You are on page 1of 6

Kepada Yth.

Bapak Pimpinan Redaksi Mingguan Serambi Pos di Padang Dengan hormat, besama ini saya kirimkan artikel dengan judul Pendidikan Karakter Dalam Proses Pembelajaran, dengan harapan kiranya Bapak berkenan untuk me muatnya dalam Surat Kabar Mingguan Serambi Pos yang Bapak pimpin. Demikianlah saya sampaikan pada Bapak, atas perhatian bapak sebelumnya saya ucapkan terima kasih .

Painan, 5 Februari 2013 Hormat, saya,

Drs. Erizonal (Pengawas SMP/SM Pesisir Selatan)

Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Proses Pembelajaran Oleh: Drs. Erizonal (Pengawas SMP/SM Kab. Pesisir Selatan) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2015 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) merupakan landasan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter sebagai prioritas program Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan karakter (2010). Bahwa pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karakter adalah perilaku seseorang yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Karakter seseorang terbentuk atas dasar kebiasaan. Apa pun yang menjadi kebiasaan terlepas dari positif atau negatifnya kebiasaan itu akan melahirkan karakter. Dalam konteks tulisan ini, tentu saja kebiasaan yang hendak ditanamkan kepada peserta didik adalah kebiasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang secara dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Terkait dengan itu, maka pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituasi) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik, dan biasa melakukannya dalam kehidupan kesehariannya (psikomotor). Dengan demikian, karakter adalah perilaku seseorang yang didasari oleh kebiasaan-kebiasaan yang berlandaskan nilai-nilai atau norma-norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Oleh karena itu, pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang secara terusmenerus dipraktikkan dan dilakukan. Upaya untuk mewujudkan tujuan pandidikan karakter mesti dilakukan secara sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan (sekolah), pemerintah, masyarakat, media masa, dunia usaha, dan dunia industri. Satuan pendidikan merupakan komponen penting dalam pendidikan karakter yang harus berjalan secara sistemik dan integratif bersama dengan komponen lainnya. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang diwujudkan melalui program-program operasional sekolah dan melalui proses pembelajaran. Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa dalam pengelolaan proses pembelajaran diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini

adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam ranka itu, maka proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehubungan dengan itu, kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik hendaklah mengacu kepada amanat Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 itu, yang; mencakup: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Tulisan ini penulis fokuskan kepada implementasi pendidikan karakter dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam Standar Proses dinyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru meliputi; (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti yang meliputi kegiatan eksplorasi, kegiatan elaborasi, kegiatan konfirmasi, dan (3) kegiatan penutup. Dalam kenteks kegiatan pembelajaran inilah guru mengimplementasikan nilai-nalai karakter berupa pembiasaan atau habit kepada peserta didik melalui aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Semakin banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka semakin banyak nilai-nilai yang dapat dimplemenatsikan. Kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran misalnya, guru melakukan appersepsi dengan tujuan untuk menyiapkan pisik dan mental siswa dalam mengikuti proses pembelajaran melalui berbagai kegiatan antara lain dengan melakukan tanya jawab tentang materi pelajaran minggu sebelumnya. Melalui kegiatan appersepsi ini diharapkan peserta didik akan mampu memusatkan dirinya untuk belajar, dan sekali gus mengembangkan pembelajaran yang bermakna bagi mereka, dan peserta didik akan lebih termotivasi untuk menerima materi pembelajaran berikutnya. Di samping itu, melelui kegiatan appersepsi ini guru akan dapat membangun jembatan untuk menuju kehidupan-bergairah siswa, membuka jalan memasuki dunia peserta didik melalui berbicara dengan bahasa hati mereka. Hal ini akan memudahkan guru untuk melibatkan peserta didik, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus dan meningkatkan kegembiraan dan keceriaan belajar peserta didik. Pelaksaan appersepsi dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran tak obahnya seperti acara sinetron yang ditayangkan di televisi yang diawali dengan cuplikan cerita minggu yang lalu. Dengan demikian pelaksanaan appesersepsi pada kegiatan pendahuluan pembelajaran akan mampu membiasakan peserta didik untuk selalu memeliki kesiapan diri untuk belajar, dan sekaligus mampu mengembangkan motivasi belajar, mengembangkan sikap rasa ingin tahu, serta meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Bukankah Meladee McCarty pernah berujar, Anak-anak di dalam kelas kita mutlak lebih penting dari pada pelajaran

yang kita ajarkan kepada mereka. Hal-hal yang seperti itu merupakan bagian dari nilai-nilai karakter yang perlu dibiasakan oleh guru kepada peserta didik melalui kegiatan pendahuluan atau kegiatan membuka pelajaran. Selain kegiatan appersepsi yang dilakukan dalam pendahuluan pembelajaran, guru juga dapat menjelaskan tujuan atau indikator pembelajaran yang akan dicapai melalui proses pembelajaran itu. Hal ini akan berimplikasi kepada meningkatnya motivasi belajar siswa, karena siswa mengetahui tujuan pembalajaran yang akan dicapainya, dan sekali gus menanamkan nilai-nilai kepada siswa bahwa apa pun kegiatan yang dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas, tentunya tujuan yang sesuai dengan karakter bangsa. Peserta didik harus dibiasakan bahwa hidup itu punya tujuan. Bila hidup tidak punya tujuan yang jelas maka kita akan berputar-putar di tempat yang sama. Demikian pula halnya dengan kegiatan inti dalam pembelajaran, yang diawali dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan eksplorasi. Dalam kegiatan eksplorasi guru membiasakan peserta didik untuk mencari, menelusuri, menjelajahi informasi yang terkait dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan; seperti membaca buku sumber, mengamati gambar, mengamati peta, mengamati model-model, mengamati alam nan takambang, mendengarkan percakapan (dialog) dan lain sebagainya. Sedangkan tugas guru adalah menyiapkan segala sesuatunya yang terkait dengan kegiatan eksplorasi yang akan dilakukan oleh peserta didik. seperti menyiapkan berbagai model dan startegi pembelajaran, dan menyaipkan berbagai alat dan media pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Thomas Groom pernah berucap,Salah satu tanda seorang pendidik yang hebat adalah kemampuannya memimpim murid-muridnya menjelajahi tempat-tempat baru yang bahkan dia (guru) sendiri belum pernah kesana. Dengan berbagai kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru, diharapkan peserta didik akan terbiasa untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang telah dikemukan di atas, dan pada gilirannya akan berkembang nilai-nilai karakter di diri peserta didik, antara laian; gemar membanca, rasa ingin tahu, kreatif, disiplin, saling menghargai, kerja keras, mandiri, dan sekaligus mampu mencegah kegiatan-kegiatan peserta didik yang tidak terkait dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan berikutnya dalam kegaiatan inti pembelajaran adalah kegiatan elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengolah, mendalami informasi yang terkait dengan materi pembelajaran yang telah diperolehnya selama kegiatan eksplorasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui tanya jawab, diskusi, eksperimen, mengerjakan latihan, demonstrasi, melakukan praktek atau percobaan-percobaan. Dengan demikian, melalui kegiatan elaborasi ini, pada diri peserta didik akan berkembang nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, rasa ingin tahu, kreatif, kemandirian, kebiasaan bertanya, kerjasama, tanggungjawab, dan sebagainya. Nilai-nilai itu, tentunya bisa berkembang pada diri peserta didik, jika guru selalu berupaya untuk mengawasi, membimbing, memfasilitasi peserta didik selama kegiatan elaborasi ini berlangsung.
Kegiatan konfirmasi, merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan eksplorasi dan elaborasi. Melalui kegiatan kofirmasi ini tugas guru adalah memberikan penguatan atas kegiatan eksplorasi dan elaborasi yang yang telah dilakukan oleh peserta didik, memberikan umpan balik positif dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun

hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, serta memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. Kebiasaan guru untuk memberikan konfirmasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik akan mampu menumbuhkan sikap percaya diri, meningkatkan motivasi belajarnya dan sekali gus peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna. Melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan kegiatan konfirmasi diharapkan guru mampu membimbing peserta didiknya untuk menggali potensi yang dimilikinya, baik berupa bakat, minat, motivasi, maupun kecerdasan peserta didik, sehingga pada saatnya akan benar-benar terlahir generasi yang memeiliki karakter yang tangguh yang mampu mengatasi beranekaragam permasalahan, baik yang bersifat pribadi maupun yang berskala nasional yakni masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negaranya. Oleh karena itu, panggalaian potensi diri yang dimiliki oleh para peserta didik harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan, melalui berbagai kegiatan dan aktivitas pembelajaran di bawah bimbingan para guru mereka. Terkait dengan hal itu, Evelyn Blose Holman bertutur, Setiap orang berbakat di bidang tertentu. Kita hanya harus menemukan bakatnya. Senada dengan itu, Galileo Galilei berkata, Kita tak bisa mengajari orang apa pun; kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka sendiri. demikian pula halnya dengan William Arthur Ward yang pernah berujar, Guru biasa member tahu, guru baik menjelaskan, guru ulung memperagakan, dan guru hebat mengilhami. Oleh karena itu, tugas kita (guru) semualah untuk saling membantu peserta didik menggali dan menemukan mutiara ini. Mutiara yang dimiliki oleh insan-insan peserta didik, dan mutiara yang dimiliki oleh kita semua.
Kegiatan terakhir, dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah kegiatan menutup pelajaran. Kegiatan ini dilakukan .oleh guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri antara lain untuk membuat

rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Diharapkan melalui kegiatan ini peserta didik memperoleh pengalaman atau hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hasil belajar yang diharapkan itu tidak hanya berupa kognitif atau pengetahuan saja tapi juga berupa afektif dan keterampilan yang baik, sehingga pada gilirannya hasil belajar yang diperoleh dalam setiap kali proses pembelajaran akan berakumulasi untuk menjadikan peserta didik yang berkembang secara utuh, dan pada saatnya akan menjadi genersi yang menjadi harapan bangsanya. Upaya untuk mewujudkan generasi yang luar biasa melalui pengimplementasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran pada akhirnya akan menjadi kenyataan. Yakni, sebuah generasi yang berkualitas dan berintegritas. Yang potensi dirinya mampu ditemukan, digali, diangkat, dan dioptimalkan, sehingga mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada sesamanya. Mereka benar-benar memahami apa yang diucapkan oleh Jannette Cole, Spelman College bahwa, Kita tidak dapat memvbantu

diri sendiri tenpa membantu orang lain. Kita tidak dapat memperkaya kehidupan kita tanpa memperkaya hidup orang lain. Kita tidak dapat mencapai kesejahteraan tanpa membawa kesejahteraan untuk orang lain. Dengan demikian, generasi yang kita harapkan terlahir melalui proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan kita tidak hanya memilki kualitas hard skills yang menggembirakan, tapi soft skill-nyapun benarbenar bisa diandalkan, semoga.

You might also like