You are on page 1of 14

1

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGANTIAN SISTEM BAHAN BAKAR


RESIDU MENJADI GAS PADA PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI
SUB UNIT PERAK

Cipto Hadi Purnomo, Ir. Aguk Zuhdi MF, MEng, PhD
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 2011

Konsumsi listrik perkapita merupakan indeks standar kehidupan masyarakat suatu negara. Di
Indonesia, dengan semakin meningkatnya kegiatan industri dan jumlah penduduknya, maka kebutuhan
daya listrik juga mengalami peningkatan. Akibat terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak dunia
sekarang ini, PT. PLN (persero) sebagai salah satu perusahaan listrik negara harus memikirkan usaha
penghematan biaya operasi, dimana 75%nya adalah biaya bahan bakar. Salah satu usaha yang dapat
ditempuh PT. PLN (persero) adalah dengan penggantian bahan bakar utama PLTU dari bahan bakar
minyak (HSD dan MFO) menjadi Gas alam.
Berdasarkan hasil perhitungan, bahwa untuk bahan bakar CNG diperoleh nilai dari laju aliran
massa bahan bakar yaitu sebesar 3.06 x 10
-2
kg/detik, nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan nilai laju
aliran massa bahan bakar ketika menggunakan MFO yaitu sebesar 3.52 kg/detik. Selain itu dihasilkan
juga daya turbin sebesar 43.896024 MW. Untuk analisa ekonomis dari peralatan-peralatan yang perlu
diganti dengan menggunakan CNG menghabiskan biaya sebesar, untuk suku bunga i = 9% adalah
1.904670555 USD/kWh. Sedangkan untuk biaya perawatannya sebesar 20347106.98 USD. Pada bahan
bakar MFO biaya perawatan suku bunga 9% adalah 37707157.69 USD. Pada metode NPV tersebut, juga
diketahui bahwa investasi menggunakan bahan bakar CNG adalah layak.

Kata kunci : PLTU, , biaya bahan bakar, usaha PLN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 30 tahun silam, energi Gas bumi
belum diperhitungkan sebagai salah satu sumber
energi yang dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian dalam negeri. Sektor industri
enggan berpaling menggunakan Gas. Kendati,
ada sebagian volume yang juga dialirkan untuk
memenuhi industri pupuk dalam negeri, tetapi
jumlahnya tidaklah seberapa. Tipisnya pasar
akhirnya mendorong kontraktor lebih suka
membakar Gas (flare) bila penemuan lapangan
minyak yang juga mengandung Gas ikutan.
Tak dinyana, seiring dengan menipisnya bahan
bakar minyak dan semakin lengkapnya
infrastruktur pipa Gas, konsumsi Gas juga
semakin diminati masyarakat. Bahkan kini, di
saat kenaikan harga minyak terus meroket dan
bertengger di kisaran US$140 per barel, mau
tidak mau pemerintah mendorong pemakaian
Gas lebih banyak untuk industri dalam negeri.
Pasalnya, dengan bahan baku atau bahan bakar
Gas, maka ongkos produksi industri jauh lebih
hemat dibandingkan memakai bahan bakar
minyak (BBM). (Hidayat. 2008)

Kenyataan ini tidak mengherankan,
sebab selain sumber energi ini bersih, harga
yang ditawarkannya pun lebih murah dibanding
bila industri menggunakan bahan bakar minyak.
Menghadapi antusias konsumen dalam negeri,
pemerintah juga memperlihatkan
keberpihakannya. Bila sebelumnya sebagian
besar Gas dijual ke luar negeri, maka saat ini
pemerintah mengutamakan pemenuhan
kebutuhan konsumen di dalamnegeri. Bila lima
tahun lalu volume Gas yang terkontrak lebih
banyak diperuntukkan bagi konsumen dalam
negeri, maka pada akhir tahun 2007 besaran
volume Gas terkontrak di dalam negeri sudah
menyamai besaran volume Gas yang diekspor.
Memang tidak salah apabila Gas menjadi salah
satu tumpuan sumber energi utama nasional, dan
tentu saja juga sebagai sumber pendapatan
Negara (Hidayat.2008).

2

Konsumsi listrik perkapita merupakan
indeks standar kehidupan masyarakat suatu
negara. Di Indonesia, dengan semakin
meningkatnya kegiatan industri dan jumlah
penduduknya, maka kebutuhandaya listrik juga
mengalami peningkatan. Akibat terjadinya
kenaikan harga bahan bakar minyak dunia
sekarang ini, PT. PLN (persero) sebagai salah
satu perusahaan listrik negara harus memikirkan
usaha penghematan biaya operasi, dimana
75%nya adalah biaya bahan bakar. Salah satu
usaha yang dapat ditempuh PT. PLN (persero)
adalah dengan penggantian bahan bakar utama
PLTU dari bahan bakar minyak (HSD dan
MFO) menjadi Gas alam.

Perumusan Masalah
Dengan uraiandi atas maka permasalahan utama
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana design awal dari sistem
PLTU berbahan bakar Gas?
2. BBG jenis apa yang akan digunakan
dari sistemPLTU berbahanbakar gas?
3. Berapa investment cost yang dibutuhkan
untuk membangun sistemyang
menggunakan bahan bakar Gas?

1.2. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah pada skripsi ini
antara lain:
1. Tidak membahas sistemotomatisasi
dan juga peralatan bantu
2. Hanya membahas konsep re-design dari
PLTU Perak unit 3 menjadi Gas
3. Hanya membahas analisa ekonomis dari
perubahan sistem tersebut
4. Hanya menganalisa komponen-
komponen Gas yang dipilih
5. Tidak membahas rugi-rugi daya pada
sistemperpipaan
6. Tidak membahas masalah safety pada
perubahan bahan bakar tersebut
7. Tidak membahas unjuk kerja atau
efesiensi pada perubahan sistemtersebut
8. Tidak membahas/menghitung gas buang
dari PLTU.





1.3. Tujuan
Tujuan penulisan dari Skripsi antara lain :
1. Untuk mengetahui studi awal dalam
mendesign sistemPLTU perak menjadi
Gas.
2. Untuk mengetahui jenis gas yang
digunakan dalam sistemPLTU berbahan
bakar gas.
3. Untuk mengetahui investment cost yang
dibutuhkanuntuk membangun sistem
yang menggunakan bahan bakar Gas

1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisanSkripsi ini antara lain :
1. Dapat menambah khazanah engineering
knowledge ,khususnya yang berkaitan
denganmarine power plant, dalamhal
ini PLTU.
2. Meningkatkan efisiensi danmengurangi
emisi Gas buang pada PLTU berbahan
bakar residu.
3. Studi awal dalam mendesign PLTU
berbahan bahan bakar residu menjadi
Gas.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR
TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Gas alam terkompresi (Compressed
natural Gas, CNG) adalah alternatif bahan bakar
minyak. Di Indonesia, kita mengenal CNG
sebagai bahan bakar Gas (BBG). Bahan bakar
ini dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan
dengan bahan bakar minyak karena emisi Gas
buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat
denganmelakukankompresi metana (CH4) yang
diekstrak dari Gas alam. CNG disimpan dan
didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya
berbentuk silinder. Konversi ke CNG difasilitasi
denganpemberian harga yang lebih murah bila
dibandingkan dengan bahan bakar cair (bensin
dan solar), peralatan konversi yang dibuat lokal
dan infrastruktur distribusi CNG yang terus
berkembang. Sejalan dengan semakin
meningkatnya harga minyak dan kesadaran
lingkungan, CNG saat ini mulai digunakanjuga
untuk sektor industry. (Quistnix, 2010)

3

Pengisian CNG dapat dilakukan dari
sistem bertekanan rendah maupun bertekanan
tinggi. Perbedaannya terletak dari biaya
pembangunan stasiun vs lamanya pengisian
bahan bakar. Idealnya, tekanan pada jaringan
pipa Gas adalah 11 bar, dan agar pengisian CNG
bisa berlangsung dengan cepat, diperlukan
tekanan sebesar 200 bar, atau 197 atm, 197 kali
tekanan udara biasa. Dengan tekanan sebesar
200 bar, pengisian gas setara 130 liter premium
dapat dilakukan dalam waktu 3-4 menit.
(Quistnix, 2010)

Penggunaan LNG juga diterapkan pada
PLTU Unit-2 Tambak Lorok Semarang. PLTU
tersebut merupakan salah satu unit pembangkit
listrik yang menggunakan bahan bakar Minyak
Bakar (MFO) sebagai sumber energi
pembangkitan uap. Mengingat sekarang ini
harga MFO terus mengalami kenaikan yang
signifikan maka diperlukan tindakan
pengkorversian bahan bakar untuk menekan
biaya operasi dimana 75% nya adalah biaya
bahan bakar. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah melakukan konversi bahan
bakar utama dari MFO ke gas alam(LNG).

Aplikasi gas juga diterapkan pada Unit
Pembangkitan Muara Tawar. Unit Pembangkitan
Muara Tawar adalah sebuah pembangkit listrik
tenaga gas uap (PLTGU) yang dikelola oleh PT
Pembangkitan J awa-Bali di Kabupaten Bekasi,
J awa Barat. Pembangkit Listrik ini dulunya
merupakanbagian dari Pembangit Listrik Muara
Karang, yang kemudian dipisah pada tanggal 1
April 2003. Pembangit listrik ini
mengoperasikan 2 PLTG dan 3 PLTGU dengan
total kapasitas 920 MW. Energi listrik ini
kemudian didistribusikan melalui Sistem
Interkoneksi J awa-Bali. (Kajamie, 2009)

2.1 Dasar Teori
Perpindahan kalor atau panas
merupakan ilmu untuk meramalkanperpindahan
energy yang terjadi karena adanya perbedaaan
suhu diantara benda atau material. Perpindahan
panas juga didefinisikan sebagai berpindahnya
energy dari suatu daerah ke daerah lainnya
sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-
daerah tersebut.ilmu perpindahan kalor tidak
hanya mencoba menjelaskan bagaimana energy
kalor itu berpindah dari satu benda kebenda
lainnya,tapi juga dapat meramalkan laju
perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi
tertentu. Point paling penting dan mendasar yang
membedakan antara ilmu perpindahan kalor
dengan termodinamika adalah tentang laju
perpindahan.secara umum proses pemindahan
panas atau heat transfer meliputi tiga proses
utama yaitu :
- Konduksi ( hantaran )
- Konveksi (ilian/berpindahnya
molekul-molekul benda )
- Radiasi ( pancaran )

2.1.1 Analisa Teknis

Sejumlah panas memerlukan peningkatan suhu
dari satu unsur dapat diekspresikanseperti:

Q = m c
p
dT 2.1

Dimana : Q =jumlah kebutuhan kalor (J /hr)
m = laju aliran massa uap (kg/hr)
c
p
= kapasitas kalor jenis dari unsur
(kJ / kg
o
C)
dT= perbedaan temperature keluar-
masuk (
0
C)

Efisiensi boiler didefinisikan sebagai
perbandingan antara laju energi yang dibutuhkan
air menjadi uap panas lanjut dengan laju aliran
energi bahan bakar. Dapat ditentukan
menggunakan persamaan yang diadopsi dari
Basuki, 2007.


2.2

Dimana
boiler
=effisiensi boiler (%)
Quap =jumlah kebutuhan kalor uap
(J /hr)
Qbb =jumlah kebutuhan kalor bahan
bakar (J /hr)

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan
kalor uap, maka harus heat balance dari
extraction turbin dan juga dari masing-masing
heater.
4

Setelah menentukan heat balance dari
extraction turbin langkah selanjutnya adalah
menentukan heat balance pada masing-masing
heater.




Setelah diketahui heat balance dari extraction
turbin dan juga heater maka Quap bisa
ditentukanmenggunakan persamaan:

Quap =m
uap
x (H
superheater
H
air umpan masuk
) 2.3

Tanda negative disini menunjukan uap tersebut
keluaran dari boiler.

Dari Quap, maka bisa diketahui Qbb
(jumlah kebutuhan kalor bahan bakar) dengan
menggunakan persamaan yang diadopsi dari
Basuki, 2007.
Q
bb
=

ucp
q
unit
2.4
Langkah selanjutnya adalah menghitung laju
aliran massa bahan bakar, menggunakan
persamaan yang juga diadopsi dari Basuki,
2007.

m
bb
=
Qbb
LHvbb
2.5
dimana m
bb
=jumlah kebutuhan kalor (J /hr)
LHV
bb
=Low Heating Value (J / kg)

Perhitungan volume tangki cadangan bahan
bakar LPG
Tangki cadangan diperlukan apabila
supply bahan bakar LPG dari pertamina
mengalami gangguan. Karena bahan bakar tidak
seperti bahan bakar MFO yang supplynya selalu
lancar. Volume tangki bahan bakar dapat
ditentukanmenggunakan persamaan (2.18):

Vol =mbb/ bahan bakar 2.6

Dimana : = massa jenis bahan bakar
(kg/m
3
)
(Harrington. 2006)

2.2 Ekonomi Teknis
Pertanyaan yang seringkali terdengar
setelah mendengar istilah ekonomi teknik adalah
seberapa pentingkah ekonomi itu dalam bidang
teknik?adakah kaitannya antara ilmu ekonomi
dalam pengambil keputusan di bidang
kerekayasaan?untuk menjawab dua pertanyaan
fundamental tersebut,ada baiknya kita coba
definisikan makna dari ekonomi teknik itu
sendiri.
dari beberapa literature disebutkan bahwa :
- Ekonomi teknik merupakansuatu evaluasi
sistematis terhadap keuntunganekonomi dari
setiap solusi permasalahan enjiniring.
- Ekonomi teknik merupakan aplikasi dari
evaluasi desaindanalternatif solusi enjiniring
- Ekonomi teknik berfungsi untuk mengetahui
konsekuensi keuangandari produk, proyek, dan
proses-proses yang dirancang oleh insinyur dan
membantu membuat keputusan rekayasa dengan
membuat neraca pengeluaran dan pendapatan
yang terjadi
sekarangdan yang akan datang menggunakan
konsep nilai waktu dari uang

- Secara basic, Ekonomi teknik melibatkan
proses formulasi, estimasi, dan evaluasi hasil
ekonomi setelah alternatif-alternatif untuk
mencapai tujuan tertentu tersedia sehingga dapat
dikatakan pula bahwa ekonomi teknik
merupakan kumpulan dari teknik perhitungan
matematis yang menyederhanakan perbandingan
dalam hal ekonomi.

Analisa ekonomi teknik
Banyak proyek-proyek rekayasa teknik
/engineering yang didalam realisasinya sering
dihadapkan dengan pilihan alternatif- alternatif
seperti design,prosedur,metode,dan sebagainya.
Aspek ekonomis yang bersangkut paut dalam
analisa ini antara lain :
- biaya investasi atau biaya tetap /fixed
cost
- biaya operasional
- overhead cost
- dll

Analisa penggantian
Analisis penggantian adalah salah satu yang
amat penting dan merupakan topic yang
menantangdalam analisis ekonomi.suatu aset
memiliki umur layanan yang bervariasi dimana
fungsinya antara lain :
umur pelayanan
5

umur fisik
umur ekonomis
Umur ekonomis merupakan periode pelayanan
dari pemasangan sampai penggantian minimum.
Prinsip dalampenentuan umur ekonomis dari
suatu aset adalah bahwa penggantiannya
didasarkan pada ekonomi dari keuntungan
organisasi secara keseluruhan. Sasaran untuk
memaksimumkan keuntungan atau menurunkan
biaya sangat terkait dengan empat hal pokok
dibawah ini antara lain :
- reliabilitas atau availabilitas
- produktivitas
- kerusakan fisik
- tidak up todate

kriteria ekonomi / economic criteria
merupakan kriteria yang digunakan oleh
seorang engineer dalamhal antara lain :
- melakukanperhitungan kelayakan
investasi dalampemilihan paket
permesinankapal
- menentukan keuntungan dan kerugian
modifikasi yang dilakukan terhadap
sistem permesinan yang sudah ada
dalam kaitannya untuk mengurangi
biaya operasi,khususnya jika modifikasi
berkaitan dengan energy saving.


Kriteria yang biasa dipergunakan dalam
mengevaluasi hal diatas antara lain :
a. Metode nilai sekarang bersih (Net Present
Value, NPV)
NPV adalah metode menghitung nilai bersih
pada waktu sekarang. Waktu sekarang
menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan
dengan saat evaluasi dilakukan atau pada
periode tahun ke-nol (0) dalam perhitungan
cashflow investasi. J ika NPV>0 maka investasi
akan menguntungkan/layak (feasible) sedangkan
jika NPV<0 maka investasi tidak
menguntungkan/layak.

b. Metode tingkat pengembalian internal
(Internal Rate of Return, IRR)
Metode IRR bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan cashflow dalam mengembalikan
investasi yang dijelaskan dalam bentuk %
periode waktu atau kewajiban Minimum
Atractive Rate of Return (MARR). Nilai MARR
sendiri ditetapkan secara subjektif dengan
mempertimbangakan tingkat suku bunga
investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan, dan
faktor risiko investasi. Dari faktor risiko akan
diketahui tipe investasi berdasarkan optimistic,
most-likely, dan pessimistic investasi. J ika IRR
MARR, maka investasi akan
menguntungkan/layak.

c. Metode pengembalian investasi (Return of
Investment, ROI)

Metode ROI bertujuan untuk mengukur
prosentase manfaat yang dihasilkan oleh proyek
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
J ika ROI>0 maka investasi layak diterima,
sedangkanjika ROI<0 investasi tidak layak.

d. Metode rasio biaya manfaat (Benefit Cost
Ratio, BCR)
Metode BCR memberikan nilai perbandingan
antara komponen manfaat terhadap komponen
biaya. J ika BCR1 maka investasi akan
menguntungkan/layak, sedangkan jika BCR<1
maka investasi tidak menguntungkan/layak.




e. Metode periode pengembalian (Payback
Period)
Metode periode pengembalian bertujuan untuk
mengetahui seberapa lama (periode) investasi
akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi
pulang pokok (break even point).

III. METODOLOGI

Metodologi penelitian merupakan
sekumpulan prosedur dalam rangka
menyelesaikansuatu permasalahandalam hal ini
yaitu tugas skripsi. DidalamMetodologi tersebut
mencakup semua kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk memecahkan masalah atau
problem yang ada didalam skripsi tersebut.
Adapun langkah-langkah atau prosedur
pengerjaan skripsi tertuang dalam flow chart
berikut ini:
6

































3.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pada langkah ini dilakukan peninjauan awal
untuk mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi, yakni bagaimana design sistem bahan
bakar setelah diganti dengan GAS dan juga
berapa besar biaya yangdibutuhkan. Identifikasi
kondisi awal tersebut akan digunakan untuk
merumuskan permasalahan dengan jelas dan
menetapkan tujuan penelitian, serta penentuan
batasan batasan penelitian dan asumsi yang
digunakan.
3.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk
mempelajari tentang teori-teori dasar
permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini. Dengan tujuan untuk mendapatkan
pengetahuan dasar dan data dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang dapat digunakan
sebagai acuan penelitian selanjutnya. Pada tahap
ini dilakukan study terhadap referensi-referensi
yang terdapat pada jurnal skripsi, internet,
interview, job report, dan lain-lain. Informasi
yangdibutuhkan pada tahap ini adalah data-data
yang dibutuhkan untuk menunjang dalam
penulisan proposal ini yaitu data primer dan data
skunder. Data primer berasal dari job report
yaitu data real perusahan yang didapat pada
waktu kerja praktek. Sedangkan data skunder
berasal dari buku, internet, interview, dan lain-
lain.
3.3. Kesetimbangan Panas
Kesetimbangan panas digunakan untuk
menentukan laju aliran massa yang keluar dari
masing-masing ekstraksi turbin, setelah itu
didapatkan besarnya kerja dari turbin.
3.3 Pemilihan Bahan bakar
Sebelum mendesign sistem berbahan
bakar gas pada PT. Indonesia Power, perlu
diadakan pemilihan terhadap jenis bahan bakar
yang akan digunakan dalam design PLTU
tersebut. Pada sub bab pemilihan bahan bakar
terlebih dahulu dibahas mengenai karakteristik
dari masing-masing bahan bakar, harga dan
cadangan bahanbakar. Selanjutnya dipilih bahan
bakar yang mempunyai karakteristik paling
7

bagus, harga murah, dan mempunyai cadangan
yang besar.
3.5 Kebutuhan Bahan Bakar
Setelahmengetahui spesifikasi dari
boiler, maka akan diketahui pula mengenai
berapa besar kebutuhanbahan bakar yang
digunakan pada proses PLTU tersebut.
3.6 Pemilihan Burner
Dengan bergantinya bahan bakar yang
digunakan, maka burner yang digunakan juga
tidak akan sama karena akan berpengaruh
terhadap proses pembakaran. Pemilihanburner
dilakukan berdasarkan kriteria gas yang
digunakan.
3.7 Prencanaan Sistem
Untuk mendesign dari PLTU bersistem
lama yaitu residu konvensional menjadi gas
harus melihat kondisi lingkungan tempat PLTU
tersebut berdiri. Dalamtahap ini akan dijelaskan
dalam mendesign sistem. Diantaranya adalah
berapa kapasitas tangki cadangan yang
dibutuhkan ketika supplay bahan bakar dari
pertamina mengalami trouble, kebutuhan bahan
bakar, pemilihan burner, dan pressure regulator.
3.6 Analisa Ekonomis
Setelah mendesign sistem tersebut,
langkah selanjutnya adalah analisa ekonomis.
Analisa ekonomis digunakan untuk menentukan
berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam
sistemberbahan bakar gas ini.
3.7 Penilaian Teknis dan Ekonomis
Dari data-data yang sudah dikerjakan,
maka langkah terakhir adalah penilaian teknis
dan ekonomis. Langkah ini bertujuan
menentukan apakah data-data yang diperoleh
sudah sesuai dengan tujuan awal dari penulisan
skripsi ini.
3.8 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang diharapkan pada
penulisan skripsi ini diharapkan mampu
menjawab permasalahan yang menjadi tujuan
skripsi ini. Saran ditulis berdasarkan data hasil
pembahasan serta fakta yang ada. Saran ini
diberikan untuk perbaikan skripsi ini agar
menjadi lebih sempurna.

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab analisa data dan pembahasan
diuraikan tentang kesetimbangan panas,
pemilihan bahan bakar, pemilihan burner,
perencanaan sistem, dan analisa ekonomi. Setiap
sub bab diuraikan proses perencanaan sistem,
setelah semua materi diuraikan maka pada sub
bab terakhir disampaikan pembahasan.

4.1.1 Perhitungan daya turbin

Gambar 4.1 menunjukkan arah aliran
uap panas berlawanan dengan arah jarumjam,
dimana masuknya air pengisi sesuai dengan arah
perputaranjarum jam. Pada siklus demikian, uap
pemanas dimasukkan pada titik 1,2,3,4, dan 5.
Sedangkan air pengisi yang keluar dari setiap
regenerative pada suhu jenuh sesuai dengan
tekanan uap ekstraksi yang masuk ke
regeneratif. Pada alat-alat pemanas ini, sebagian
luas permukaan pemanas merupakan
pendinginan aliran. Terdapat beberapa tempat
pencerat uap panas pada sistem aliran uap
tersebut dimana tidak diijinkan terjadinya
percampuran aliran antaraaliran air pengisi
dengan uap pemanas. Pompa air pengisi boiler
(BFP) ditempatkan pada sistem sedemikian,
sehingga tidak terjadi resiko penguapan air
pengisi akibat aksi pemompaan. Pada alat
pemanas 1,2,4, dan 5 merupakan tipe tertutup
sedangkan pada alat pemanas 3 merupakan tipe
terbuka.

Gambar 4.1 skema siklus PLTU
8

Tabel 4.1 Data temperature danenthalpy
Air pengisi boiler pada heater dan kondensor
Alat Simb
ol
temperatu
re
(
0
C)
Simb
ol
enthal
py
(kJ/kg)
Heater 1 T1 220 h1 943.70
Heater 2 T2 192.56 h2 818.99
Heater 3 T3 150.9 h3 636.02
T3 151 h3 636.45
Heater 4 T4 105.8 h4 443.55
Heater 5 T5 72.92 h5 305.17
kondens
or
T6 38.4 h6 160.78
T6 40 h6 167.50
Uap pada ekstraksi turbin dan ke kondensor
Alat Simb
ol
temperat
ure
(
0
C)
Simb
ol
enthal
py
(kJ/kg
)
Superhea
ter
T0 513 h0 3418.9
9
Ekstraksi
1
T1
354
h1
2538.4
Ekstraksi
2
T2
275
h2 2785.5
5
Ekstraksi
3
T3
187
h3
2782
Ekstraksi
4
T4
98.9
h4 2674.2
5
Ekstraksi
5
T5
93.6
h5 2665.9
6
Kondens
or
T6 87.3 h6 2655.7
8

Kesetimbangankalor pada regeneratif pertama:

m1 =
58.33(h1

- h2

)
h1-h1


J adi laju aliran massa pada ekstraksi 1 adalah
sebesar 4.562 kg/detik

Kesetimbangankalor pada regeneratif kedua:

m2 =
58.33(h2

- h3") + m1(h2-h1)
h2-h2


J adi laju aliran massa pada ekstraksi 2 adalah
sebesar 5.125 kg/detik

Kesetimbangankalor pada regeneratif ketiga:

m3 =
58.33(h3 h4) + m1(h4 h2) + m2(h4 h2)
h3-h4


J adi laju aliran massa pada ekstraksi 3 adalah
sebesar 3.246 kg/detik

Kesetimbangankalor pada regeneratif keempat:

m4 =
58.33(h4

- h5

) +m1(h5

-h4

)+ m2(h5

- h4

)+ m3(h5

- h4

)
h4-h5

- h4


J adi laju aliran massa pada ekstraksi 4 adalah
sebesar 3.263 kg/detik
Kesetimbangankalor pada regeneratif kelima:
Gambar 4.6 Proses heater 5

Dari gambar 4.6 diatas, persamaannya adalah:

m5 =m4(h6 h4) +m3(h6 h5) +m2(h6
h5) +m1(h6 h5) +58.33(h5 h6) / (h5
h6 h5)

J adi laju aliran massa pada ekstraksi 5 adalah
sebesar 2.439 kg/detik

Setelah diperoleh laju aliran massa dari masing-
masing ekstraksi, maka dari situ akan digunakan
untuk menentukan berapa besar kerja dari turbin
yaitu dengan menggunakanpersamaan:
Wt =58.33(h0 h1) +(58.33 m1)(h1 h2) +
(58.33 m1 m2)(h2 h3) +(58.33 m1 m2
m3)(h3 h4) +(58.33 m1 m2 m3
m4)(h4 h5) +(58.33 m1 m2 m3 m4
m5)(h5 h6)
Wt =43.896024 MW
J adi kerja yang keluar dari turbin adalah
sebesar 43.896024 MW.
Quap =m
uap
x (H
superheater
H
air umpan masuk
)

=144391.8 kJ /detik


9

4.2 Pemilihan Bahan Bakar
4.2.1 Karakteristik bahan bakar
Tabel 4.2 Karakteristik bahan bakar
N
o
Karakt
eristik
Sat
uan
Bahan bakar
MF
O
LPG LN
G
CN
G
1 Densita
s pada
15
0
C
kg/
m
3

991
*
510
*
*
500
#
#
128.
57
#
2 LHV
32F 1
atm
kJ /k
g
4099
0.14
*
4633
2
**
4200
0
##
4714
1
#
3 kand.
sulfur
%m
/m
4.5
*
- - -
4 Residu
karbon
%m
/m
16
*
- - -
5 kandun
gan air
%v/
v
1
*
- - -
6 Sedime
n total
%m
/m
0.1 - - -

*(Legowo, 2008)
**(Anonim1, 2011)
#(Anonim2, 2011)
##(Anonim3, 2011)

Dari karakteristik bahan bakar tersebut,
yang paling penting adalah density dan LHV.
Density dari bahan bakar digunakan untuk
menentukan kapasitas tangki, sedangkan LHV
digunakan untuk menghitung laju aliran massa
bahan bakar. Bahan bakar yang dipilih adalah
bahan bakar yang mempunyai LHV besar,
karena diharapkan panas yang dihasilkan oleh
bahan bakar tersebut lebih banyak. Untuk
density tentunya dipilih yang paling besar,
karena dengan begitu akan semakin kecil
kapasitas tangkinya.
4.2.2 Cadangan bahan bakar
Indonesia saat ini memiliki cadangan
gas bumi sebesar 187.09 TSCF status 1 J anuari
2006 (P1 =93.95 TSCF dan P2 =93.14 TSCF)
dengan laju produksi sebesar 8.2 MMSCFD.
Dengan kondisi saat ini cadangan gas Indonesia
mencukupi untuk 62 tahun. (Khoiroh, 2008)
Berikut merupakan cadangan dari
beberapa bahan bakar yang ada di kepulauan
Indonesia.
Tabel 4.3 Cadangan minyak dan gas bumi
Indonesia
No Cadangan bahan bakar (10
9
TOE*)
MFO LPG Gas
alam
1 Jawa 0.275 0.275 0.217
2 Sumatera 0.834 0.834 0.484
3 Kalimantan 0.193 0.193 0.556
4 Pulau lainnya 0.108 0.108 0.938
5 Indonesia 1.411 1.411 2.195
*Ton Oil Equivalent (Sitorus, 2002)
Dari tabel 4.3, diketahui bahwa
cadangan yang paling besar adalah gas alam.
Hal itu bisa disebabkanperanan gas alam jaman
dahulu kurang dominan, sehingga kebanyakan
yang dipakai terus-menerus adalahbahan bakar
minyak. Akibatnya lama kelamaan cadangan
bahan bakar minyak pun semakin berkurang.
Tabel 4.4 Harga bahan bakar
No Bahan bakar Harga Rp
1 MFO 1810 per liter
2 LPG 1600 per kg
3 LNG 1600 per kg
4 CNG 750 per kg
(Pristiyanto, 2003)
Dari tabel 4.4, diketahui bahwa MFO
mempunyai harga yang paling besar, hal ini
disebabkan cadangan minyak semakin menipis.
LPG juga relative mahal karena sumber utama
dari LPG sendiri berasal dari minyak. Untuk
LNG yang mempunyai harga relatife lebih
mahal dari pada CNG, hal ini dikarenakan
proses penyimpanan LNG membutuhkan dana
lebih besar dari pada CNG.
4.2.3 Perhitungan kebutuhan bahan bakar
Diketahui boiler dalamkeadaan desain,
maka nilai efisiensinya sebesar 100%. Dari nilai
Quap dan juga efisiensi tersebut didapatkan
jumlahkebutuhan kalor bahan bakar(Qbb) yaitu:

10

Qbb =
Quap
q
boIe

=1443.918 kJ/detik

Dari rangkaian perhitungan diatas
akhirnya didapatkan laju aliran massa bahan
bakar(m
bb
), tetapi terlebih dahulu harus
diketahui LHV(low heating value) dari bahan
bakar yang digunakan. Diketahui LHV gas
sebesar 47141 kJ/kg, sedangkan LHV MFO
sebesar 40990.14 kJ /kg.

m
bb
=
Qbb
LHVbb

Untuk laju aliran massa bahan bakar dari gas
alamadalah
m
bb
=3.06 x 10
-2
kg/detik
Sedangkanlaju aliran massa bahan bakar dari
MFO adalah
m
bb
=3.522598 kg/detik
Dari perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa laju alira massa bahan bakar
yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya yang
sama jauh lebih besar dengan memakai MFO
dibandingkan dengan memakai CNG.
4.3 Pemilihan burner
J enis burner yang dipilih adalah Hamworthy
APR. Spesifikasi selengkapnya dari burner
tersebut adalah:

Gambar 4.8 Burner gas
(Anonim 5, 2005)
Adapun spesifikasi dari burner diatas adalah
sebagai berikut :
Merk : Hamworthy, model
APR
Throat diameter : 12 to 39 inches
Firing rate : 20 to >250 million
BTU/h
Excess air operation : 5% or less typical
firing oil or gas
Fuels fired : Light and heavy oil
Natural gas and
propane
Refinery and waste
gases
Oil atomization : Choice of steam, air or
mechanical
Gas unit : Internal plenum with
gas spuds
Register : Fixed geometry
venturi with axial
swirl flame
stabilization
Ignitor : Hamworthy Peabody
gas-electric,
oil-electric or direct
spark-high energy
Auxiliary ports : Flame scanner, sight
port
Turndown ratio : Up to 10:1
Combustion air : Ambient to 700 F
4.4 Perencanaan Sistem bahan bakar
Perhitungan volume tangki cadangan bahan
bakar gas alam
Tangki cadangan diperlukan apabila
supply bahan bakar gas alam mengalami
gangguan. Karena bahan bakar gas tidak seperti
bahan bakar MFO yang supplynya selalu lancar.
Volume tangki bahan bakar dapat ditentukan
menggunakan persamaan :

Vol =mbb/
=2.38 x 10
-4
m
3
/s
11

=144 m
3
(cadangan selama 7 hari)
Dimana : = massa jenis bahan bakar
(128.57 kg/m
3
)

Tangki yang dipergunakan berjumlah 2 buah.
Spesifikasi tersebut tangki adalah





Gambar 4.7 tabung penyimpan CNG
(Anonim4, 2011)
Tabel 4.7 spesifikasi tangki CNG
No spesifikasi teknik parameter
1 kapasitas (m
3
) 50-100

2 dimension (mm) 1165724283028
3 net weight (kg) 10760
4 Corrosion
margin(mm)
1
5 head treatment bulk
6 Nominal diameter DN80
7 Material 16 MnR

Setelah menentukan tangki
penyimpanan, langkah selanjutnya adalah
menentukan spesifikasi kompresor.
Spesifikasi yang dipilih adalah CNG
compressor commercial fleet refuel station,
memunyai tekanan 1.4-250 bar, kapasitas 1.3
m
3
/jam. Kompresor yang dipasang berjumlah 2
buah, 1 beroperasi 1 lagi stanby. Kompresor
yang dipasang berjumlah 2 buah, 1 beroperasi 1
lagi stanby.
Setelah melakukan pemilihan
kompresor, peralatan selanjutnya yang harus
disediakan adalah pressure regulator. Pressure
regulator digunakan untuk mengurangi atau
mengatur tekanan agar sesuai. spesifikasi yang
dipilih adalah CNG regulator 1 dengan
pertimbangan bahwa tekanan bahan bakar bakar
yang dibutuhkan pada waktu masuk burner
sebesar 8-10 bar. Pada sistem dipasang 2
pressure regulator, satu beroperasi dan satu lagi
stanby.

Setelah spesifikasi peralatan-peralatan
sudah terpenuhi, maka selanjutnya adalah
perencanaan sistembahan bakar. Pada gambar
4.9 dapat kita lihat bahwa bahan bakar gas dari
pipa gas ditampung pada tangki CNG dengan
menggunakan kompresor, selanjutnya bahan
bakar gas tersebut dialirkan menuju boiler tetapi
terlebih dahulu melewati pressure regulator yang
digunakan untuk mengatur tekanan. Tekanan
tangki CNG sendiri sekitar 200 bar, sedangkan
tekanan bahan bakar waktu masuk burner sekitar
8-10 bar.

Gambar 4.9 Sistemaliran bahan bakar

4.5 Analisa Ekonomis
4.5.1 Perhitungan biaya pembangkit energy
listrik
Sebagai langkah untuk mengambil
keputusan dalamrangka memilih salahsatu alat
yang akan di instal di system operasional PLTU
dalam hal ini sistembahan bakar maka metode
yang akan digunakan dalam perhitungan
ekonomis ini adalah metode Present Worth ( PW
) atau Present Value ( PV ) yang mana
perhitungan ekonomis pada peralatan ini lebih
banyak berdasarkan pada harga tiap-tiap
komponen dan juga umur proyek atau lifetime.
Present Worth ( PW ) juga sangat tepat
digunakan untuk menganalisis suatu pemakaian
suatu alat apakah hemat /saving cost atau
tidak.selain itu,metode ini dipakai untuk
12

menganalisa biaya tahunan dari peralatan yang
trend nya meningkat atau tidak konstan.
Pada metode Present Worth ( PW ),perhitungan
biaya dibagi menjadi dua bagian utama yaitu :
-Biaya modal ( capital cost )
-Biaya tahunan( annual cost )
Seperti yang kita ketahui bahwa biaya
total pembangkit energy listrik merupakan
penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan
bakar, serta biaya operasi dan perawatan.
Direncanakan bahwa akan dibangun PLTU
denganbahan bakar gas alam dengan kapasitas
50 x 2 MW, dengan factor kapasitas 80% dan
memiliki umur pembangkit 25 tahun.
4.5.1.1 Biaya Modal ( Capital cost )
Dalam perhitungan biaya modal,
tergantung pada tingkat suku bunga dan umur
ekonomis. Nilai suku bunga yang digunakan
adalah suku bunga pertahun yang harus dibayar
denganmemperhitungkan umur dari pembangkit
yang mempunyai persamaan berikut:

CRF =
(1+1)
n
(1+)
n
-1

Sehingga biaya modal/Capital Cost(CC)
dirumuskan sebagai berikut:

CC =
bIaya pcmbangunan x kapasItas pcmbangkIt x CRF
jumIah pcmbangkIt ncto tcnaga IIstrIk


Dimana :
CRF =Capital Recovery Factor
(decimal)
i =suku bunga (%)
n =umur pembangkit (tahun)
CC =capital cost/biaya modal
(USD/kWh)

J umlah pembangkit neto tenaga listrik
(kWh/tahun)
=(daya terpasang) x (faktor kapasitas) x 8760




Dimana :
Fc =biaya bahan bakar ( US$/kWh )
Ui =harga bahan bakar ( US$/kCal )
h =effisiensi thermal ( % )

biaya operasi dan perawatan adalah:
OM =
bIaya O&M
CF x T x cap

4.5.1.4 Perhitungan biaya pembangkitan total
Berdasarkan beberapa biaya diatas,
maka persamaan biaya pembangkitan total
dalam pembangkitan tahunan dapat dapat
dinyatakansebagai berikut:
TC = CC + FC + OM
Tabel 4.6 tabel perhitunganekonomis CNG

No kriteria CNG
1 biaya
pembanguan(USD/kWh)
5.94864
2 capital cost bunga 9%
(USD/kWh)
8.64 x10
-5

3 Ui setahun (USD/kJ ) 0.00036

4 biaya BB (USD/kWh) 0.00062895
5 biaya O&M (USD/kWh) 0.00062895
6 biaya pembangkit TC
(USD/kWh) 6% dan 9%
1.909015168
1.909034969
4.7 Pembahasan
4.7.1 Analisa teknis
Dari perhitungan kesetimbangan panas
diatas telah diperoleh daya dari turbin yaitu
sebesar 43.896 MW, sedangkan daya turbin
kondisi desain yang didapat dari data spesifikasi
yaitu 50 MW. Perbedaan perhitungan dan
kondisi desain bisa disebabkan pengambilan
data yang ada di lapangan berbeda dengan
pengambilan data pada perhitungan.
13

Selain itu didapatkan juga laju aliran
massa bahan bakar CNG yaitu 0.0306 kg/s,
sedangkan untuk MFO mempunyai laju aliran
massa sebesar 3.522 kg/s. Perbedaan ini
disebabkankarena low heating value (LHV) dari
CNG lebih besar dibandingkan dengan MFO.
Setelah itu didapatkan kapasitas tangki dari
CNG yaitu sebesar 0.86 m
3
/jam atau 144 m
3

yang bisa digunakan selama 7 hari.
4.7.2 Analisa ekonomis
Tabel 4.13 Total maintenance cost dan present
value

Dari perhitungan total present value dari
bahan bakar MFO dibandingkan CNG diperoleh
nilai 1.853195038 maka dalam hal ini CNG
dikatakan layak karena PV>1, diketahui juga
bahwa pembangkit dengan menggunakan bahan
bakar MFO menghabiskan biaya perawatan
lebih besar dari pada CNG. Hal itu bisa
dikarenakan bahan bakar CNG lebih bersih
daripada MFO.
Dengan mempertimbangkan data-data
diatas, maka CNG layak digunakan sebagai
pengganti dari MFO.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Pada sistem bahan bakar menggunakan 2
tangki, 2 kompresor, 2 pressure regulator,
dan 6 burner. Hal ini dimaksudkan untuk
berjaga-jaga apabila ada masalah pada alat
tersebut, masih ada cadangan yang bisa
digunakan sebagai pengganti.

2. Setelah melakukan pemilihan bahan bakar,
BBG yang digunakan sebagai pengganti
MFO adalah CNG.
3. Biaya yang digunakan untuk membangun
sistembahan bakar CNG adalah:
- Biaya komponen sebesar 297432 USD
- Biaya modal sebesar (9%) 8.64 x10-5
USD/kWh
- Biaya bahan bakar sebesar 1.9 x10-5
USD/kJ
- Biaya Maintenance sebesar
20347106.98 USD
- Biaya pembangkit total sebesar (9%)
1.904670555 USD/kWh
- NPV total 2164738.244 USD

Setelah dilakukan analisa dan perhitungan
ekonomis, ternyata pembangkit listrik dengan
bahan bakar MFO memakan biaya lebih besar
daripada dengan memakai bahan bakar CNG.

5.2. Saran
Berdasarkan data-data sebelumnya, maka ditarik
beberapa saran agar penelitian selanjutnya dapat
lebih maksimal :

1. Perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih
mendalamlagi tentang penurunan daya dari
turbin. Hal ini dikarenakan daya dari turbin
harusnya lebih besar dari pada daya yang
dikeluarkan oleh generator.

2. Pada penelitian ini, perhitungan
ekonomisnya menggunakan metode NPV.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya
menggunakan variasi dari beberapa metode.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, N. 2007. Pengaruh Kualitas Bahan
Bakar Terhadap Effisiensi Boiler. Surabaya:
Undergraduate Theses of Marine Engineering
Department.
(Download, 3 Januari 2011)
http://digilib.its.ac.id

Agarwal, A. 2011. CNG Storage Tank.
www.alibaba.com (12 juni 2011)

Anonim1. 2011. Gas Alam Cair.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_a
lam_cair (11 mei 2011)
14


Anonim2. 2011. Compressed Gas Alam.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Comp
ressed_Gas_Alam (24 mei 2011)

Boulevard, W. 2002. Clean Alternatif Fuel:
Compressed Natural Gas. Arlington: EPA
(Download, 17 Februari 2011)
www.epa.gov/otaq/consumer/fuels/altfuels/altfu
els.htm

Brown, M. 1974. Measurement of Mass Flow
Rates of Water and Steam in Evaporator Tubes
on Operating Boilers Using Radiotracers.
England: International J ourtul of Applied
Radiation and Isotopes

Cengel, Y. 2005. Thermodynamics. Singapore:
Mc Graw Hill

Dewantara, I. 2009. Mengapa GAS. PT, Artho
Gas Abadi.
(Download, 19 Februari 2011)
http://www.arthoGas.blogspot.com

Febrinuryanto, A. 2009. Siklus PLTU. Surabaya:
PT. Indonesia Power UBP Perak-Grati Sub Unit
Perak

Giwangkara, E. 2007. Temperatur Yang Cocok
bagi Pembakaran MFO. YahooGroups:
Kimia_Indonesia
(Download, 16 Februari 2011)
http://givangkara.multiply.com/.

Hidayat, D. 2008. Gas Dalam Negeri Terus
Dimaksimalkan. J akarta: Buletin bpmiGas.

J ohnson, M. 2010. Tentang GAS(Compressed
Natural Gas). Articlesbase

Kulshrestha, S. 1989. Termodinamika Terpakai,
Teknik Uap Dan Panas. J akarta: Universitas
Indonesia

Nikolaou, M. 2010. Optimizing the logistics of
compressed natural Gas transportation by
marine vessels. Houston: J ournal of Natural Gas
Science and Engineering.

Quistnix, R. 2010. Gas Alam Terkompresi.
Posted on the internet on 14 November 2010
(Download, 16 Februari 2011)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gas_al
am_terkompresi&action=edit&section=1.

Suryadi, D. 2009. Estimasi Penghematan Biaya
Operasi PLTU dengan Cara Penggantian
Bahan Bakar. Surabaya: Universitas Kristen
Petra
(download, 14 Februari 20011)
http://puslit2.petra.ac.id/ejo.

Smith, J . 1996. Introduction To Chemical
Engineering Thermodynamics. Singapore: Mc
Graw Hill

You might also like