You are on page 1of 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmojo, 2007). Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau perilaku seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Amzaris, 2000).

2.2 Domain Perilaku Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni : 1. Kognitif (cognitive) 2. Afektif (affective) 3. Psikomotorik (psychomotorik) Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : 1. Pengetahuan (Knowledge) 2. Sikap (Attitude) 3. Praktik/Tindakan (Practice)

Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : (Notoatmodjo, 2003) a. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial (mencoba), diman subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikendaki oleh stimulus. e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi telah melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2003). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. memiliki 6 tingkatan

Universitas Sumatera Utara

3.

Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4.

Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5.

Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6.

Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada.

2.2.2 Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Universitas Sumatera Utara

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. a. Komponen Sikap Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap ini mempunyai 3 komponen pokok : 1. kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). b. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu : (Notoatmodjo, 2003) 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) Merespon diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. karena menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

Universitas Sumatera Utara

3. Menghargai (Valuing) Menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggungjawab (Responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.3 Tindakan (Practise) Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis yang terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain. Tingkatan dari tindakan yaitu : (Notoatmodjo, 2003) 1. Persepsi (Perception) Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon Terpimpin (Guided response) Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mekanisme (Mecanism) Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

2.3

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat,bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan) (Sarwono, 2007). Sarwono mengatakan bahwa dalam teori Lawrence Green kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktorfaktor diluar perilaku (non perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor: faktorfaktor predisposisi (presdiposing factors) mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya. Sarwono juga menyebutkan teori lain yang berkaitan dengan teori Lawrence Green, yaitu model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) oleh Rosenstock (1982). Dia percaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif ialah yang diidentifikasikan oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya, individu

menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit, berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat atau kepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan kenyataan, pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Artinya, individu itu baru akan melakukan suatu tindakan untuk pencegahan penyakit jika dia benar benar merasa terancam oleh penyakit tersebut . Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-apa.

Universitas Sumatera Utara

2.4

Teori WHO Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan). a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio. b. Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan. c. Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang palig dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situsi saat itu. Misalnya, seorang ibu yag anaknya sakit, segera ingan membawanya ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeser pun sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas. 2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS, sebab ia teringat akan anak tetangganyan yang meninggal setelah beberapa hari di RS. 3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya sudah positf terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apa pun. 4. Nilai (value) Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong-royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat. d. Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk anakanak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka.

Universitas Sumatera Utara

Orang-orang yang diaggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. e. Sumber-sumber daya (resources) Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tapi jugu dapat berpengaruh sebaliknya. f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat atau cepat, sesuai dengan peradaban manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Dari uraian di atas dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya, alasan masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas. Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin

Universitas Sumatera Utara

tidak punya uang untuk ke puskesmas, mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas, dan lain sebagainya. 2.5 Teori Belajar Sosial dan Tiruan N.E. Miller dan J. Dollard Pandangan N.E. Miller dan J. Dollard bertitik-tolak dari teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil belajar. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar. Prinsip-prinsip belajar ini terdiri dari 4, yakni dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain dan saling dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya. Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Stimulasi-stimulasi yang cukup kuat pada umumnya bersifat biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya. Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk motivasi. Menurut N.E. Miller dan J. Dollard, semua tingkah laku (termasuk tingkah laku tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer ini. Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respons akan timbul dan terjadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Di dalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan kepada orang tertentu maupun yang tidak, misalnya :

Universitas Sumatera Utara

anggukan kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabatan tangan. Mengenai tingkah laku balas (respons), mereka berpendapat bahwa tingkah laku balas itu adalah hierarki bawaan tingkah laku-tingkah laku. Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali kepada suatu rangsang tertentu, maka respons (tingkah laku balas) yang timbul didasarkan pada hierarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali terjadi ganjaran dan hukuman, maka timbul tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut. Tingkah laku yang disesuaikan dengan faktor-faktor penguat tersebut disusun menjadi hierarki resultan (resultan hierarchy of response). Di sinilah pentingnya belajar dengan cara coba dan ralat (trial and error learning). Dalam tingkah laku sosial, belajar coba ralat dikurangi dengan belajar tiruan, seseorang tinggal meniru tingkah orang lain untuk dapat memberikan respons yang tepat sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan coba dan ralat. Ganjaran adalah rangsangan yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. Menurut Miller dan Dollard, ada dua reward atau ganjaran, yakni ganjaran primer yang memenuhi dorongan primer. Lebih lanjut mereka membedakan adanya 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan. a. Tingkah laku sama (Same behaviour) Tingkah laku ini terjadi apabila dua orang yang bertingkah laku balas (berespons) sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Contohnya, dua orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu tiruan, maka tidak dibahas lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

b. Tingkah laku tergantung (Matched dependent behaviour) Tingkah laku ini timbul dalam interaksi antara dua pihak. Salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua dan sebagainya) dari pihak yang lain. Dalam hal ini, pihak yang lain atau pihak yang kurang tersebut akan menyesuaikan tingkah laku (match) dan akan tergantung (depent) pada pihak yang lebih.cmisalnya, kakak adik yang sedang menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa cokelat. Mendengar ibunya pulang, si kakak segera menjemput ibunya, kemudian diikuti oleh si adik. Ternyata mendapatkan cokelat (ganjaran). Adik yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain waktu meskipun kakaknya tidak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar. c. Tingkah laku Salinan (Copying behaviour) Seperti tingkah laku tergantung,pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas dasar isyarat yang berupa tingkah laku yang diberikan oleh model. Pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan. Perbedaannya dalam tingkah laku tergantung si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja, sedangkan pada tingkah laku salinan si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa yang lalu maupun yang akan dilakukan di waktu mendatang. Hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model dalam kurun waku yang relatif panjang ini akan dijadikan patokan oleh si peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan datang, sehingga lebih mendekati tingkah laku model.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Defenisi Pemulung Pemulung adalah bentuk aktivitas dalam mengumpulkan bahan-bahan bekas yang masih bisa dimanfaatkan (daur ulang). Aktivitas tersebut terbagi ke dalam tiga klasifikasi diantaranya, agen, pengepul, dan pemulung (Wurdjinem, 2001). Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah tertentu untuk proses daur ulang (Wikipedia, 2008). Pekerjaan pemulung dianggap memiliki konotasi negatif. Para pemulung tidak diberikan upah kerja sistem harian atau bulanan. Upah kerja para pemulung didasarkan atas jumlah dalam bentuk berat kertas dan kardus bekas yang dikumpulkan. Faktor yang ikut menentukan seseorang bekerja sebagai pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah, pendidikan berfungsi sebagai basis dari suatu modal pengembangan produktifitas kerja. Tingkat pendidikan rendah menyebabkan aksesbilitas dalam bidang pekerjaan juga rendah, disamping itu cakrawala pemikiran relatif sempit. Pendidikan rendah juga adalah salah satu ciri penduduk miskin (Wurdjinem, 2001). Faktor yang lain adalah modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oleh para pemulung sangat sederhana yaitu karung plastik dan gancu untuk menyungkit sampah atau barang bekas. Pada umumnya pendapatan para pemulung tiap bulan berkisar kurang lebih dibawah Rp. 200.000 (Wurdjinem, 2001). Kelompok masyarakat pemulung tidak memiliki organisasi formal, dalam artian organisasi yang bersifat akademik. Namun secara informal pemulung menjalin hubungan kerjasama yang serupa dengan kegiatan kelompok organisasi, walaupun organisasi para pemulung adalah untuk memudahkan dan memperlancar sirkulasi

Universitas Sumatera Utara

hasil pengumpulan barang bekas dari pemulung ke pengepul ke agen selanjutnya ke pabrik untuk mendaur ulang barang bekas tersebut (Wurdjinem, 2001).

2.6.1 Pemulung Dan Jasanya Terhadap Lingkungan Menurut Sicular yang dikutip oleh Lubis (2006) semakin ramainya orang membicarakan masalah kesehatan lingkungan, maka disadari bahwa pemulung sebenarnya malah berjasa terhadap lingkungan. Namun di lain pihak banyak pengelola limbah padat kota praja yang melihat pemulung sebagai penghambat operasi sistem pengolahan limbah padat modern yang efisien. Menurut Sicular dalam Lubis (2006), pandangan pertama didasarkan pada 3 fungsi pemulung : 1) Pemulung merupakan sumber penghidupan puluhan ribu orang miskin dan tidak berdaya di kota, kebanyakan migrasi dari desa. 2) Pemulung mengurangi jumlah bahan yang perlu dibuang. 3) Pemulung sebagai bentuk daur ulang melestarikan energi, materi, devisa daerah dalam industri menggantikan bahan import dengan bahan sekunder yang dihasikan dalam negeri. Dengan demikian dikatakan bahwa pemulung sebenarnya merupakan tahap dalam sistem daur ulang (recycling), dimana pemulung mendapatkan bahan mentah dari sampah kota dan mengubahnya menjadi komoditi sehingga selain mengurangi beban lingkungan untuk mengelola bahan-bahan tersebut juga menghemat sumber daya karena dengan daur ulang (recycling) maka kegunaan sumber daya tertentu

Universitas Sumatera Utara

dapat diperpanjang. Dengan demikian pemulung juga menguntungkan keseluruhan sistem pengelolaan limbah padat walaupun secara sembrono (Lubis, 2006).

2.7 Higiene Perseorangan Higiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu, misalnya kegiatan mencuci tangan. Higiene perseorangan berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya (Mukono, 2004). Higiene perseorangan terdiri dari (Wolf, 2000) : 1. Kebersihan kulit 2. Kebersihan rambut 3. Kesehatan gigi 4. Kesehatan mata 5. Kebersihan telinga 6. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

2.7.1 Kebersihan kulit Kebersihan kulit biasanya cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu, perlunya memelihara kesehatan kulit sebaikbaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan, seperti : a. Mandi minimal 2x sehari b. Mandi memakai sabun c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan e. Makan makanan yang bergizi terutama banyak sayur-sayuran dan buahbuahan f. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2.7.2 Kebersihan rambut Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Untuk selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya 2x seminggu. b. Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri 2.7.3 Kesehatan gigi Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan.

Universitas Sumatera Utara

b. Memakai sikat gigi sendiri c. Menghindari makanan yang dapat merusak gigi d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi. e. Memeriksa gigi secara rutin. 2.7.4 Kesehatan mata Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mata adalah : a. Membaca di tempat yang terang. b. Makan makanan yang bergizi c. Isterahat yang cukup dan teratur d. Memakai peralatan sendiri dan bersih (seperti : handuk, sapu tangan) e. Memelihara kesehatan lingkungan 2.7.5 Kebersihan telinga Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan telinga adalah : a. Membersihkan telinga secara teratur, menjaga kebersihan telinga b. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan menggunakan benda yang tajam 2.7.6 Kebersihan tangan,kaki, dan kuku Tangan, kaki dan kuku yang bersih selalu indah dipandang mata juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Tangan, kaki dan kuku yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.. untuk menjaga kebersihan tangan, kaki dan kuku perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Membersihkan tangan sebelum makan. b. Memotong kuku secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

c. Membersihkan lingkungan d. Mencuci kaki sebelum tidur.

2.8 Penyediaan Air Bersih Air sangat penting dalam kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% (Notoatmodjo, 2003). Menurut Slamet (2002), kehilangan 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. 2.8.1 Air Dalam Kehidupan Dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat tergantung pada air, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sebagainya. Semakin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, maka penggunaan akan air makin meningkat. Untuk keperluan sehari-hari misalnya di Amerika Serikat dibutuhkan tidak kurang dari 189 liter air per kepala, sedangkan untuk negara Indonesia angka ini diperkirakan baru mencapai sekitar 100 liter saja (Azwar, 1995). Dengan demikian dalam mempertahankan kelangsungan hidup, manusia berupaya menyediakan air yang cukup bagi dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal, air yang dipergunakan tidak memenuhi persyaratan kesehatan, air tersebut mengandung agent penyebab penyakit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit sehingga membahayakan kelangsungan hidup manusia (Azwar, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air ditetapkan sebagai berikut : kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi, persyaratan bakteriologis, fisik, kimia dan radioaktif. Di antara kegunaan-kegunaan air yang disebutkan di atas yang sangat penting adalah untuk kebutuhan minum. Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003) 1. Syarat Fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu di bawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari tidak sukar cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik. 2. Syarat Bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut, bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut memenuhi syarat kesehatan. 3. Syarat Kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Universitas Sumatera Utara

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Slamet, 2002). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari segi : 1. Kualitas : Tersedianya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia,

bakteriologis) 2. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 liter/hari/kepala 3. Kontinuitas : Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang membutuhkan air secara berkesinambungan. 2.8.2 Hubungan Air dan Kesehatan Air dalam kehidupan manusia selain memberikan manfaat yang

menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit. Menurut DepKes RI (2002), penyakit yang dapat ditularkan melalui air adalah sebagai berikut : 1. Water Borne Disease Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman patogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah penyakit Kholera, Typhoid, Hepatitis Infektiosa, Dysentri dan Gastroenteritis. 2. Water Washes Disease

Universitas Sumatera Utara

Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan higiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat-alat dapur dan alat makan. Terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya adalah : - Penyakit infeksi saluran pencernaan Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Contoh penyakit ini adalah Kholera, Typhoid, Hepatitis A dan Dysentri Basiler. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk makan, minum, memasak, dan kebersihan alat-alat makan. 3. Water Based Disease Adalah yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian besar siklus hidupnya di air seperti Schistosomiasis. Larva Schistosoma hidup di dalam keong-keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi Cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut. 4. Water Related Insects Vectors Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya Malaria, Demam berdarah, Filariasis, Yellow fever, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Slamet (2002), peran air dalam menularkan penyakit meliputi : 1. Air sebagai penyebar mikroba patogen 2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit 3. Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik 4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit. 2.8.3 Air Untuk Rumah Tangga Pada umumnya keperluan sehari-hari masyarakat menggunakan sumber air antara lain : 1. PAM (Perusahaan Air Minum) PAM adalah perusahaan yang menangani air bersih dengan sistem perpipaan. Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di Indonesia terdiri dari : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang merupakan prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan lebih dari 60 liter/orang/hari yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air dari PAM dianggap memenuhi syarat sebagai sumber air bersih. 2. Sumur Gali Menurut Sanropie (1999), persyaratan sumur gali adalah : 1. Lokasi Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali harus diatas sumber pencemaran. Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim. Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang bebas banjir. 2. Konstruksi Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan. Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur. Cara pengambilan air dari dalam sumber sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan, dan sebagainya. Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai. Saluran pembuangan air kotor atau air bekas harus kedap air sepanjang 10 meter dihitung dari tepi sumur. Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.

Universitas Sumatera Utara

2.9 Rumah Sehat Organisasi kesehatan sedunia WHO (World Health Organization)

mendefinisikan rumah sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani, dan sosial. Artinya dalam rumah diperlukan segala fasilitas-fasilitas untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut harus ada di dekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air bersih, sanitasi, dan lain-lain (Wahyuningsih, 1999). Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan beristirahat, sehingga menimbulkan kehidupan sempurna baik fisik, sosial maupun mental. APHA (American Public Health Association) telah merumuskan empat fungsi pokok dari rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi manusia dan keluarganya semasa hidupnya, yang meliputi : (Wahyuningsih, 1999). 1) Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan jasmani (fisik) manusia yang pokok 2) Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan rohani (psikis) manusia yang pokok 3) Rumah adalah tempat untuk perlindungan terhadap penularan penyakit menular 4) Rumah adalah tempat untuk perlindungan terhadap gangguan kecelakaan. 2.9.1 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Adanya fungsi dan peranan dari rumah maka selayaknya setiap individu mendapatkan rumah yang sehat dan layak (Depkes RI, 1994). Adapun

Universitas Sumatera Utara

persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal (Permenkes No. 829/1999) adalah sebagai berikut : 1. Bahan bangunan a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain : 1. Debu total tidak lebih dari 150 g/m3 2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam 3. Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen. 2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah sehat harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut : a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan b. Dinding : 1. Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. 2. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan. c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan d. Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir

Universitas Sumatera Utara

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi, dan ruang bermain anak f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitas 60 lux dan tidak menyilaukan. 4. Kualitas udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara berkisar antara 18-300C b. Kelembaban udara berkisar antara 40%-70% c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam d. Konsentrasi gas Co tidak melebihi 100 ppm/8 jam e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3 5. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. 6. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah. 7. Air a. Tersedia sarana air bersih dan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang b. Kualitas air minum harus memenuhi peryaratan kesehatan air bersih atau air minum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman 9. Limbah a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. b. Limbah padat dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah. 10. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun.

2.10 Alat Pelindung Diri (APD) 2.10.1 Defenisi Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. APD adalah salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dan kecelakaan yang terjadi (Sumamur, 1995). 2.10.2 Syarat-Syarat APD Pelindung tenaga kerja dapat dilakukan melalui usaha-usaha teknis pengaman tempat, peralatan lingkungan kerja adalah hal yang sangat perlu diutamakan, namun terkadang dalam keadaan bahaya belum dapat dikendalikan sepenuhnya sehingga digunakan APD. APD harus memenuhi persyaratan, enak dipakai, tidak mengganggu pekerjaan, dan memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya.

Universitas Sumatera Utara

APD perlu dipilih secara berhati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, antara lain : a. Harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya-bahaya yang dihadapi oleh pekerja. b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan serta harus dapat dipakai secara fleksibel. c. Bentuknya harus cukup menarik. d. Tidak mudah rusak. e. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya. f. Harus memenuhi ketentuan dari standar yang telah ada. g. Tidak terlalu membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya. h. Suku cadang harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan mudah (Sumamur, 1995). 2.10.3 Jenis-Jenis APD APD beraneka ragam jenisnya, jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindungi, maka jenis APD dapat dilihat sebagai berikut : a. Alat pelindung kepala b. Alat pelindung mata c. Alat pelindung muka d. Alat pelindung tangan dan jari e. Alat pelindung kaki f. Alat pelindung pernafasan g. Alat pelindung telinga : penutup rambut, topi dari berbagai bahan : kacamata dari berbagai gelas : perisai muka : sarung tangan : sepatu : respirator/masker khusus : sumbat telinga dan tutup telinga

Universitas Sumatera Utara

h. Alat pelindung tubuh

: pakaian kerja dari berbagai bahan

2.10.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian APD Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan yaitu disebabkan karena tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts). Menurut Sumamur P.K. 85% sebab-sebab kecelakaan kecil bersumber pada faktor manusia. Hal ini disadari karena kekurangan dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, kebijaksanaan, ketelitian atau kebosanan, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

2.11 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Karakteristik : 1. 2. 3. 4. Umur Suku Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Faktor Lingkungan : 1. Ketersediaan air bersih 2. Rumah sehat 3. Ketersediaan APD Sikap

Tindakan ibu dalam higiene perseorangan

Dari kerangka pikir di atas, terlihat bahwa karakteristik (seperti : umur, suku, pendidikan, pendapatan) dan faktor lingkungan (seperti : ketersediaan air bersih, rumah sehat, ketersediaan APD) mempengaruhi pengetahuan, pengetahuan akan mempengaruhi sikap, dan sikap yang terbentuk akan mempengaruhi bagaimana tindakan mereka terhadap higiene perseorangan.

Universitas Sumatera Utara

You might also like