri, berjalan menuju saluran tuba fallopii selama di perjalanan ke ruba sperma membuat enzim hyalurinidase terakhir sperma berhenti di ampula menunggu ovum ovum yang matang saat ovulasi dikeluarkan oleh

ovarium ditangkap fimbria ovum yang matang berjalan melalui infudibulum lalu berhenti di ampula di ampula ovum bertemu dengan sperma hanya 1 sperma yang berhasil masuk ke dalam ovum dengan mengeluarkan enzim hyaluronidase untuk menghancurkan zona pelusida yang melindungi ovum sehingga sperma bisa masuk kedalam ovum dengan melepaskan ekornya lalu ovum dibuahi oleh sperma menghasilkan zigot zigot tadi akan membelah dari 2 sel, 4 sel, sampai dengan 16 se terbentuklah morula selama pembelahan berlangsung terjadi di sepanjang tuba (ampula dan ismust dan berakhir pembelahan di pars interstiasial) membutuhkan waktu 3-4 hari sampai ke uterus setelah pembelahan selesai (morula) di pars interstisial perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu morula mengapung bebas didalam uterus cairan masuk ke dalam zona pelusida dan menyusup kedalam ruang interseluler di antara blastomer ( sel kecil) selanjutnya terbentuk ruang di dalam masa sel karena ruang interseluler itu menyatu dan terbentuklah struktur yang disebut blastosis blastosis ini akan membentuk 2 sel dalam dan luar sel dalam akan berkembang menjadi embrio dan lempeng embrio (amnion) sel luar akan membentuk tropoblast tropoblas ini mengeluarkan zat untuk menghancurkan endometrium untuk nidasinya blastosit setelah implantasi atau nidasi lapisan endometrium dinamakan desidua bagian yang paling dekat dengan janin dinamakan desidua basalis yang akan menjadi tempat plasenta lalu desidua basalis akan ditutupi oleh desidua kapsularis yang lama-kelamaan akan bergabung dengan desidua vera.

BAB VI FISIOLOGI KEHAMILAN

A. Sistem Reproduksi 1. Uterus a. Ukuran Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini rahim membesar akibat hipertropi da hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higgroskopik, dan endometrium menjadi desidua. TFU MENURUT PENAMBAHAN PER TIGA HARI

Usia Kehamilan (Minggu) 12 16 20 24 28 32 36 40

Tinggi Fundus Uteri (TFU)

3 jari di atas simfisis Pertengahan pusat-simfisis 3 jari di bawah simfisis Setinggi pusat 3 jari di atas pusat Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px) Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)

b. Posisi Rahim dalam Kehamilan Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi. Pada bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri. c. Berat BENTUK UTERUS BERDASARKAN USIA KEHAMILAN

Usia Kehamilan Bulan Pertama

Bentuk dan Konsistensi Uterus Seperti buah alpuka. Ismust rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak (tanda Hegar).

2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan

Sebesar telur bebek. Sebesar telur angsa. Berbentuk bulat. Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis. Itulah sebabnya, bagian-bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan dinding perut.

d. Vaskularisasi Arteri uterin dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.

e. Serviks Uteri Serviks uteri bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak. Kondisi ini yang disebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena terjadi pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid dan ini disebut dengan tanda Chadwick. a) Ovarium Ovulasi berhenti, namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih

pengeluaran estrogen dan progesteron. b) Vagina dan Vulva Karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan. Kondisi ini disebut tanda Chadwick.

B. Payudara Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh aktivitas hormon, jaringan glandular dari payudara membesar dan puting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan. Estrogen menyebabkan pertumbuhan tubulus lactiferus dan ductus juga menyebabkan

penyimpanan lemak. Progesteron menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan mampu bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai peranan penting dalam perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi kolostrum dan air susu ibu. C. Sistem Metabolisme 1. Rongga Mulut Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesukaran menelan akibat nausea. Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah kalau terkena cidera ringan saja. Contohnya, pada saat

menggosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskuler yang disebut epulis. Saat kehamilan kadangkala timbul, tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah kelahiran. Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang meningkat atau kadang terjadi pada pengguna kontasepsi oral dan ibu yang mengalami defisiensi vitamin C. Tidak ada bukti yang baik bahwa kehamilan mendorong proses kebusukan pada gigi. 2. Motalitas Saluran Gastrointestinal Biasanya, ada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mengkin akibat jumlah progesteron yang besar selama proses kehamilan dan menurunnya kadar motalin, suatu peptida hormonal yang diketahui memengaruhi otot-otot halus (Christofids dkk., 1982) atau keduanya. Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgetik, waktu pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anestesis umumnya adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung. Karena pengaruh hormon estrogen, pengeluaran asam lambung meningkt yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi. Daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala, terutama pagi hari yang disebut morning sickness. Muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum. Bila muntah berlebihan sehingga menggangu kehidupan sehari-hari, disebut hiperemesis gravidarum. 3. Lambung dan Esophagus Pirosis umum terjadi pada kehamilan, paling mungkin disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke esofagus bagian bawah, posisi lambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada seringnya terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan lambung berubah selama kehamilan dengan tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari tekanan lambung lebih tinggi. Selain itu, pada saat yang bersamaan, peristaltis esofagus mempunyai keepatan gelombang dan amplitido yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom, 1978).

Perubahan-perubahan

tersebut

menyokong

terjadinya

refluks

gastroesofageal yang menimbulakn heart burn. 4. Usus Kecil, Besar, dan Appendik Karena kehamilannya berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang membesar ke arah atas dan ke arah lateral. Sebagai akibatnya, apendiks sebagai contoh biasanya bergeser ke arah atas dan ke arah lateral dan sering mencapai pinggang kanan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tonus dan motilitas dari lambung dan usus berkurang selama kehamilan. Hormon progesteron menimbulkan gerakan usus semakin berkurang (relaksasi otot-otot polos) makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorpsi, tetapi menimbulkan pula konstipasi yang merupakan keluhan dari ibu hamil. Konstipasi bisa juga terjadikarena kurangnya aktivitas/senam dan penurunan asupan cairan. 5. Hati Meskipun hati pada beberapa binatang jelas bertambah ukurannya, tidak ada bukti pembesaran tersebut pade kehamilan manusia (combes dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis hati yang didapat dengan biopsi, termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron, tidak ada perbedaan yang jelas pada morfologi hati yang terjadi sebagai respons terhadap kehamilan normal (Ingerslev dan Teilum, 1946). Perubahan terjadi secara fungsional, yaitu dengan menurunnya albumim plasma dan globulin plasma dalam rasio tertentu merupakan hal yang normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil, kondisi terebut dapat menunjukkan adanya penyakit pada hati. 6. Kandung Empedu Fungsi kantung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotin dari otot-otot halus. Potter (1936) menemukan selama melakukan SC cukup sering empedu teregang, namun hipotonik, aspirat empedu cukup kental. Umum diterima bahwa kehamilan menjadi predisposisi pembentukan batu empedu.

Perubahan Sistem pencernaan yang Dirasakan Ibu Hamil 1. Trimester I Perubahan sistem pernernaan yang dirasakan ibu hamil pada umumnya trimester pertama adalah rasa mual, baik yang sedang maupun berat, dengan atau tanpa terjadinya muntah setiap saat siang maupun malam. Apabila terjadi pada pagi hari, sering disebut morning sickness. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya (ngidam makanan) yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya adalah Pica (mengidam) yang seting dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi. 2. Trimester II dan III Pada trimester II dan III, biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut, khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas, dan lateral. Sebagian besar akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus, termasuk vena hemorhoid. Panas perut (heart burn) terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esophagus bagian bawah.

D. Sistem Muskulo Skeletal Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk susu terpenuh. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal. Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligamen-ligamen dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan mobilitas dari

sambungan/otot, terutama otot-otou pada pelvic.

Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus, menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada ibu hamil. Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidak nyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan. Sejak trimester I, akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligamen, juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut, terjadi peningkatan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Selama trimester kedua, mobilitas persendian akan berkurang, terutama pada daerah sikut dan pergelangan tangan dengan meningkatnya retensi cairan pada jaringan konektif/jaringan yang berhubungan di sekitarnya.

Perubahan Sistem Muskuloskeletal yang Dirasakan Ibu Hamil pada Trimester II & III Hormon progesteron dan hormon relaxing mennnyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada suatu minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebegai persiapan proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat coccigis bergeser ke arah belakang sendi punggul yang tidak stabil. Pada ibu hamil, hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung ada beberapa wanita. Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristik pada kehamilan normal. Untuk mengompensasi posisi anterior uterus yang

semakin membesar, lordoris menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah. Mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal, dan sendi pubis bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman di bagian bawah punggung, khususnya pada akhir kehamilan. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa, dan lemah dialami oleh anggota badan atas yang di sebabkan lordosis yang besar dengan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus (Crisp dan DeFrancesco, 1964). Ligamen rotundum, mengalami hipertropi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut.

E. Sistem Kardiovaskuler Hal yang khas, yaitu denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut permenit pada kehamilan. Karena diafragma semakin naik terus selama kehamilan, jantung digeser kekiri dan keatas, sementara pada waktu yang sama, organ ini agak berputar pada sumbu pajangnya. Akibatnya, apeks jantung digerakkan agak ke lateral dari posisinya pada keadaan tidak hamil normal, dan membesarnya ukuran bayangan jantung yang ditemukan pada radiograf . luasnya perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen, serta konfigurasi abdomen dan thorak. Besar jantung bertambah sekitar 12% dan meningkatkan kapasitas jantung sebesar 70-80 ml. 1. Trimester I Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mamae, dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Suplai darah ke dalam rahim harus meningkat seiring dengan perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang mulai berfungsi. Hormon estrogen

menyebabkan perkembangan pembuluh-pembuluh darah baru. Pada

awalnya, pembuluh-pembuluh darah baru ini membentuk jaringan berliku-liku melalui dinding rahim. 2. Trimester II Pada trimester II, ukuran jantung membesar karena ada peningkatan beban kerja yang disebabkan oleh meningkatnya cardiac output. Jantung juga dapat bergeser ke kanan dan ke kiri serta berputar di muka karena tekanan uteru meningkat yang disebabkan oleh perkembangan uterus. Cardiac output jantung yang meningkat mengakibatkan menurunnya sedikit daya tahan tubuh; dinding-dinding pembuluh darah mengalami relaksasi dan membesar akibat pengaruh hormon progesteron; kapasitas pembuluh darah dan kapiler juga bertambah; curah jantung akan bertambah sekitar 30%; bertambahnya hemodilus darah mulai tampak sekitar umur kehamilan 16 minggu; dan volume darah meningkat, tetapi tekanan darah cenderung akan menurun. 3. Trimester III Pada trimester III, volume darah semakin meningkat, yaitu ketika jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semacam pengenceran darah. Hemodilusi mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu, serum darah volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30%. Selama kehamilan, dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir semua organ dalam tubuh, terlihat adanya perubahan yang signifikan pada sistem kardiovaskuler. a. Jantung Perubahan-perubahan pada jantung adalah sebagai berikut: Cardiac ouput: jumlah darah yang dikeluarkan dari jantung per menit meningkat 30-50% karena adanya peningkatan volume darah. Sebagian besar peningkatan output terjadi karena peningkatan stroke volume, jumlah darah yang dikeluarkan per detakan jantung.

Namun, ada juga dipengaruhi oleh peningkatan heart rate sekitar 15% Pada wanita dngan ukuran jantung yang kecil dengan badan yang besar, detak jantung (heart date) akan meningkat sekitar 90-100 detakan/denyut permenit dan mereka mengalami pula kesulitan dalam menghadapi perubahan cardiovasculer dalam kehamilan.

Oleh karena itu, dapat terlihat penambahan beban pada jantung selama kehamilan. Pada kelainan hipertensi dalam kehamilan, terjadi vasospasme yang sangat meningkatkan beban jantung.

b. Tekanan darah Penurunan tahanan vascular perifer selama kehamilan terutama disebabkan oleh relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh hormon progesteron. Penurunan tersebut mengakibatkan

penurunan tekanan darah selama usia kehamilan pertama. Ada sedikit penurunan pada sistolik (5-10 mmHg) dan diastolik (10-15 mmHg). Tekanan darah sedikit demi sedikit akan naik ke level sebelum hamil pada saat usia kehamilan lanjut (aterm). Perasaan lelah dan menurunnya semangat/lesu merupakan hal yang biasa terjadi selama kehamilan. Hiperventilasi ringan juga normah selama kehamilan. Peningkatan volume darah bersamaan dengan distensi daari vena dan penambahan tekanan mekanik dari pembesaran uterus dapat menyebabkan oedema pada kaki, vulva, dan anal. Varises pada vena haemorrhoid adalah hal yang umum ditemukan terutama pada trimester III. c. Sindrom Hipotensi Supinasi Sindrom hipotensi supinasi ini disebabkan oleh tekanan dari uterus yang terus membesar terhadap vena cava inferior yang berdilatasi pada saat wanita hamil terlalu lama berada pada posisi terlentang. Uterus memblok pengambilan darah ke jantung dan berakibat timbulnya perasaan akan pingsan, pucat, berkeringat, dan pada saat

tekanan darahnya kita periksa, hasilnya akan rendah atau tidak terukur sama sekali. Keadaan ini dapat mempengaruhi janinnnya, terutama karena adanya pengurangan suplai oksigen dari plasenta. Tindakan asuhannya adalah dengan membaringkan wanita

tersebut pada posisi miring sehingga uterus tidak lagi menghalangi aliran darah ke jantung. d. Distribusi Aliran Darah Proporsi terbesar aliran darah diarahkan ke uterus (500 ml/menit), dengan tujuan untuk memberikan nutrisi yang baik pada uterus yang sedang berkembang dan janin di dalamnya. Terdapat aliran dalam jumlah yang sangat besar pula pada paru-paru, kulit (200 ml/menit), membran mukosa, dan pada ginjal (400 ml/menit). Pada kulit ditujukan untuk menghilangkan kelebihan panas yang ditimbulkan oleh meningkatnya metabolisme yang dialami pada kehamilan.

Perubahan Sistem Kardiovaskuler yang Dirasakan Ibu Hamil 1. Trimester I Pada akhit trimester I, mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahnya cardiac output. Hidung tersumbat/berdarah karena pengaruh hormon estrogen dan progsteron terjadi pembessaran kapiler, relaksasi otot vaskuler, serta peningkatan sirkulasi darah. 2. Trimester II dan III Terjadi adema dependen kongesti sirkulasi pada ekstremitas bahwa karena peningkatan parmeabilitas kapiler dan tekanan dari

pembesaran uterus pada vena cava inferior. Gusi berdarah karena trauma terhadap gusi yang karena pengaruh hormon estrogen sangat vaskuler, percepatan pergantian pelapis epitel gusi, dan berkurannya ketebalan epitel tersebut. Hemorrhid akibat tekanan uterus terhadap vena hemorrhoid.

Hipotensi supinasi karena terblokirnya aliran darah di vena cava inferior oleh uterus yang membesar apabila ibu pada posisi tidur terlentang.

Timbul spider nevi dan palmar erythema karena meningkatnya aliran darah ke daerah kulit. Varises pada kaki dan vulva karena kongesti vena bagian bawah meningkat sejalan tekanan karena pembesaan uterus dan kerapuhan jaringan elastis karena pengaruh hormon estrogen.

F. Sistem Integumen Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peeningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva, dan wajah. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal dengan chloasma atau topeng kehamilan. Bila terjadi pada muka, biasanya pada daerah pipi dan dahi dan dapat mengubah penampilan wanita tersebut. Linea Alba, yaitu garis putih tipis yang membentang dari simphisis pubis sampai umbilicus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra. Peningkatan pigmentasi ini akan berkuran sedikit demi sedikit setelah masa kehamilan. Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam darah dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan payudara bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis berwarna merah muda atau kecoklatan pada daerah tersebut. Tanda tersebut biasa dikenal dengan nama striae gravidarum dan bisa menjadi lebih gelap warnanya pada multigravida dengan warna kulit gelap atau hitam. Striae gravidarum ini akan berkurang setelah masa kehamilan dan biasanya tampak seperti garisgaris yang berwarna keperakan pada wanita kulit putih atau warna gelap/hitam yang mengkilap.

Pada kulit, terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore

stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadangkadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung yang disebut chloasma gravidarum. Estrogen dan progesteron telah dilaporkan menimbulkan efek perangsangan melanosit (Diczfalusy dan Troen, 1916).

1. Striae Gravidarum Striae gravidarum terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan, garisgaris sedikit cekung kemerahan pada umumnya timbul pada kulit abdomen kadangkala pada kulit paha dan payudara. Striae gravidum terjadi pada separuh wanita hamil. Pada wanita multipara, sering ditemukan bersamaan dengan striae kehamilan sebelumnya. 2. Diadtasis Rekti Kadang, otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan kepadanya, dan muskuli rekti terpisah di garis tengah sehingga membentuk diastasis rekti dengan lebar yang bervariasi. Kalau beraat, banyak bagian dari dinding uterus anterior yang hanya tertutup oleh kulit, fasia yang menipis, dan peritoneum. 3. Perubahan-Perubahan Vaskuler Kulit Angioma, nevus, dan telangiektasis (vascular spider), timbul pada sekitar 2/3 wanita kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitam selama kehamilan (Bean dkk., 1949). Angioma adalah bintik-bintik atau garis menonjol kecil merah pada kulit, khususnya terjadi pada wajah, leher, dada aas, dan lengan dengan radikel-radikel bercabang keluar dari badan sentralnya. Paling mungkin disebabkan oleh hiperestrogenemia. Palmar erythema (bintik-bintik merah pada bagian telapak tangan) juga sering ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada arti klinis yang akan segera menghilang setelah kehamilan berakhir.

Perubahan Sistem Integumen yang Dirasakan Ibu Hamil 1. Trimester I Palmar erythema (kemerahan di telapak tangan) dan pider nevi. Linea alba/nigra.

2. Trimester II dan III Chloasma dan perubahan warna aerola. Striae gravidarum (bulan 6-7).

G. Sistem Gastrointestinal Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit atau kenstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heart burn) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam labung dan karena relaksasi spinter di kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gatrikum, biasanya akan membaik karena asam lambung yang dihasilkan sedikit. H. Sistem Urinaria Pada trimester kedua, aliran darah ke ginjal meningkat dan akan menjadi hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara perlahan. Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerular. Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah penyebab peningkatan klirens kreatinin, urea, dan asam urat yang sangat direabsobsi pada awal kehamilan. Protein dan asam amino dangat sedikit direabsobsi, sementara asam amino dan vitamin ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam urine wanita hamil hanya protein yang tidak bisa ditemukan pada urine wanita hamil.

Ekskresi glukosa meningkat sebagai hasil peningkatan filtrasi glomerulus terhadap glukosa dibandingkan dengan pengeluaran reabsobi. Glikosuria merupakan hal yang umum dalam kehamilan dan biasanya berhubungan dengan kadar gula yang tinggi dalam darah. Dalam hal ini, keadaan wanita hamil harus dipantau untuk menghidari diabetes mellitus. Glukosuria dapat menyebabkan infeki saluran kemih. Walaupun ada 100 liter cairan ekstra yang dapat melalui tubuler ginjal setiap harinya, saluran urine mengalami pengurangan karena peningkatan reabsobi.

I. Sistem Endoktrin a. Hormon Plasenta Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin mengubah organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan menekan produksi tiroksin,

kortikosteroid, dan steroid. Akibatnya, plasma yang mengandung hormonhormon ini akan meningkat jumlahnya, tetapi kadarnya hormon bebas tidak mengalami peningkatan yang besar. b. Kelenjar Hipofisis Berat kelenjar hipofisis anterior meningkat sampai 30-50%, yang menyebabkan wanita hamil menderita pusing. Sekresi hormon prolaktin, adrenokortikotropik, tirotropik, dan melanocyt stimulating hormone meningkat. Produksi hormon perangsang folikel dan LH dihambat oleh estrogen dan progesteron plasenta. Efek meningkatnya sekesi prolaktin adalah ditekannya prohuki estrogen dan progesteron pada masa kehamilan. c. Kelenjar Tiroid Dalam kehamilan, normal ukuran kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran kira-kira 13% karena adanya hyperplasia dari jaringan glandula dan peningkatan vaskularisasi. Secara fisiologi, akan terjadi peningkatan ambilan iodine yang meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Walaupun kadang-kadang kehamilan dapat menunjukkan hipertiroid,

fungsi tiroid biasanya normal. Namun , peningkatan konsentrasi T4 (tiroksin) dan T3 (Triodotironin) juga dapat merangasang peningkatan laju basal. Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen stimulated hepatic dari tiroksin yang menekan glubolin. d. Kelenjar Adrenal Karena dirangsang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga kortikosteroid, termasuk ACTH. Hal ini terjadi usia kehamilan 12 minggu sampai dengan aterm. Peningkatan konsentrasi kortisol bebas pada saat kehamilan juga menyebabkan hiperglikemia pada saat setelah makan. Peningkatan plasma kortikol bebas juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kegemukan di bagian-bagian tertentu karena adanya penyimpanan lemak dan juga dapat merangsang adanya striae gravidarum.

J. Sistem Pernapasan Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungi sedikit berbeda dari biasanya karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah.

BAB VII FISIOLOGI PERSALINAN

A. Pengertian Persalinan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan adalah suatu proses fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan yang sangat besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, dan tanpa komplikasi, baik pada ibu maupun pada janin.

Pengertian persalinan menurut cara persalinan: Persalinan biasa (normal) atau yang disebut juga persalinan spontan adalah proses kelahiran bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan luar biasa (abnormal/buatan) ialah persalinan pervaginam dengan mnenggunakan bantuan alat-alat (misalkan, ekstraksi dengan forcep atau vacum) atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea. Persalinan anjuran ialah persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah dilakukan perangsangan, misalnya dengan pemecahan ketuban dan pemberian progstaglandin.

Menuru umur kehamilan, persalinan dibagi atas: Abortus (keguguran); Partus Prematurus; Partus Maturus atau aterm (cukup bulan); Partus Postmaturus (serotinus).

B. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memerhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. 1. Penyebab Persalinan a. Teori penurunan hormon; b. Teori plasenta menjadi tua; c. Teori distensi rahim; d. Teori iritasi mekanik; e. Induksi partus: Ganggang lamanaria; Amniotomi; Oksitosin drips.

2. Tanda Permulaan Persalinan Lightening/ settling/ dropping; Perut terlihat lebih melebar, fendus uteri turun; Sering BAK; Kontraksi Brackton Hicks mulai sering.

3. Tanda Inpartu His; Bloody show;

Peningkatan rasa sakit; Pendataran serviks; Pembukaan serviks (dilatasi); Keluarnya cairan atau selaput ketuban pecah dengan sendirinya.

C. Tahapan Persalinan 1. Persalinan Kala I Kala I adalah kala pembukaa yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Kala I (pembukaan) dibagi atas dua fase berikut. a. Fase Laten Fase laten, yaitu fase ketika pembukaan serviks berlangsung lambat; sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam. b. Fase Aktif Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas tiga subfase, yaitu sebagai berikut. Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaa menjadi 4 cm. Periode dilatasi maksimal (steady): berlangsung selama 2 jam. Pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam. Pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. Faktor pengaruh persalinan: Passage (jalan Lahir); Power (tenaga);

Passanger; Psikis ibu; Penolong.

2. Persalinan Kala II Kala II persalinan dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berkahir dengan lahirnya bayi. Tanda Kala II: His terkoodinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Tekanan pada rektum dan anus terbuka. Vulva membuka dan perineum meregang.

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut 1. Menurunkan kepala; 2. Fleksi; 3. Rotasi dalam (putaran paksi dalam); 4. Ekstensi; 5. Ekspulsi; 6. Rotasi luar (putaran paksi luar).

1. Penurunan Kepala Pada primigravida, masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida

biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala kedalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP) dapat terjadi dalam keadaan asinklitismus, yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium. Pada siklitismus, os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus. Ada dua jenis asinklitismus, yaitu sebagai berikut. Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan. Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang. Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan, terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini disebabkan tekanan cairan intra uterin, kekuatan mengejan, atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak. 2. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini, dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih redah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan adanya tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). Sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi bisa terjadi. Fleksi ini disebabkan anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul, atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini, terjadilah fleksi. 3. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk

menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul. 4. Ekstensi Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawa simpisis, terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar punggul tidak melakukan ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion). Maka, lahirlah berturutturut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

5. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar) Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi, yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam, dan ukuran bahu (diameter bisa krominial) menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu, kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak. 6. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran rata-rata. Sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Akan tetapi, pada kira-kira 510% kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh, kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.

3. Persalinan Kala III Kala III persalinan adalah periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Lamanya kala III pada primigravida adalah 10 menit, sedangkan multigravida berlangsung selama 10 menit.

Mekanisme Pelepasan Plasenta Plasenta adalah masa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tampa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal plasenta halus, berwarna putih dan mengkilap, sarta di permukaannya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion. Tali pusat membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini mengandung tida pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin. Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berretraksi. Pada area pemisah, bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisah. Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. Ada dua metode untuk mengeluarkan plasenta, yaitu sebagai berikut.

1. Metode Schultze Metode yang lebuh umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion. Oermukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti di belakang seperti payung tebalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik. Kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisah plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol pendarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot oblik di bagian atas segmen uterus. 2. Metode Matthews Duncan Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu, seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantung. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen).

Tanda-Tanda Pelepasan Plasenta: Bentuk uterus berubah menjadi globular dan perubahan tinggi fundus; Tali pusat memanjang; Semburan darah tiba-tiba.

Manajemen Aktif Kala III

a. Pemberian suntikan oksitosin Oksitosin 10 iu secara IM dapat diberikan dalam 2 menit setelah bayi lahir dan dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir. Berikan oksitosin 10 iu secara IM pada bawah paha kanan bagian luar. b. Penegangan tali pusat terkendali Tempatkanklem pada ujung tali pusat 5 cm dari vulva, memegang talipusat dari jarak dekat untuk mencegah avulsi pada tali pusat. Saat terjadi kontraksi yang kuat, plasenta dilahirkan dengan penegangan tali pusat terkendali kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso kranial) korpus. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut dan keluarkan plasenta dengan gerakn ke bawah dan ke atas mengikuti jalan lahir. Ketika plasentaa muncul dan keluar dari dalam vulva, kedua tangan dapat memegan pasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. c. Pemijatan fundus uteri (Masase) Segera setelah plasenta dan selaput di lahirkan, dengan perlahan, tapi kukuh, dan lakukan pemijatan uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen dengan gerakan melingkar (sirkuler) untuk menjaga agar uterus tetap keras dan berkontaraksi dengan baik serta untuk mendorong setiap gumpalan darah agar keluat. Sementara, tangan kiri melakukan pemijatan uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap (seluruh lobus di bagian maternal harus ada dan bersatu/utuh, tidak buleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggirpinggirnya, jika hal tersebut ada, berarti menandakan ada sebagian fragmen plasenta yang tetinggal).

PERBEDAAN LAMA PROSES PERSALINAN IBU DENGAN MULTIGRAVIDA DAN PRIMIGRAVIDA

Multi Kala I Kala II Kala III Lama persalinan 13 jam 1 jam 30 menit 14 jam 30 menit

Primi 7 jam 30 menit 15 menit 7 jam 45 menit

3. Pemantauan Kala IV Pemantauan kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum untuk mengapati keadaan ibu, terutama terhadap pendarahan postpartum. Lama kala IV pada primigravida adalah 2 jam, sedangkan multigravida berlangsung selama 2 jam. Fisiologi kala IV Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kriris bagi ibu dan bayi karena baru daja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Pada ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Observasi yang dilakukan pada kala IV: 1. Evaluasi uterus; 2. Pemeriksaan dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum; 3. Pemeriksaan dan evaluasi plasenta, selaput, dan tali pusat;

4. Penjahitan kembali episiotomi dan laserasi (jika ada); 5. Pemantauan dan evaluasi lanjut, meliputi tanda vital, kontraksi uterus, lochea, pendarahan , dan kandung kemih. Observasi Utama: 1. Tingkat kesadaran ibu bersalin; 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan; 3. Kontraksi uterus; 4. Pendarahan; 5. Kandung kemih.

BAB VIII FISIOLOGI NIFAS

A. Perubahan Sistem Reproduksi (Uterus, Vagina, dan Perineum) 1. Uterus Definisi Involusi Uteri Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran semula sebelum hamil, sekar kurang lebih 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. 2. Proses Involusi Uteri Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.pada saat ini, besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu kehamilan 16 minggu dengan berat 1.000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa postpartum, penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut. Autolisis Autolisis merupakan proses penghancur diri sendiri yang terjadi didalam otot urine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

Atrofi Jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap

penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrodi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. Efek Oksitoksin (Kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus juga berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau

intramuskuler segera setelah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangasang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara.

3. Proses Involusi pada Bekas Implantasi Plasenta Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, tempat pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosit di samping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama denga lokia. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

PERUBAHAN-PERUBAHAN NORMAL PADA UTERUS SELAMA POSTPARTUM

Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm

Plasenta lahir 7 hari (minggu 1)

Setinggi pusat

1.000 gr

Pertengahan antara pusat & 500 gr shymphisis

14 hari (minggu Tidak teraba 2) 6 minggu Normal

350 gr

5 cm

60 gr

2,5 cm

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi, disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/pendarahan lanjut (postpartum haemorrhage). 4. Lochea Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi. 5. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas empat tahapan a. Lochea Rubra/Merah (Kruenta) Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lenugo (rambut bayi), dan mekonium. b. Lochea Sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir, berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum. c. Lochea Serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leuksit, dan robekan/laserasi plasenta. Lochea ini muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-4 postpartum. d. Lochea Alba (Lochea Putih) Lochea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks, dan seraput jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. Lochea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan adanya pendarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lochea serosa satau alba yang berlanjut bisa menandakan adanya endometris, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau nyeri tekan pada abdomen.

Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut dengan lochea statis.

6. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks adalah merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serfiks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan menutup pada secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6, postpartum serviks menutup. 7. Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan setra peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu keempat. 8. Perineum Setelah persalinan, perineum menjadi kendur karena terenggang oleh takanan kepala bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik untuk

mempertahankan elastisitas otot perineum dan organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah, dan bengkak.

B. Perubahan Sistem Pencernaan 1. Nafsu Makan Ibu biasanya lapar setelah melahirkan. Ibu boleh mengonsumsi makanan ringan.

Ibu akan merasa sangat lapar setelah benar-benar pulih dari efek analgesik, anestesi, dan keletihan.

2. Motalitas Secara khas, penurunan tonus otot dan motalitas otot traktus cerna menerap selama waktu singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesik dan anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motalitas ke keadaan normal. 3. Defekasi Buang air besar spontan bisa tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah ibu melahirkan. Buang air besar tidak lancar disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca-persalinan, diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dalam keadaan dehidrasi. Kebiasaan buang air besar perlu dicapai setelah tonus usus kembai pada keadaan normal.

C. Perubahan Sistem Urinarius 1. Komponen Urine Laktosuria (+) pada ibu menyusui. BUN (blood Urea Nitrogen) meningkat selama postpartum merupakan autolisis involusi uterus. Pemecahan kelebihan protein dalam sel otot uterus disebabkan protein uria (+) selama 1 sampai 2 hari postpartum. Aseton area bisa terjadi pada wanita postpartum yang tidak mengalami komplikasi persalinan. 2. Diuresis Pascapartum Dalam 12 jam postpartum, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil.

Dieresis postpartum menyebabkan menurunnya kadar estrogen, hilang akibat meningkatnya tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan 2,5 kg selama postpartum.

3. Uretra dan Kandung Kemih Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama postpartum. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema. Trauma kandung kemih bisa disebabkan pemasangan keteter. Efek dari anastesi dapat menyebabkan keinginan berkemih menurun. Bisa terjadi distensi kandung kemih menyebabkan dieresis postpartum serta penurunan berkemih. Distensi menyebabkan hambatan uterus berkontraksi dengan baik. Dengan mengosingkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam waktu 5-7 hari setelah bayi lahir.

D. Perubahan Sistem Endokrin 1. Hormon Plasenta Hormon plasenta (HCG) menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum. 2. Hormon Pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi foikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3. Hipotalamik Pituitary Ovarium Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Menstruasi pertama ini sering bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron. 4. Kadar Estrogen Terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna setelah persalinan sehingga aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

E. Perubahan Sistem Musculoskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus aka terjepit. Proses ini akan mengehntikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligementum rotundum menjadi kendor. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, otot-otot dinding perut, dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.

F. Perubahan Tanda-Tanda Vital 1. Suhu Badan Dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat sedikit (37,5-38 C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara akan menjadi bengkak, dan berwarna

merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan terjadi infeksi. 2. Nadi Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi ibu postpartum biasanya akan lebih cepat, bila melebihi 100 kali per menit, keadaan ini abnormal dan keadaan ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. 3. Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan atau yang lainnya. Tekanan darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi postpartum. 4. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna.

G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Denyut jantung, volume secukupnya, dan curah jantung meningkat selama hamil. Segera setelah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi utero/ plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2-3 minggu setelah melahirkan curah jantung berada dalam tingkat sebelum hamil.

H. Perubahan Sistem Hematologi Lekosit normal selama kehamilan rata-rata 12.000/mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai lekosit antara 15.000-20.000/mm3 adalah hal umum. Kadar hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Perubahan komponen darah terjadi pada saat masa nifas, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca-persalinan biasanya semua akan kembali ke keadaan semula.

BAB IX KODE GENETIK

A. Kromosom Gen adalah sepenggal untaian panjang DNA. DNA adalah rantai nukleotida yang sangat panjang yang terletak di dalam kromosom. Kromosom adalah benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok yang terdapat dalam nukles atau inti sel. Kromosom terdiri atas kromatin-kromatin. Bagian kromosom yang tidak padat dan merupakan pembawa gen disebut eukromatin, sedangkan yang padat disebut heterokromatin. Struktur kromosom: Kromonema, yaitu pita-pita berbentu spiral di dalam kromosom. Kromomer, yaitu penebalan dari kromonema pada beberapa tempat. Sentromer, yang menentukan bentuk kromosom: o Metasentris jika sentromer di tengah. o Submetasentris jika sentromer agak tengah. o Akrosentris jika sentromer agak ujung. o Telosentris jika sentomer di ujung. Lekukan sekunder merupakan tempat pembentukan nucleus. Telomere merupakan ujung kromosom yang menghalangi bersambungnya kromoson satu dengan kromosom lainnya. Satelit, yaitu bagian tambahan pada ujung kromosom.

23 pasang atau 46 buah kromosom diatas adalah pada sel somatic.

Sel somatic memiliki 2 set kromosom atau 2 genom dan disebut sebagai 2n atau diploid. Dalam hal ini, 1 set atau 1 genom terdiri atas 23 buah kromosom sehingga didapatkan 2x23 kromosom = 46 kromosom.

Sel kelamin (spermatozoa dan ovum) memiliki 1 set kromosom saja atau 1 genom dan disebut sebagai n atau haploid. Perbedaan sel somatic dan sel gamet sebagai berikut. Gender Wanita Kromosom dan somatis 46XX 44 Autosom, 2 gonosom 46XY Pria 44 Autosom, 2 gonosom Kromosom sel kelamin 23XX 22 Autosom, 1 gonosom 23XY 22 Autosom, 1 gonosom

B. Reproduksi Sel Mitosis Mitosis terjadi pada sel somatic. Tiap sel mengandung 2 genom/diploid/2n, dan pembelahan menghasilkan 2 sel dengan sifat genetik yang sama. Miosis Pembelahan miosis berguna untuk menghasilkan gamet atau selsel kelamin sehingga lazim dikenal sebagai gemetogenesis. Pada pembelahan ini dihasilkan sel yang mengandung 1 genom/haploid/n. Gametogenesis pada pria 4 spermatozoa dan pada wanita menghasilkan 1 ovum disertai 2 atau 3 badan polar. Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis, sedangkan gametogenesis pada wanita dinamakan oogenesis. Ovum (Sel Telur) Oogenesis adalah proses pembentukan telur (ovum) dimulai pada masa kehidupan janin wanita.

Saat dilahirkan, ovarium seorang bayi wanita berisi sel-sel yang dapat menjadi proses meosis seumur hidupnya. Sekitar 2.000.000 oosit primer (sel-sel yang menjalani

pembelahan meosis pertama) berdegenerasi secara spontan. Hanya 400-500 ovum yang akan matang selama masa reproduksi wanita yang berlangsung sekitar 35 tahun. Oosit primer mulai pembelahan meosis pertama (yaitu proses mereplikasi DNA-nya) pada masa kehidupan janin. Namun, tahap ini akan tertahan sampai masa pubertas. Umumnya, tiap bulan 1 oosit primer yang akan menjadi matang dan menyelesaikan pembelahan meosis pertamanya menghasilkan dua sel berbeda, yaitu oosit sekunder dan 1 badan polar kecil. Keduanya mempunyai 22 otosom dan satu kromosom X. Saat ovulasi pembelahan meosis yang kedua dimulai, ovum tidak akan menyelesaikan pembelahan meosis kedua jika terjadi fertilisasi. Jika terjadi fertilisasi, dihasilkan badan polar yang kedua dan satu zigot (persatuan ovum dan sperma). Apabila tidak terjadi fertilisasi, ovum akan berdegenerasi.

Spermatozoa (Sel Mani) Saat mencapai pubertas, testis pria mulai mengalami proses spermatogenesis. Pada pria, sel-sel yang menjalani meosis disebut spermatosit. Spermatosit primer yang menjalani pembelahan meosis pertama berisi kromosom-kromosom dalam jumlah diploid (dua pasang). Sel tersebut telah membuat salinan DNA-nya sebelum membellah sehingga ada 4 alel untuk setiap gen. Pada pembelahan meosis pertama, dihasilkan 2 spermatosit sekunder dan haploid.

Setiap spermatosit sekunder mempunyai 22 otosom dan satu kromosom seks. Satu kromosom berisi kromosom X (ditambah salinannya) dan satu kromosom Y (ditambah salinannya).

Pada pembelahan meosis yang kedua, seorang pria menghasilkan 2 gamet yang masing-masing mengandung 1 kromosom X dan dua gamet yang masing-masing mengandung kromosom Y. Semua kromosom itu akan berkembang menjadi sperma yang hidup (spermatozoa).

BAB X TUMBUH KEMBANG JANIN

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi Umur 0-4 Minggu: Pertumbuhan cepat; Pembentukan sistem saraf pusat primitif; Pertumbuhan jantung dan mulai berdenyut; Pembentukan pucuk/tonjolan ekstremitas.

Umur 4-8 Minggu: Pembentukan sel sangat cepat; Pembentukan kepala dan roman muka; Semua organ utama terbentuk dalam bentuk primitif; Genetalia eksaterna telah ada, tetapi seks belum dapat dibedakan. Pergerakan awal tampak dalam USG dari 6 minggu.

Umur 8-12 Minggu: Fusi kelopak mata; Ginjal mulai berfungsi; Fetus mengeluarkan urine dalam usia 10 minggu; Sirkulasi fetal berfungsi sebagaimana mestinya; Mulai menghisap dan menelan; Seks mulai nampak; Bergerak secara bebas, tetapi tidak dirasakan ibu; Terdapat beberapa refleks primitif.

Umur 12-16 Minggu: Perkembangan skeletal cepat tampak pada sinar X. Tampak mekonium dalam usus. Tampak lanugo.

Fusi seprum nasal dan palatum.

Umur 16-20 Minggu: Quickening/gerakan fetal pertama dirasakan ibu. Jantung fetal terden pada auskultasi. Tampak vernik caseosa. Kuku jari dapat terlihat. Sel kulit mulai diperbarui.

Umur 20-24 Minggu: Sebagian besar organ mulai dapat berfungsi. Periode tidur dan aktivitas. Berespons terhadap suara. Kulit berwatna merah dan berkerut.

Umur 24-28 Minggu: Dapat hidup jika lahir; Kelopak mata kembali terbuka; Pergerakan pernafasan.

Umur 28-32 Minggu: Mulai menyimpan lemak dan zat besi; Testis mulai turun dalam skrotum; Lanugo menghilang dari wajah; Kulit menjadi lenih pucat dan berkurang kerutannya.

Umur 32-36 Minggu: Lemak meningkat membuat tubuh lebih bulat; Lanugo menghilang dari tubuh; Rambut kepala memanjang; Kuku mencapai ujung jari; Kartilago telinga melunak; Lekukan plantar tampak.

B. Struktur dan Fungsi Air Ketuban Ruang yang dilapisi oleh selapit janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii). 1. Ciri-Ciri Kimiawi: Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1.0001.500 cc. Bila volume air ketuban < 500 cc disebut oligohidramnion. Bila volume air ketuban >2000 cc disebut polihidramnion. Air ketuban berwarna putih keluh, berbau amis, dan terasa manis. Reaksinya agak alkalis/netral dengan berat jenis 1,0008. Komposisi terdiri atas: 98% air; Sisanya albumin, area, vernuik caseosa, rambut lanugo, asam urik, kreatinin sel-sel epitel, dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6%/liter, terutama albumin.

2. Faal Air Ketuban: Untuk proteksi janin; Mencegah perlekatan janin dengan amnion; Agar janin dapat bergerak bebas; Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu; Meratakan tekanan intra uterin; Membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah; Peredaran air ketuban dengan darah ibib cukup lancar dan perputarannya cepat kira-kira 350-500 cc. 3. Asal Air Ketuban: Kencing janin (fetal urine); Transudasi dari darah ibu; Sekresi dari epitel amnion; Asal campuran (mixed Origin).

4. Cara Mengenali Air Ketuban: Dengan lakmus, ketuban berwarna biru; Makroskopis: Bau amis; Adanya lanugo; Vernik caseosa;

Ketuban yang bercampur mekonium. Mikroskopis; Lanugo; Rambut.

Labolatorium: kadar urea rendah dibandingkan dengan air kemih

C. Struktur, fungsu dan Sirkulasi Tadi Pusat 1. Struktur Tali Pusat: .Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan fetal janin. Warnanya dari luar putih, merupakan tali yang terpilin. Panjuangnya rata-rata 50-55 cm, diameter 1-2,5 cm. Tali pusat diliputi oleh zat seperti agar-agar yang disebut jelly wharton yang mencegah kompresi pembuluh darah sehingga pemberian makanan yang kontinu untuk embrio/janin. Pernah dijumpai tali pusat terpendek cm dan terpanjang 200 cm. Struktur terdiri atas 2 arteri umbilikalis 1 vena umbilikalis (menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta, sistel kardiovaskuler membentuk kira-kira minggu kesepuluh) serta jelly warton (jaringan lembek yang berfungsi untuk melindungi pembuluh darah).

2. Jenis Insersi Tali Pusat Insersi sentralis (ditengah) Insersi marginal Insersi velamentosa Insersi lateralis

D. Struktur, fungsi, dan Sirkulasi Plasenta 1. Bentuk dan Ukuran Uri berbentuk bundar atau oval; Ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Biasanya, plasenta atau uri berbentuk lengkap pada kehamilan kirakira 16 minggu, ketika ruaang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim. 2. Letak Uri dalam Rahim Letak uri normal umumnya pada kortus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Ila letaknya pada bagian bawah, dikatakan plasenta previa parsial, marginal, dan totalis. 3. Pembagiam Uri Uri dibagi menjadi dua bagian a. Bagian Fetal (Janin) Terdiri dari karion frondosum dan vili. Bagian permukaan janin diliputi oleh amnion yang terlihat licin. Di bawah bagian amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada uri bagian permukaan janin. b. Bagian Maternal (Bagian Ibu) Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah).

Desidua basalis pada uri marang disebut lempeng korion tempat sirkulasi utero-plasenta berjalan ke ruang-ruang inverli melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin terpisah.

4. Faal Uri Nutrisi, yaitu alat pemberi makanan pada janin. Respirasi, yaitu alat penyalur zat asam dan pembuangan CO2. Ekskresi, yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme. Produksi, yaitu alat penghasil hormon-hormon. Imunisasi, yaitu alat penyalur bermacam-macam antibodi ke janin. Pertahanan (sawar), yaitu alat menyaring obat-obatan dan kumankuman yang bisa melewati uri. 5. Hormon-Hormon yang Dihasilkan Uri HCG (human chorionik gonadotropin). Placenta lactogen (chorionic somatomamotropin). Estrogen.

6. Tipe Uri Menurut bentuknya Plasenta normal. Plasenta membranosa (tipis). Plasenta Suksenturiata (1 lobus). Plasenta Spuria. Plasenta Bilobus (2 lobus). Plasenta Trilobus (3 lobus).

Menurut perlekatannya Plasenta Adhesive (melekat). Plasenta Akreta (lebih melekat). Plasenta Ankreta (lekat sampai ke otot polos). Plasenta Perkreta (sampai seosa).

E. Sirkulasi Darah Fetus Sistem sirkulasi darah janin, yaitu melalui Vena umbilical; Ductus venosus; Foramen ovale; Ductus arteriosus; Arteri hipogastrik.

7. Vena Umbilical Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan membawa darah kaya akan oksigen dan nutrisi. Vena ini punya satu cabang yang menghubungkan vena porta dan menyuplai hati. 8. Ductus Venosus (Dari Vena ke Vena) Menghubungkan vena umbilical ke vena cava inferior. Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deoksigenasi yang kembali dari bagian bawah tubuh. Jadi, darah teroksigenasi dengan baik. 9. Foramen Ovale Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang merupakan jalan masuk mayoritas darah dari vena cava inferior menyeberang ke dalam atrium kiri.

Alasan pengelihan ini adalah darah tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan oksigen.

10. Ductus Arterious (Dari Arteri ke Arteri) Ductus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik di bawah tempat terdapat arteri subklavika dan arteri carotid. 11. Arteri Hipogastik Percabangan dari arteri alliaka interna dan menjadi arteri umbilical saat percabangan ini masuk ke korda umbilical. Percabangan ini mengembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5 menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.

Adaptasi ke Kehidupan Ekstra Uterin Setelah anak lahir, anak bernafas untuk pertama kalinya. Maka terjadilah penurunan tekanan dalam arteri pulmonalis sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru. Ductus arteriosus tertutup 1-2 menit setelah anak bernafas. Dengan terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior berkurang. Dengan demikian, tekanan dalam atrium (serambi) kanan berkurang. Sebaliknnya, tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga menyebabkan penutupan foramen ovale. Sisa ductus arteri menjadi ligamentum arterious. Sisa ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic. Arteri umbilical menjadi ligamentum vesiko umbilical lateral kiri dan kanan.

F. Menentukan Usia Kehamilan dan Periode Kehamilan 1. Penentuan usia kehamilan dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya: a. Rumus Neagle; b. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri; c. Berdasarkan Palpasi Abdomen; d. Quickening (Persepsi gerakan pertama janin); e. Ultrasonografi (USG).

a. Rumus Neagle Untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi sering terjadi pada hari ke-14 Caranya: 1. Bila HPHT berada pada bulan 1, 2, 3, gerakan rumus: Hari pertama haid +7 Bulan saat haid +9 Tidak perlu di +1 untuk tahun 2. Bila HPHT berada pada bulan 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 gunakan rumus: Hari pertama haid +7 Bulan saat haid -3 Untuk tahun di +1 Contoh: 1. Seorang ibu yang datang berkunjung ke bidan memberitahukan bahwa hari pertama haid terakhirnya adalah tanggal 13-2-2008. Hitung HPL-nya!

2. Seorang ibu yang datang berkunjung ke bidan memberitahukan bawa hari pertama haid terakhirnya adalah tanggal 13-7-2008. Hitung HPL-nya! 3. Seorang ibu yang datang berkunjung ke bidan tanggal 11-2-2008 memberitahukan bahwa hari pertama haid terakhirnya adalah tanggal 14-8-2008. Hitung usia kehamilan ibu saat ini! Jawaban: 13 2 2008 +7 +9 20 11 2008

13 7 2008 +7 -3 +1 20 4 2008

Minggu 14 8 2008 9 10 11 12 1 1 2- 2008 23 20 2 4 4 4 4 4 1 3 2 3 2 3 3 4

Hari 30-14 = 17

11 hari

25 minggu 6 hari

b. Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang bisa digunakan hendaknya terbuat dari bahan yang tidak mengendur. Saat pemeriksaan kandung kemih ibu harus kosong. Pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur di atas simpisis dengan tetap mempertahankan pita ukur tetap menempel pada dinding abdomen diukur jaraknya ke bagian atas simpisis. Pengukuran ini biasanya dilakukan pada usia kehamilan 24 minggu. Sebelum bulan ke-3, fundus uteri belum dapat diraba dari luar. 12 minggu TFU Teraba 1-2 jari di atas simpisis. 16 minggu TFU Teraba pertengah simpisis-pusat. 20 minggu TFU Teraba 3 jari di bawah pusat. 24 minggu TFU Teraba setinggi pusat. 28 minggu TFU Teraba 3 jari diatas pusat. 32 minggu TFU Teraba pertengahan px-pusat. 36 minggu TFU Teraba se-px/2-3 jari di bawah ps. 40 minggu TFU Teraba pertengahan px-pusat. c. Berdasarkan palpasi abdomen Menggunakan rumus Mc Donald: Tentukan tinggi fundus uteri (TFU). Hasil pengukuran TFU dikali 2 lalu dibagi 7 untuk mengetahui gambaran umur kehamilan dalam satu bulan (TFU dalam cm x 2) 7 Untuk mengukur tafsiran berat janin dalam gram perlu mengetahui kepal janin sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Rumusnya: (TFU dalam cm n) x 155 = ... gram n = posisi kepala masih diatas spina ischiadika atau dibawah. Bila diatas, dikurangi 12. Bila sudah dibawah, dikurangi 11.

d. Quickening (Persepsi Gerakan Pertama Janin) Gerakan janin pertama biasanya dirasakan usia kehamilan 18 minggu (pada primigravida) dan 16 minggu (pada multigravida). e. Ultrasonografi (USG) Menentukan umur kehamila dengan USG menggunakan tiga cara: Dengan mengukur diameter kantong genetasi kehamilan (GS = gestasional sac) untuk khamilan 6-12 minggu. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI = Grown Rump Length) untuk umur kehamilan 7 14 minggu. Dengan mengukur diameter bipariental (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.

2. Menentukan Periode Kehemilan Periode antepartum mencangkup waktu kehamilan, mulai dari HPHT sampai dimulainya persalinan yang ditandai dengan mulainya periode intranatal. Periode antepartum dibagi tiga trimester, yaitu: Trimester I Trimester II Trimester III dimulai minggu ke-1 s.d. 12 minggu. dimulai minggu ke-13 s.d. 24 minggu. dimulai minggu ke-25 s.d. 40 minggu.

Pembagian tiap trimester ini tidak boleh dipakai untuk menunjukkan umur kehamilan, tetapi hanya untuk menunjukkan keadaan-keadaan atau penyulit-penyulit yang umumnya terjadi pada periode tertentu. Misalnya, trimester I sering terjadi abortus, trimester III sering terjadi pre-eklamsi, dan lain-lain.

BAB XI STRUKTUR PAYUDARA

Letak Pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara kosta kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superspisialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamen suspensorium.

Bentuk Tonjolan bola dan punya ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axial (Cauda Axillaris Spence).

Ukuran Berbeda untuk tiap individu, tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara lain.

Papilla Mamae Terletak di pusat areola mamae setinggi iga (costa) keempaat. Merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigme, dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mamae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer dilapisi epitel.

Areola Lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm.

Areola berwarna merah muda bila kulitnya cerah, lebih gelap warnanya pada wanita yang berkulit coklat dan saat hamil warnanya jadi lebih gelap.

Areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebasea. Saat hamil, areola ini membesar, disebut tuberculum montgomery.

Alveoli Mengandung sel-sel yang mensekrei air susu. Tiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini. Tiap alveolus terdapat sel mioepitel (sel keranjang/basket cell). Jika sel ini dirangsang oleh oksitosin, akan berkontraksi mengalirkan air susu ke dalam ductus lactiferus.

Tubulus Lactiferus Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.

Ductus Lactiferus Saluran sentral yang merupakan muara tubulus lactiferus.

Vaskularisasi Suplai darah ke payudara berasal dari arteria mammaria interna/ areteria mamae externa dan arteria intercostalis superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai akan masuk ke dalam vena mamaria interna dan vena axillaris.

Drainase Limfatik Ke dalam kelenjar axillaris, setengah dialirkan ke dalam fisura portae hepar dan kelenjar mediastrinum tempat pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.

Persarafan Fungsi payudara dikendalikan oleh hormon. Kolitnya dipersarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla.

BAB XII FISIOLOGI LAKTASI

A. Fisiologi Laktasi

B. Hal yang dapat Meningkatkan Produksi Oksitosin Ibu dalam keadaan tenang. Mencium dan mendengarkan celotehan bayi atau tangisannya. Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang. Ayah menggendong bayi dan diberikan kepada ibu saat akan menyusui dan menyendawakannya. Ayah menggantikan popok dan memandikan bayinya. Ayah bermain, menggendong, mendendangkan nyanyian, dan membantu pekerjaan rumah tangga. Ayah memijat bayinya.

C. Hal yang dapat Mengurangi Produksi Oksitosin Ibu merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk payudaranya. Ibu bekerja diluar rumah, Ibu merasa khawatir produksi ASI-nya tidak cukup. Ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui. Ibu merasa sedih, cemas, kesal, dan bingung. Ibu merasa malu untuk menyusui. Suami atau keluarga kurang mendukung dan menentang ASI.

D. Komposisi Gizi dalam ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lakrosa, dan garamgaram organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi. 2. ASI berbeda dari satu ibu ke ibu yang lain karena komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga dari satu ibu ke ibu yang lain berbeda.. 3. Komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu. 4. Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke hari, bahkan dari menit ke menit. F. Faktor yang Mempengaruhi Komposisi ASI 1. Stadium Laktasi. 2. Ras. 3. Keadaan Nutrisi. 4. Diet ibu. G. ASI menurun Stadium Laktasi 1. Kolostrum Kolostrum merupakan cairan pertama kali yang disekresi oleh kelenjar payudara. Kolostrum mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur. Lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI matur. Lebih banyak mengandung antibodi dibanding dengan ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan.

Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur. Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi jika dibanding dengan susu matur. Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/1000 ml kolostrum. Di dalam kolostrum, vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi dibanding dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air lebih tinggi atau lebih rendah.

Bila dipanaskan, kolostrum akan menggumpal. Sedangkan, ASI matur tidak menggumpal. pH lebih alkalis dibanding dengan ASI matur. Lipid kolostrum lebih banyak mengandung kolesteros dan lesitin dibanding dengan ASI matur. Dalam kolostrum, terdapat tripsins inhibitor sehingga hidrolis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyakk menambah kadar antibodi pada bayi.

Volume kolosrum berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Transisi/Peralihan Air susu transisi merupakan ASI peralihan dari kolestrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pendapat mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi, juga volume semakin meningkat. 3. Air Susu Matur (Mature) Air susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.

Air susu matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningkuningan yang diakibatkan warna dari cairan garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Terdapat antimikrobial faktor, antara lain sebagai berikit. a. Antibodi terhadap bakteri dan virus. b. Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limosit tipe T). c. Enzim (lisozim, laktoferoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase). d. Protein (laktoferin, B12 binding protein). e. Resistance factor terhadap stafilokus. f. Komplemen. g. Interferon producing cell. h. Sifat biokimia dan khas, kapasitas buffer yang rendah, dan adanya faktor bifidus. i. Hormon-hormon.

H. Protein di dalam ASI ASI mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi (ASS), tetapi protein ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi (mudah dicerna). Rasio protein whey: kasein = 60 : 40, dibanding dengan ASS yang rasionya 20 : 80. Hal ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein whey lebih halus dari pada kasein sehingga protein whey lebih mudah dicerna. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan ASS megandung betalaktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Kadar methonin dalam ASI lebih rendah dari ASS, sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini sangat neguntungkan karena enzim sintationase, yaitu enzim, yang akan mengubah methionin menjadi sistin pada bayi

sangat rendah atau tidak ada. Sistin merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk bayi, terutama bayi prematur karena kadar tiroksin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak pada bayi prematur. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS. I. Karbohidrat di dalam ASI ASI mengandung karbohidtar relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS (6,5-7 gram %). Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Latose relatif tidak larut sehingga waktu proses dalam usus bayi relatif lebih lama, tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI, juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Suasana asam di dalam usus banyak memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut. a. Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis. b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin. c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari ca-caseinat. d. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor dan magnesium.

Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otakdan medulla spinalis oleh karena pembentukan meilin di medulla spinalis dan sintesis galaktosa di otak membutuhkan galaktosa.

Glukosamin merupakan bifidus faktor disamping laktosa. Jadi glukosamin memacu pertumbuhan laktobasilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

J. Lemak di dalam ASI Kadar lemak dalam ASI dan ASS relatif sama. Lemak dalam ASI meruppakan sumber kalori yang utama bagi bayi dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan sumber asam lemak yang esensial. Keistimewaan lemak dalam ASI jika dibanding dengan ASS adalah sebagai berikut. a. Bentuk emulsi lebih sempurna. b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 x dalam ASS. K. Mineral di dalam ASI ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadar relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 tahun. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan. Fe dan Ca yang terkandung dalam ASI paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organik yang terdapat pada ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. L. Air di dalam ASI Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolis aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

M. Vitamin di dalam ASI Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam panthothenik, kurang.

N. Zat besi dalam ASI Asi mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), namun bayi yange menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir cadangan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) dibanding dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula. O. Laktoferin dalam ASI Laktoferin dalam ASI lebih banyak (1-6 mg/ml). Laktoferin bekerja sama dengan lgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan. P. Faktor Bifidus dalam ASI Bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi (lactobasillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonera, dan E.Coli) yang ditandai dengan pH rendah (5-6) bersifat asam dari tinja bayi. Q. Lisozim dalam ASI Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal,

antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli dan Salsamonela serta lebih unik dibanding dengan antibodi lain karena jika yang lain menurun, kadar lisozim meningkat di dalam ASI setelah berusia di atas 6 bulan. R. Taurin dalam ASI Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi.

Taurin berfungsu sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi.

S. Kalori dalam ASI Kalori ASI relatif rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI. Kalori ASI 90% berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. Pelepasa ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangasang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini disebut sebagai refleks prolaktin atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan ductus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui dutus lactiferous menuju sinus lactiferous tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu ibu, ASI dari sinus ini dinamakan let down reflex atau pelepasan. Pada akhirnya, let down reflex dapat dipacu tanpa rangsangan isapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan bayinya. Pelepasan penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus-menerus, tetapi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasan gagal terjadi berulang-ulang kali dan payudara berulang-ulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsu dan laktasi akan berhenti.

BAB XII PERKEMBANGAN DAN PERSIAPAN KEHIDUPAN NEONATUS DARI INTRA KE EKSTRA UTERIN

Transisi/proses adaptasi BBL yang paling dramatik dan cepat terjadi pada empat aspek: pada sistem pernafasan, sistem sirkulasi/kardiovaskuler, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa. Selain itu, pada sistem tubuh lainnya, juga terjadi perubahan walaupun tidak jelas terlihat. A. Perubahan Sistem Pernafasan 1. Perkembangan Paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul dari faring yang beracabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang walaupun jani memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester 2 dan 3. Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang berlangsung hidup BBL sebelum usia 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. 2. Awalan adanya napas Empat faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi sebagai berikut. Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis. Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir. Rangsangan dinding didaerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernapasan. Refleks deflasi Hering Breur.

Pernafasan pertama bayi BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru-paru (jumlahnya 80-100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernapasan. Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahiram diyakini merangsang pusat pernafasan dalam otak yang pada gilirannya

mempertahankan rangsangan tersebut terhadap upaya bernapas. Rangsangan taktil dianggap kecil (sedikit) arti pentingnya dalam hal ini. Akan tetapi, rasa sakit yang disebabkan olehekstensi tungkai yang masih fleksi, sendi-sendi, dan tulang punggung bisa dianggap menjadi penyebab timbulnya respons awal dari anak tersebut terhadap kehidupan di luar uterus.

3. Sufaktan dan Upaya Respirasi Untuk Bernapas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk: Mengeluarkan cairan dari dalam paru-paru; Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfakta yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Sufaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan energi memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

4. Fungsi

Sistem

Pernapasan

dalam

Kaitannya

dengan

Fungsi

Kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupaka faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini bearti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangka cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

B. Perubahan Sistem peredaran Darah/Kardiovaskuler dan Darah. Setelah lahir , darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Intuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar.: Penutupan foramen ovale pada atrium paru-paru dan aorta; Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Jadi, perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau peningkatan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah adalah sebagai berikut/

Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran atrium ke kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua kejadian ini membatu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat. Kadar

oksigen dalam darah yang meningkat mengakibatkan dukrus arteriosus mengalami kontraksi dan menutup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena umbilicus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung selama 2-3 bulan. Total volume darah yang bersirkulasi pada waktu lahir adalah 80 ml/kg bobot tubuh. Akan tetapi, dapat meningkat jika pemutusan tali pusat tidak dilakukan pada waktu lahir. Tingkat haemoglobin tinggi (15-20 g/dl) sedangkan sebanyak 70% adalah Hb janin. Perubaha Hbjanin ke dewasa yang terjadi di rahim selesai pada 1-2 tahun kehidupan.

C. Penyesuaian Termal/Pengaturan Suhu BBL belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian

masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketubab menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi. BBL/neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara: menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis, bukan melalui mekanisme menggigil. Menggigil saja tidak efisien dan seorang bayi cukup bulan tidak menghasilkan panas dengan jalan ini. Aktivitas otot dapat membangkitkan panas, tetapi manfaatnya terbatas, bahka pada bayi-bayi cukup bulan dengan kekuatan otot cukup kuat untuk tetap berada dalam posisi fleksi. Termogenesis bukan menggigil menunjuk pada penggunaan lemak cokelat untuk memproduksi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan sekitar tulang belakang klavikula, sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak cokelat tergantung pada usia kehamilan dan menurun pada BBL yang terhambat pembuluhannya. Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak coklat mulai dengan rangsangan dingin yang memicu aktivitas hipotalamus. Pesan-pesan kimiawi akan dikirim ke sel-sel lemak cokelat. Sel-sel ini menghasilkan energi yang mengubah lemak menjadi energi panas. Luasnya permukaan kulit bayi berbanding dengan besar massa tubuh bayi akan membuat kehilangan panas menjadi potensial. Lapisan lemak di bawah kulit yang tipis dan memberikan daya isolasi yang buruk akan memungkinkan pemindahan inti panas ke lingkungannya. Pusat pengaturan panas di dalam otak bayi mempunyai kemampuan untuk mendorong produksi panas sebagai reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh termoreseptor. Akan tetapi, hal ini sangat tergantung pada kegiatan metabolisme yang meningkat yang mengurangi kemampuan bayi tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh, terutama dalam kondisi lingkungan tidak mendukung.

D. Metabolisme Glukosa Untuk mengfungsikan otak, diperlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tapi pusat dengan klem pada saat lahir, bayi

harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turuh dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan tiga cara: Melalui penggunaa ASI (BBL sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir); Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis); Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang cukup sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan didalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam petama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama, otak bayi dalam keadaan berisiko. BBL kurang bulan, IUGR, dan distres janin merupakan risiko utama karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.

E. Sistem Ginjal Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatan kecil hingga setelah kelahiran. Air seninya encer, warna kekuning-kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat akibat lendir bebas membran mukosa dan udara acid dapat menyebabkan noda merah jambu, namun ini tidak penting. Tingkat filtrasi glomerular rendah dan kapasitas peresapan tubular terbatas. Bayi tidak mampu membersihkan/mengencerkan air seni dengan baik dalam memerikan reaksi terhadap penerimaan cair dan juga tidak dapar mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi atau rendah dalam darah. Air seni dibuang dengan cara mengosongkan kandung kemih secara refleks. Air seni pertama dibuang saat

lahir dan selama 24 jam dan setelahnya semakin sering dengan semakin banyaknya cairan yang masuk.

F. Sistem Gastrointestinal Saluran usus lambung bayi secara fungsional belum matang dibandingkan orang dewasa. Selaput lendir pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam di dalam gusi dan sekresi ptyalin rendah. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna mengakibatkan gumoh pada BBL dan neonatus. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml)untuk seorang BBL cukup bulan.kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya BBL. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting, contohnya memberi ASI on demand. Asam lambung jumlahnya sama dengan yang ada pada orang dewasa dalam beberapa hari pertapa dan pada hari ke-10 bayi benar-benar tidak memiliki asam hidroklorida yang meningkatkan rasio infeksi. Waktu mengosongkan lambung adalah 2,5-3 jam. Sesuai dengan ukuran bayi, usus pun panjang, terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah permukaan yang besar untuk menyerap gizi makanan. Ada enzim walaupun terdapat kekurangan amilase dan lipase yang menghilangkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Pada 1 jam pertama kelahiran terdengar bunyi isi perut dalam. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan, diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna hijau kehitam-hitaman-, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3-5, kotoran berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang

meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak, dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4-6 kali sehari, namun ada kecenderungan sulit BAB.

G. Adaptasi Kekebalan Sistem imunitas BBL masih belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekbalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami meliputi: Perlindungan oleh kulit membran mukosa; Fungsu saringan saluran napas; Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus; Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Akan tetapi, pada BBL sel-sel darah ini masih belum matang. Artinya, BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing maasih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin pada waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlintung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan terhadap antigen tersebut. Ada tiga macam imunoglobulin (lg) atau antibodi (huruf menunjukkan masing-masing golongan), yaitu lgG, lgA, dan lgM. Hanya lgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta. lgG merupakan golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. lgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu.

Pada waktu lahir tingkar lgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat lg ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kedepan. lgM dan lgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat lgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari lgM orang biasa dan diperlukan waktu selama 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat lgM yang relatif rendah membuat bayi lebih rentan terkena infeksi. lgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk suatu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat lgA sangat rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. lgA melindungi dari infeksi saluran pernapasan, saluran usus lambung, dan mata. Sedangkan

imunoglobulin jenis lainnya, yairu lgD dan lgE, tidak begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus. ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif kepada bayi dalam betuk: Laktoferin Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat besi. Bersama dengan salah satu imunoglobulin, yaitu lgA, laktoferin mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan E.Coli, stafilokokus, dan ragi, kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI akan mencegah perkembangan kuman patogen. Lisosom lgA mempunyai fungsi antibakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai macam virus. Faktor Antitripsin Enzim tripsin berada di dalam saluran usus dan fungsinya adalah memecah proein. Adanya tripsin dalam kolostrum ASI akan menghambat kerja tripsin sehingga akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.

Faktor Bifidus Lactobacili ada di dalam usus bayi dan laktobacili ini menghasilkan asam mencegah pertumbuhan kuman patogen. Untuk pertumbuhannya, lactobaili, membutuhkan gula yang mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus dan faktor ini terdapat dalam ASI. Kelenjar timus tempat diproduksinya limfosit relatif besar pada waktu

lahir dan terus meningkat hingga usia 8 tahun. Karena adanya defesiaensi kekebalan alami dan didapat ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi BBL terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu , pencegahan infeksi (seperti praktik persalinan aman, menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

H. Sistem Reproduksi Spermatogenesis pada laki-laki tidak terjadi hingga masa pubertas, namun total tambahan folikel primordial yang mengandung ova primitif ada pada gonad wanita. Pada bayi laki-laki dan perempuan, penarikan estrogen mateeal menghasilkan kongesti lokal di dada dan kadang-kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke-4 atau ke-5. Untuk alasan yang sama, gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan. Akan tetapi, hal ini tidak sama.

I. Sistem Skeletomuskuler Otot bayi lengkap berkembang karena hipertrofi daripada hiperplasi. Tulang yang panjang mengeras dengan tidak lengkap untuk memudahkan pertumbuhan pada efipise. Tulang rongga tengkorak kekurangan esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan pembentukan selama persalinan. Pembentukan selesai dalam waktu beberapa hari setelah lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan membuat perkiraan tekanan hidrasi dan intrakranium yang memungkinkan dengan palpasi tegangan fontanel.

J. Sistem Neurologi Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf BBL sangat muda, baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkankegiatan refleks spina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan-bulan awal walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang muda masih rentan terhadap hipoksia, keseimbangan biokimia, infeksi, dan pendarahan. Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak terkoodinasi menggambarkan keadaan perkembangan otak yang tidak lengkap dan mielinisasi saraf tidak lengkap. BBL dilengkapi dengan rangkaian aktivitas refleks yang luas pada usia yang berbeda-beda memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan sistm neurologi dan skematomuskuler.

1. Refleks Moro Refleksi ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak. Reaksi ini dapat terjadi dengan cara menggending bayi dengan sudut 45, lalu biarkan kepala menurun sekitar 1-2 cm. Bayi akan bereaksi dengan menarik dan menjulurkan lengannya yang kadang-kadang gemetar. Lalu, keduatangannya memeluk dada. Reaksi yang sama juga terjadi pada kaki, yang lentur tertekuk di perut. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tiadanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan ketidakmatangan otak. Jika pada usia 6 bulan refleks tersebut tetap ada, itu menunjukkan retardasi mental. 2. Refleks Dasar (Rooting Reflex) Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk menghisap. 3. Refleks Mengedip/Refleks Mata

Refleks mengedip berfungsi untuk melindungi mata dari trauma. 4. Refleks Menggenggam Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari/pensil di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan berjalan dibawah tumit (genggam telapak kaki). 5. Refleks Berjalan dan Melangkah (Walking Reflex) Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuk permukaan yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan. Jika digendong dengan tulang kering menyentuh pinggir meja, bayi akan memanjat ke meja (refleks menempatkan tungkai). 6. Refleks Leher Tonik Asimetris (Tonic Neck Reflek) Pada posisi terlentang di samping tubuh tempat kepala menoleh ke arah yang teluntur, sedangkan lengan sebelah terkulai. Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu bergerak ke kanan sebelum akhirnya tunduk ke arah depan.

BAB XIV STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

A. Membran Sel Satu sifat sel yang universal adalah membran pembatas di luar. Membran sel ini berguna sebagai interfase antara mesin-mesin di bagian dalam sel dan fluida cairan yang membasahi semua sel. Membran sel ini sedemikian tipisnya hingga hanya dapat

divisualisasikan dengan pembesaran tinggi yang dicapai dengan mikroskop elektron. Cara lain untuk menelaah membran sel adalah dengan mengisolasinya dari sisa sel dan memeriksa molekul-molekul yang menjadikannya. Sel darah merah merupakan sumber yang baik sekali sebagai preparat membran dimurnikan. Analisis kimiawi menyingkap bahwa membran mengandung kira-kira 50% lipid dan 50% protein. Lipid merupakan fosfolipid dan kolesterol. Protein-protein hidrofilik yang dengan mudah dipisahkan disebut protein ekstrisik, sedangkan protein-protein yang menembus ke dalam dan dalam hal-hal tertentu terus-menerus ke dalam dwi lapis, ini dinamakan protein intrinsic. Membran sel tidak simetris. Protein ekstresik yang bergabung dengan permukaan luat membran tersebut biasanya amat berlainan dari protein ekstrisik yang bergabung dengan permukaan dalam. Membran sel juga dijumpai di bagian dalam hampir semua macam sel. Membran sel berisikan lipid dan protein.

B. Sitoplasma Istilah sitoplasma secara tradisional digunakan untuk memeriksa segala sesuatu di dalam sel kecuali nukleus. Cara untuk mempelajari bagian-bagian sel dengan menghancurkan sejumlah besar sel, masukkan kedalam tabung dan putarkan dalam mesin pemusing (sentrifugal). Hal ini mengeluarkan gaya sentrifugal pada organel (struktur yang dibatasi dengan jelas) dalam campuran sel. Dengan memusingkan campuran sel selama 10 menit dengan gaya sekitar 800 kali daya tarik bumi, akan menyebabkan nuklei diendapkan di dasar tabung hingga berbentuk sedimen. Organel-organel ini dapat diambil dan dipelajari secara kimia dan dengan mikroskop. Setelah dipusingkan selama dua jam dengan gaya 100.000 kali lebih besar dari pada gravitasi, hampir seluruh organel yang dapat diidentifikasi pada sel itu akan dipaksa mengendap. Cairan (fluida) diatas sedimen mewakili apa yang tersisa dari sitoplasma setelah semua organelnya dikeluarkan. Maka, inilah material yang di dalamnya biasanya tersuspensi organelorganel sitoplasma. Sebagian besar adalah air yang didalamnya terlarut banyak molekul kecil-kecil dan ion serta juga sejumlah besar protein. Sebenarnya, jumlah enzim yang teramat perlu bagi matabolisme sel terdapat di sini. Namun, sebagian besar fungsi sitoplasma itu merupakan fungsi organelorganel yang terdapat didalamnya.

C. Nukleus Nukleus dibatasi oleh sepasang membran.

Selubung yang terbentuk itu tidak disambung, tetapi seperti mengandung pori-pori. Hal ini boleh jadi memungkin kan bahan-bahan berlalu-lalang dari nukleus.

Didalam membran nukleus terdapat kromosom tersuspensi, biasanya kromosom itu nampak sebagai struktur memanjang dan tidak mudah diamati dengan mikroskop cahaya. Biasanya disebut kromatin.

Bilamana sel siap membelah diri menjadi dua sel, kromosom itu tampak berubah. Benang tipis yang panjang menggulung menjadi benda yang memadat yang dapat tampak dengan mudah dengan bantuan mikroskop cahaya. Selama proses pembelahan itu, kromosom terbesar dalam jumlah yang tepat sama ke dalam dua sel anak. Selama masa antara pembelahan sel, pada saat kromosom ada dalam tahapan meluas, satu atau lebih daripadanya dapat dilekati suatu masa bulat yang besar. Benda ini dinamai nukleolus.

Di sinilah disintesis berbagai macam molekul RNA yang digunakan dalam perakitan ribosom. Ribosomamat penting bagi sintesis protein dalam sel, jadi tidak heran bahwa benda yang sangat aktif dalam sintesis protein itu biasanya mempunyai nukleus yang besar-besar.

Nukleus merupakan pusat pengendali dalam sel. Jika nukleus dalam sel telur rusak, telur itu tidak dapat melanjutkan perkembangannya menjadi individu yang baru.

D. Mitokondria Mitokondria adalah benda-benda bulat atau terbentuk tongkat dan ukurannya berkisar antara 0,2 m sampai 5 m. Jumlahnya dalam sel beragam, tetapi sel-sel aktif dapat mengandung lebih dari seribu banyaknya. Mitokondria dibatasi oleh membran ganda.

Membran luar merupakan baras halus tak putus-putus bagi mitokondria itu. Membran dalam berulang-ulang diperluas menjadi lipatan-lipatan yang masuk ke dalam ruang dalam mitokondria tersebut. Lipatan dalam yang mengandun fosfolipid dan protein.

Beberapa proteinnya ekstrinsik, sedangkan sebagian besar lainnya intrinsik. Artinya, terbenam dalam dwi lapis lipid. Fungsi mitokondria sudah jelas. Benda ini mengandung enzim-enzim yang melakukan oksidasi kalau makanan dan mensintesis ATP, peredaman energi pada sel.

Mitokondria cenderung untuk berkumpul di dalam sel yang paling aktif.

E. Ribosom Ribosom merupakan struktur yang paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasma. Ribosom merupakam situs dan di situlah berlangsungnya sintesis protein. Ribosom dapat merupakan 25% dari bobot kering sel. Setiap ribosom mengandung satu duplikat dari setiap tiga molekul RNA yang berlainan. Ribosom yang mensintesis protein-protein ini terikat pada membran endoplasma.

BAB XV HUKUM MENDEL

A. Latar Belakang Hukum Mendel Hukum Mendel berasal dari pendeta Australia bernama Gregor Mendel, tahun 1858 sampai 1866. Mendel bekerja di kebun gerejanya di kota Brunn, bertanam ercis, dan memeriksa keturunan-

keturunannya. Pilihan atas ercis tepat benar karena terdapat banyak varientas yang berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan biji keriput dan yang lain biji mulus. Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis mendel ini, yakni ukuran daun dan ukuran bunga. B. Hipotesis Mendel Pada setiap organisme, ada sepasang faktor yang mengendalikan munculnya sifat tertentu (faktor ini dinamai gen). Organisme tersebut mendapat faktor-faktor ini dari induknya, satu dari masing-masing. Setiap faktor ini diteruskan sebagai unit tersendiri lagi tidah berubah (biji keriput pada generasi F2 tidak kurang keriputnya daripada yang dihasilkan generasi P, kendatipun faktor-faktor yang mengendalikan sifat ini telah dilakukan pada generasi F1 biji bulat). Bilamana sel-se reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan, faktorfaktor itu berpisah dan disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum Mandel yang pertama, Hukum Segregasi. Jika suatu organisme mempunyai dua faktor berbeda untuk ciri tertentu, satu organisme mungkin dinyatakan untuk peniadaan sama sekali yang lainnya. Kini, istilah yang dipakai ialah alela untuk

memperjelas bentuk aternatif satu gen yang mengendalikan sifat tertentu. C. Kesimpulan suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifak homozigot terhadap alelnya. Sedangkan, satu dengan alel yang lainnya, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi) atau kedua alel tersebut dapat berpengaruh terhadap fenotipenya (dominasi tak lengkap) Bilamana sel-sel reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan, maka faktor-faktor itu terpisah dan disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum Mendel yang pertama, Hukum Segresi. Mendel menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak tergantung pada pewarisan pasangan lainnya (hukum penilaian bebas) Bila dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada kromosomkromosom terpisah atau agak berjauhan pada kromosom yang sama. Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewariasan poligenik atau faktor berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat sebagai contoh: berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari satu ekstrem kepala yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotipe di antara ekstrem-ekstremnya.

You might also like