Professional Documents
Culture Documents
PENGADAAN ...................................
...................................................................
A. UMUM
1. Pendahuluan
1.1. Unit Pelaksana Teknis Logistik Institut Teknologi Bandung sebagai unit khusus di
lingkungan Institut Teknologi Bandung yang diberikan wewenang untuk
melaksanakan proses pengadaan barang bermaksud melaksanakan pengadaan
barang triwulan …… (……..) tahun …… yang dibiayai dari ………………….. pos
……… Tahun Anggaran 2008.
1.2. Atas dasar sebagaimana dimaksud pada angka 1.1. di atas, dalam hal ini .Institut
Teknologi Bandung diwakili oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Logistik Institut
Teknologi Bandung berdasarkan Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung
Nomor ..................... Tanggal ……………. Tentang …………………………………
1.3. Dalam proses pengadaan ini, Kepala Unit Pelaksana Teknis Logistik Institut
Teknologi Bandung bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen yang
berkedudukan dan beralamat di Kantor Unit Pelaksana Teknis Logistik Institut
Teknologi Bandung, Jalan Ganesa No. 10 Bandung.
1.4. Untuk melaksanakan proses pengadaan barang …… (……..) tahun …… Institut
Teknologi Bandung, Rektor Institut Teknologi telah mengangkat Panitia Pengadaan
dengan Keputusan Rektor Institut Teknologi Bandung Nomor ......................
Tanggal ………….. Tentang …………………………………………..
2. Lingkup Pekerjaan
3. Metoda Pengadaan
5. Jenis Kontrak
Panitia Pengadaan menetapkan jenis kontrak Lumpsum Fixed Price dalam pengadaan
ini.
6. Penyedia Barang
B. DOKUMEN PENGADAAN
2.1. Sebelum batas waktu Pemasukan Penawaran berakhir, maka Panitia Pengadaan
dapat mengubah Dokumen Pengadaan melalui Addendum Dokumen Pengadaan.
2.2. Setiap Addendum Dokumen Pengadaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Dokumen Pengadaan dan harus disampaikan secara tertulis atau facsimile oleh
Panitia Pengadaan kepada setiap pembeli Dokumen Pengadaan.
2.3. Terhadap penyampaian Addendum Dokumen Pengadaan, maka peserta
penunjukan langsung wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Panitia
Pengadaan dalam hal telah menerima Addendum dimaksud, melalui pemberitahuan
tertulis atau facsimile.
2.4. Panitia Pengadaan dapat mengundurkan batas waktu pemasukan penawaran dari
peserta penunjukan langsung, untuk memberikan kesempatan kepada peserta
penunjukan langsung untuk mempelajari Addendum dimaksud, sebagai bahan
pemasukan penawaran.
C. JADWAL PENGADAAN
3.2. Format surat penawaran harus menggunakan kop surat perusahaan dari peserta
penunjukan langsung. Dalam surat penawaran memuat nomor dan tanggal surat,
stempel perusahaan, nama jelas Direktur / Direktris / Pimpinan Perusahaan,
bermaterai Rp. 6.000,00 diberi tanggal dan ditandatangani oleh Direktur / Direktris /
Pemilik perusahaan atau penerima kuasa dari Pimpinan Perusahaan yang nama
penerima kuasanya tercantum dalam Akte pendirian atau perubahannya atau kepala
cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan
dokumen otentik.
3.3. Persyaratan lain yang harus disertakan dalam dokumen penawaran sebagai berikut :
a. Dokumen Administrasi :
- Jaminan Penawaran (asli)
b. Dokumen Penawaran Harga dan Spesifikasi Teknis :
- Surat penawaran yang mencantumkan harga penawaran.
- Rincian Penawaran Harga.
- Spesifikasi teknis barang yang ditawarkan harus dicantumkan dengan jelas.
- Surat Pernyataan mengenai besarnya komponen dalam negeri atau luar
negeri terhadap barang-barang yang ditawarkan (self assesment).
- Surat dukungan dari keagenan/suplier barang yang ditawarkan (bila ada).
- Brosur-brosur spesifikasi barang yang ditawarkan (bila ada).
4. Pemasukan Penawaran
5. Evaluasi Penawaran
6.1. Panitia Pengadaan akan melakukan proses klarifikasi dan negosiasi atas dokumen
penawaran dari peserta penunjukan langsung.
6.2. Panitia pengadaan melakukan negosiasi pada total harga penawaran yang
disampaikan oleh peserta penunjukan langsung.
6.3. Hasil klarifikasi dan negosiasi dituangkan dalam Berita Acara Hasil Klarifikasi dan
Negosiasi yang ditandatangani oleh Panitia dan peserta penunjukan langsung.
7. Kerahasiaan
F. SYARAT-SYARAT UMUM
KETENTUAN UMUM
1. Definisi
2. Asal Barang
Apabila penyedia barang menggunakan hak paten, hak cipta dan merek atas barang
yang diserahkan kepada pejabat pembuat komitmen, maka hal tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penyedia barang, dan pejabat pembuat komitmen dibebaskan
dari segala tuntutan atau klaim dari pihak ketiga atas pelanggaran hak paten, hak cipta
dan merek yang mungkin terjadi.
5. Keselamatan Kerja
Penyedia barang bertanggung jawab penuh atas keselamatan kerja seluruh tenaga
kerjanya yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam SPK
6. Pembayaran
a. Pembayaran pekerjaan 100% (seratus persen) dilakukan oleh pejabat pembuat
komitmen setelah penyedia barang menyelesaikan seluruh pekerjaan pengadaan
barang yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan barang
oleh Panitia Pemeriksa / Penerima Barang.
b. Pengajuan tagihan pembayaran dari penyedia barang kepada pejabat pembuat
komitmen, akan dibayar selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
kerja sejak penyedia barang mengajukan tagihan. Pembayaran nilai SPK akan
dilakukan melalui Kantor Direktorat Keuangan Institut Teknologi Bandung.
c. Dokumen pembayaran meliputi :
• Copy SPK.
• Surat permohonan permintaan pembayaran dari penyedia barang.
• Berita Acara Pembayaran
• Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan.
• Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
• Kwitansi pembayaran dibuat dalam 5 (lima) rangkap, 1 (satu) bermaterai Rp.
6000,-- ditandatangani dan di stempel perusahaan
• Copy NPWP
• Invoice Barang
• Faktur pajak standard
• Form SSP (surat setoran pajak).
• Referensi Bank yang ditunjuk oleh penyedia barang untuk proses pembayaran
7. Sumber Dana
Pengadaan ini dibiayai dari ……… Institut Teknologi Bandung tahun anggaran 2008.
9. Nilai SPK
Pejabat pembuat komitmen akan membayar nilai kontrak kepada penyedia barang
sesuai dengan nilai yang akan dituangkan dalam SPK. Dimana untuk pembayaran nilai
SPK tersebut akan dibebankan pada Dana ………………………. Tahun Anggaran
2008.
a. Addendum SPK harus dibuat bila terjadi perubahan terhadap segala hal yang
bersangkutan dengan struktur dan substansi SPK.
b. Addendum dapat dilakukan setelah ada kesepakatan diantara para pihak, dengan
prosedur sebagai berikut :
- Pengguna barang menyampaikan usul perubahan kontrak kepada Penyedia
barang, dapat berlaku sebaliknya.
- Pihak yang menerima usulan harus memberikan tanggapan atas usulan
tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
- Apabila disepakati adanya perubahan, maka dilakukan perubahan perjanjian
dalam bentuk Addendum.
a. Waktu pelaksanaan SPK adalah ………. (…………….) hari kalender dihitung sejak
tanggal sebagaimana tercantum dalam SPK.
b. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia barang telah melaksanakan
pekerjaan 100% (seratus persen) yang dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan
Pekerjaan yang telah disetujui oleh pejabat pembuat komitmen.
c. Apabila penyedia barang menyatakan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
jadual yang telah ditentukan karena keadaan memaksa (force majeure), dan
penyedia barang telah melaporkan kejadian tersebut kepada pejabat pembuat
komitmen, maka pejabat pembuat komitmen akan melakukan penjadwalan kembali
waktu penyerahan pekerjaan yang dituangkan dalam addendum kontrak.
13. Pengawasan
a. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (Force Majeure) adalah kejadian di luar
kemampuan penyedia barang untuk mengatasinya termasuk di dalamnya, tetapi
tidak terbatas kejadian-kejadian sebagai akibat dari Peraturan Pemerintah baik
Pusat maupun Daerah, Departemen, Instansi Sipil atau Militer, halilintar, banjir,
gempa bumi, huru-hara, pemberontakan dan epidemi yang secara langsung dapat
mengakibatkan keterlambatan penyerahan pekerjaan.
b. Dalam hal terjadinya keadaan memaksa (Force Majeure) penyedia barang wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pejabat pembuat komitmen, selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak terjadinya Force
Majeure disertai keterangan dari pihak yang berwenang / berwajib.
c. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas penyedia
barang tidak memberitahukan kejadian Force Majeure tersebut kepada pejabat
pembuat komitmen, maka keterlambatan penyerahan pekerjaan dianggap bukan
sebagai akibat Force Majeure.
d. Dalam pemberitahuan mengenai kejadian Force Majeure sebagaimana dimaksud
pada angka huruf b di atas harus disertai dengan keterangan dari yang berwenang
mengenai peristiwa tersebut dan penyedia barang dapat sekaligus mengajukan
permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan kepada pejabat pembuat
komitmen.
e. Pejabat pembuat komitmen dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak
diterimanya permohonan perpanjangan akan memberikan jawaban mengenai
permohonan dimaksud kepada penyedia barang.
f. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka huruf e di atas
pengguna barang tidak memberikan jawaban terhadap permohonan perpanjangan
waktu penyerahan pekerjaan dari penyedia barang, maka pejabat pembuat
komitmen dianggap telah memberikan persetujuan terhadap permohonan
dimaksud.
a. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika dalam musyawarah tersebut tidak ditemukan kesepakatan, maka kedua belah
pihak sepakat untuk penyelesaikan menurut prosedur hukum yang berlaku melalui
Kantor Kepaniteraan Pengadilan.
c. Segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan Perjanjian ini, kedua belah pihak telah
memilih tempat kedudukan (domisili) yang tetap dan sah di Kantor Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bandung.
SPK dibuat dalam bahasa Indonesia serta tunduk kepada tata hukum yang berlaku di
wilayah hukum Indonesia.
a. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia barang karena
telah melakukan cidera janji (wanprestasi), sedangkan ganti rugi adalah sanksi
finansial yang dikenakan kepada pejabat pembuat komitmen sebagai kompensasi
atas kerugian yang diderita oleh pejabat pembuat komitmen sebagai akibat
kelalaian penyedia barang.
b. Besarnya denda yang harus dibayar penyedia barang atas keterlambatan
penyelesaian pekerjaan adalah 10/00 (satu perseribu) dari nilai SPK atau bagian
kontrak lainnya untuk setiap hari keterlambatan.
c. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pejabat pembuat komitmen atas
keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku menurut
ketetapan Bank Indonesia.
KETENTUAN KHUSUS
1. Standar Barang
2. Pengepakan Barang
Dalam proses pengiriman barang, penyedia barang harus mengemas dan mengepak
barang-barang yang akan dikirimnya dengan baik, rapi dan senantiasa memperhatikan
mutu dan kondisi barang, sehingga saat pejabat pembuat komitmen menerima barang
dimaksud masih dalam kondisi baik dan tidak cacat.
a. Segala biaya dan resiko yang timbul dari proses pengiriman barang yang
mempergunakan sarana transportasi menjadi beban dan tanggung jawab penuh
pihak penyedia jasa.
b. Apabila terjadi keterlambatan pengiriman barang oleh penyedia barang dengan
alasan transportasi, segala resiko keterlambatan tersebut harus ditanggung oleh
penyedia barang.
4. Cacat Mutu
a. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara permintaan barang pada saat
pelaksanaan dengan spesifikasi teknis dan kuantitas yang ditentukan dalam
dokumen penunjukan langsung dan SPK, maka pejabat pembuat komitmen
bersama penyedia barang dapat melakukan perubahan SPK yang meliputi :
- Menambah atau mengurangi kuantitas barang yang tercantum dalam SPK.
- Menambah atau mengurangi jenis barang
- Mengubah spesifikasi teknis barang dengan permintaan barang
b. Pekerjaan tambah / kurang tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai
harga yang tercantum dalam SPK.
c. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pejabat pembuat komitmen secara
tertulis kepada penyedia barang, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam SPK. Hasil negosiasi
dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar penyusunan addendum SPK.
G. SYARAT-SYARAT KHUSUS
KETENTUAN UMUM
1. Asal Barang
Apabila diperlukan, penyedia barang harus dapat menunjukan silsilah dan asal-usul
barang yang disediakannya.
3. Penangguhan Pembayaran
5. Instruksi
KETENTUAN KHUSUS
Dalam masa garansi / masa jaminan purna jual, penyedia barang harus menyerahkan kartu
garansi kepada pengguna barang (apabila barang tersebut bergaransi). Apabila tidak disertai
kartu garansi, maka penyedia barang harus membuat Surat Pernyataan bermaterai Rp.
6.000,- dan menyatakan bersedia memberikan jaminan dalam masa purna jual dalam jangka
waktu yang ditetapkan oleh Manajer Proyek Barang.