Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING : DR. DEWI IRIANI, Sp.A Penyusun : Greis Reza Gaite 030.06.106
Definisi
Meningkatnya kadar bilirubin total pada minggu pertama kelahiran. Kadar normal maksimal adalah 12-13 mg% (205-220 mikromol/L).
Epidemiologi
Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan.
RS Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL.
Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.
RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis
Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002
Etiologi
1) Produksi yang berlebihan
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase, sepsis.
Imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia.
3) Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut oleh hepar.
Patofisiologi
Gejala
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pada permulaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar Letargi Kejang Tidak mau menghisap Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot Perut membuncit Pembesaran pada hati Feses berwarna seperti dempul
10.
11.
1)
Hemoglobin abnormal ( hemoglobin S pada animea sel sabit) Sel darah merah abnormal ( sterositosis herediter ) Anti body dalam serum ( Rh atau autoimun ) Pemberian beberapa obat-obatan, dan Beberapa limfoma atau pembesaran ( limpa dan peningkatan hemolisis ) Peningkatan destruksi sel darah merah atau prekursornya dalam sum-sum tulang ( talasemia, anemia persuisiosa, porviria ). Proses ini dikenal sebagai eritropoiesis tak efektif Kadar bilirubin tak terkonjugasi yang melebihi 20 mg / 100 ml pada bayi dapat mengakibatkan Kern Ikterus.
Kern Ikterus penimbunan bilirubin tak terkonjugasi pada daerah basal ganglia yang banyak lemak.
Obstruksi
Fungsional
Ikterus fisiologis : terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan nilai puncak 6-8 mg/dL biasanya tercapai pada hari ke 3-5. Pada bayi kurang bulan nilainya 10-12 mg/dL, bahkan sampai 15 mg/dL. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum < 5 mg/dL/hr. Ikterus patologis : terjadi dalam 24 jam pertama. Peningkatan akumulasi bilirubin serum > 5 mg/dL/hr. Bayi yang mendapat ASI, kadar bilirubin total serum > 17mg/dL. Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan dan setelah 14 hari pada bayi kurang bulan. Bilirubin direk >2 mg/dL.
II
Sampai umbilicus)
badan
atas
(diatas 9,0mg%
III
Sampai badan bawah (dibawah 11,4mg% umbilicuks hingga tungkai atas diatas lutut)
IV
16,0mg%
PENATALAKSANAAN
a.
Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesusu serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa. Harus memastikan bahwa semua bayi secar rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 12 jam.
2. Penggunaan Farmakoterapi
a. Imunoglobulin intravena b. Fenobarbital c. Metalloprotoprophyrin adalah analog sintesis heme. d. Tin Protoporphyrin ( Sn Pp ) dan Tin Mesoporphyrin ( Sn Mp ) e. Pemberian inhibitor b - glukuronidasi seperti asam L aspartikdan kasein holdolisat dalam jumlah kecil ( 5 ml/dosis 6 kali/hari )
Fototerapi
Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak yang merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar tampak ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Masing masing dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda beda. Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan kadar bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm. Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau. Intensitas yang diberikan menentukan efektifitas fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka semakin cepat penurunan kadar bilirubin serum
Tabel 2.1. Rekomendasi AAP penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus sehat dan cukup bulan.
Usia ( jam ) Pertimbangan Terapi sinar terapi sinar Transfusi tukar Transfusi tukar dan terapi sinar
25-48
>12mg/dl
>15 mg/dl
>20 mg/dl
>25 mg/dl
49-72
>15mg/dl
>18 mg/dl
>25mg/dl
(425 mol/L)
>30 mg/dl
(510mol/L)
>72
>17 mg/dl
>20mg/dl
>25mg/dl
>30mg/dl
Tabel 2.2 Tatalaksana hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat dan Sakit ( >37 minggu )
Neontaus kurang bulan Neontaus kurang bulan sakit :Kadar Total
sehat
:Kadar
Berat
Terapi sinar
Transfusi tukar 10
Terapi sinar
Transfusi tukar
Hingga g
1000 5-7
4-6
8-10
1001-1500 g
7-10
10-15
6-8
10-12
1501-2000 g
>2000 g
10
10-12
17
18
8-10
10
15
17
Komplikasi Fototerapi
Peningkatan insensible water loss pada bayi Frekuensi defekasi yang meningkat Timbulnya kelainan kulit yang sering disebut flea bite rash di daerah muka, badan dan ekstremitas. Gangguan retina Gangguan pertumbuhan Kenaikan suhu gangguan minum, letargi, iritabilitas.
Beberapa kelainan yang sampai saat ini masih belim diketahui secara pasti adalah kelainan gonad, adanya hemolisis darah dan beberapa kelainan metabolisme lain.
Tranfusi Tukar
Suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar
Usia Hari Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 dan
seterusnya
Tabel 3. Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berat badan
(gram)
Kadar Bilirubin
(mg/dL)
< 1000
1000-1500 1500-2000 2000-2500
10-12
12-15 15-18 18-20
Kesimpulan
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya. Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Mempercepat proses konjugasi misalnya dengan pemberian fenobarbital,memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi, melakukan dekomposoisis bilirubin dengan fototerapi dan tranfusi tukar. Walaupun fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat, cara ini tidak dapat menggantikan tranfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra- dan pasca tranfusi tukar. Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak sinar ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari serta penggunaan media pemantulan sinar.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pedoman diagnosis dan terapi SMF Ilmu Kesehatan anak edisi III. 2008. Hal 17-21. RS Umum Dr. Sutomo : Surabaya. Buku ajar neonatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia edisi pertama 2008. Hal 147-168. FKUI : Jakarta Price, Sylvia M.Wilson Lorraine. Patofisiologi kedokteran. l994. EGC : Jakarta. Diagnosis dan tatalaksana penyakit anak dengan gejala kuning Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2007. FKUI : Jakarta. Behrmand Kliegelman. Nelson Essential of Pediatrics,hal 592-98. Edisi 17. 2006. EGC: Jakarta Buku kuliah ilmu kesehatan anak FKUI. Edisi 3. 1985 Hal 1101-10. FKUI: Jakarta. Murray Robert K, MD.PhD, 2001, Biokimia Harper ( Eds.25), EGC: Jakarta Pedoman diagnosis dan terapi Ilmu Kesehatan Anak edisi III FK Unpad RSHS 2005. Hal 102-8. FK Unpad : Bandung. Diakses pada www.smallcrab.com/anak-anak/535-mengenal-ikterusneonatorum. Bagchi A. phototherapy. Philadelphia: Lippincott Williams and Wikins, 2002. Hal 373-80. Philadelphia
TERIMA KASIH