You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari hukum tidak lepas dari kita, mulai dari nilai,

tatakrama, norma hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di Negara kita masih kurang dalam penegakannya, terutama dikalangan pejabat bila dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah kebawah. Kenapa bisa begitu karena hukum di Negara kita bias dibeli dengan uang, siapa yang punya uang dialah sang pemenang dari peradilan, siapa kuat dia dapat itulah selogan buat peradilan di Negara Indonesia pada saat ini. Melihat kenyataan yang demikian marilah kita benahi peradilan dengan diawali dari diri sendiri, dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan menegakannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan dapat ditegakan, yang maka akan terkait dan semua menjadi aspek yang ada didalamnya mempengaruhi penentu apakah

keadilan dapat ditegakan. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah: 1. 2. Apa pengertian rule of law? Apakah Negara Indonesia termasuk Negara yang adil dalam

penegakan hukumnya? C. Tujuan Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan : 1. 2.. Pengertian rule of law. Hukum yang harus kita jalankan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 1

BAB II PEMBAHASAN A Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada hakikatxsulit dipisahkan. Ada sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian negara hukum dan Rule of Law itu hampir dapat dikatakan sama, namun dapat pula sementara pakar menjelaskan bahwa meskipun antara negara hukum dan Rule of Law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki penekanan masing-masing. Menurut Philipus M. Hadjon misalnya bahwa negara hukum yang menurut istilah bahasa Belanda rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menetang absolutisme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewewnang-wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechtsstaat itu lebih memiliki ciri yang revolusioner. Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan Raja maupun penyelenggara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diisitilahkan dengan Rule of Law. Oleh karena itu menurut Hadjon Rule of Law lebih memiliki ciri yang evolusioner, sedangkan upaya untuk mewujudkan negara hukum atau rechts-staat lebih memiliki ciri yang revolusioner, misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di Eropa lainnya, baiuk dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis.

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 2

Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan Rule of law sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546). Oleh karena itu berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuassaan publik yang diatur secara legal. Oleh karena itu setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara berdasarkan pada Rule of Law. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap negara yang legal senantiasa menegakkan Rule of Law. Dalam hubungan ini pengertian Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara. Konsekuensinya setiap negara akan mengatakan mendasrakan pada Rule of Law dalam kehidupan kenegaraannya, meskipun negara tersebut adalah negara otoriter. Atas dasar alasan ini maka diakui bahwa sulit menentukan Rule of Law secara universal, karena setiap masyarakat bmelahirkan pengertian itupun secara berbeda pula (Soegito, 2006: 4), dalam hubungan inilah maka Rule of Law dalam hal munculnya bersifat endogen, artinya muncul dan berkembang dari suatu masyarakat tertentu. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yuridis terhadap kekuasaan, pada dasarnya disebabkan politik kekuasaan cebderung korup. Hal ini dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan individu dan masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut maka terdapat keinginan yangsangat besar untuk melakukan pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif yuridis untuk menghindari kekuasaan yang dispotik (Hitchner, 1981: 69). Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi menjadi sangat penting bagi kehiduypan masyarakat. Konstitusi dalam hubungan ini dijadikan sebagai perwujudan hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun sesuai dengan prinsip government by law, not by man (pemerintah berdasarkan hukum, bukan berdasarkan manusia atau penguasa). Carl j. Friedrich dalam bukunya Constitutional Government and Democracy: Theory and Practice in Europe an America,

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 3

memperkenalkan istilah negara hukum dengan istilah rechtsstaat atau constitutional state. Demikian juga tokoh lain yang membahas rechtsstaat adalah Friederich J. Sthal, yang menurutnya terdapat empat unsur pokok untuk berdirinya satu rechtsstaat, yaitu: (1) hakhak manusia ; (2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; (3) Pemerintahan berdasarkan peraturanperaturan; dan (4) Peradilan administrasi dalam perselisihan (Muhtaj, 2005:23). Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara Indonesia adal;ah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal itu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yang secara eksplisit dijelasakan itu bahwa....maka suatu disusunlah kemerdekaan Dasar Negara kebangsaan dalam Undang-Undang

Indonesia....". hal ini mengandung arti bahwa suatu keharusan Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara. Dengan pengertian lain dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum atau rechtsstaat dan buak negara kekuasaan tau machtsstaat. Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip pradilan yang bebas dan -tidak memihak, yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak penguasa. Dalam pahaqm negara hukum itu, hukumlah yang ,menjadi komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Dalam penyelengaraan sesungguhnya memimpin adalah hukum itu sendiri. Olehn karena itu berdasarkan pegertian ini Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip Rule of Law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan di tegakkan menurut prinsipPendidikan Kewarganegaran | 2011 4

prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendahlah dibangun dean dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechtsstat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan ditafsirkan ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesi adalah negar hukum yang berkedaulatan rakyat atas demokratis (democratische rechtsstaat) Asshiddique, 2005 ; 69-70). a Prinsip-prinsip Rule of Law Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa pengertian Rule of Law tidak dapat dipisahkan dengan pengertian negara hukum atau rechtsstaat. Meskipun demikian dalam negara yang menganut sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu sendiri. Menurut Albert Venn Dicey dalam Introduction to the Law of The Constitutional, memperkenal istilah the Rule of Law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum. Menurut Dicey terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu: (1) Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh dihukum, jikalau memang melanggar hukum; (2) Kedudukan yang sama di muka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa maupunn pejabat negara; dan (3) Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh Undang-Undang serta keputusan-keputusan pengadilan. Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jikalau dalam hubungan dengan negara hanya berdsarkan prinsip tersebut, maka
Pendidikan Kewarganegaran | 2011 5

negara terbatas dalam pengertian negara hukum formal, yaitu negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif. Sikap negara yang demikian ini dikarenakan negara hanya menjalankan dan taat pada apa yang termaktub dalam konstitusi semata. Dengan perkataan lain negara tidak hanya sebagai penjaga malam (nachtwachterstaat). Dalam pengertian seperti ini seakan-akan negara tidak berurusan dengan kesejahteraan rakyat. Setelahg pertengahan abad ke-20 mulai bergeser, bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu negara tidak hanya sebagai penjaga malam saja, melainkan harus aktif melaksanakan upaya-upayan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan cara mengatur kehidupan sosial ekonomi. Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal dengan welvaartstaat, verzongingsstaat, welfare state, social servive state, atau negara hukum materal. Perkembangan baru inilah yang kemudian menjadi raison detre untuk melakukan revisi atau bahkan melengkapi pemikiran Dicey tentang negara hukum formal. Dalam hubungan negara hukum ini organisasi pakar hukum internasional, internasional Comission of Jurists (ICJ), secara intens melakukan kajian terhadap konsep negar hukum dan unsur-unsur esensial yang terkandung di dalamnya. dalam beberapa kali pertemuan ICJ di berbagai Negara seperti di Athena (1955), di New Delhi (1956),di Amerika Serikat (1957), di Rio de Janeiro (1962), dsan Bangkok (1965), dihasilkan paradigma baru tentang negara hgukum. Dalam hubungan ini kelihatan ada semangat bersama bahwa konsep negara hukum adalah sangat penting, yang menurut wade disebut sebagai the rule of law is a fenomenal of a free society and the mark of it. ICJ dalam kapasitasnya sebagai forum intelektual, juga menyadari bahwa yang terlebih penting lagi adalah bagaimana konsep rule of law dapat di implementasikan sesuai dengan perkembangan kehidupan dalam masyarakat.

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 6

Secara praktis, pertemuan ICJ di bangkok tahun 1965 semakin menguatkan posisi rule of law dalam kehidupan bernegara. Selain itu, melalui pertemuan tersebut telah digariskan bahwa disamping hak-hak politik bagi rakyat harus diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga perlu dibentuk standar-standar sosialekonomi. Komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis, yaitu : (1) Perlindungan konstitutional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi harus pula menentukan teknis-prosedural untuk memperoleh perlindungan atasa hak-hak yang dijamin; (2) Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak; (3) Pemilihan umum yang bebas; (4) Kebebasan menyatakan pendapat; (5) Kebebasan berserikat/ berorganisasi dan beroposisi; dan (6) Pendidikan kewarganegaraan (Azhary, 1995: 59). Gambaran ini mengukuhkan negara hukum sebagai welfare state, karena sebenarnya mustahil mewujudkan cita-cita rule of law sementara posisi dan peran negara sangat minimal dan lemah. Atas dasar ini lah kemudian negara diberikan keluasan dan kemerdekaan bertindak atas dasar inisiatif parlemen. Negara dsalam hal ini pemerintah memilki freies ermessen atau pouvoir discretionnare, yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan sosial-ekonomi dan keleluasaan untuk tidak terlalu terikat pada produk legislasi parlemen. Dalam gagasan walfare state ternyata negara memiliki kewenangan yang relatif lebih besar, ketimbang format negara yang hanya bersifat negara hukum formal saja. Selain itu dalam walfare state yang terpenting adalah negara semakin otonom untuk mengatur dan mengarahkan fungsi dan peran negara bagi kesejahteraan hidup masyarakat. Kecuali itu, sejalan dengan kemunculan ide demokrasi konstitusional yang tak terpisahkan dengan konsep negara hukum, baik rechtsstaat maupun rule of law, pada prinsipnya memilki kesamaan yang fundamental serta saling mengisi. Dalam prinsip negara ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 7

kekuasaan yang dilakukan secara konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep negara hukum yang berbeda, konsep negara hukum dan rule of law adalah suatu realitas dari cita-cita sebuah negara bangsa, termasuk negara Indonesia. Prinsip-prinsip negara hukum meliputi hal-hal sebagai berikut : ; Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan; ; peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh sesuatu kekuasaan atau kekuatan apa pun, dan ; legalitas dalam arti hukum. b Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan: a b c d e f ... bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan eri keadilan; ...Kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur; ...untuk memajukan kesejahteraan umum,dan keadilan social; disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia; kemanusiaan yang adil dan beradab; serta dengan mewujudkan suatu eadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat terutama keadilan social Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945, yaitu a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3), b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggaraakan
Pendidikan Kewarganegaran | 2011 8

peradilan guna menegakan hokum dan keadilan (pasal 24 ayat 1), c. Segala warga Negara bersamaan kedudukanya didalam hokum dan pemerintahan, serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1), d. Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hokum (pasal 28 D ayat 1), dan e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2). Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) erat kaitannya dengan hukum) (penyelenggaraan the enforcement menyangkut of the terutama ketentuan-ketentuan of dalam law dalam penegakan rules

penyelenggaraan

pemerintahan,

hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan the enforcement of the rules of law bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa (Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi social yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani dengan pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja bersufat objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan dimasyarakat. B Hak Asasi Manusia

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 9

Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of human right 10 desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang ditandatangani oleh majelis umum PBB dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan titik kulminasi perjuangan sebagian besar umat manusia dibelahan dunia khususnya yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi manusia, baik dibarat maupun di timur meskipun upaya tersebut masih bersifat lokal, parsial dan sporadikal. Pada jamkan yunani kuno Plato telah memaklumkan kepada warga polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai mana kala setiap warganya melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indonesia pun pengakuan serta penghormatan tentang hak asasi manusia telah mulai berkembang, misalnya dalam masyarakat jawa telah dikenal tradisi Hak Pepe, yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa, seperti hak mengemukakan pendapat, walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan penguasa (Baut & Beni, 1988:3). Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditanda tangani Magna Charta (1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga penandatanganan petition of right pada tahun 1628 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja berhadapan dengan utusan rakyat (House of Common). Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. Setelah itu perjuangan yang lebih nyata pada penandatanganan Bill Of Right, oleh raja Willem III pada tahun 1689, sebagai hasil dari pergolakan politik yang dahsyat yang disebut sebagai The Glorious Revolution. Peristiwa ini tidak saja sebagai suatu kemenangan parlemen atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat dalam pergolakan yang menyertai pergolakan Bill of rights yang berlangsung selama 60 tahun

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 10

(Asshiddiqie, 2006:86). Perkembangan selanjutnya perjuangan hak asasi manusia dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Inggris John Locke yang berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan hak-hak individualnya kepada penguasa. Hak-hak yang diserahkan kepada penguasa adalah hak-hak yang berkaitan dengan perjanjian tentang negara, adapun hak-hak lainnya tetap berada pada masing-masing individu. Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika Human Righs itu untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam Declaration Of Independent Amerika serikat pada tahun 1776. Dalam deklarasi Amerika serikat tertanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi kemudian menjadi dasar pokok konstitusi negara Amerika Serikat tahun 1787, yang mulai berlaku 4 Maret 1789 (Harjo Wirogo, 1977:43). Perjuangan hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah diawali di Prancis sejak Rousseau, dan perjuangan itu memuncak dalam revolusi Prancis, yang berhasil menetapkan hak-hak asasi manusia dalam Declaration des Droits LHomme et du Citoyen yaang ditetapkan oleh Assemblee Nationale, pada 26 gustus 1789 (Asshiddiqie, 2006:90). Semboyan revolusi Prancis yang terkenal yuaitu : 1. Liberte (kemerdekaan), 2. Egalite (kesamarataan), 3. Fratenite (kerukunan dan persaudaraan). Maka menurut konstitusi Prancis yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia adalah : Hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipasahkan dengan hakikatnya. Dalam rangka konseptualisasi dan reinterpretasi terhadap hak-hak asasi yang mencakup bidang-bidang yang lebih luas itu, Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika pada permulaan abad ke-20 memformulasikan empat macam hak-hak asasi yang kemudian dikenal dengan The Four Freedom itu adalah: 1. Freedom of speech, yaitu kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, 2. Freedom of religion, yaitu kebebasan beragama, 3. Freedom from Fear, yaitu
Pendidikan Kewarganegaran | 2011 11

dari rasa ketakutan, dan 4. Freedom from Want, yaitu kebebasan dari kemelaratan (Budiardjo, 1981: 121). Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari Declaration of Human Right 1948 Perserikatan Bangsa bangsa. Dokrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah di terima secara universal sebagai a moral, political, legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil. Terhadap deklareasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia PBB tersebut, bangsa-bangsa pengakuan realisasinya dan juga sedunia melalui wakil-wakilnya yuridis kondisi memberikan walaupun peraturan perlindungan disesuaikan secara dengan formal serta

perundangan yang berlaku dalam setiap negara di dunia. Namun demikian dikukuhkannya naskah Universal Declaration of Human Right ini, ternyata tidak cukup mampu untuk mencabut akarakar penindasan di berbagai negara. Oleh karena itu PBB secara terus menerus berupaya untuk memperjuangkannya. Akhirnya setelah kurang lebih 18 tahun kemudian, PBB berhasil juga melahirkan Convenant on Economic, Social and Cultural (perjanjian tentang Rights (perjanjian tentang ekonomi, sosila dan budaya) dan Convenant on Civil and Political Rights (Perjanjian tentang hak-hak sipil dan politik) (Asshiddiqie, 2006;92).

BAB III PENUTUP A Kesimpulan Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu orang-orang yang jujur tidak memihak dan
Pendidikan Kewarganegaran | 2011 12

hanya

memikirkan

keadilan

tidak

terkotori

hal

yang

buruk.

Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh kenyataan, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun pemerintah. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasr HAM teretuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika serikat (Declaration of independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada Pasal 27 ayat 1, Pasal 28, Pasal 29 ayat 2, Pasal 30 ayat 1 dan Pasal 31 ayat 1. B. Saran Sebagai warga negara kita haruslah menjunjung tinggi hukum dan kaidah-kaidahnya agar terselenggara keamanan, ketentraman, dan kenyamanan. Pelajari Undang-Undang 1945 beserta nilai-nilainya dan jalankan apa yang jadi tuntutanya agar tercipta kehidupan yang stabil. Dalam suatu penegakan hukum disuatu Negara maka seluruh asprk kehidupan harus dapat merasakannya dan diharapkan semua aspek tersebut mentaati hokum, maka akan terjadilah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras dengan keadaan dan sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu kemakmuran Bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Kewarganegaran | 2011 13

You might also like