You are on page 1of 15

Gagal ginjal kronik

GAGAL GINJAL KRONIS


PENDAHULUAN Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urine. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal Pada yang progresif dan kedua kasus lambat (biasanya ginjal berlangsung beberapa tahun), untuk sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu. tersebut, kehilangan kemampuannya mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerolus (glomerulo-nefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklrosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lainnya karena gagal ginjal progresif dapat didefenisikan secara sederhana sebagai defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa, dari

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 1

Gagal ginjal kronik


pada mereka yang berusia muda. terlebih pada kaum lanjut usia .

DEFENISI Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Sedangkan gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. EPIDEMIOLOGI Di Amerika Serikat, data tahun 1995 1999 menyatakan insidens penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun. Dan angka ini meningkat sekitar 8 % setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40 60 kasus perjuta penduduk pertahun. ETIOLOGI Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu Negara dengan Negara lain. Misalkan dinegara Amerika Serikat, dari tahun 1995 1999 penyebab utama penyakit ginjal kronik ini adalah Diabetes Mellitus tipe I & II dengan insiden 44%, Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar (27%), Glomerulonefritis (10%), Nefritis Interstitialis (4%), Kista dan penyakit bawaan lain (3%), Penyakit sistemik lupus dan vaskulitis (2%), Neoplasma (2%). Sedangkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia adalah Glomerulonefritis (46,39%), Diabetes Mellitus (18,65%), Obstruksi dan Infeksi (12,85%), Hipertensi (8,46%), Sebab lain (13,65%). Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah ; Kehilangan carian banyak SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 2

Gagal ginjal kronik


yang mendadak ( muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis. PATOFISIOLOGI Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat dan diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progressif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. KRITERIA PENYAKIT GINJAL KRONIK 1. Kerusakan ginjal (renal demage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi : Kelainan patologis Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests) SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 3

Gagal ginjal kronik


2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m 2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73 m 2, tidak termasuk criteria penyakit ginjal kronik. KLASIFIKASI Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft Gault sebagai berikut : LFG = (140 umur) X Berat Badan 72 X kreatinin plasma (mg/dl)
* *)

) pada perempuan dikalikan 0,85 Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73mm2) 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90 2 3 4 5 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan Kerusakan ginjal dengan LFG sedang Kerusakan ginjal dengan LFG berat Gagal Ginjal 60 89 30 59 15 29 < 15 atau dialisis

Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar diagnosis etiologi Penyakit Tipe Mayor Penyakit ginjal diabetes Diabetes Tipe 1 dan 2 Penyakit ginjal non diabetes Penyakit glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasma) Penyakit vascular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati) Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu, SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 4

Gagal ginjal kronik


obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik (ginjal polikistik) Rejeksi kronik Penyakit pada transplantasi Keracunan obat (siklosporin / takrolimus) Penyakit recurrent (glomerular) Transplant glomerulopathy

GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi : 1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya, misalnya diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Erimatosus Sistemik (LES), dll 2. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma 3. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida). GAMBARAN LABORATORIS Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi : 1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya 2. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, an penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan kadar untuk memperkirakan fungsi ginjal 3. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolic 4. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 5

Gagal ginjal kronik


GAMBARAN RADIOLOGIS Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi : 1. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio opak 2. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan 3. Pielografi antegrad atau retrograde dilakukan sesuai dengan indikasi 4. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi 5. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi

BIOPSI DAN PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI GINJAL Biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasive tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsy ginjal indikasi kontra dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil, ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal nafas dan obesitas. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi : 1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya Waktu yang tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal yang masih normal secara USG, biopsy dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Tetapi bila LFG sudah menurun sampai 20 30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah banyak bermanfaat. 2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 6

Gagal ginjal kronik


Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFD pada pasien gagal ginjal kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors) yang dapat memperburuk keadaan pasien. Factorfaktor komorbid ini antara lain gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, dan peningkatan aktivitas penyakit dasarnya. 3. Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal Factor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus ini adalah pembatasan asupan protein. Jumlah kalori yang diberikan sebesar 30 35 kkal/kgBB/hari, dibutuhkan pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan protein dapat ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh tetapi dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Selain itu, makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, posfat, sulfat dan ion unorganik lain juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein pada pasien penyakit ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan metabolis yang disebut uremia. Dengan demikian, pembatasan asupan protein akan mengakibatkan berkurangnya sindrom uremik. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah table pembatasan asupan protein dan fosfat pada penyakit ginjal kronik. Pembatasaan asupan protein dan fosfat pada penyakit ginjal kronik LFG ml/menit Asupan protein g/kg/hari Fosfat g/kg/hari >60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi 25 60 5 25 0,6 0,8/kg/hari, termasuk 0,35 gr/kg/hari nilai biologi tinggi 0,6 0,8/kg/hari, termasuk 0,35 gr/kg/hari protein nilai biologi tinggi atau tambahan 0,3 gr asam amino <60 esensial atau asam keton 9g 10 g 10 g

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 7

Gagal ginjal kronik


(sindrom nefrotik) 0,8/kg/hari (+ 1 gr protein / gr

proteinuria atau 0,3 g/kg tambahan asam amino esensial atau asam keton

4. Terapi farmakologis Untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. untuk hipertensi Pemakaian memperkecil intraglomerulus obat risiko dan antihipertenasi, kerusakan nefron disamping dengan bermanfaat mengurangi

kardiovaskular juga sangat penting untuk memperlambat pemburukan hipertropi glomerulus. Disamping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat proteinuria. Saat ini diketahui bahwa proteinuria merupakan factor resiko terjadinya pemburukan fungsi ginjal, dengan kata lain derajat proteinuria berkaitan dengan proses perburukan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Beberapa obat antihipertensi , terutama penghambat enzim converting angiotensin (angiotensin converting enzyme/ACE Inhibitor), melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi lewat mekanisme kerjanya sebagai antihiprtensi dan antiproteinuria. 5. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit cardiovascular Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40-45% terapi kematian pada penyakit ginjal adalah kronik disebabkan oleh penyakit cardiovascular. Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan penyakit kardiovaskular pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia, pengendalian anemia, pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit. Semua ini terkait dengan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi penyakit ginjal kronik secara keseluruhan. 6. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi. Deraj at SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 8 Komplikasi penyakit ginjal kronik Penjelasan LFG (ml/mnt) Komplikasi

Gagal ginjal kronik


1 2 3 Kerusakan ginjal dengan LFG normal Kerusakan Kerusakan ginjal ginjal dengan 30 59 dengan Hiperfosfatemia Hipokalcemia Anemia Hiperparatyroid Hipertensi 4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat Malnutrisi Asidosis metabolic 5 Gagal ginjal < 15 Cenderung hiperkalemia Dislipidemia Gagal jantung uremia 15 29 Hiperhomosistinemi a penurunan LFG ringan Penurunan LFG sedang 90 Tekanan darah mulai

7. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritonealdialisis atau transplantasi ginjal. Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya dapat dilihat pada table dibawah ini. Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut derajatnya SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 9

Gagal ginjal kronik


Derajat 1 2 3 4 5 LFG (ml/mnt/1,73 m2) 90 60 - 89 30 59 15 29 <15 Rencana tata laksana Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan Menghambat ginjal Evaluasi dan terapi komplikasi Persiapan untuk terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal (progression), pemburukan fungsi ginjal, fungsi memperkecil resiko kardiovaskuler (progression)

STATUS ORANG SAKIT


ANAMNESE PRIBADI Nama Umur Jenis Kelamin : Elseria : 56 tahun : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 10

Gagal ginjal kronik


Pekerjaan Suku Agama Alamat Tgl masuk RS : Ibu Rumah Tangga : Batak : Kristen : Jl. Sirait Holbung Tapanuli Utara : 22 April 2008

ANAMNESE PENYAKIT Keluhan Utama Telaah : BAK sedikit :Hal ini dialami os sejak 1 bulan yang lalu. Dengan volume

urine 1 gelas aqua / hari. BAK seperti warna cucian daging (+) dialami os sejak 1 bulan yang lalu, BAK keluar batu (-), BAK berpasir (-), BAK seperti susu (-) Os juga secara rutin menjalani cuci darah 2 kali seminggu di RSUPM Penurunan nafsu makan (+) sejak 2 bulan yang lalu. Penurunan berat badan (+) sejak 1 bulan yang lalu. Demam (-), kaki bengkak (-), muka sembab (-), sesak nafas (-) Riwayat darah tinggi (+) sejak 6 bulan yang lalu dan tidak berobat secara teratur. Riwayat sakit gula (-), Riwayat sakit sendi (-) Os juga berencana melakukan pemasangan semino BAB (+) Normal RPT RPO : Darah Tinggi : Tidak Jelas

STATUS PRESENS Keadaan Umum Sensorium Tek. Darah : (-) : CM : Lemah : 140/90mmHg Ikterus : (-) Sikap Paksa Keadaan Penyakit Anemia : (+) Pancaran wajah

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 11

Gagal ginjal kronik


Nadi N Pernafasan : 22 x/i : (-) Temperature: 36,80 C Syanosis : (-) BB : 31 kg KU/KP/KG sedang/sedang/kurang TB : : 150 cm RBW : 67 % (Underweight) Oedem : (-) Refleks Patologis : 88 x/i Dyspnoe : (-) Refleks Fisiologis : (+)

PEMERIKSAAN FISIK Kepala Mata : Reflex cahaya (+), Pupil isokor ka = ki, Conjungtiva palpebra inferior pucat (+), sclera Ikterik (-) T/H/M Leher : Dalam Batas Normal : TVJ R-2 cmH2O, tracheal medial, pembesaran KGB (-), pembesaran grade III Thorax Depan Inspeksi Palpasi Perkusi : Simetris fusiformis : SF ka = ki, kesan Normal : Sonor memendek pada lapangan bawah paru kanan BPH R/A BJR atas Kanan Kiri Auskultasi kanan Suara tambahan : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan : ICR V/VI, peranjakan 1 cm : ICR III kiri : Linea Sternalis Dextra : ICR V 1 cm medial LMCS : Bronchial pada lapangan bawah paru

kel. Tyroid (+)

: Suara pernafasan

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 12

Gagal ginjal kronik


Thorax Belakang Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi kanan Suara tambahan : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan M1>M2, A2>A2, P2>P1, A2>P2 HR : 88 x/I, regular, desah (-) Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Pinggang Inguinal Genitalia : Simetris : Soepel, H/L/R : tidak teraba : Tympani : Peristaltik (+) Normal : Nyeri ketok sudut costovertebra (-) : Pembesaran KGB (-) : Perempuan, tdp : Dalam batas normal, turgor kulit baik, oedem (-) : Dalam batas normal, turgor kulit baik, oedem (-) Inferior : Simetris fusiformis : SF ka = ki, kesan Normal : Sonor memendek pada lapangan bawah paru kanan : Suara pernafasan : Bronchial pada lapangan bawah paru

Extremitas : Superior

Hasil Laboratorium IGD tgl 22 April 2008 Darah Rutin : Hb Leucosit : 7,0 gr/dl : 8.100/mm3
3

MCV

: 84 m3

MCH : 27,8 pg MCHC : 32,9 g/dl

Trombosit : 281.000/mm Hematokrit Fungsi Ginjal CrCl KGD ad random : Ureum Creatinin

: 21,4% : 440 mg/dl

: 21,63 mg/dl : 1,42 ml/mnt

: 114 mg/dl

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 13

Gagal ginjal kronik


RESUME Telah datang seorang perempuan usia 56 tahun ke RSUPM dengan keluhan buang air kecilnya sedikit-sedikit. Hal ini telah dialami os 1 bulan yang lalu. Dengan volume urine 1 gelas aqua / hari. BAK seperti warna cucian daging (+) dialami os sejak 1 bulan yang lalu. Os juga secara rutin menjalani cuci darah 2 kali seminggu di RSUPM. Penurunan nafsu makan juga dialami os sejak 2 bulan yang lalu dan Penurunan berat badan (+) sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat darah tinggi (+) sejak 6 bulan yang lalu dan tidak berobat secara teratur. Os juga berencana melakukan pemasangan semino. BAB (+) Normal. RPT RPO : Darah Tinggi : Tidak Jelas

Status Presens Pancaran wajah tampak lemah, Anemia (+) KU/KP/KG : sedang/sedang/buruk

Pemeriksaan fisik Kepala Leher Thorax kanan Auskultasi kanan ST Abdomen Ekstremitas : Superior Inferior DIAGNOSA BANDING 1. GGK e.c GNC dengan HD Reguler + SNNT 2. GGK e.c HN dengan HD Reguler + SNNT 3. GGK e.c PNC dengan HD Reguler + SNNT SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 14 : Ronchi basah pada lapangan bawah paru kanan : Dalam batas normal, Turgor kulit baik : Dalam batas normal : Dalam batas normal : SP : Bronchial pada lapangan bawah paru : Mata T/H/M : dbn : Pembesaran kel. Tyroid (+) grade III : Perkusi : Sonor memendek pada lapangan bawah paru : Conjungtiva palpebra inferior pucat (+)

Gagal ginjal kronik


4. GGK e.c PGOI degan HD Reguler + SNNT

DIAGNOSA SEMENTARA GGK e.c GNC dengan HD Reguler + SNNT THERAPY Tirah baring Diet ginjal 1500 kalori + bebas protein Captopril 2 X 12,5 mg Asam Folat 3 X 1 mg

PENJAJAKAN U/D/F Lengkap EKG T3, T4, TSH RFT Konsul nefrologi dan hipertensi Konsul div. metabolic dan endokrin

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU Dr. PIRNGADI MEDAN 2008 15

You might also like