You are on page 1of 5

Evalusi Kurikulum

oleh: Mega Rahayu (1102406)

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum? Untuk mengetahui makna evaluasi kurikulum kita cermati terlebih dulu pengertian evalusi. Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk menuntukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1988:127) evaluasi adalah proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu, yang dalam proses tersebut mencakup usaha untuk mencari dan mengumpulkan data/informasi yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan nilai sesuatu menjadi objek evaluasi, seperti dasar dalam menentukan nilai sesuatu yang menjadi objek, evakuasi, seperti program, prosedur, usul, cara, pendekatan, model kerja, hasil program, dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka evaluasi berkaitan dengan proses sekaligus untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan nilai-nilai tertentu yang berfungsi sebagai bahan masukan untuk menentukan sebuah keputusan. Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah memerlukan indikator sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum mencakup: (1) indikator keberhasilan sosialisasi kurikulum, (2)indikator keberhasilan penyusunan silabus, (3) indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, (4) indikator keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran, (5)indikator keberhasilan penyusunan bahan ajar, dan (6)indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga rencana dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah untuk memperbaiki kekurangann yang ada dan meningkatkan hasil yang optimal. Tujuan Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Indikator kinerja yang akan dievaluasi di sini adalah efektivitas program. Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, efisiensi, dan kelayakan (feasibility) program. Diadakannya evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan:

a. Perbaikan Program Dalam konteks tujuan ini, peranan evaluasi lebih bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan. Disini evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam sistem itu sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.

b. Pertanggungjawaban kepada Berbagai Pihak Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, perlu adanya semacam tanggungjawab dari pihak pengembang kurikulum kepada pihak yang berkepentingan. Pijak-pihak yang dimaksud mencakup baik pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum aupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. Pihak-pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan. Dalam mempertanggungjawabkan hasil yang telah dicapai, pihak pengembang kurikulum perlu mengemukakan kekuaatan dan kelemahan dari kurikulum yang sedang dikembangkan serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan- kelemahan, jika ada. Untuk mengehasilkan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan tersebut diperlukan evaluasi.

c. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulu dapat berbentuk jawaban atas dua pertanyaan: pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada. Kedua, dalm kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarkluaskan dalam sistem yang ada. Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan yang kedua itulah diperlukan kegiatan evaluasi.

Beberapa Model Evaluasi Kurikulum Secara garis besar, berbagai model evaluasi yang telah dikembangkan selama ini dapat digolongkan ke dalam lima rumpun model, yaitu: 1. Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan individual mupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan, dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih program/ metode pendidikan. Evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif dan khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan. Konsep measurement telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam hal penekanannya terhadap pentingnya objektivitas dalam proses evaluasi. Kelemahan dari konsep ini terletak pada penekanannya yang berlebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan.

2. Congruence Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada pihakpihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik, maupun nilai dan sikap. Konsep congruence telah menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengkaji efektivitas kurikulum yang sedang dikembangkan.Dengan kata lain, konsep congruence telah memperlihatkan adanya high degree of integration eith the instructional process. Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya.

3. Illuminatuion Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program prngaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan elemahan program serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitankesulitan yang dialami. Konsep illumination menekankan pentingnya evaluasi yang berkelanjutan selama proses pelaksanaan kurikulkum sedang berlangsung. Kelemahan dari konsep ini terletak pada teknis pelaksanaannya.

4. Educational System Evaluation Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara kesluruhan. Objek evaluasi mencakup inpt (bahan, rencana, peralatan),m proses dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Ditinjau dari hakikat dan ruang lingkup evaluasi, konsep ini memperlihatkan banyak segi yang positif untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum. Secara keseluruhan, konsep educational evaluation ini relevan dengan peranan evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam konsep-konsep yang terdahulu. 5. CIPP CIPP merupakan model evaluasi dengam fokus pada contect, input, process, serta product. Keempat aspek tersebut menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dianggap mencakup keseluruhan dimensi kurikulum. Model evaluasi ini menggambarkan cakupan evaluasi kurikulum yang cukup luas, tidak hanya mencakup aspek pembelajaran saja sebagai implementasi kurikulum, namun keseluruhan aspek mulai dari: konteks, masukan (input), proses dan produk atau hasil.

Model yang Disarankan

Ketepatan suatu model tak dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan evaluasi yang kita adakan. Setiap model, termasuk model yang keempat (educational system evaluation) memiliki kekuatan dan kelemahan ditinjau dari berbagai segi. Sehubungan dengan itu, berkenaan dengan modeel mana yang disarankan, dikemukakan hal-hal sebagai berikut: Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang sedang dikembangkan, model educational system evaluation, tampaknya merupakan model yang paling tepat. Kelemahan masing-masing model yang lain dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini. Terlepas dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang bersifat khusus, ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan. a. Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan efektivitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada, model measurement tepat untuk digunakan.

b. Untuk mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran, model congruence tergolong ampuh untuk digunakan. Akhirnya, bila kita ingin memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, model illumination akan sangat membantu.

Referensi: Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI

You might also like