You are on page 1of 13

Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB)

Hak- hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Hak-hak EKOSOB) adalah hak dasar manusia yang harus dilindungi dan dipenuhi agar manusia terlindungi martabat dan kesejahteraannya. Peran negara Dalam deklarasi Wina 1993 menekankan tanggung jawab negara untuk melindungi dan menegakkan HAM, termasuk hak-hak EKOSOB. Penyelenggara negara, baik eksekutif maupun legislatif, dituntut berperan aktif dalam melindungi dan memenuhi Hak-hak EKOSOB karena mereka yang secara efektif memiliki kewenangan menentukan alokasi sumber daya nasional. Komitmen Indonesia dalam memenuhi Hak-hak EKOSOB Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kovenan Internasioanal tentang Hak-hak EKOSOB (International Covenant on Economic, social, and Cultural Right) pada Oktober 2005. Ratifikasi ini ditandai dengan terbitnya UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on Economic, Social and Cultural Right (Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya). Dengan demikian, negara wajib menghormati, melindungi dan memenuhi Hak-hak tersebut kepada warganya. Ada 143 negara yang meratifikasi kovenan tersebut, termasuk Indonesia. Ratifikasi menuntut kewajiban kepada negara setahun setelahnya untuk menyesuaikan semuaaturan dengan Hak-hak EKOSOB dan dalam jangka waktu dua tahun setelah ratifikasi diharapkan menyerahkan laporan kepada komisi PBB untuk EKOSOB mengenai kemauan yang dicapai. Hal-hal yang diatur dalam Kovenan ECOSOC Bagian Pertama meuat hak setiap penduduk untuk menentukan nasib sendiri dalam hal status politik yang bebas serta pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Bagian Kedua memuat kewajiban negara untuk melakukan semua langkah yang diperlukan dengan berdasar pada sumber daya yang ada dalam mengimplementasikan Kovenan dengan cara-cara yang efektif, termasuk mengadopsi kebijakan yang diperlukan. Bagian Ketiga meuat jaminan hak-hak warga yaitu: 1. Hak atas pekerjaan 2. Hak mendapatkan program pelatihan 3. Hak mendapatkan kenyamanan dan kondisi kerja yang baik

4. Hak membentuk serikat buruh 5. Hak menikmati jaminan sosial, termask asuransi sosial 6. Hak menikmati perlindungan pada saat dan setelah melahirkan 7. Hak atas standar hidup yang layak termasuk pangan, sandang, dan perumahan 8. Hak terbebas dari kelaparan 9. Hak menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tinggi 10. Hak atas pendidikan, termasuk pendidikan dasar secara Cuma-Cuma 11 Hak untuk berperan serta dalam kehidupan budaya menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan aplikasinya Bagian Keempat memuat kewajiban negara untuk melaporkan kemajuan yang telah dicapai dalam pemenuhan Hak-hak EKOSOB ke Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan EKOSOB. Bagian Kelima memuat Ratifikasi negara. Diantara banyak hak yang dimuat dalam Hak-hak EKOSOB, ada hak yang paling mendasar sebagai basis terpenuhinya Hakhak EKOSOB, yakni Hak tas Pendidikan dan Kesehatan. Indikator terpenuhinya hak atas pendidkan

1. Ketersediaan lembaga, institusi bangunan dan fasilitas sekolah yang


memadi dan program-program pendidikan untuk setiap orang.

2. Aksesibilitas, setiap orang mempunyai akses atas lembaga, institusi dan


program-program pendidikan termasuk bisa diakses secara ekonomis.

3. Akseptabilitas, yang berarti format, substansi pendidikan seperti kurikulum,


metode pengajaran harus sesuai dengan situasi, kondisi dan budaya siswa.

4. Adaptabilitas, pendidikan harus fleksibel atau dapat disesuaikan dengan


perubahan situasi masyarakat. Indikator terpenuhinya hak ataskesehatan Sebagaimana hak atas pendidikan, hak atas kesehatan terpenuhi apabila:

1. Availabilitas, fasilitaskesehaan seperti obat-obatan, pelayanan kesehatan


masyarakat dan program-program kesehatan harus dapat dinikmati semua orang. Tenaga aramedis dan dokter juga hars dipenuhi hak-haknya, misanya gaji yang memadai. Aksesibilitas, semua orang dapat memenuhi hak atas kesehatanya tanpa diskriminasi, terutama bagi masyarakat adat, orang cacat, lanjut usia, maupun anak-anak dan perempuan. Selain itu, biaya kesehatan harus terjangka, ada informasi mengenai kesehatan yang memadai dan disediakannya fasilitas kesehatan untuk orang cacat.

2.

3. Akseptabilitas, pemenuhan hak atas kesehatan harus menghormati etika 4.


medis dan kebudayaan, seperti penghormatan budaya individu, kelompok minoritas, penduduk, komunitas dan memenuhi prinsip-prinsip sesitif gender. Kualitas, pemenuhan hak atas kesehatan mengacu pada prinsip medis dan pengetahuan yang layak dan bermutu. Ini berkaitan erat dengan keterampilan tenaga medis, dapat diuji berdasarkan ilmu pengetahuan, adanya perlengkapan puskesmas, rumah sakit dan sanitasi yang memadai, serta air bersih yang dapat diminum.

Diolah dari sumber Pattiro

Hak Ekosob Dan Indikator - Document Transcript


1. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya o Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya o Contoh-contoh dari hak ekosob o Komite Hak Ekosob General Comments Tinjauan Laporan Negara Concluding Observation 2. Hak Ekosob Sifat Kewajiban Negara o Pasal 2 (1) Kovenan Hak Ekosob to take steps.. by all appropriate measures with a view to achieving progressively the full realization (progressive realization) -- realisasi progressif realisasi secara bertahap to the maximum of available resources bagaimana mendefinisikan realisasi secara bertahap ? --> lihat para 43 48 General Comment 13 tentang hak atas pendidikan 3. Hak Ekosob Sifat Kewajiban Negara o Sebagian kewajiban tidak dapat diperlakukan dengan cara realisasi progresif --> core minimum obligations (kewajiban minimum utama) --> mis. penerapan non-diskriminasi o Realisasi progresif --> bertahap maju ukuran-ukuran yang bersifat mundur retrogressive tidak dapat diterima o Kewajiban bertindak dan kewajiban berdampak (obligation of conduct obligation of result o Pelanggaran-pelanggaran hak ekosob --> maastricht guidelines 4. Kewajiban Negara: menghormati, melindungi, memenuhi o Menghormati --> negara harus menahan diri dari campur tangan penikmatan hak asasi manusia o Melindungi --> negara harus mencegah pelanggaran pihak lain di luar negara o Memenuhi --> negara harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk pelaksanaan penuh hak asasi manusia

kewajiban memenuhi dapat diwujudkan melalui kewajiban memfasilitasi, memajukan, dan menyediakan 5. Indikator Hak Asasi Manusia o Suatu cara untuk mengukur pelaksanaan kewajiban yang disyaratkan oleh hukum HAM internasional o terdiri dari informasi spesifik mengenai peristiwa, proses, atau hasil o berkaitan dengan norma dan standar HAM internasional o digunakan untuk menilai dan memantau pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia 6. Mengapa membutuhkan Indikator? o Memperkuat akuntabilitas / pertanggung jawaban negara o Membantu negara dalam menyediakan laporan kepada komite o Mengukur kemajuan secara berkala untuk satu kurun waktu tertentu o Menilai dampak dari inisiatif kebijakan o Membandingkan kemajuan dari satu wilayah dengan wilayah tertentu terkait dengan pelaksanaan hak-hak tertentu 7. Indikator hak asasi manusia o bisa kualitatif dan kuantitatif, bukan saling berlawanan tapi saling melengkapi o relevan bagi hak sipol maupun hak ekosob o harus merefleksikan seluruh aspek kewajiban respect, protect, fulfill obligation of conduct dan of result (kewajiban bertindak dan berdampak o merefleksikan keseimbangan antara universalitas dan partikularitas 8. Indikator hak asasi manusia o harus: relevan, valid, dan handal (reliable) sederhana, tepat (timely), sebisa mungkin menggunakan sedikit angka dapat diperbandingkan secara wilayah maupun rentang waktu diterima oleh pihak pemegang hak praktis, akurat, dengan biaya terjangkau, dan tersedia sumbersumber data yang diperlukan 9. Metodologi penyusunan indikator o Indikator disusun di atas landasan kandungan normatif hak yang akan dipantau lihat Kovenan Hak Ekosob, General Comment, dan Jurisprudensi Identifikasi Elemen-elemen kunci (kandungan normatif) dari masing-masing hak mis: hak atas pangan: ...? mis: hak atas layanan kesehatan: ...? 10. Metodologi penyusunan indikator o Merefleksikan seluruh aspek kewajiban (obligations) Obligations: untuk menghormati, melindungi, memenuhi (respect, protect, fulfil)

Obligations: bertindak dan berdampak (of conduct, of result) 11. Metodologi penyusunan indikator o Merefleksikan tingkat penerimaan, upaya, dan hasil Indikator Struktural merefleksikan ratifikasi dan adopsi instrumen legal yang diperlukan untuk merealisasikan hak keadaan HAM dalam hukum dan kebijakan di tingkat domestik contoh: ratifikasi perjanjian HAM, pengesahan perjanjian HAM dalam hukum domestik, harmonisasi dalam kebijakan nasional Biasanya merupakan indikator kualitatif (meskipun bisa ditunjukkan secara kuantitatif) Indikator Proses mengukur upaya-upaya yang dilakukan oleh negara untuk melaksanakan kewajibannya Contoh: proporsi warga yang memiliki asuransi layanan kesehatan, proporsi warga yang memiliki akses berkesinambungan terhadap sumber-sumber air(untuk hak atas pangan), proporsi budget yang dialokasikan untuk perumahan rakyat Biasanya diukur secara kuantitatif Indikator Hasil Merefleksikan status atau realisasi hak-hak yang khusus Contoh: proporsi anak yang kekurangan berat badan di bawah usia 5 tahun, proporsi warga yang tinggal di wilayah kumuh di perkotaan, proporsi warga yang memiliki akses berkesinambungan terhadap sumber-sumber air(untuk hak atas air) Biasanya diekspresikan secara kuantitatif Kerapkali tumpang tindih dengan MDGs 12. Metodologi penyusunan indikator o Mempertimbangkan norma-norma yang bersinggungan cross-cutting norms mis. non-diskriminasi, kesetaraan, tak terbagi, dsb 13. Metodologi penyusunan indikator o Identifikasi sumber-sumber data gunakan 4 tipe data o Statistik / Agregat o Event-based data o Survei Rumah tangga dan persepsi o Expert Judgement (penilaian pakar) o Lakukan pemilahan data berdasarkan cross-cutting norms o Susunlah metasheet yang lebih rinci dan tools pengumpulan data o Uji dan perbaiki indikator dan teknik-teknik pengumpulan data 14. Latihan

o o

o o o

bekerjalah berpasangan lakukan identifikasi kandungan hak sesuai dengan topik yang dipilih: hak atas pendidikan hak atas pangan hak atas layanan kesehatan hak untuk bebas dari penyiksaan hak hidup hak atas persamaan di depan hukum hak atas tempat tinggal hak atas pekerjaan dan dalam bekerja hak atas kebebasan beragama hak atas kebebasan berpendapat susun indikator struktural, proses, dan hasil Identifikasi sumber-sumber data dari masing-masing indikatoor

Hak Sipil dan Politik Budaya atau Kebijakan?1 Kita tidak bisa menjamin kesejahteraan kita kecuali dengan menjamin kesejahteraan orang orang lain juga jika anda ingin bahagia anda harus rela mengusahakan orang-orang lain agar berbahagia pula (Betrand Russel) Oleh Eko Prasetyo2 Secara prinsip hak asasi manusia adalah upaya bagi semua manusia untuk memperlakukan semua orang sesuai martabatnya. Perlakuan sesuai martabat ini yang kemudian mendorong dihindarinya sikap diskriminatif. Sikap yang membeda-bedakan semua orang berdasar jenis kelamin, kelas sosial, agama dan etnis. Dorongan untuk mematuhi dan menjalankan HAM ini seringkali terbentur oleh kebijakan diskriminatif. Diantaranya adalah kebijakan politik yang memperlakukan satu negara dengan negara lain lewat kriteria ekonomi. Salah satu kovenan yang sangat penting dan seringkali dilanggar adalah hak sipil dan politik. Hak yang memberikan jaminan sekaligus perlindungan bagi sikap politik maupun dalam cara berorganisasi. Hak ini malahan memberikan perlindungan agar setiap orang dijauhkan dari sasaran penyiksaan. Timbulnya hak sipil dan politik ini sebagian didasari oleh keinginan untuk terhindar dari kekuasaan diktator. Suatu kekuasaan yang menutup iklim demokrasi. Jenis kekuasaan yang enggan untuk berbagi dan bertanggung jawab terhadap publik. Dalam kovenan sipil dan politik memang banyak sekali pengaturan yang di satu sisi kebebasan sekaligus pembatasan pada kuasa negara. Menyangkut pasal 6 (bebas dari perampasan sewenang-wenang atas hidup) kemudian pasal 7 (bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang tidak

manusiawi) lalu pasal 9 (hak untuk kebebasan dan keamanan seseorang) lalu pasal 10 (perlakuan para tahanan secara manusiawi) dan pasal 12 (kebebasan untuk mengadakan gerakan) merupakan cerminan dari dibatasinya
Disampaikan untuk Acara Penyegaran Aparat Trantib/Polisi Pangreh Praja tanggal 3 Maret 2004 2 Kepala Div Program dan Koord Harian Pusat Studi HAM Universitas Islam Indonesia
1

kekuasaan negara dan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta dalam pemenuhan hak berpolitik. Kovenan ini dalam penyusunanya memang menghadapi banyak persoalan. Terutama sekali bagaimana untuk mengatasi kepentingan diantara beberapa negara yang berbeda. Di satu pihak gagasan mengenai hak asasi manusia meliputi semua hak yang melekat dalam setiap individu dan tidak menerima persyaratan apapun. Sedang di pihak lain ada banyak negara yang sulit untuk menerima pemberlakuan ini secara mutlak, apalagi jika tanpa prasyarat apapun. Kiranya persoalan pilihan ini juga membayangi di sejumlah negara yang akan meratifikasi kovenan ini. Termasuk diantaranya adalah Indonesia yang tampak masih kontroversial dalam memaknai pemberlakuan HAM ini. Meskipun Indonesia sudah meratifikasi anak dari kovenan hak sipil dan politik, seperti kovenan anti penyiksaan, kovenan anak dan kovenan perempuan tapi negara tampaknya enggan untuk secara maksimal memenuhi kebutuhan mereka. Masih banyak penyiksaan yang dilakukan semena-mena kemudian juga perdagangan anak dan perempuan yang tinggi dari segi jumlah. Jika diusut maka penyebabnya terlalu banyak. Ada persoalan politik dimana memang masih rendahnya kemauan politik pemerintah juga ada masalah ekonomi soal ketimpangan serta persoalan kultural tentang minimnya penghargaan atas hak asasi manusia. Walaupun demikian jaminan hukum atas Hak Asasi Manusia ini dimuat secara utuh dalam UU No 39 tahun 1999. Apa yang dirangkum dalam hak sipil dan politik tertuang dalam semua pasal di UU HAM ini. Keseluruh pasal secara utuh menyediakan perlindungan bagi kebebasan berorganisasi sekaligus perlindungan atas tindakan yang semena-mena. Ditinjau dari isi pasal memang UU HAM ini jauh lebih maju dan progresif akan tetapi benturan yang paling menghadang adalah sikap maupun kebijakan pemerintah. Upaya pemerintah untuk memaksimalisasi pendapatan dan membentuk jaringan kerja sama dengan sektor swasta telah menindih banyak kepentingan rakyat. Tindakan seperti relokasi maupun penggusuran kini menjadi bagian yang sering mendapat gugatan. Khususnya dalam kaitan dengan perlindungan atas kelompok rentan yang kerapkali menjadi sasaran kebijakan. Kelompok rentan itu diantaranya adalah kaum defabel, perempuan, anak yang karena struktur sosial berada dalam posisi pinggir.

Kisah penggusuran Jakarta yang membuat sejumlah anak tidak bisa melanjutkan sekolah merupakan bentuk pelanggaran HAM. Hal serupa adalah menghancurkan tempat tinggal tanpa ada lokasi pengganti tentu bukan merupakan pemecahan. Sebab bicara soal penegakan HAM orientasi perlakuan lebih utama ketimbang bagaimana menegakkan disiplin. Kaitan inilah yang tentu sangat penting bagi tugas Pol PP. Sebagai bagian dari aparat negara tentu sulit untuk bekerja dengan mempertimbangkan HAM sekaligus punya kewenangan represi. Aspek yang penting bagi kewenangan itu adalah sejauh mana batasan kewenangan itu diperkenankan. Batasan itu dengan mempertimbangkan bagaimana perlakuan yang layak serta bermartabat. Upaya Represif yang diperkenankan lewat undang-undang harus mempertimbangkan, pertama adalah perlindungan dari segala tindakan kekerasan, kedua jikalau tindakan kekerasan diambil itu selalu merupakan langkah terakhir setelah berbagai upaya ditempuh dan ketiga tindakan represif itu tidak membahayakan nyawa dan keselamatan orang. Diperkenankanya tindakan kekerasan ini tentunya setelah melihat fungsi dan peran Pol PP. Sebab sebagai bagian dari aparat negara tentu tak bisa dilepaskan dari kultur serta watak kekuasaan. Sebab tidak ada pelanggaran HAM yang muncul tanpa didahului oleh struktur dan sistem yang tidak menjamin diakui dan ditegakkanya nilai HAM. Pertanyaanya yang terakhir kemudian bagaimana sebenarnya di lingkungan kerja Pol PP sendiri, apakah penghormatan dan perlindungan HAM menjadi tradisi yang secara mutlak diakui dan dibudayakan? Pertanyaan yang sepatutnya anda jawab. Sebab sekali lagi, pemuliaan dan penghormatan atas HAM dapat dikerjakan jika institusi mengawalinya terlebih dulu.

Hak-hak Sipil dan Politik Written by Administrator Saturday, 14 August 2010 12:24
Definisi hak-hak sipil dan politik Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh negara agar menusia bebas menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik. Adapun yang berkewajiban untuk melindungi hak-hak sipil dan politik warga negara sesuai dengan Pasal 8 Undang-undang No. 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa perlindungan, Pemajuan, Penegakan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia terutama menjadi tanggung jawab pemerintah. Karakteristik 1. Dicapai 2. Negara 3. Dapat 4. Tidak hak-hak diajukan bergantung sipil dengan bersifat pada dan ke sumber politik: segera; pasif; pengadilan; daya;

5. Non-ideologis. Di dalam perlindungan hak-hak sipil dan politik, peran negara harus dibatasi karena hak-hak sipil dan politik tergolong ke dalam negative right, yaitu hak-hak-hak dan kebebasan yang dijamin di dalamnya akan terpenuhi apabila peran negara dibatasi. Bila negara bersifat intervensionis, maka tidak bisa dielakkan hak-hak dan kebebasan yang diatur d idalamnya akan dilanggar negara. Hak-hak yang termasuk ke dalam hak-hak sipil dan politik 1. Hak hidup; 2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi; 3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa; 4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi; 5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah; 6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum; 7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama; 8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi; 9. Hak untuk berkumpul dan berserikat; 10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan. Instrumen HAM yang mengatur hak-hak sipil dan politik: 1. UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B (ayat 1, 2), 28 D ayat (1, 3, 4), 28 E ayat (1, 2, 3), 28 F, 28 G ayat (1, 2), 28 I ayat (1, 2); 2. Ketetapan MPR Nomor XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia; 3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita; 4. Undang-undang Nomor 5 tahun 1998 Tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia; 5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial; 6. UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM (Pasal 9-Pasal 35); 7. UU No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahaan Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik; 8. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Konvensi Hak-hak Anak; 9. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Hal-hal yang dilakukan Indonesia dalan Menjamin dan Melindungi Hak-hak Sipil dan Politik warga negara, antara lain: 1. Indonesia telah meratifikasi sejumlah instrumen Hak Asasi Manusia yang terkait tentang Hak-hak Sipil dan Politik; 2. Mengamandemenkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan memasukan BAB yang mengatur HAM tersendiri; 3. Harmonisasi berbagai Peraturan Perundang-undangan; 4. Melakukan Deseminisasi dan Sosialisasi di seluruh wilayah Republik Indonesia terkait dengan Hak-hak Sipil dan Politik; 5. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Perlindungan anak dan Komisi Nasional Perempuan; 6. Pembentukan Kementerian Negaran Urusan HAM yang menangani masalah HAM yang kemudian di gabung dengan Departemen Kehakiman dan HAM yang sekarang

berubah menjadi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia; 7. Mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat di masa lalu melalui Pengadilan HAM Ad Hock; 8. Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia tahun 2004-2009 yang berisi tentang pedoman kerja mengenai langkah-langkah yang akan disusun secara berencana dan terpadu pada tingkat nasional dalam rangka mewujudkan penegakan dan perlindungan Hak Asasi Manusia. Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Hukum dan HAM 1. PENGERTIAN EKOSOB hak ekosob merupakan hak asasi manusia dan pemenuhannya sudah seharusnya dijamin oleh negara. Namun selama ini, pemenuhan hak asasi masih berkutat pada penjaminan hak sipil dan politik seperti hak kebebasan mengeluarkan pendapat atau pun hak aspirasi politik. 2. PASAL 11 AYAT ( 1 ) KONVENAN HAK EKOSOB HAM

Hak atas Tempat Tinggal yang Layak (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) 3.PENJELASAN PASAL 11 AYAT ( 1 ) : 1. Menurut pasal 11 (1) Perjanjian, Negara "mengenali hak setiap orang untuk memperoleh standar hidup yang layak bagi dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian, dan tempat tinggal, juga peningkatan kondisi-kondisi hidup yang berkelanjutan. Hak asasi manusia atas tempat tinggal yang layak, yang dengan demikian ditarik dari standar hidup yang layak, adalah sumber penikmatan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Komite telah mampu mengumpulkan informasi seputar hak ini. Sejak 1979, Komite dan para pendahulunya telah mempelajari berbagai laporan yang berkaitan dengan hak atas tempat tinggal yang layak. Komite juga telah mengadakan sebuah diskusi-sehari mengenai topik ini dalam sesisesi ketiga (baca E1989/22, par. 312) dan keempat (EI990/23, par. 281-285. Selain itu, Komite telah secara cermat mencatat informasi yang dihasilkan oleh the

International Year of Shelter for the Homeless (1987) termasuk the Global Strategy for Shelter to the Year 2000 yang dicantumkan oleh Majelis Umum dalam resolusi 42/191 tertanggal 11 December 1987.1 Komite juga telah meninjau berbagai laporan dan dokumentasi lain oleh Komisi Hak Asasi Manusia dan Sub- Komisi Pencegahan Diskriminasi dan Perlindungan terhadap Kelompok- kelompok Minoritas.

International Year of Shelter for the Homeless (1987) termasuk the Global Strategy for Shelter to the Year 2000 yang dicantumkan oleh Majelis Umum dalam resolusi 42/191 tertanggal 11 December 1987.1 Komite juga telah meninjau berbagai laporan dan dokumentasi lain oleh Komisi Hak Asasi Manusia dan Sub- Komisi Pencegahan Diskriminasi dan Perlindungan terhadap Kelompok- kelompok Minoritas.
4. PENDAPAT

Menurut saya, yang harus diperhatikan bahwa pemenuhan hak ekosob adalah bagian dari kewajiban negara untuk mengimplementasikan hak-hak asasi manusia, yang tidak sekadar kewajiban moral, tetapi sudah menjadi kewajiban hukum dan konstitusi. Tiadanya komitmen pemerintah terhadap hak ekosob sama halnya dengan melakukan kesengajaan pelanggaran hak asasi manusia. Kita semua berharap bahwa tidak terulang kembali penyelahgunaan kekuasaan di masa sebelumnya, dan kewajiban ini bisa dipegang teguh oleh penyelenggara negara untuk segera membebaskan kemiskinan yang terjadi.

You might also like