You are on page 1of 12

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN CIVIC

Oleh : RIZKI ANGGUN. A ELA LUTFIANA. A MUFID WIDODO SUMANTO UMARDIYAH (084254217) (084254218) (084254222) (084254226) (084254230)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PPKN 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Pembelajaran Civic. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar dan Konsep Pendidikan Moral. Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Amin.

Surabaya, 15 November 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Cover Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 2.2 2.3 Tujuan Mempelajari Civic pada Kurikulum 1961 Isi dan Ruang Lingkup Pelajaran Civic Model Pembelajaran

2.4

Analisi

BAB III PENUTUP 3.1 Dafar Pustaka Simpulan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gerakan Community Civics pada tahun 1907 yang dipelopori W.A. Dunn adalah permulaan dari keinginan lebih fungsionalnya pelajaran bagi para siswa dengan menghadapkan mereka kepada lingkungan atau kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan ruang lingkup lokal, nasional maupun internasional. Gerakan Community Civics ini dimaksudkan pula bahwa Civics membicarakan pula prinsip-prinsip ekonomi dalam pemerintahan, usaha-usaha swasta, maupun masalah pekerjaan warganegara. Hampir bersamaan dengan timbulnya gerakan Community Civics yang tersebut, ada lagi gerakan yang membarengi gerakan Community Civic tersebut, yaitu gerakan Civic Education atau banyak juga yang menyebut Citizenship Education. Alasan timbulnya gerakan Civic Education tersebut hampir sama dengan alasan Community Civics, tetapi dalam beberapa hal dapat diartikan luas. Dalam praktiknya, Pendidikan Kewargaan (Civic Education) tersebut memiliki peristilahan yang berbeda, seperti Citizenship Education, Humanright Education dan Democracy Education. Di Inggris misalnya, menyebut Pendidikan Kewargaan (Civic Education) dengan Citizenship Education, yang pada tahun 2002 ini menjadi mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Inggris. Bahkan di negara-negara Arab-seperti Yordania dan Sudan-istilah Civic Education diterjemahkan dengan al-tarbiyah almuwathanah dan altarbiyah al-wathaniyah. Pendidikan Kewargaan yang diidentikkan dengan pendidikan HAM (Humanright Education) mengandung pengertian aktivitas

mentransformasikan nilai-nilai HAM kepada masyarakat agar tumbuh kesadaran akan penghormatan, perlindungan dan penjaminan HAM sebagai sesuatu yang kodrati dan dimiliki setiap manusia. Di Indonesia, penerjemahan Civic Education mengalami beberapa penerjemahan, yakni istilah Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewrganegaraan, Istilah Pendidikan Kewargaan pada satu sisi identik dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun disisi lain istilah Pendidikan Kewargaan secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warganegara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warganegara menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian orientasi Pendidikan Kewargaan secara substantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah-istilah lain yang pernah ada dalam sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia, antara lain adalah Kewarganegaraan (1957), Civics (1961), dan Pendidikan Kewarganegaraan (1968). Perkembangan arti Civics yang kemudian meluas menjadi Civic Education, menyangkut dan mengambil bahan-bahannya dari cabang ilmu-ilmu sosial, sehingga Civic Education kadang-kadang sukar dibedakan dari pengertian social studies, yaitu sebagai istilah program pembelajaran sosial. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Apakah tujuan mempelajari civic pada kurikulum 1961? Bagaimana isi dan ruang lingkup pelajaran civic? Bagaimana metode pembelajaran civic?

1.3 Tujuan Pembahasan 1.3.1 1.3.2 1.3.3 Untuk mengetahui tujuan mempelajari civic pada kurikulum 1961 Untuk mengetahui isi dan ruang lingkup pelajaran civic Untuk mengetahui metode pembelajaran civic

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Mempelajari Civic pada Kurikulum 1961 a. Tujuan umum pendidikan nasional. Pada hakekatnya tujuan umum pendidikan nasional ini ialah rumusan kualifikasi umum yang diharapakan telah dimiliki oleh setiap warga negara setelah menyelesaikan program pendidikan, b. Tujuan institusionil. Pada hekekatnya tujuan institusionil adalah rumusan kualifikasi umum dari pada lulusan sesuatu lembaga pendidikan. Misalmya saja tujuan umum pendidikan di sekolah dasar, menenegah dan universitas, c. Tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler adalah rumusan kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh seorang pelajar setelah mengikuti program kurikuler, d. Tujuan instruksionol. Tujuan ini mirip dengan tujuan kurikuler tapi sudah lebih khusus lagi. Dalam tujuan instruksionil sudah lebih terperinci mengenai kualifikasi yang akan dicapai dalan tujuan. Klasifikasi tujuan kurikuler berorientasi pada apa yang akan dicapai atau tingkah laku apa yang diharapkan dari sesuatu proses belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembelajaran civics adalah untuk mejadikan pelajar sebagai warga negara Indonesia yang baik dan cinta tanah air. 2.2 Isi dan Ruang Lingkup Pelajaran Civic

Civic pada dasarnya mengambil bagian isi ilmu politik yaitu bagian politiknya. Secara terperinci demokrasi politik itu dapat disusun sebagai berikut : 1. Konteks Idee demokrasi : Teori-teori tentang demokrasi politik , teori majority rule, minority rights, konsep-konsep demokrasi dalam masyarakat, teori demokrasi dalam pemerintahan, apa yang dinamakan pemerintahan yang demokratis. 2. Konstitusi negara adalah secara legal status, masalah pokok dalam konstitusi negara, rangkaian krisis dalam nation building, identity, integration, penetration, participation, distribution. 3. Input dari sistem politik yaitu arti pendapat umum terhadap kehidupan politik, studi tentang political behavior (kebutuhan pokok manusia, tradisi rumah, status sosial, ethnic groups, komunikasi, pengaruh rumah, sahabat, teman sepekerjaan). 4. Partai politik dan pressure group yaitu sistem kepartaian, fungsi partai politik, peranan pressure group, public relation. 5. Pemilihan umum yaitu maksud pemilu dalam distribusi kekuasaan, sistem pemilu. 6. Lembaga-lembaga decision makers yaitu legislator dan kepentingan masyarakat, bagimana konstitusi memberikan peran polici makers kepada presiden, bagaimana presiden berperan sebagai legislator, proses kegiatan-kegiatan dalam lembaga legislative. 7. Presiden sebagai kepala negara atau administrasi negara yaitu kedudukan presiden menurut konstitusi, kontrol lembaga legislatif terhadap presiden dan birokrasi, pemerintahan, dibawah konsititusi, jasa-jasa pemerintah (perlindungan dan fasilitas), organisasi dan managemen pemerintah, local government. 8. Lembaga yudikatif yaitu sistem peradilan dan administrasi peradilan, hak dan kedudukan seseorang dalam pengadilan, proses pengadilan, hubungan badan legislatif, eksekutif dan yudikatif. 9. Output dari sistem demokrasi politik yaitu hak individu dan kemerdekaan individu dalam konstitusi, kebebasan berbicara pers dan media massa, kebebasan akademis, perlindungan yang sama, cara penduduk negara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan. 10. Kemakmuran umum dan pertahanan negara yaitu tugas negara dan warga negara dalam mencapai kemerdekaan umum, hak-hak memiliki barang atau kekayaan, politik pajak untuk kemakmuran umum, politik luar negeri, dan keselamatan nasional, hubungan internasional.

11. Perubahan sosial dan demokrasi politik yaitu demokrasi poltik dan pembangunan masa sekarang, bagaimana mengefektifkan dan mengisi demokrasi politik, tantangan bagi warga negara dalam menghadapi perkembangan science teknologi, apa yang harus kita lakukan dalam organisasi keluarga, agama, pendidikan dan demokrasi politik. ( Marian D. Irish, halaman 5-667). Objek studi civic dan civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan dan negara. Termasuk dalam objek studi ini adalah : a. Tingkah laku b. Tipe pertumbuhan berfikir. c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga Negara d. Hak dan kewajiban e. Cita-cita dan aspirasi f. Kesadaran ( patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional, moral Pancasila) g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab. ( Workshop Metodologi Pendidikan Kewargaan Negara, halaman 214) Jadi dalam civic itu bukanlah semata-mata hanya mengajarkan pasal-pasal UUD. Halhal tersebut memang perlu sekali untuk pelajaran civic. Tapi hendaknya pelajaran civic itu harus mencerminkan juga hubungan tingkah laku warga negara dalam kehidupannya seharihari, dengan manusia dan alam sekitarnya. Karena itu materi civic hendaknya memasukkan unsur : a. Lingkungan fisik b. Sosial, pendidikan, kesehatan c. Ekonomi keuangan d. Politik, hokum, pemerintahan e. Etika, agama f. Pengetahuan teknologi Dengan demikian program pengajaran civic dapat lebih fungsionil lagi karena isinya akan diperkaya dengan unsur-unsur yang tercantum dalam : a. Pembangunan lima tahun b. GBHN c. Ketetapan MPR

d. UU Karena itu silabus pelajaran civic harus sesuai pula dengan unsur-unsur dan jiwa yang tecantum dalam dokumen tersebut. 2.3 Model Pembelajaran Membicarakan masalah metode pengajaran pada civic tidaklah semudah yang diperkirakan orang. Banyak para pengajar yang berpendapat bahwa metode mengajar itu hanyalah masalah menguasai bahan pelajaran, menerangkan kembali isi buku yang sudah ditentukan. Anggapan ini kurang benar, sebab masalah metode mengajar civic erat hubungannya dengan : a. Tujuan program pelajaran tujuan pendidikan, b. Teori-teori dalam pendidikan, psikologi pendidikan, c. Organisasi kurikulumnya, d. Sifat pelajar, e. Kebutuhan masyarakat, setempat, nasional, internasional, f. Mutu guru-guru dan fasilitas belajar. Karena itu masalah metode ini tidaklah berdiri sendiri, tapi selalu berhubungan unsure-unsur di atas. Artinya metode belajar harus menyelaraskan unsure-unsur tersebut sehingga dapat memolibiseer potensi pertumbuhan (kognitif-afektif dan psikologi) para pelajar. Disamping unsure-unsur tersebut di atas, masih banyak lagi unsure-unsur yang mempengaruhi metode ini sehingga menjalinkan dengan unsure-unsur di atas bukan jaminan akan tercapai metode yang baik. Dalam filsafat pengetahuan sosial dan ilmu politik sebagai ibu dari pelajaran civic, metode disini diartikan dengan a basic mode of investigation (Metcalf hal 108) metode disini diartikan dengan prosedur yang disistimatiseer untuk tujuan mengajar. Disistimatiseer disini mempunyai arti yang penting, karena filsafat pendidikan, psikologi, kurikulum harus dipola dalam metode mengajar. Civic yang mulai diajarkan pada tahun 1970 di Amerika Serikat (Cox, hal 105) yang isinya berorientasi pada : pendidikan karakter, patriorisme, civir government (= Americanisasi), dalam metode belajarnya berorientasi kepada : FACULTY PSYCOLOGY (Best, hal 105). Menurut aliran psikolagi ini, karakter warga Negara yang baik dapat dihasilkan dengan melatih pikiran pelajar dengan menghafal, mengarahkan, dan menasehati secara teratur dengan bahan yang baik. Gerakan Civic Education, tahun 1991 yang dipelopori oleh Howard Wilson, dan gerakan community civic, 1907 yang dipelopori oleh W.A. Dunn, adalah gerakan

yang kurang menyetujui aliran faculty psikology. Pada tahun 1930 aliran psikologi mulai secara berangsur-angsur mempengaruhi metode mengajar civics, civic education. Field psicology ini beranggapan mengajar secara doktriner bahan pelajaran yang barnilai etika untuk menbentuk warga negara yang baik, dianggap kurang baik. Karena itu aliran ini berpendapat bahwa proses belajar yang demokratis, dan dinamis dianggap lebih efektif dan akan memperoleh nilai yang sebenarnya. Aliran psikologi ini mendorong metode mengajar civics yang berorientasi kepada: a. Mendorong pertisipasi pelajar yang aktif , b. Mempunyai sifat-sifat inquiry, c. Pendekatan pemecahan masalah, Pendekatan pemecahan terkenal dalam literatur pendidikan itu kiranya perlu lagi dikutip untuk mengingatkan lagi dalam pembaharuan pendidikan.

2.4 Analisis Pembelajaran civic pada tahun 1961 yang menerapkan model pembelajaran dengan menekankan pola penghafalan pada siswa dan guru sebagai factor utama atau yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran di atas bila dibandingkan dengan model pembelajaran pemdidikan kewarganegaraan pada saat ini, maka model pembelajaran civic tersebut memiliki kelemahan baik dari sisi proses pembelajaran maupun hasil terhadap kompetensi yang dimiliki siswa untuk mengembangkan dan menerapkan dari pembelajaran civic dalam kehidupan sehari-hari. Maka jika masih terdapat guru atau seorang pengajar yang menerapkan model pembelajaran tersebut merupakan suatu hal yang aneh dan kurang efektif. Sehingga siswa merasa jenuh dengan metode pembelajaran yang seperti itu, maka perlu inovasi serta pengembangan metode pengajaran yang inovatif dan kreatif sehingga dapat merubah pemikiran siswa menjadi lebih berkembang. Meskipun hasil pembelajaran civic memiliki kekurangan hal itu disebabkan kondisi yang ada pada saat itu. Indonesia pada saat masih mencari pola pendidikan civic yang sesuai sebagai Negara baru baru merdeka bekas jajahan colonial. Sehingga fasilitas seperti buku-buku yang menunjang pendidikan masih belum banyak, media informasi yang mendukung masih belum ada sehingga suatu yang wajar apabila dulu system pembelajaran lebih banyak terpusat terhadap guru sebagai sumber pembelajaran satu-satunya saat itu.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Pembahasan tentang civic ini menjadi panduan bersama dimana suatu pembelajaran civic yang pernah diterapkan pada awal kemerdekaan yang telah dijalankan hingga saat ini ternyata telah mengalami peningkatan yang cukup siknifikan. Pembelajaran civic tahun 1961 ini juga memberikan gambaran seberapa besar perjuangan para guru saat dengan fasilitas yang tidak mendukung tetapi mereka berusaha merumuskan dan berusaha mencetak generasi muda supaya menjadi warganegara yang baik dan cinta tanah air. Maka untuk saat ini dengan kelengkapan yang sudah ada, sudah seharusnya para guru dapat mencetak kader-kader generasi bangsa yang cerdas dan berkualitas. Ini juga dapat menjadi pelajaran bagi guru yang nanti akan mengajar di daerah yang jauh dari perkotaan supaya model pembelajaran perlu memiliki gaya yang berbeda dengan mengajar di kota, sebab di sana masih minim juga fasilitas pendidikan dan teknologinya maka pembelajaran ini dapat menjadi acuan pengembangan untuk daerah yang terpencil tersebut.

You might also like