Professional Documents
Culture Documents
Secara Etimologis
Euthanasia berasal dr bahasa Yunani. Berasal dr kata eu= baik dan tanathus = mati. Secara etomologis, euthanasia adalah mengakhiri hidup seseorang dg cara mudah dan tanpa rasa sakit
Secara Umum
Dalam artinya secara umum Euthanasia adalah praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan dengan menggunakan cara-cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau meminimalkan rasa sakit yang muncul, biasanya dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Dalam istilah kedokteran, euthanasia memiliki arti yaitu tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seorang pasien yang akan meninggal diperingan dan juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
Aspek Euthanasia
Aspek Hukum Undang undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar belakang dilakukannya euthanasia tersebut. Tidak perduli apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat atau rasa sakit yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya.
Aspek Hak Asasi Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam euthanasia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidak nyamanan atau lebih tegas lagi dari segala penderitaan yang hebat. Aspek Ilmu Pengetahuan Pengetahuan kedokteran dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan pasien. Apabila secara ilmu kedokteran hampir tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya? Segala upaya yang dilakukan akan sia sia, bahkan sebaliknya dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa kepada kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam pengurasan dana.
Aspek Agama Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli ahli agama secara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya. Dokter bisa dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur. Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan dihadapan Tuhan
LO 2 : macam euthanasia
Pemicu
Euthanasia dlm kasus ini adlh euthanasia pasif ditinjau dr pelaksanaannya dan macamnya Ditinjau dr sudut pemberian izin melakukan euthanasia bagi orang yg comma termasuk euthanasia scr tidak sukarela Ditinjau dr sudut tujuan, ini termasuk mercy killing.
Penyebab
Menghindari penderitaan yg tak tertahankan Faktor ekonomi yg kurang untuk membiayai pasien Seseorang menderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa Orang yang mengalami keadaan koma yang sangat lama, misalnya karena bagian otaknya terserang penyakit atau bagian kepalanya mengalami benturan yang sangat keras. Dalam keadaan demikian ia hanya mungkin dapat hidup dengan mempergunakan alat pernafasan, sedangkan dokter ahli berkeyakinan bahwa penderita tidak akan dapat disembuhkan.
Alasan euthanasia
Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat, maka seseorang mempunyai hak memilih cara kematiannya Tindakan belas kasihan pada seseorang yang sakit, meringankan penderitaan sesama adalah tindakan kebajikan Tindakan belas kasihan pada keluarga pasien Mengurangi beban ekonomi
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak ada alasanmoral apapun yang mengijinkan seseorang melakukan pembunuhan maupun bunuh diri. Dalam Alkitab tegas difirmankan TUHAN: Jangan membunuh! (Keluaran 20:13par). Kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27). Maka tidak ada hak manusia untuk memilih cara kematiannya. Hak privacy adalah hak yang dinikmati dalam hidup. Hak hidup memang tak terbatas, tetapi hak privacy selalu terbatas, bahkan dalam kehidupan yang dijalani sehari-hari. Maka hak privacy tidak relevan digunakan mengklaim hak untuk memilih cara kematian seseorang. Walaupun euthanasia dapat mengakhiri penderitaan, euthanasia tetaplah suatu pembunuhan. Kalau penderitaan diakhiri dengan euthanasia, itu sama artinya menghalalkan cara untuk tujuan tertentu. Rumus tersebut tidak bisa diterima secara moral. Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi yang positif dan konstruktif dalam hidup manusia (Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4), penderitaan melahirkan ketekunan dan pengharapan dan kesempurnaan hidup. Maka penderitaan tidak bisa dijadikan sebagai alat pembenaran praktek euthanasia. Manusia lebih berharga daripada materi. Maka materi harus melayani kepentingan manusia .Maka melakukan euthanasia demi untuk kepentingan penghematan ekonomi tidak dibenarkan secara moral, terutama moral Kristen.
Pemicu
Penyebab dari kasus ini adalah stroke iskemik yg menyebabkan comma bagi pasien selama lebih dr 20 hari dan keadaanya tdk semakin baik. Selain itu karena faktor ekonomi keluarga yg sangat terbeban sehingga tidak mampu lg membayar biaya pengobatan.
Di Belanda
Kriteria yang ada, misalnya bahwa si pasien boleh meminta euthanasia dalam situasi "ondraaglijk lijden" (penderitaan yang tidak tertahankan) dan "uitzichtloze noodsituatie" (situasi darurat tanpa kemungkinan yang lebih baik).
Indonesia
Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selamalamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Pasal 304 KUHP Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan kehidupan,perawatan, kepada orang itu,karena hukum yang berlaku baginya atau karena perjanjian,dipidana dengan pidana penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak banyaknya empat ribu limaratus rupiah
Pasal 306 KUHP 1. Kalau salah satu perbuatan tersebut dalam pasal 304 dan 305 berakibat luka berat ,yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun enam bulan. 2. Kalau salah satu perbuatan tersebut berakibat matinya orang,maka yang bersalah dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Pasal 344 KUHP Barangsiapa menghilangkan nyawa orang atas permintaan sungguh sungguh orang itu sendiri dipidana dengan pidana penjara Selama lamanya duabelas tahun.
Pasal 345 KUHP Barang siapa dengan sengaja membujuk orang supaya membunuh diri atau menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberi ikhtiar kepadanya untuk itu, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya empat tahun,kalau jadi orangnya membunuh diri
Belanda
Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undangundang yang mengizinkan eutanasia, undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002, yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalisasi praktik eutanasia. Pasien-pasien yang mengalami sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya. Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman selalu akan menilai betul tidaknya prosedurnya. Pada tahun 2002, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-undang belanda, dimana seorang dokter yang melakukan eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum.
Australia Negara bagian Australia, Northern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU yang disebut "Right of the terminally ill bill" (UU tentang hak pasien terminal). Undangundang baru ini beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali. Belgia Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan eutanasia pada akhir September 2002. Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis yang merupakan salah satu penyusun rancangan undang-undang tersebut menyatakan bahwa seorang pasien yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan kelangsungan hidupnya dan penentuan saat-saat akhir hidupnya.
Amerika Eutanasia agresif dinyatakan ilegal di banyak negara bagian di Amerika. Oregon, yang pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia dengan memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with Dignity Act) Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri berbantuan, bukan euthanasia.
Solusi
Sebaiknya memang keluarga berfikir 2x lagi untuk memohon euthanasia. Meyakini keluarga pasien bahwa kehidupan itu hanya Tuhan yg berhak memberi dan mengambilnya Menjelaskan dari sisi hukum di Indonesia, bagaimana dampaknya bagi keluarga pasien
Daftar Pustaka
Mubarak Z. Buku Ajar MPK Agama : Agama dan Isu-Isu Kontemporer. Oktavia D,Noviarini,Fadilla N,dkk. Aborsi dan Euthanasia. Accesed on Thu,June 3rd 2010. Available from : www.scribd.com Puspita AE, Ernawati E, Afriza N,dkk.Euthanasia menurut pandangan agama, etik, dan kesehatan.Accesed on Thu,June 4rd 2010. Available from : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache: TkLP0pE_ovYJ:images.nisasigit.multiply.multiplycontent.co m/attachment/0/ShDhAoKCEYAAEyLWdA1/kelompok%2520Euthanasia%2520.pp t%3Fnmid%3D244324975+alasan+melakukan+eutanasia&c d=9&hl=en&ct=clnk&gl=id