You are on page 1of 3

What are screening tests?

Screening test merupakan sebuah bentuk uji yang digunakan untuk membantu mengenali orang yang memilki peningkatan factor resiko dari suatu penyakit atau kondisi lain, sebelum penyakit tersebut menimbulkan gejala, atau disadari, sehingga langkah-langkah pencegahan dapat diambil. Hal ii merupakan suatu bagian penting dari ilmu kesehatan preventive. Screening test membantu mengenali sebuah penyakit pada tahap paling awal, yang merupakan saat terbaik untuk dilakukannya perawatan. Sehingga hal ini memberi keuntungan, dimaka kita dapat mendeteksi penyakit sebelu timbulnya gejala. Test ini harus bersifat sensitf, agar dapat mengidentifikasi dengan mudah, orang-orang yang berpotensi memiliki penyakit. Banyak jenis screening test yang disediakan pada fasilitas kesehatan, seperti Pap smears untuk wanita, dan uji kolesterol. Jika ditemukan hasil yang posotif dari uji ini, maka kelanjutan dari proses ini adalah dilakukannya lagi test yang bersifat spesifik, agar penyakit tersebut dapat dikenali dan diagnosis dapat ditegakan.

Lead time bias


Leadtime Merupakan sebuah rentang waktu antara deteksi awal suatu penyakit (test baru,biasanya melalui sebuah kriteria eksperimental yang baru) dengan saat munculnya presentasi klinis dan diagnosis (test tradisional, berdasarkan criteria umum suatu penyakit) Leadtimebias
Merupakan sebuah bias yang muncul ketika membandingkan dua buah test untuk sebuah penyakit. Dimana test pertama (test yang baru, test eksperimental) mendiagnosis penyakit tersebut lebih awal, tetapi tidak menimbulkan efek dari outcome penyakit tersebut. Hanya dengan test Nampak bahwa pada test ini meningkatkan lamanya survival time, yang pada kenyataannya hal ini ditimbulkan oleh deteksi yang lebih awal saja ketika dibandingkan dengan deteksi dengan cara tradisional. Ini merupaka sebuah faktor penting ketika mengevaluasi keefektifan dari sebuah test yang bersifat spesifik.

Relationship between screening and survival


Main article: Screening (medicine) Dengan melakuakn screening, tujuan utamanya adalah mendiagnosis suatu penyakit lebih awal dibandingkan tanpa dilakukannya screening. Tanpa dilakukannya screening, suatu penyakit dapat didiagnosis, hanya ketika gejala-gejalanya muncul. Walaupun dalam kedua kasus ini penderita akan meninggsl pada waktu yang sama, tetapi karena penyakit dapat didiagnosis lebih awal dengan screening test, survival time akan tampak lebih lama jika dilakukannya screening test. Tidak ada tambahan usia yang diberikan (dan tentu saja, dengan ini pasien akan hidup dengan kegelisahan akan penyakitnya untuk waktu yang lebih lama). Sebagai contoh, kebanyaka orang dengan kelainan genetis Huntingtons disease akan terdiagnosis ketika gejala-gejala penyakit ini timbul pada usia sekitar 50 tahun, dan biasanya akan meninggal pada usia 65 tahun. Biasanya pasien akan meninggal pada 15 tahun setelah diagnosis ditegakan. Tetapi dengan adanya test genetic, diagnosis menjadi dapat dilakukan bahkan ketika pada saat kelahiran bayi. Jika bayi ini harus meninggal pada usia 65 tahun, maka ia harus bertahan selama 65 tahun dengan menanggung beban diagnosis tersebut, dibandingkan dengan orang yang baru mengetahui penyakitnya belakangan. Lead time bias dapat mempengaruhi five-year survival rate.

Length time bias


Lengthtimebias is a form of selection bias, a statistical distortion of results which can lead to incorrect conclusions about the data. Length time bias can occur when the lengths of intervals are analysed by

selecting intervals that occupy randomly chosen points in time or space. This process favors longer intervals, thus skewing the data. Length time bias biasanya di diskusikan dalam hal mencari kelebihan dari screening kanker, yang biasanya dapat menimbulkan persepsi jika screening dapat memberi outcome yang lebih baik, padahal dalam kenyataannya tidak. Tumor ganas biasanya memiliki fase asimtomatik yang lebih singkat dari pada tumor jinak. Ini berarti periode ,saat awal sel kanker timbul pada tubuh dan belum menimbulkan gejala (yang bias dikenali dengan screening test), menjadi lebih singkat. Oleh karena itu, pada hasilnya, jika dilakukan test screening, maka hasil yang ditemukan akan lebih banyak tumor jinak (karena fase asimtomatik yang lebih panjang) Hal ini dapat menimbulkan persepsi yang salah, yaitu ketika dilakukan deteksi kanker dengan screening, maka kanker tersebut akan menjadi tidak berbahaya. Yang pada kenyataannya , hal ini disebabkan karena tumor jinak lebih banyak ditemukan pada test screening. Bukan test screening yang membuat tumor menjadi bersifat jinak.

You might also like