You are on page 1of 3

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Dina Fauziah Dhiyyan Rifiya Bidang Pendidikan dan Profesi ISMKI Apa, sih,

itu? Ada yang pernah iseng bertanya seperti judul di atas? Atau merasa itu bukan suatu hal yang perlu ditanyakan karena bisa dijawab oleh masing-masing individu? Atau malah belum pernah bertanya karena baru dengar istilah SKDI alias Standar Kompetensi Dokter Indonesia? Secara singkat bisa dikatakan, SKDI ini merupakan undang-undangnya para dokter, dan yang menyusun undang-undang ini tentu bukan sembarang orang. SKDI adalah versi terbaharukan dari KIPDI (Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia). Di mana SKDI ini merupakan standar nasional pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter yang selanjutnya digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum di semua universitas seluruh Indonesia. SKDI ini disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dengan berkoordinasi dengan organisasi profesi, kolegium, ikatan rumah sakit pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan, yang akhirnya akan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Kompetensi Dokter Indonesia : Mengapa Harus Ada? Suatu profesi, berbeda dengan pekerjaan, membutuhkan keahlian tertentu untuk bisa dicapai. Dan dokter termasuk profesi, sehingga ada keahlian-keahlian yang jika belum dikuasai, maka belum bisa disebut sebagai dokter. Berhubung dokter adalah salah satu profesi yang paling membutuhkan orang lain, termasuk rekan sejawat, maka kompetensi ini perlu disamaratakan, termasuk terkait persepsi. Bisa dibayangkan bagaimana kacaunya jika dalam suatu tindakan yang memerlukan kerjasama tim, terjadi kesalahpahaman. Ujungujungnya bisa membahayakan pasien ataupun diri sendiri. Bahaya terhadap pasien ini mengingatkan pada satu fakta bahwa dokter berurusan langsung dengan manusia, hidup-matinya, dan ini juga merupakan salah satu poin yang memperkuat pentingnya diadakan standarisasi kompetensi. Tanpa adanya batasan kompetensi tertentu yang harus dicapai, seorang dokter bisa jadi tidak menguasai suatu hal yang dikuasai oleh

dokter lain pada umumnya. Selain itu, SKDI juga menjadi penting terkait pendidikan yang harus ditempuh sebelum seseorang menjadi dokter. Rasanya hampir semua orang faham bahwa institusi penyelenggara pendidikan dokter di Indonesia cukup banyak, karena kebutuhan masyarakat akan dokter tidak pernah berkurang. Dari sekian banyak pelaksana ini, perbedaan kurikulum dan metode pembelajaran tentu dapat terjadi, mengingat perbedaan kultur, geografis, sosial ekonomi dan berbagai faktor lainnya. Namun output yang dihasilkan harus sama, karena nilai kemanusiaan berlaku universal. Di situlah SKDI berperan penting menjadi koridor dalam pelaksanaan pendidikan dokter. Sehingga bagaimana pun detail prosesnya, diharapkan mampu mencapai hasil akhir yang sama. Kenapa Harus Kompetensi? Berdasarkan kajian terdahulu, sudah terbukti bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup untuk menghasilkan dokter yang berkualitas. Masyarakat menuntut dokter yang tidak hanya pintar, tetapi juga kompeten. Sehingga dibuatlah SKDI yang akan menjadi standar dari lulusan Program Studi Pendidikan Dokter. Yang dimaksud kompeten di sini adalah seseorang yang memiliki tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, kompeten merupakan bagian dari profesionalitas yang harus dikuasai agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebenarnya Apa Manfaat SKDI? Untuk mahasiswa kedoteran, mengetahui sejak awal kompetensi apa saja yang harus dikuasai dapat membantu proses belajar karena sejak awal sudah memahami hasil akhir yang harus dicapai dari sebuah pendidikan. Kita bisa mempersiapkan strategi belajar serta menentukan fokus belajar kita, sehingga proses pembelajaran yang kita lakukan bisa lebih efektif dan efisien. Dan tentunya mampu menghasilkan dokter dengan kualitas juara. Selain itu, SKDI memberi pula manfaat untuk berbagai pihak : untuk institusi pendidikan kedokteran, seperti yang sudah disebut di atas, akan menjadi kerangka acuan untuk mengembangkan kurikulum; untuk jenjang profesi berikutnya, yaitu spesialis, SKDI juga dapat menjadi acuan kompetensi; juga bisa untuk menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri; untuk Departemen

Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional, SKDI mempermudah proses akreditasi program studi pendidkan dokter; dan banyak lagi.

You might also like