You are on page 1of 40

BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Alamat Bentuk Keluarga

: Ny. W : Desa Gambarsari RT 2 RW 2 Kecamatan Kebasen : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam satu rumah No 1. 2. Nama Mardiyono Warsuti Stat us KK Istri L/P L P Umur 29 th 37 th Pendidikan SD SD Pekerjaan Buruh IRT Pasien Klinik Thypoid Ket Respond en Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga Ny. W Nucear Family dimana Ny.W (37th) yang menderita demam typhoid bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny.W memiliki seorang suami yang bekerja sebagai buruh.

BAB II STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Status Pekerjaan Agama Alamat Suku Kewarganegaraan Tanggal periksa II. ANAMNESIS Diambil dari autoanamnesis dan alloanamnesis Keluhan utama : Demam Keluhan tambahan : lemas, pusing, mual, muntah. 1. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD Puskesmas Kebasen pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 11.30 dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu. Panas berlangsung dari malam hari, frekuensinya berlangsung 2 kali sehari. Panasnya naik turun dan meningkat pada malam hari. Untuk memperingan pasien mengkonsumsi obat penurun panas untuk pereda panas. Keluhan lain pasien yaitu lemas, pusing, mual dan muntah. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit darah tinggi Riwayat diabetes mellitus : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Ny. W : 37 tahun : Perempuan : Menikah : Ibu rumah tangga : Islam : Desa Gambarsari RT 2 RW 2 Kecamatan Kebasen : Jawa : Indonesia : 7 Mei 2013

Pendidikan Terakhir : SD

Riwayat alergi obat/makanan Riwayat mondok

: Disangkal : Disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit jantung Riwayat penyakit darah tinggi Riwayat diabetes mellitus Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

4. Riwayat Sosial dan Exposure a. Community Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama suami dan orang tua. Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien merupakan lingkungan yang padat penduduk. Rumah pasien dikelilingi rumah penduduk lainnya. b. Home Pasien dalam kesehariannya tinggal di rumah yang dinding terbuat dari tembok, lantai semen dan masak menggunakan kompor gas, atap rumah menggunakan genteng dan seng, penerangan dan ventilasi kurang. c. Occupational Pasien sebagai ibu rumah tangga d. Personal Habit Pasien sering menghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah sebagai ibu rumah tangga. Pasien tidak terlalu memperhatikan kebersihan makanan dan perilaku hidup bersih sehat seperti mencuci tangan. e. Diet Pasien gemar mengkonsumsi makanan asam dan pedas. f. Drugs Pasien mengkonsumsi obat penurun panas yang dibeli di warung. 5. Riwayat Psiko Sosial Ekonomi

Pasien tidak mengalami gangguan psikologis. Pasien berasal dari keluarga menengah ke bawah dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas tidak menentu. Tinggal berdua dengan suami dan belum memiliki anak, pasien banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien dikenal ramah dengan tetangga rumahnya. 6. Riwayat Gizi. Pasien terbiasa makan di rumah dengan masakan sendiri dengan porsi 3x sehari dan sekarang mengeluhkan nafsu makannya menurun.

III.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Vital sign 1. 2. 3. 4. Tekanan darah Nadi RR Suhu : Sedang : Composmentis : : 100/70 mmHg : 88 x /menit, regular : 20 x /menit : 37,5O C : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis : Simetris, normal, rambut hitam, distribusi merata : Simetris : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, penglihatan jelas - Hidung - Mulut/Gigi - Telinga - Inspeksi - Palpasi : Deviasi septum tidak ada, discharge tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada : Bibir sianosis tidak ada, lidah kotor (+) : Simetris, discharge tidak ada : Deviasi trakea tidak ada : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

Status Generalis - Kulit - Kepala - Wajah - Mata

Pemeriksaan Leher

Pemeriksaan Thorax

- Cor Inspeksi Palpasi Perkusi : Simetris, ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis tak kuat angkat : Batas atas kiri Batas atas kanan Batas bawah kiri Batas bawah kanan Auskultasi - Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi - Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi : Perut datar, simetris, tidak tampak massa. : Terdengar suara bising usus (+) normal : Hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa, ballotemen tidak ada, buli-buli tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrik. Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen, nyeri ketok costovertebra (-) Pemeriksaan Genital : Tidak diperiksa Anorektal Ekstremitas Superior Inferior IV. RESUME : Edema (-/-). Jejas (-/-), akral dingin (-/-). : Edema (-/-). Jejas (-/-), akral dingin (-/-). : Tidak diperiksa : Dinding dada simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri, ketinggalan gerak tidak ada : Sonor kedua lapang paru : Suara dasar: vesikuler kanan dan kiri Rhonki (-), wheezing (-) ada : SIC II LPS sinsitra : SIC II LPS dextra : SIC V LMC sinistra : SIC IV LPS dextra

: S1 > S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak

a. Anamnesis Perempuan usia 37 tahun Keluhan utama panas sejak 5 hari yang lalu, pusing, lemas, mual dan muntah b. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Kesadaran Vital sign : Lemah : Composmentis : Tekanan darah HR RR Suhu Status generalis Status lokalis Inspeksi Palpasi Perkusi : Pemeriksaan cor : Simetris, ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis tak kuat angkat, NT (+) epigastrik : Batas atas kiri Batas atas kanan Batas bawah kiri Batas bawah kanan Auskultasi ada V. DIAGNOSTIK HOLISTIK 1. Aspek Personal Ny. W, usia 37 tahun hidup dalam satu keluarga bersama suami, sehingga bentuk keluarga Ny. W adalah nuclear family. Ny. W menderita demam tifoid. Idea Concern : Pasien berharap penyakitnya segera sembuh : Pasien menginginkan perhatian dari suami dan keluarganya untuk mendukung pengobatannya dan dirinya dari segi moral pasien. Expectacy : Pasien mempunyai harapan mendapatkan pengobatan dan : SIC II LPS sinistra : SIC II LPS dextra : SIC V LMC sinistra : SIC IV LPS dextra : 100/70 mmHg : 76x/menit : 20x/menit : 37,5oC

: dalam batas normal, lidah kotor (+)

: S1 > S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak

pelayanan yang efisien untuk terapi penyakitnya. Anxiety : Pasien gelisah karena kondisi kesehatannya. Keluarga pasien juga sangat mengkhawatirkan kesehatan Ny.W, terlihat suaminya beserta orang tuanya mengantarnya untuk berobat ke puskesmas 2. Aspek Klinis Diagnosis kerja : Demam Tifoid Hasil pemeriksaan widal positif Diagnosis differential : Malaria, Demam Dengue 3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu Pasien mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan Pasien kurang memperhatikan kebersihan makanan dan pola hidup sehat 4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu Lingkungan sekitar, pasien tinggal di lingkungan penduduk dengan kepadatan penduduk yang cukup padat. Pendidikan pasien dan keluarga yang tergolong rendah, sehingga pengetahuan tentang penyakit dan PHBS masih kurang. Lingkungan sekitar rumah yang kotor. Makanan yang kurang bersih yang dikonsumsi pasien setiap hari. Pasien mempunyai aspek skala penilaian 3, pasien dapat merawat diri dan melakukan pekerjaan ringan. Gejala Klinis yang muncul : Demam, mual, muntah, lemas, pusing.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

VIII.

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

1. Personal a. Initial Plain Usulan pemeriksaan penunjang : 1. 2. widal 3. kultur feses Promotif : 1) Kontrol secara teratur 2) Menjauhkan pasien dari faktor risiko (makan makanan mentah, tidak cuci tangan, dan pola hidup kotor). 3) Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan tanpa putus asa. Preventif : 1) Pola hidup bersih sehat 2) Mencuci tangan menggunakan air bersih sebelum makan 3) Olahraga teratur 4) Istirahat cukup 5) Makan makanan yang bergizi Kuratif : Minum obat teratur dan rutin sesuai anjuran dokter. Rehabilitatif : Kontrol ke pelayanan kesehatan secara teratur. b. Non medikamentosa 1. 2. c. Medikamentosa 1. 2. Paracetamol 3x500mg tab Inj ranitidin 2x1 amp Bed rest atau cukup istirahat. Diet makan lunak, tinggi kalori tinggi protein dan rendah serat. Pemeriksaan bakteriologik : Pemeriksaan Lengkap : Hb, Ht, leukosit, eritrosit, LED Pemeriksaan serologi tes Darah

3. 4. 5. d. Edukasi atau KIE 1. 2. walaupun gejala sudah membaik. 3. 4.

Chloramfenicol 4x500mg tab Domperidone 3 x 1 tab Vitamin B1,B6,B12 3x1 tab Penjelasan tentang penyakit demam tifoid serta edukasi. Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik sesuai yang dianjurkan Mulai membiasakan diri tidak memakan makanan yang pedas dan mentah. Pengaturan cara dan pola makan berupa makanan bergizi, lunak, tidak pedas, tidak mentah, bersih, teratur serta tidak telat makan. kepada pasien

5. sabun sebelum makan. e. Monitoring

Mencuci

tangan

dengan

Pasien secara rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama 1 minggu setelah keluhannya berangsur pulih. 2. Family Focus a. Dukungan psikologis dari suami dan keluarga lainnya. b. Suami senantiasa memperhatikan kebersihan makanan pasien. 3. Community Focus a. Pasien juga mendapatkan dukungan psikologis dari dokter dan tenaga medis lainnya. b. Menjaga kebersihan lingkungan desa oleh seluruh warga desa tempat pasien tinggal. IX. PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam

X.

FOLLOW UP Selasa, 7 Mei 2013 S: Demam (+), Mual (+), Nyeri epigastrik (+) O : Keadaan umum/kesadaran : Sedang/compos mentis VS : Tensi Nadi RR Suhu A P : 100/70 mmHg : 88 x/mnt, reguler : 20 x/mnt : 37,60 C

: Menurunkan demam, menghilangkan mual, dan nyeri epigastrik : Lanjutkan obat yang diberikan, makan makanan lunak dan bergizi, penderita dianjurkan istirahat cukup.

Rabu, 8 Mai 2013 S: Demam (+), Nyeri epigastrik (+) O : Keadaan umum/kesadaran : Sedang/compos mentis VS : Tensi Nadi RR Suhu A P : 100/70 mmHg : 88 x/mnt, reguler : 20 x/mnt : 37,60 C

: Menurunkan demam dan nyeri epigastrik : Lanjutkan obat yang diberikan, makan makanan lunak dan bergizi, penderita dianjurkan istirahat cukup.

Kamis, 9 Mai 2013 S: Tidak ada keluhan O : Keadaan umum/kesadaran : Sedang/compos mentis VS : Tensi Nadi RR : 100/70 mmHg : 88 x/mnt, reguler : 20 x/mnt

Suhu A P

: 37,60 C

: Tidak ada keluhan : Makan makanan lunak dan bergizi, penderita dianjurkan istirahat cukup. BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga penderita dalam satu rumah terdiri dari Bapak (Tn. M, 29 tahun) sebagai kepala keluarga, ibu (Ny W, 37 tahun) sebagai istri, Secara umum keluarga tersebut dalam keadaan sehat. Tidak terdapat gejala-gejala terjadinya penyakit menular maupun penyakit lainnya pada keluarga tersebut, kecuali Ny.W yang diketahui menderita thypoid. 2. Fungsi Psikologis Hubungan kekeluargaan di antara keluarga Ny.W terjalin baik, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan antara keluarga terlihat akrab dan sangat dekat. Mereka saling memberi perhatian satu sama lain seperti pada saat Ny. W sedang mendapatkan pelayanan kesehatan. Intensitas pertemuan yang terjadi antara satu dengan yang lain pun sangat sering terlebih lagi jika sang suami tidak melakukan pekerjaan. Masalah yang terjadi dapat diselesaikan secara keluarga dan saling terbuka pada saat pengambilan keputusan dalam suatu penanganan masalah. Keluarga ini juga membiasakan sikap saling tolong-menolong. Hal ini terlihat dari keiklasan suami yang membantu istrinya ketika istrinya sedang sibuk mengurus membereskan rumah. Dalam keluarga ini, tugas yang ada dalam rumah tangga tidak sepenuhnya dikerjakan oleh istri, tetapi dikerjakan bersama-sama.

3. Fungsi Sosial Ny.W jarang berinteraksi di kegiatan sosial kemasyarakat. Interaksi kemasyarakatan hanya sebatas berbincang bincang dengan tetangga disekitar rumahnya. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Ny. W dalam kesehariannya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga hanya didapat dari pekerjaan suami yang dirasa cukup untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum atau membayar listrik. B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R. SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 jelek, 5-7 sedang dan 8-10 adalah baik. ADAPTATION Dalam menghadapi masalah selama ini keluarga ini selalu menghadapinya dengan bersama-sama. Jika sedang menghadapi suatu masalah, keluarga ini berusaha memecahkannya sendiri, dan kadang-kadang menceritakan kepada kelurga terdekat PARTNERSHIP Komunikasi terjalin erat satu sama lain, antara keluarga sangat dekat, karena Ny. W hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga memiliki hubungan yang dekat dengan suami. Dalam menjalankan sesuatu, anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang lainnya saling mendukung sepanjang tidak menyimpang. GROWTH yang dianggap mampu membantu memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.

Keluarga Ny.W merasa bersyukur masih dapat diberikan rezeki oleh Tuhan. Walaupun suami nya pendapatan rata-rata tiap bulannya tidak begitu besar namun untuk kebutuhan sehari-hari masih bisa tercukupi.

AFFECTION Pasien merasa hubungan kasih sayang dengan suaminya sangat erat, suami pasien sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. RESOLVE Ny. W merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diluangkan oleh anggota keluarganya dan kasih sayang yang telah dirasakan oleh kedua orang tuanya. Tabel 3.1. A.P.G.A.R Keluarga Ny. W A.P.G.A.R. Ny.W Terhadap Keluarga Sering Kadang /selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9. -kadang Jaran g/tida k

Nilai A.P.G.A.R Ny. W baik, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Ny. W merupakan seorang ibu rumah tangga, hasil penilaian APGAR didapatkan poin 9. Tabel 3.2. A.P.G.A.R Keluarga Tn. M A.P.G.A.R. Tn. M Terhadap Keluarga Sering Kadang /selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9. -kadang Jaran g/tida k

Nilai A.P.G.A.R Tn. M baik, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Tn. M merupakan suami yang bekerja sebagai buruh lepas, hasil penilaian APGAR didapatkan poin 9. A.P.G.A.R. SCORE keluarga pasien : (9+9/2) = 9 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga baik. Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga Ny. W adalah 18, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga penderita adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam

keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik dan akur. C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.) Fungsi patologis dari keluarga Ny. W dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M. Tabel 4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. W Sumber Interaksi dengan tetangga sekitarnya sangat Social baik. Ny. W dan keluarganya sangat dikenal oleh tetangganya. Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan Culture budaya jawa, hal ini terlihat pada pergaulan mereka sehari hari yang menggunakan bahasa Jawa, tata krama Jawa dan kesopanan. Ketaatan dalam beragama pada keluarga ini Religious sangat terlihat dengan Ny.W yang rutin mengajak suami dan keluarganya selalu menjalankan sholat lima waktu. Ekonomi keluarga ini tergolong menengah. Untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, Economic walaupun semua kebutuhan belum bisa terpenuhi. Keluarga ini selalu menggunakan skala prioritas untuk menentukan pemenuhan kebutuhan hidup. Secara formal, tingkat pendidikan keluarga Educational tergolong sedang walaupun Ny. W dan Tn. M hanya lulus SD, tetapi mereka sangat peka dan peduli terhadap kesehatan keluarganya. Medical Keterangan : Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan puskesmas. + + Patologis

Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien tergolong menegah kebawah, hanya bisa memenuhi kebutuhan primer dan sedikit kebutuhan sekunder.

Educational (+) artinya keluarga Ny. W mempunya fungsi patologis yang positif yang berarti pengetahuan tentang prilaku hidup yang membahayakan kesehatan.

Kesimpulan : Dalam keluarga Ny. W, fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan. D. GENOGRAM Alamat lengkap : Desa Gambarsari RT 2 RW 2 Kecamatan Kebasen Bentuk Keluarga : Extended family Diagram 3.1. Genogram Keluarga Ny. W

Keterangan : : pasien : laki-laki : perempuan Kesimpulan : Berdasarkan genogram di atas, tidak didapatkan anggota keluarga lain yang mengalami gejala yang sama dengan penderita.

E. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 3.2. Formasi Pola Interaksi Keluarga

Ny.W

Tn.M

Keterangan :

: Hubungan baik : Hubungan tidak baik

Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny. W baik-baik saja dan sangat harmonis dan saling mendukung.

BAB IV IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Ny.W mulai menderita demam sejak 5 hari sebelum masuk Puskesmas. Saat ini, dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama. Keluarga pasien sudah akrab dengan nama penyakit yang disebut dengan types atau thypoid, akan tetapi penanganan dan pencegahan belum dipahami benar dalam keluarga Ny. W, sehingga timbulnya kurang kesadaran dalam melakukan pencegahan-pencegahan tentang thypoid. Ny. W mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangannya dengan bersih sebelum makan. Kesadaran pasien akan pentingnya cuci tangan dengan menggunakan sabun dan kebersihan makanan masih kurang. Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Ny. W cukup baik dan saling terbuka satu sama lain. Semua anggota keluarga berusaha mengutarakan pendapatnya saat sedang ada masalah. 2. Faktor Non Perilaku Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah ke bawah. Rumah pasien berada di daerah lumayan padat penduduk. Rumah yang dihuni keluarga ini tidak termasuk rumah sehat dikarenakan lantai yang masih terbuat dari semen, penerangan kurang, ventilasi juga kurang sehingga tampak lembab. rumah pasien juga memiliki jamban yang hanya terbuat dari bambu dan yang di tampung untuk MCK dan memasak. sumber air didapatkan dari sumur yang jaraknya kurang lebih 10 meter dari rumah

Diagram 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Pengetahuan : Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita Lingkungan: Lembab dan sedikit sinar matahari dan lantai terbuat dari semen. Jamban terbuat dari bambu dan menggunakan air yang ditampung dari sumur untuk MCK dan Memasak.

Sikap: Kesadaran pasien akan kesehatan kurang Keluarga Ny. W Tindakin : Kebiasaan pasien mencuci tangan tidak menggunakan sabun.

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit berobat ke Puskesmas

Komunikasi: Ny. W dan keluarga memiliki komunikasi yang baik dan terbuka satu sama lain

Keterangan

: : faktor non perilaku : faktor perilaku

Identifikasi Lingkungan Rumah 2. Gambaran Lingkungan Rumah Pasien tinggal di sebuah rumah berukuran 7 x 3 m2, memiliki halaman rumah. rumah ini terdiri dari 1 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur. Ruang tamu dan ruang keluarga hanya di sekat dengan triplek. Rumah terbuat dari tembok dan lantai di semua ruangan terbuat dari semen. Atap rumah terbuat dari genteng. Ruang tamu memiliki jendela dengan ukuran 2 x 2 m. Kamar tidur pasien mempunyai jendela dengan ukuran 0,5 x 0,5 m. Rumah pasien mempunyai kamar mandi dengan bilik bambu dengan menggunakan air dari sumur disekitar lingkungan rumah yang di tampung. 2. Denah Rumah :

WC

Dapur

Ruang Keluarga

Kamar Tidur

Ruang Tamu

BAB V DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA 1. DAFTAR MASALAH A. MASALAH MEDIS Demam Thypoid B. MASALAH NON MEDIS 1. Ekonomi menengah kebawah 2. Kondisi lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan 3. Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat kurang memadai 4. Perilaku tidak sehat C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien). Diagram 5.1. Diagram Permasalahan Pasien Keluarga Ny. W kurang mengerti akan penyakit demam typhoid

Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kesehatan

Ny. W 37 th dengan demam typhoid

Rumah kurang sehat

Rumah pasien lumayan jauh dari tempat pelayanan kesehatan

D. MATRIKULASI MASALAH Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah No. 1. Daftar Masalah P Keluarga Ny. W kurang mengerti akan penyakit 2. 3. 4. typhoid Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kesehatan Rumah pasien lumayan jauh dari tempat pelayanan kesehatan Rumah kurang sehat Keterangan : I P S SB T R Mn Mo Ma 1 2 3 4 5 : Importancy (pentingnya masalah) : Prevalence (besarnya masalah) : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) : Technology (teknologi yang tersedia) : Resources (sumber daya yang tersedia) : Man (tenaga yang tersedia) : Money (sarana yang tersedia) : Material (pentingnya masalah) : tidak penting : agak penting : cukup penting : penting : sangat penting 4 3 3 4 3 3 5 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 5 4 3 19.200 5.184 2.187 4 I S 4 T SB 4 2 Mn 4 R Jumlah Mo Ma IxTxR 3 4 6.144

Kriteria penilaian :

E. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. W adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan dan kesehatan. 2. Keluarga Ny. W kurang mengerti akan penyakit typhoid. 3. Rumah pasien lumayan jauh dari tempat pelayanan kesehatan. 4. Rumah kurang sehat. Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah kurangnya kesadaran pasien akan pentingnya kebersihan dan kesehatan. Pasien belum mengetahui akibat yang ditimbulkan dari makanan yang tidak sehat. Hal ini dapat juga berkaitan dengan pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai kesehatan.

BAB VI

RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA A. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA 1. Tujuan Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya, yaitu demam thypoid. 2. Materi Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai demam thypoid meliputi pengertian, penyebab, penularan, penatalaksanaan serta pencegahan. 3. Cara Pembinaan Pembinaan dilakuakn di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling kepada pasien dan keluarga, serta motivasi untuk berperilaku sehat. 4. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi konseling kepada pasien dan anggota keluarga lain yang hadir. Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab satu pertanyaan yang diajukan, maka dikategorikan sudah mengetahui dan memahami materi konseling. 5. Sasaran Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.

B. HASIL PEMBINAAN KELUARGA

Tabel 6.1 Hasil Pembinaan Keluarga No Tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota keluarga 1 12 Mei Membina hubungan 2013 saling percaya dengan pasien, diantaranya perkenalan. Perjanjian dengan pasien untuk 2 kedatangan berikutnya 17 Mei Menggali pengetahuan 2013 dan pemahaman pasien tentang penyakitnya, memberikan penjelasan tentang : Pengertian, penyebab, penularan, penatalaksanaan serta pencegahan Pasien yang terlibat Pasien dan Pasein bersedia Suami untuk dikunjungi lebih lanjut untuk dipantau perkembangannya Pasien memahami tentang demam typhoid serta pentingnya perilaku sehat agar terhindar dari penyakit tersebut Hasil Kegiatan

BAB VII TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pendahuluan Penyakit demam tifoid yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya Salmonela typhi terutama menyerang bagian sauran pencernaan. Salmonela typhi merupakan basil gram negatif, berfagel, dan tidak berspora. Salmonela typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 560C dan pada keadaan kering. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Insidensi demam tifoid di seuruh dunia menurut data tahun 2002 sekitar 16 juta pertahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian mengkat seteah umur 5 tahun (Kepmenkes RI, 2006).

B.

Faktor Risiko a. endemik b. Biasanya penderita tertular atau berkontak secara angsung dari orang yang masih menderita penyakit demam typhoid atau pada orang yang carier c. bakteri d. Minuman yang terkontaminasi Makan-makanan yang terkontaminasi oleh Demam typhoid biasa terjadi di daerah

e. penyakit HIV B. Patogenesis

Pasien dengan defisiensi imun seperti pada

Salmonella typhi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman. Sehingga Salmonella typhi manusia terutama pada bagian usus. Menembus sel-sel epitel (sel M) Lamina propia Berkembang didalam Di fagositosis oleh makrofag Di dalam makrofag kuman dapat hidup Plaque peyeri illeum Kelenjar getah bening mesenterika melalui duktus toraksikus menuju ke sirkuasi darah dan merupakan bakterimia Sel organ retikuloendotelial Kantung empedu Limpa bisa sampai pada saluran pencernaan

Lumen Usus Feses Menetap dalam lumen usus maka Akan bereaksi dengan makrofak aktif

Timbul inflamasi Lama-lama akan mengakibatkan hiperplasi jaringan dan nekrosis jaringan sehingga terjadi erosi pembuluh darah. Dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya perdarahan sauran cerna. C. Patofisiologi Kuman Salmonella typhi Masuk ke sauran cerna Sebagian dimusnahkan Oleh asam lambung Peningkatan asam lambung Mua, muntah Intake kurang Gangguan nutrisi Sebagian masuk usus haus Di ileum terminalis membentuk lymfoid plaque peyeri sebagian hidup dan menetap perdarahan Perforasi Peritonitis Nyeri tekan Gangguan rasa tidak nyaman sebagian menembus lamina propria masuk aliran limfe masuk kel. Limfe mesenterial masuk pemb. darah masuk dan Bersarang di hati limfa Hepatomegali, splenomegali Infeksi Samonella typhi, Paratyphi dan Endotoksin Zat pirogen dilepaskan oleh Leukosit pada jaringan yang meradang Peningkatan suhu badan Demam typhoid

D. Gejala Klinis a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. lambung/kembung/dispepsia 7. b. kian memberat, seperti : 1. 2. 3. Demam meningkat Bradikardi Lidah typhoid/ gambaran pada lidah yaitu idah dibagian tengah berwarna putih dengan pinggiran berwarna merah disertai dengan tremor lidah 4. 5. 6. kesadaran sampai dengan koma E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis demam tifoid adaah sebagai berikut: 1. 2. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit, LED. Pemeriksaan serologi tes widal Uji widal merupakan metode serologi baku dan rutin digunakan sejak 1896. Prinsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi Meteorismus Hepatosplenomegali Dapat terjadi penurunan Batuk, epistaksis Pada minggu kedua didapatkan keuhan yang Pada minggu pertama didapatkan adanya keluhan sebagai berikut : Demam pada malam hari Nyeri kepala Myalgia Anoreksia Mual, muntah dan diare Rasa tidak nyaman di

aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagel (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan agutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat diakukan secara cepat dan digunakan daamprosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil uji hapusan. Interpretasi dari uji widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara ain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit, faktor perderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gamabran imunoogis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknikserta reagen yang digunakan. Kelemahan uji wida yaitu rendahnya sensivitas dan spesifitas serta sulitnys melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya daam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid 3. F. Pemeriksaan bakterioogik : Kultur feses dan darah

Diagnosis banding 1. 2. 3. Hepatitis B Malaria DHF

G. Penatalaksanaan 1. Pengobatan kausal a. Kloramfenikol/ tiamfenikol 100mg/ kgBB/ hari dibagi 3-4 dosis selama 10 hari

b. Kotrimoksasol dengan dasar trimetropin 8-10 mg/kgBB/ hari atau sulfameoksasol 40-50 mg/kgBB/hari selama 7 hari c. Amoksisilin 100mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 1421 hari d. Ceftriaxone 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memperbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit atasi dehidrasi, hipoglikemi Pengobatan suportif : Roboransia Pengobatan dietetik tergantung kondisi penderita bila perlu makanan lunak/cair mudah dicerna tinggi kalori dan protein Tirah baring Pada kasus berat dexametasone 1-3mg/kgBB/hari dengan antibiotik yang sesuai Transfusi darah sesuai keperluan

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN Diagnosis Holistik Aspek Personal Idea Concern : Pasien berharap penyakitnya segera sembuh : Pasien menginginkan perhatian dari suami dan keluarganya untuk mendukung pengobatannya dan dirinya dari segi moral pasien. Expectacy Anxiety : Pasien mempunyai harapan mendapatkan pengobatan dan pelayanan yang efisien untuk terapi penyakitnya. : Pasien gelisah karena kondisi kesehatannya. Keluarga pasien juga sangat mengkhawatirkan kesehatan Ny.W, terlihat suaminya beserta orang tuanya mengantarnya untuk berobat ke puskesmas Aspek Klinis Diagnosis kerja : Demam Tifoid Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu Pasien mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan. Pasien kurang memperhatikan kebersihan makanan dan pola hidup sehat. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu Pendidikan pasien dan keluarga yang tergolong rendah, sehingga pengetahuan tentang penyakit dan PHBS masih kurang.

Lingkungan sekitar rumah yang kotor. Pasien mempunyai aspek skala penilaian 3, pasien dapat merawat diri

Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial dan melakukan pekerjaan ringan. B. SARAN 1. a. perilaku hidup bersih dan sehat. Promitif : 4) Kontrol secara teratur 5) Menjauhkan pasien dari faktor risiko (makan makanan mentah, tidak cuci tangan, dan pola hidup kotor). 6) Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan tanpa putus asa. Preventif : 6) Pola hidup bersih sehat 7) Mencuci tangan menggunakan air bersih sebelum makan 8) Olahraga teratur 9) Istirahat cukup 10) Makan makanan yang bergizi Kuratif : Minum obat teratur dan rutin sesuai anjuran dokter. Rehabilitatif : Kontrol ke pelayanan kesehatan secara teratur. b. Medikamentosa a) Paracetamol 3x500mg tab b) Inj ranitidin 2x1 amp c) Chloramfenicol 4x500mg tab d) Domperidone 3 x 1 tab e) Vitamin B1,B6,B12 3x1 tab Personal Care Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai pencegahan demam tifoid dan

c. Non medikamentosa a) Bed rest b) Diet tinggi kalori tinggi protein dan rendah serat

2. a.

Family Focus Dukungan psikologis dari suami dan keluarga yang lainnya b. Suami kebersihan makanan pasien harus senantiasa memperhatikan

3. a.

Community Focus Pasien juga mendapatkan dukungan psikoogis dari dokter dan tenaga medis lainnya. b. Menjaga kebersihan lingkungan desa oleh seuruh warga desa tempat pasien tinggal.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2008. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2005. Fundamental Mikrobiologi. Mikrobiologi Kedokteran; Buku 1. Jakarta; Salemba Medika. Kepmenkes RI, 2006. Pedoman Pengendalian Demam Typhoid. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Lubis, R. 2007. Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita Yang Dirawat Di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Thesis, Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam : Jilid I. Jakarta : FKUI

LAMPIRAN

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA LONG CASE

DEMAM THYPOID

Preceptor Fakultas Preceptor Lapangan

: dr. Joko Mulyanto M.Sc : dr. Tri Lestari

Disusun Oleh Rezky Galuh Saputra G1A212058

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KEDOKTERAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2013 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA DEMAM TIFOID

Disusun Oleh : Nama NIM : Rezky Galuh Saputra : G1A212058

Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan kedokteran keluarga Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Il-mu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan : Hari : Mei 2013 Tanggal :

Preseptor Lapangan Tanda tangan dan stempel institusi Pembimbing II

Preseptor Fakultas Tanda Tangan

dr. Tri Lestari NIP. 19700909.200212.2.004

dr. Joko Mulyanto M.sc NIP. 19790502.200312.1.001

You might also like