You are on page 1of 13

Teori Politik Machiavelli

Oleh Ahmad Suhaili mahasiswa UIN dan ICAS

Pendahuluan

Dalam tugas yang diberikan ini, penulis menentukan bahwa topik yang akan diambil
adalah hubungan patriotisme , korupsi dan berwarga negara dalam Machiavelli. Ada
keterkatian antara patriotisme, korupsi dan berwarga negara dalam sebuah kehidupan politik.
Bagaiman sebuah kepemerintahan itu seharusnya dibentuk menurut Machiavelli sangat
penting sekali untuk menentukan sikap dasar apa yang akan membentuk karakter negara.

Dalam pembahasan ini, penulis akan membagi penulisan ini kedalam dua bahasan.
Yang pertama adalah untuk pengertian umum apa itu patriotisme, korupsi dan berwarga
negara menurut Machiavelli. Setelah itu, bahasan yang kedua adalah hubungan ketiganya.
Itulah mungkin isi yang akan dibahas.

Penulis akan mempertahankan konsep politik yang baik menurut Machiavelli dengan
sedikti mengkritik konsep dasar patriotisme dengan latar belakang yang berbeda antara
kehidupan Machiavelli itu sendiri dengan kehidupan sekarang.
Pembahasan

Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum,
tergolong anggota famili terkemuka, tetapi tidak begitu berada. Selama masa hidup
Machiavelli --pada saat puncak-puncaknya Renaissance Italia-- Italia terbagi-bagi dalam
negara-negara kecil, berbeda dengan negeri yang bersatu seperti Perancis, Spanyol atau
Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam masanya Italia lemah secara militer
padahal brilian di segi kultur.1

Di kala Machiavelli muda, Florence diperintah oleh penguasa Medici yang masyhur,
Lorenzo yang terpuji. Tetapi Lorenzo meninggal dunia tahun 1492, dan beberapa tahun
kemudian penguasa Medici diusir dari Florence; Florence menjadi republik (Republik
Florentine) dan tahun 1498, Machiavelli yang berumur dua puluh sembilan tahun peroleh
kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia
mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam pelbagai missi diplomatik atas
namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia. Medici
adalah seorang bangsawan yang menjadi raja atau paus.

Tahun 1512, Republik Florentine digulingkan dan penguasa Medici kembali pegang
tampuk kekuasaan, Machiavelli dipecat dari posisinya, dan di tahun berikutnya dia ditahan
atas tuduhan terlibat dalam komplotan melawan penguasa Medici. Dia disiksa tetapi tetap
bertahan menyatakan tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan pada tahun itu juga. Sesudah itu
dia pensiun dan berdiam di sebuah perkebunan kecil di San Casciano tidak jauh dari
Florence.

Sebelum lebih jauh lagi membicarakan pemikiran politik Machiavelli, terlebih dahulu
kita bahas kehidupan, latar belakang dan karya-karyanya yang terkenal. Ada dua buku yang
terkenal hasil karya Machiavelli, yaitu il prince dan discourse of livy. Kedua buku tersebut
memiliki latar belakang yang berbeda.

Buku il prince lebih banyak membahas nasihat-nasihatnya terhadap raja, bagaimana


seharusnya penguasa yang baik itu? Apakah raja ingin ditakuti apa dicintai? Ia menulis buku

1 Michael H. hart, seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah,


ini sebagai nasehat untuk raja ketika belum mendapatkan pekerjaan sebagai sekertaris
pribadi, maka untuk mendapatkan pekerjaan itu, ia lakukan hal-hal yang mencoba menarik
simpati raja. Nasehat-nasehatnya dianggap sebagai praktek terpenting untuk seorang raja bagi
negaranya. Dalam buku il principe ini ia mengatakan bahwa “ negara yang baik harus
dipimpin oleh raja yang baik. Kebijakan yang baik dilakukan dengan segala cara dan
menghalalkan segalanya demi tujuan yang baik”.

Orang selayaknya bisa ditakuti dan dicintai sekaligus. Tetapi, lebih aman ditakuti
daripada dicintai, apabila kita harus pilih salah satu. Sebabnya, cinta itu diikat oleh kewajiban
yang membuat seseorang mementingkan dirinya sendiri, dan ikatan itu akan putus apabila
berhadapan dengan kepentingannya. Tetapi, takut didorong oleh kecemasan kena hukuman,
tidak pernah meleset. Begitulah sedikit pernyataannya dalam buku il prince pada bab 17.2

Menurut hemat penulis, buku il principe ini memang sangat bagus. Memiliki tujuan
yanga baik. Namun Machiavelli cenderung menghilangkan rasa kemanusiaan seseorang
dengan melakukan segala hal demi kebaikan. Cara bertindak yang baik akan menghasilkan
kebaikan pula. Prilaku yang menindas rasa etis manusia itu kurang bagus walaupun demi
tujuan yang baik. Alangkah bagusnya jika cara yang baik menentukan tujuan yang baik pula.
Karena manusia memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi.

Raja yang ditakuti lebih baik dibandingkan dengan raja yang dicintai, hukum
ditegakkan bukan karena rasa cinta. Memang cinta akan memutuskan segalanya demi
kepentingan seseorang. Tetapi apakah cinta akan menghilangkan loyalitas polis terhadap
rajanya? Saya kira, Machiavelli tidak tepat mengatakan bahwa raja lebih baik ditakuti oleh
polisnya daripada dicintai.

Machiavelli memperbincangkan sejarah dan politik sepenuhnya dalam kaitan


manusiawi dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan moral. Masalah sentral, dia bilang,
adalah bukan bagaimana rakyat harus bertingkah laku; bukannya siapa yang mesti berkuasa,
tetapi bagaimana sesungguhnya orang bisa peroleh kekuasaan.

The Prince (Sang Pangeran) sering dijuluki orang "buku petunjuk untuk para diktator." Karier
Machiavelli dan pelbagai tulisannya menunjukkan bahwa secara umum dia cenderung kepada
bentuk pemerintahan republik ketimbang pemerintahan diktator. Tetapi dia cemas dan
khawatir atas lemahnya politik dan militer Italia, dan merindukan seorang Pangeran yang kuat
yang mampu mengatur negeri dan menghalau tentara-tentara asing yang merusak dan menista
negerinya. Menarik untuk dicatat, meskipun Machiavelli menganjurkan seorang Pangeran
agar melakukan tindakan-tindakan kejam dan sinis, dia sendiri seorang idealis dan seorang
2 Nicholo Machiavelli, il principe, gramedia
patriot, dan tidak begitu mampu mempraktekkannya sendiri apa yang dia usulkan.

Buku yang kedua adalah discourse on titus livy. Dengan latar belakang yang berbeda
dengan il prince. Pada waktu itu kondisi negara sudah aman dan membaik dan isi buku
tersebut bersifat oral, kumpulan-kumpulan orasinya untuk publik. Benar atau salahnya itu
tidak diperdulikan, karena ia ingin mengajak rakyat untuk mau bertindak, agar rakyat
sejahtera.

Discourse on titus livy ini banyak sekali membahas negara ideal dengan melihat
kembali kejayaan roma dahulu yang berhasil membuat negaranya menjadi sistem republic.
Dalam bukunya ini ia menerangkan bahwa teori politik itu telah dilabeli atau ditegakkan
dengan warga negara yang baik (civic humanism) atau republik. Warga negara yang baik itu
adalah warga negara yang berperan aktif dalam membuat keputusan bersama dan demi
kemashlatan bersama:

In the Discourses Machiavelli expounds a political theory that has been variously labeled
Civic Humanism or Republicanism. Civic Humanism can be defined as participation by
citizens in the decision making of the community. It is political theory that dates from mid-
fifteenth century Italy, with roots in earlier Greek and Roman thought. It developed amongst a
number of Italian writers in response to the Medici's coming to power in Florence in 1512.
The Medici's tried to impose a tyrannical regime in Italy and deny citizens of the city-states
the liberties they had grown used to.3

Dalam buku discourse ini sekali lagi ia begitu mendambakan sistem kepemerintahn
republik. Kenapa harus republik? Karena baginya republik mampu mengcover semua
kelemahan sistem kepemerintahan seperti aristokrasi, demokrasi dan monarki absolute
bahkan kepemerintahan konsorsium. Yang mana prinsip utama republik adalah kebebasan
dalam arti anti-conquer dan anti-dominasi.

Aristokrasi yang dipimpin oleh beberapa orang seperti halnya yang terjadi di Florence
yang dipimpin oleh medici pada akhirnya menimbulkan dan membentuk sebuah
kepemerintahn yang mementingkan sekelompok penguasa saja (oligarki). Demokrasi
memiliki ketimpangan antara pemisahan kekuasan, cek dan balance dan juga representative
akibat terlalu banyaknya yang memimpin dan tidak merata.

Monarki absolute sangat jelas bertentangan, baginya sangat yakin sekali bahwa sistem
ini menimbulkan tirani. Konsorsium, jelas sangat tidak sesuai. Sistem ini hanya

3 www.wiu.edu/users/mfcjh/wiu/extend/discussion/machhum.htm
mementingakan bagiamana pasar dan modal berjalan. Si kaya yang punya modal dan si
miskin semakin jauh ketimpangannya.

Patriotisme, Korupsi dan Berwarganegara

Bagi Machiavelli patriotisme adalah kecintaan terhadap negara dan kepatuhan akan
hukum, bukan berarti kecintaan dalam arti sebagai sudut pandang yang sempit yang hanya
membela negara untuk perang tetapi sebuah kepatuhan seseorang sebagai warga negara
dimanapun ia berada di sebuah negara, selagi keadilan dan kebajikan bersama itu ditegakkan
maka ia akan membela dan mengikutinya.

Konsepsi patriotisme Machiavelli berlandaskan kepada warisan pemikiran Plato dan


Aristoteles bahwa politik itu baik demi kehendak bersama untuk mencita-citaakan
masyarakat yang baik. Maka untuk mewujudkannya ia berpendapat bahwa kehendak untuk
membentuk masyarakat yang baik hanya mungkin terjadi jika pemimpin maupun masyarakat
disatukan kedalam sebuah satu watak dasar yang utuh yaitu “ civic virtue” kebajikan umum,
karena baginya politik adalah kebaikan. Maka untuk mewujudkan politik yang baik demi
kebajikan atau kebaikan umum diperlukan sebuah kedisiplinan hukum. Dari sinilah
patriotisme dibutuhkan.

Civic virtue ini dilandaskan oleh sebuah kemashlatan bersama. Cita-cita Machiavelli
ini melatarbelakangi kehidupan politiknya pada waktu itu jatuh berantaknya polis, negara di
kota Italia. Karena dipimpin oleh pengeran dan raja yang korup. Ia tidak menafikan bahwa
watak dasar manusia adalah mahluk yang picik dan tidak jujur, tetapi sifat dasar tersebut
dapat dirubah dan dibentuk kembali dengan didikan yang disiplin. Sehingga akan
menghasilkan polis atau warga negara yang baik. Ketika warga negaranya telah dibentuk
menjadi seorang yang baik maka untuk mempertahankan virtue bersama tersebut, warga
negara harus memiliki kualitas untuk mempertahankannya yaitu sebuah keberanian untuk
menjaga selalu virtue tersebut dengan patriotisme.

Patriotisme adalah cara negara untuk membentuk warga negara yang virtue, agar
terhindar dari politik yang kotor. Istilah patriotisme ini sering dikatakan sebagai alat seorang
“proto-fasis” untuk mempertahankan kekuasaanya, sehinga identitas makna patriotisme itu
sendiri adalah didikan militer. Memang Machiavelli menganjurkan didikan militer, tetapi
dikatakan sekali bahwa model didikan tersebut adalah bertujuan untuk mempertahankan
warga negara akan kemaslhatan bersama “ civic virtue”.
Patriotisme pertama-tama tidak berurusan dengan militer melainkan berurusan dengan
virtue dan polis, yakni tekad untuk mempertahankan kemaslahatan umum. Di dalam konteks
jamannya, musuh terbesar virtue adalah kebusukan korupsi. Sementara militer adalah salah
satu instrumen pendidikan untuk warga. Dengan demikian di sini ia kembali memperkuat
Aristoteles di satu sisi, yakni bahwa keutamaan publik di atas militer. Lebih unik lagi, di
dalam Machiavelli militer dilihat dalam kerangka kewargaan. Militer ada karena keperluan
untuk mempertahankan tujuan-tujuan masyarakat umum yang didefinisikan oleh
pemerintahan republik sebelumnya.

Jadi menurut Machiavelli makna patriotisme tidak identik dengan militer, perang,
kekerasan, nasionalisme. Patriotisme awalnya adalah berurusan dengan warga negara untuk
menciptakan kemashlatan bersama “ common virtue” agar terbentuk warga negara yang
virtue.

Patriotisme bukan sebuah klaim militer, tetapi ia adalah mulanya sebuah klaim
kewargaan demi menciptakan kemashlatan. Sehingga untuk menciptakan sebuah “ civic
virtue”, dibutuhkan pendidikan dengan model militer. Karena baginya, kebaikan bersama
tidak cukup dijaga dengan tanpa kedisiplinan.

Ketika seorang pemimpin menyerukan kepada kita untuk mempertahankan daerah


perbatasan negara, akan tetapi pada waktu itu pula pemimpin tersebut adalah seorang yang
korup, merusak kemashlatan warga negaranya, mementingkan sekelompoknya saja maka dia
bukanlah seorang yang patriotik. Hiltler menyerukan tentara dan orang-orang jerman untuk
membantai orang-orang yahudi di muka bumi demi kepentingan dirinya, itu pula bukanlah
seorang yang patriotik.

Membela negara bukan berarti ikut berperang dalam bentuk militer, tetapi membela
negara adalah memperjuangkan kemashlahatan bersama “ civic virtue”. Bagi penulis sendiri
patriotisme menurut Machiavelli tidak begitu sesuai lagi, degan alasan bahwa warga negara
yang baik tidak mesti diajarkan atau dididik secara militer lagi. Dididikan yang dibutuhkan
bagi warga negara sendiri adalah perangai pemimpin yang mampu mempertahankan
kemashlatan bersama tanpa adanya perbedaan ras, bangsa dan agama. Warga negara yang
baik mampu memisahkan mana yang baik dan bermanfaat demi kepentingan umum tanpa
adanya didikan militer.
Penulis setuju mengenai pandangan umum Machiavelli bahwa politik itu baik, maka
warga negaranya pun juga harus baik. Kepentingan bersama sebagai civic virtue tidak
diragukan lagi, tetapi ketika cara untuk mencapai civic yang virtue itu dilakukan dengan
pendidikan militer ala model patriotisme saya kira tidak bisa diterapkan lagi pada kondisi
negara kita. Ingat bahwa ketika Machiavelli hidup, kondisi negara sedang carut marut, tidak
terkendali. Sehingga cara terbaik untuk mempertahankan kebaikan bersama demi tujuan
mashlahat bersama adalah tindakan militer.

Untuk menumbuhkan rasa patriotisme itu sendiri pada kondisi negara kita Indonesia,
saya kira yang dibutuhkan adalah konsep Machiavelli tentang konstitusi di atas segalanya.
Tindakan tegas bagi siapa pun yang melanggar civic virtue tersebut. Lantas bagaimana
pendidikan militer yang diterapkan di Indonesia mampu mempertahankan civic virtue kita?
Mungkin itu adalah sebagain fungsi dasar untuk menumbuhkan rasa patriotisme, ada banyak
sekali cara dalam pendidikan selain militer. Dengan kondisi yang lebih tentram, saya kira
pendidikan akademis pun dapat mampu diterapkan.

Dimanapun warga negara itu tinggal, selagi keadilan dan kebaikan dan kebajikan
bersama selalu dijaga , maka dia pasti akan membela dan patuh akan kebajikan umum (civic
virtue) tersebut. Menjadikan kehidupan berpolitik warga negara yang baik akan menjaga
kestabilitasan negara . Itulah cita-cita patriotisme Machiavelli.

Musuh utama politik virtue adalah politik yang kotor, yaitu korupsi. Salah satu
penyebab utama negara dan warganya yang korup adalah tanggung jawab dan kebebasan
negara dan warganya akan kekayaan dan kebiasaan hidup mewah. Karena kekayaan tanpa
sebuah keseimbangan selalu meyebabkan warga negara menjadi korup. Ketika kepemilikan
dan kekayaan diberikan tidak secara merata maka itu akan membantu perkembangan polisnya
menjadi seorang yang egois.

Polis tidak lagi mengabdi kepada negara, mereka hanya mengabdi kepada diri mereka
sendiri. ketika kekayan sudah diberikan, maka kekayaan tersebut akan mencari kekuataan
untuk mempertahankan kekayaan tersebut dan akan melupakan kemashlatan dan tanggung
jawab bersama sehingga Korupsi mempengaruhi pikiran polis.

Cirri-ciri polis yang korup adalah :

• Anak-anak mudanya sering berbicara jorok


• Orang tuannya yang cabul

• Menyeru kepada kemungkaran dan melarang kepada kebaikan

Penyebab korupsi :

• Mentalitas budak, akibat terlalu lamanya sebuah negara itu dijajah.

• Intervensi asing begitu terasa dan tidak bisa lepas akan ketergantungan
terhadap campur tangan asing.

• Kekayaan : semakin kondisi sosial yang sangat timpang itu terjadi, maka
akibatnya adalah orang-orang paling kaya di negara masih duduk di dalam
kursi jabatan, maka kita selalu akan ditindas.

• Gentiluomini : seperti seorang bangsawan atau orang kaya yang tanpa usaha di
akan terus menghasilkan dan meningkat kekayaannya. Sehingga timbullah
watak dasar polis yang terlalu sering berfoya-foya hingga akhirnya negara
akan dirugikan.

• Agama : menjadi masalah yang sangat krusial dan sensitive, karena sering
sekali seorang pemimpin berani mengatas namakan agama sebagai alat tukar
kekuasan demi kepentingan sendiri.

Penyebab pertama adalah mentalitas budak, negara yang terlalu sering dan lama sekali
dijajah maka karakter yang akan terbentuk adalah watak yang selalu berketergantungan
terhadap orang lain. Sehingga kepemerintahannya selalu akan didikte sesuai keinginan orang
lain.

Kedua adalah intervensi asing, penyebab korup ini masih berhubungan dengan
mentalitas budak. Karena ketidak mampuan negara dalam menjalankan roda kepemerintahan.
Intervensi asing akan selalu memberikan kepentingan sepihak, orang asing tidak akan mau
dirugikan ketika kepemilikannya diganggu negara. Lihatlah bagaimana hutang negara
Indonesia terhadap IMF yang membumbung tinggi sehingga akan selalu menggerogoti
kekayaan negara Indonesia. Bagaimana sebuah perusahaan tambang terbesar di Indonesia
free port yang berada di Irian akan selalu dikeruk habis oleh orang asing. Yang akihrnya
pemimpin pun tidak mau kehilangan jatahnya terhadap orang asing, sogokan-sogokan dan
suap terjadi dimana-mana.

Ketiga adalah kekayaan, ketimpangan yang terlalu jauh di dalam kondisi masyarakat
antara si miskin dan si kaya akan menimbulkan ketimpangan sosial. Sehingga kriminalitas
semakin tinggi. Maka ketika si kaya masih duduk dalam sebuah kepemerintahan, dia akan
selalu mementingkan harta kekayaannya saja. Bukan hanya berkuasa, orang kaya itu selalu
dekat sekali dengan pemimpin, sehingga ia dapat meminta semaunya untuk kepentingan
sendiri.

Keempat adalah gentiloumini, istilah ini sering kita kaitkan seperti MLM. Artinya
dengan tanpa usaha orang akan menjadi kaya, seseorang hanya mengeluarkan modal pertama
untuk mendapatkan keuntungan. Penyebab keempat ini berkaitan dengan kekayan, yaitu siapa
yang memiliki modal banyak, dia akan mendikte si miskin akibat dari ketimpangan
sosialyang sangat jauh. Si kaya akan memanfaatkan hartanya demi kepentingan sendiri untuk
menindas orang miskin dengan membayar dan menyuap seorang pemimpin.

Terakhir adalah agama, sering kali masalah terakhir ini dijadikan sebagai manuver
politik untuk mempertahankan kekuasan yang memihak. Dalam massa Machiavelli korupsi
yang terjadi adalah antara Kristen dan civic virtue. Baginya, orang Kristen yang beriman
cenderung memisahkan dunia materi dan sementara ini. Kita berada pada posisi yang sangat
jelas melewati kehidpuan spiritual dan keabadian dunia, dimana kita harus selalu mengabdi
kepada Tuahn sang pemilik keabadian.

Banyak sekali kitab-kitab injil memberikan asumsi bahwa kesenangan duniawi ini
hanya mencoba kenikmatan semata, yang mana menghambat nilai-nilai kesenangan surgawi.
Sehingga bagi Machiavelli berargumentasi bahwa Kristen membantu perkembangan polis-
polis yang baik menjadi salah. Orang Kristen mempelajari kemanusiawian, menolak dan
mengangap remeh hal-hal yang bersifat keduniawian dunia. Agama Kristen, lanjutnya
memberikan sikap ketidak-tundukan dan pengabaian terhadap tugas dan tanggung jawab
sebagai warga negara.

Lantas bagaimana solusi untuk menghilangkan korupsi sebagai politik yang kotor
tersebut? Maka Machiavelli menjawab bahwa konsititusi harus diutamakan, dan hukum harus
dilaksanakan dengan setegas-tegasnya dan universal. Bagi yang melanggar hukum tersebut,
ia berasumsi bahwa hukum orang tersebut di hadapan publik. Sehingga akan menimbulkan
efek jera terhadap orang lain yang akan melanggar.
Berwarga negara, adalah poin penting dalam konsep politik Machiavelli. Baginya
kehidupan politk yang baik melibatkan seluruh warga negara. Lantas bagaimana berwarga
negara yang baik itu? Bagi Machiavelli warga negara yang baik itu adalah ikut serta berperan
aktif dalam kehidupan politik sehingga kepentingan bersama akan kebajikan umum selalu
terlaksana sehingga tidak terjadi ketimpangan. Maka dari itu yang perlu dibutuhkan dalam
berwarga negara adalah polis yang humanis (civic humanism).

Sebagai partisipan politik yang menyeluruh, semua warga negara akan berusaha
memfokuskan kepada sebuah kebebasan. Karena kebebasan adalah fondasi utama dalam
berwarga negara yang baik juga pada republik.

Kebebasan dalam arti sebuah kesadaran berwarga negara yang baik adalah seorang
warga yang anti-dominasi terhadap yang lain. Tidak ada ageresi dan serangan terhadap orang
lain demi kepentingan kebebasan, tidak ada penyeragamaan yang akan mengakibatkan
penghilangan kebebasan.

Hubungan Patriotisme, Korupsi dan Berwarga Negara

Setelah memaparkan secara rinci konsep-konsep patriotisme, korupsi dan berwarga


negara. Ditemukan sangat jelas sekali bahwa politik adalah baik, untuk mencapai kebaikan
itu dibutuhkan didikan patriotisme demi menjaga kebajikan umum tersebut.

Kebajikan umum (civic virtue) adalah kehidupan politik yang baik dengan selalu
dijaga dengan adanya patriotisme. Maka musuh utama mempertahankan virtue tersebut
adalah korpusi, sebagai lawan dari kehidupan politik yang baik.

Patriotisme menghasilkan polis yang baik yang akan selalu menjaga kebajikan umum
tersebut. Berwarga negara yang baik adalah mereka yang patuh dan menjaga kebajikan
umum. Satu-satunya yang menghalangi kebijakn tersebut adalah korupsi, karena korupsi
menghasilkan politik yang buruk.

Seperti yang telah penulis jelaskan terdahulu dalam bukunya discourse, Machiavelli
benar-benar mengidam-idamkan negara yang ideal adalah negara republic. Menurutnya,
republk mampu menjaga hubungan patriotisme denga berwarga negara yang akan selalu
menentang korupsi.
Ia begitu sangat merindukan kepemerintahan yang ada pada zaman romawi dahulu,
karena pembagian kekuasan negara yang menurutnya seperti yang terjadi pada romawi.
Pembagian itu terdiri dari, Dewan Penasihat (senatus), pemegang kekuasaan (konsul), dan
lembaga lain seperti Dewan Daerah (comitio curiata) dan Dewan pertahanan (comitio
centuriata). Pembagian kekuasaan inilah yang dapat membawa pada penjagaan ketertiban.
Korelasi ketertiban dan pembagian kekuasaan itu terletak pada mekanisme yang
menampilkan cek and balance di dalam negara.

Cek and balance itu ada pada dua substansi utama, yaitu antara senat dan konsul,
sedang bagian yang lain menjadi tambahan saja. Perimbangan kekuasaan itu terjadi karena
masing-masing (senat dan konsul) memiliki hak veto yang dapat menentukan satu kebijakan
itu disetujui atau tidak. Namun yang perlu diperhatikan dalam sistem republik ini adalah
sistem ini tak dapat berdiri tegak tanpa adanya upaya menjunjung tinggi kepentingan rakyat.
Dua pemegang kekuasaan di atas harus berupaya sebaik mungkin untuk membuat satu
kebijakan yang didasarkan pada kepentingan rakyat.4

4 Sumber ini didapatkan dari perkuliahanitu sendiri


Penutup

Korupsi betul-betul menghancurkan semua lini kepemerintahan. Dari pemimpin


sampai rakyat tidak bisa tidak terpengaruhi, pengaruhnya merasuki pola pikir negara. Penulis
berasumsi bahwa patriotisme yang ditumbuhkan Machiavelli sangat masuk akal, namun
sering disalah gunakan.

Apa pun itu bentuk pendidikan yang akan diterapkan di sebuah negara, selama
mereka mengangap politik itu adalah sebuah kehidupan yang baik bagi kemashlatan bersama
dan akan selalu mempertahankan kemashlatan tersebut dimana pun mereka berada. Maka
sistem kepemerintahan yang mendukung kehidupan politik yang baik adalah republic.

Patriotisme bukan sebuah tindakan militer yang harus berjuang dengan kekuatan fisik,
tetapi lebih dari itu semua adalah menimbulkan vivera politica kehidupan politk yang baik.
Negara tidak hanya membutuhkan orang yang ahli dalam berperang, berdiplomasi, dan
sebgainya. Yang dibutuhkan adalah kebaikan yang akan selalu memperjuangkan keadilan,
sehingga polis, pemimpin adalah orang-orang yang jujur dan baik.
Referensi

Machiavelli, Nicolo. Il Prince (Jakarta: Gramedia). 2002

Hart, Michel, Seratus Tokoh Yang Paling berpengaruh di Sejarah (Jakarta: Pustaka jaya)
1990

www.wiu.edu/users/mfcjh/wiu/extend/discussion/machhum.htm

You might also like