You are on page 1of 9

DERMATITIS PERIORAL

I.

PENDAHULUAN Dermatitis perioral adalah kelainan kulit yang menetap dengan bentuk lesi kulit yang tampak sebagai papuloeritema dan pustule yang utamanya timbul disekitar mulut.(rooks)(fitz derma 747) Dermatitis perioral sering tampak seperti akne vulgaris, rosasea dan dermatitis seboroik.(jurnal) Penyebab dermatitis perioral hingga kini masih belum d i k e t a h u i d e n g a n j e l a s , n a m u n d i b e b e r a p a j u r n a l d i s e b u t k a n b ahwa timbulnya dermatitis perioral ini berhubungan erat dengan penggunaan obat-obatan steroid topikal. (jurnal) Berdasarkan penyebabnya, dermatitis perioral secara garis besar dapat dibedakan menjadi dermatitis perioral yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topical yang merupakan subtype dari CIRD (Corticosteroid-Induced Rosacea-Like Dermatitis) maupun yang tidak berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topical ( Idhiopathic Perioral Dermatitis). CIRD mempunyai tiga subtype yang dibagi berdasarkan lokasi anatomi, yaitu: perioral, centrofacial dan diffuse. Dermatitis perioral yang merupakan subtype dari CIRD merupakan yang paling sering terjadi pada dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus juga terjadi pada perinasal dan periocular. Pada subtype centrofacial terjadi pada pipi bagian dalam, kelopak mata bagian dalam, hidung dan dahi. Pada subtype diffuse terjadi pada seluruh wajah dan seringkali meluas sampai ke leher. Idhiopathic perioral dermatitis biasanya lebih sering terjadi pada pasien wanita berusia 20-45 tahun meskipun dapat juga terjadi pada pria. Idhiopathic perioral dermatitis juga terjadi pada anak-anak tanpa ada dominansi gender. Terdapat varian lainnya dari Idhiopathic Perioral Dermatitis yaitu Granulomatous Periorificial Dermatitis atau Facial Afro-Caribbean Childhood Eruption (FACE). Granulomatous Periorificial Dermatitis paling sering t e r j a d i p a d a anak-anak ras Afrika-Amerika dan mungkin juga b e r h u b u n g a n d e n g a n penggunaan kortikosteroid topical. Idhiopatic perioral dermatitis dapat dipengaruhi oleh penggunaan pasta gigi berfluorin, pemakaian kosmetik dan pelembab, stress emosional, dan agen mikrobiologi. (jurnal)

II.

EPIDEMIOLOGI

Dermatitis perioral pertama kali didefinisikan pada sekitar akhir 1950-1960. Pada era tersebut penggunaan pasta gigi berfluoride dan kortikosteroid topical mulai tersedia dan digunakan secara luas. Pada saat itu banyak dokter meresepkan obat kortikosteroid topical kuat yang digunakan pada kulit wajah sedangkan efek samping dari obat tersebut belum diketahui.(jurnal) Definisi dermatitis perioral kini diperluas menjadi perioficial dermatitis seiring banyaknya juga lesi kulit pada area perinasal dan periorbital. Dermatitis perioral sering terjadi pada dua kelompok usia antara lain anak-anak berusia 6 bulan sampai 16 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan wanita berusia 17 t a h u n s a m p a i 4 5 t a h u n . (jurnal)

III.

ETIOLOGI Penyebab perioral dermatitis hingga kini masih belum diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa faktor penting yang telah diketahui berhubungan erat dengan timbulnya perioral dermatitis antara lain organisme patogenik infeksius, faktor hormonal, penggunaan obat-obatan steroid topikal dan paparan zat kimia seperti pasta gigi yang mengandung fluor. Penggunaan kortikosteroid topical pada kulit wajah merupakan penyebab tersering timbulnya perioral dermatitis. Dalam sebuah studi didapatkan bahwa 71 dari 73 pasien telah menggunakan kortikosteroid dengan fluorin sebelum timbulnya onset perioral dermatitis. D a l a m s t u d i l a i n n y a p a d a a n a k - a n a k m a u p u n d e w a s a j u g a d i d a p a t k a n a d a n y a r i w a y a t penggunaan kortikosteroid topical sebanyak 72% dari total kasus perioral dermatitis. Dalam sebuah studi terhadap anak-anak penderita asma yang mendapatkan terapi steroid inhaler juga m e n g a l a m i perioral dermatitis. Penggunaan kortikosteroid oral juga t e l a h d i k e t a h u i berhubungan dengan timbulnya perioral dermatitis meskipun lebih sering menimbulkan aknesteroid. Beberapa spesies mikroorganisme telah diketahui berhubungan dengan timbulnya perioral dermatitis meskipun belum ada bukti kuat yang menyatakan mereka sebagai agen penyebab. Dimungkinkan penggunaan kortikosteroid topical dapat mengubah bakteri menjadi pathogen. Dalam penelitian lain didapatkan bahwa adanya kutu Demodex folliculorum berhubungan dengan perioral dermatitis. Namun hal ini juga berhubungan dengan adanya penggunaan kortikosteroid pada pasien tersebut sehingga kemungkinan hanya sebagai faktor sekunder penyebab perioral dermatitis tersebut. Dalam sebuah studi lainnya ditemukan bahwa t i d a k a d a p e r b e d a a n j u m l a h mikroorganisme yang ditemukan antara kulit wajah yang

mendapatkan terapi steroid topical dan yang mendapatkan krim placebo. Adanya riwayat atopi juga diperkirakan berhubungan dengan timbulnya perioral dermatitis. Dalam sebuah studi diidentifikasi sebanyak 19 dari 20 pasien penderita perioraldermatitis juga mengalami dermatitis atopi. Dalam studi selanjutnya juga didapatkan 14% kasus perioral dermatitis pada anak pernah mengalami dermatitis atopi serta 55% diantaranya memiliki riwayat atopi pada keluarganya, juga terdapat kemungkinan bahwa pasien menjadi lebih suka menggunakan kortikosteroid untuk setiap kondisi yang tidak berhubungan dengan atopi sekalipun sehingga kemudian menyebabkan perioral dermatitis. Kosmetik, pelembab dan produk topical wajah lainnya juga berhubungan dengan timbulnya perioral dermatitis. Pasien pengguna kosmetik, pelembab, krim malam sangat mungkin untuk menderita perioral dermatitis dibanding pasien bukan pengguna bahan tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa jumlah kasus perioral dermatitis lebih banyak terjadi pada wanita. Namun saat ini belum diketahui secara pasti zat dalam kosmetik tersebut yang menjadi predisposisi perioral dermatitis. Adanya kandungan fluoride juga diketahui mempunyai keterlibatan dalam timbulnya perioral dermatitis. Dalam suatu penelitian yang melibatkan 65 pasien penderita perioral dermatitis dimana kesemuanya merupakan pengguna pasta gigi berfluoride dilakukan penggantian dengan pasta gigi tanpa fluoride dan hasilnya setengah dari jumlah pasien tersebut mengalami perbaikan. (jurnal)

IV.

PATOGENESIS

V.

GEJALA KLINIS Perioral dermatitis tampak sebagai papuloeritematous kecil, vesikel dan pustule yang timbul terlokalisasi disekitar mulut dan pada beberapa kasus lesi juga timbul pada perinasal,glabella dan periocular.(jurnal)

Gambar 1. Perioral dermatitis- ditemukannya papuloeritematous di sekitar mulut.(jurnal)

Gambar 2. Perioral dermatitis- lesi pada daerah perinasal. (jurnal)

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

VII.

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan histopatologi biasanya jarang dibutuhkan. Pada pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan adanya spongiosis, Test Patch dapat digunakan untuk mengetahui adanya dermatitis kontak akibat pasta gigi dan bahan kosmetik.

VIII.

DIAGNOSIS BANDING

Rosasea Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasis disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul dan edema.(buku ui p.261) Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, kening, dan alis. Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasis, papul, edema, dan pustul. Adanya eritema dan telangiektasia adalah persisten pada setiap episode dan merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri, berbeda dengan akne vulgaris.(buku ui p.261) Klasifikasi stadium : Stadium I : Timbulnya eritema tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Eritema ini menetap lalu diikuti timbulnya beberapa telangiektasia.

Gambar 1. Erythematotelangiectatic rosacea(fitzpat 743)

Stadium II : Timbul papul, pustul, dan edema, terjadilah eritema persisten dan banyak telangiektasia, papul dan pustul.

Gambar 2. Papulopustular rosacea(fitzpat 743)

Stadium III : Terlihat eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasia, papul, pustul, nodus, dan edema.(buku ui p 262)

Gambar 3. Phymatous rosacea(fitz p 744)

Dermatitis seboroik Dermatitis seboroik merupakan dermatosis papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan. Tempat predileksi adalah kepala, dahi, glabela, telinga posaurikular, liang telinga luar, leher, lipatan nasolabial, daerah sternal, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat paha, dan daerah anogenital.(buku ui)(jurnal sd)

Gambar .. Dermatitis seboroik pada perbatasan antara skalp dengan wajah. Ditemukan eritem & skuama.(Jurnal SD)

Gambar.. Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial.(jurnal sd)

Akne vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik.(buku ui p 254)(jurnal akne vulgaris) Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas.(jurnal acne vulgaris) Komedo adalah gejala

patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka ( black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo).(buku ui 255)

Gambar ... Closed comedo(fitz derma 731) comedo (fitz derma 731)

Gambar

..

Open

IX.

PENATALAKSANAAN Jika pasien menggunakan steroid, maka langkah pertama pengobatan adalah segera hentikan pemakaian steroid. Pasien harus diperingatkan untuk tidak menggunakan steroid karena akan menyebabkan perioral dermatitis. Edukasi pasien untuk menghentikan pemakaian krim pelembab, krim malam, make up serta pasta gigi berfluoride. Pengobatan dapat diberikan topikal dan sistemik. Untuk pengobatan sistemik pada pasien dewasa diberikan antibiotik oral antara lain: tetracycline 250-500 mg 2x/hari merupakan antibiotic yang paling efektif untuk perioral dermatitis namun kontraindikasi untuk ibu hamil dan anak-anak dibawah 8 tahun sehingga dapat diberikan antibiotik oral lainnya yaitu minocycline 100mg/hari atau doxycycline 100 mg/hari, untuk terapi yang efektif diberikan selama 34 minggu sampai didapatkan respon, kemudian dapat diberikan setengah dosis jika lesi sudah berkurang. Untuk anak-anak dapat diberikan eritromisin 250 mg 2-3x/hari. Untuk pengobatan topical diberikan metronidazol cream 0,75% 2x/hari atau 1%1x/hari. Eritromisin 1,5%-2% dapat dikombinasikan dengan steroid lemah hydrocortison krim.

X.

KOMPLIKASI

XI.

PROGNOSIS Tanpa pengobatan, perioral dermatitis dapat berlangsung lama hingga menahun. Pengobatan dengan antibiotic topical maupun oral yang tepat dapat memberikan hasil dalam 6 sampai 10 minggu. Perioral dermatitis dapat sembuh tanpa pengobatan dengan menghindari penggunaan kortikosteroid, pelembab, make up dan pasta gigi berfluoride.(jurnal)

You might also like