You are on page 1of 8

Retorika Visual dalam Poster

Studi Kasus Poster One Globe One Flag


Dhani Prima Ariv
Jurusan Desain Grafis Fakultas Desain Komunikasi Visual

Universitas Widyatama Bandung

Pendahuluan

Orang bijak pernah berkata bahwa satu gambar mengandung sejuta makna
daripada sebuah kata. Gambar bagi sebagian orang tertentu bisa mengandung
makna tertentu dan bisa juga tidak mengandung makna sama sekali bagi sebagian
orang yang lainnya. Perbedaan makna atau pesan dari gambar ini tergantung pada
dimensi isi (konten) dan dimensi hubungan (konteks). Namun, dalam kasus-kasus
tertentu pemaknaan dari sebuah gambar juga bisa seragam sesuai dengan
kesepakatan secara bersama yang secara tidak sadar disepakati. Hal-hal seperti
gambar merpati yang bermakna perdamaian atau bendera putih sebagai lambang
perdamaian/penyerahan diri merupakan salah satu contoh dari kesepakatan
tersebut.

Poster merupakan salah satu media yang sering digunakan dalam desain
grafis. Sifatnya yang massal dan murah membuat poster masih dipakai sebagai
media komunikasi disamping media-media lain yang lebih modern. Poster
dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menarik perhatian sekaligus
menyampaikan pesan komunikasi/informasi kepada khalayak. Dilihat sedikit dari
sejarahnya, media poster sudah dikenal sekitar dua ratus tahun yang silam.
Sejarah mencatat, sejak penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada tahun 1447
media poster bahkan menjadi lebih modern dan lebih massal. Perkembangan
teknologi percetakan warna litography pada tahun 1870 melahirkan gaya Art
Nouveau yang juga sebagai penanda lahirnya seni poster modern.

Sebagai salah satu media komunikasi poster memunyai banyak fungsi dan
tujuan. Secara umum fungsi dan tujuan poster dapat dibagi atas dua. Pertama,
poster komersial yang sifatnya menyampaikan informasi produk, jasa, atau event
dengan orientasi pada profit. Contoh poster ini berupa poster-poster iklan sebuah
produk, jasa, atau event.

Gambar 1 Poster Iklan Dubonnet

Sumber: images.google.com

Kedua, poster non komersial (sosial) yang lebih bersifat untuk melayani
kepentingan umum dan tidak berorientasi pada profit. Contoh poster ini berupa
poster-poster dengan tujuan propaganda atau kampanye sosial tertentu.

Gambar 2 Poster Propaganda pada Perang Dunia I

Sumber: images.google.com
Poster dan Retorika Visual

Secara istilah retorika berarti seni menggunakan bahasa dengan tujuan


untuk membujuk/mengajak. Jika dikaitkan dengan istilah visual, retorika, atau
lebih tepatnya retorika visual, berarti seni menggunakan bahasa visual/rupa
dengan tujuan untuk membujuk/mengajak. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya sebuah gambar/visual memunyai dua dimensi yaitu isi (konten) dan
hubungan (konteks). Retorika visual pada poster dalam dimensi isi bisa
direalisasikan melalui optimalisasi kata, gambar, atau gabungan keduanya. Kata
dan gambar memunyai potensinya masing-masing untuk mendukung kekuatan
sebuah pesan atau gagasan pada poster.

Proses permainan retorika kata dan gambar ini bisa dirajut dalam sebuah
semiotika visual yang cerdas sehingga menuntun pelihat menemukan hubungan
antara gambar dan menangkap makna pesan. Berbicara tentang semiotika kita
mengenal adanya penanda (signifier) dan petanda (signified). Dengan adanya
penanda dan petanda ini poster sebagai media komunikasi visual bisa
menyampaikan pesan, gagasan, atau ajakan dengan lebih menarik. Retorika visual
poster bisa disampaikan dengan tidak hanya menampilkan makna denotatif yang
sangat gamblang dan kaku tapi juga bermain-main di makna konotatif yang kreatif
dan menarik.

Poster One Globe One Flag

One Globe One Flag merupakan pameran poster yang menampilkan sekitar
40 poster bertema pesan persatuan global “One Globe One Flag” karya desainer
grafis Indonesia dan mancanegara dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
atas pentingnya kebersamaan dalam menghadapi berbagai masalah multi-dimensi
yang ada di dunia. Globe (bola dunia) dan flag (bendera) adalah atribut fisik dalam
simbolisme universal yang mempunyai pengertian implisit. “One Globe One Flag”
adalah sebuah konsep yang menghargai perbedaan internasional baik sosial,
budaya maupun geografi, dalam rangka melahirkan sejumlah pemahaman yang
berujung pada antusiasme, aspirasi dan kesadaran bersama demi menciptakan
dunia yang lebih baik. Poster “One Globe One Flag” pertamakali diprakarsai oleh
Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (Adgi) bersama FGD Expo dan pada tour
exhibitionnya di Bali merupakan rangkaian acara Bali Creative Power 2008.
Beberapa karya yang dipamerkan adalah poster karya Hanny Kardinata, Iwan
Ramelan, Wagiono, Priyanto S., Danton Sihombing dan banyak desainer yang
merupakan nama nama tak asing lagi mewakili desainer grafis Indonesia dan karya
dari desainer grafis internasional.

Karena beragam dan sangat banyaknya poster yang ditampilkan dalam


pameran ini, penulis dalam tulisan ini hanya mencoba untuk membahas dan
menganalisa satu karya poster yang menurut penulis paling menarik diantara
beberapa karya poster yang lain. Poster yang akan dianalisa karya Priyanto S.
Dengan judul One Globe One Flag.

Gambar 3 One Globe One Flag karya Priyanto S.

Sumber: desaingrafisindonesia.wordpress.com
Bola dunia merupakan simbolisme universal yang sering dijadikan sebagai
petanda untuk sesuatu yang sifatnya global. Bentuk bundar dari bola dunia juga
bisa artikan sebagai simbolisme kesatuan yang utuh. Dalam poster One Globe One
Flag ini Priyanto membengkokan logika-logika simbolisme universal dari bola dunia
tersebut menjadi sesuatu yang boleh disebut “kotak dunia”.

Ditinjau dari segi verbal “kotak dunia” atau bisa juga dibilang “dunia yang
terkotak-kotak” merupakan sebuah metafora yang makna denotatifnya yaitu dunia
yang sudah mulai terbentuk dalam kesatuan yang tidak utuh dan terbagi-bagi. Hal
ini merupakan sindiran bagi keadaan dunia pada saat sekarang yang terbagi-bagi
atas sejumlah kepentingan dan kekuasaan yang saling memisahkan diri satu sama
lain.

Diatas “kotak dunia” tersebut kita melihat sebuah bendera putih dalam
keadaan compang-camping tapi masih berusaha untuk tegar berdiri. Penanda
bendera putih merupakan sebauh simbolisme untuk petanda yang menunjukkan
perdamaian atau ketidak ikut sertaan seseorang dalam suatu peperangan. Penanda
bendera putih dalam keadaannya yang compang-camping tersebut juga merupakan
sebuah petanda sesuatu yang sangat menyedihkan atau mengkhawatirkan. Penanda
compang-camping ini sering kita temukan dalam visual seorang pengemis.

Pergerakan “kotak dunia” dari kanan ke kiri atau bisa juga sedikit dari atas
kebawah menjadi petanda suatu kemunduran. Kemunduran dalam hal ini sesuatu
yang hanya akan membawa kehancuran bukannya menjadi perkembangan yang
lebih baik. Sebuah sindiran juga bagi keadaan dunia pada saat sekarang.

Pada bagian bawah poster kita menemukan penanda berupa kalimat One
Globe One Flag yang lebih merupakan penegas dari visual yang ada. Semua
“sindiran” visual ini dibalut dalam gaya visual yang santai dan bersifat karikatur
sehingga bisa menjadi sebuah sindiran yang halus dan tidak menggurui. Gaya visual
seperti ini sejauh yang penulis ketahui juga merupakan ciri khas dari Priyanto
sendiri.
Kesimpulan

Poster One Globe One Flag karya Priyanto S. ini mampu menyajikan sebuah
retorika visual yang menarik dan menggelitik pelihatnya sehingga tertarik untuk
menggali makna pesan lebih jauh. Pembengkokan visual dan permainan metafora
yang cerdas ini menjadikan karya lebih kreatif dan menarik bagi pelihat.

Permainan retorika visual antara kata dan gambar memang bisa melewati
batas-batas kekakuan dalam menyajikan sebuah karya komunikasi visual. Tapi yang
perlu lebih diperhatikan lagi jangan sampai permainan retorika tersebut terlalu
jauh dan menimbulkan makna ambigu yang malah membingungkan pelihat sehingga
pesan atau gagasan yang ingin dikomunikasikan tidak tersampaikan
Daftar Pustaka

desaingrafisindonesia.wordpress.com

en.wikipedia.org

www.google.com
Retorika Visual dalam Poster
Studi Kasus Poster One Globe One Flag

OLEH

DHANI PRIMA ARIV

NPM. 09.05.014

FAKULTAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


UNIVERSITAS WIDYATAMA
2009

You might also like