You are on page 1of 11

PELINGKUPAN (SCOPING) DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN (Studi Kasus : Pertambangan Kapur dan Tanah Liat PT.

Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah) Oleh :
1

Ajeng Swariyanatar Putri_19310853


2

Diah Tri Budi Lestari_19310869

Ginas Septian Nurfakhri_19310883

Sarmag Teknik Sipil Universitas Gunadarma

1. PERTAMBANGAN BATU KAPUR PEGUNUNGAN KENDENG UTARA Salah satu kabupaten yang memiliki potensi sumberdaya pertambangan di Jawa Tengah adalah Kabupaten Pati. Beberapa potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Pati antara lain adalah bahan galian atau tambang Trass, Phospat, Batugamping, Lempung, Kalsit, Sirtu Batugamping, Batugamping pasiran, Andesit, Sirtu Andesit, Andesit pasir dan Pasir Besi. Besarnya perkiraan cadangan masing-masing potensi tambang tersebut adalah tambang Trass 12.117.600 ton, Phospat 1.878.310 ton, Batukapur 3.975.570.000 ton, Tanah Liat atau Lempung 1.790.768.000 ton, Kalsit 1.620 ton, Sirtu Batugamping 907.000 ton, Batugamping Pasiran 655.820.000 ton, Andesit 10.923.000.000 ton, Sirtu Batuan Beku 4.899.840 ton, Andesit pasir 227.470.000 ton dan Pasir Besi 54.250 ton. Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyimpan dua jenis barang tambang yang didayagunakan oleh PT. Semen Gresik yaitu tanah liat dan batu kapur. Lokasi Kuasa Pertambangan (KP) itu sendiri terletak di daerah kawasan Pegunungan Kendeng Utara.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pad atanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal 9 Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dalam rangka memenuhi kebutuhan semen yang semakin meningkat, berdasarkan persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76 dan No. 2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September 1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II. Pabrik yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan kapasitas 510.000 ton semen/tahun dan dioptimalisasi menjadi 590.000 ton semen/tahun pada 1991.

2. DAMPAK YANG DITIMBULKAN 2.1. Dampak Lingkungan Perusakan yang terjadi adalah berubahnya fungsi lahan yang semula masih terdapat variasi tanaman menjadi lahan yang tidak beraturan akibat bekas penambangan yang tidak dikembalikan pada posisi sebenarnya dalam arti menjadi lahan yang produktif. Gangguan pada masyarakat hanya terjadi pada saat pengangkutan bahan galian kapur tersebut untuk di bawa ke pengumpul yaitu timbulnya kebisingan dan pencemaran udara yang diakibatkan oleh lalu lalangnya kendaraan/armada pengangkut kapur tersebut.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan bahan tambang kapur antara lain gangguan pernapasan saluran atas yang ditimbulkan dari debu atau asap serta gangguan pendengaran yang ditimbulkan dari knalpot kendaraan pengangkut.

Mereka kembali mengkhawatirkan rusaknya lingkungan akibat pendirian pabrik semen yang mengandalkan bahan baku dari penambangan batu kapur. Mereka juga mengkhawatirkan hilangnya sumber air yang sangat diperlukan untuk lahan pertanian.

Rusaknya jalan penghubung antar dusun sepanjang 5 km untuk kepentingan pertambangan dan memaksa warga memutar melalui jalan alternatif yang panjangnya 3 kali lipat dari jalan sebelumnya.

2.2.

Masyarakat sekitar menilai, eksploitasi akan menjadi awal rusaknya lahan. Dampak Sosial Perpindahan tempat tinggal yang berarti tergusurnya masyarakat lokal dan digantikan oleh masyarakat pendatang yang memiliki modal lebih besar. Hilangnya mata pencaharian sebagian besar masyarakat wilayah Pati Selatan yang menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan pertanian. Hilangnya semangat kebersamaan dikarenakan tenaga kerja yang diserap oleh industri semen jelas tidak akan menampung seluruh tenaga kerja yang telah kehilangan lahan pertanian. Kondisi ini jelas akan memicu persaingan yang menjurus pada konflik pada masyarakat sekitar lokasi pabrik semen.

Rusaknya tatanan sosial dan budaya karena proses industrialisasi jelas akan memunculkan banyaknya tempat-tempat hiburan yang cenderung menuju ke arah kemaksiatan.

3. PELINGKUPAN (SCOPING) Pelingkupan (scoping) diartikan sebagai pemusatan pembahasan. Dalam AMDAL pelingkupan dapat diartikan sebagai proses untuk menemukan atau menetapkan dampak penting atau sering disebut pula sebagai masalah utama (main issue) dari suatu proyek terhadap lingkungan. Pelingkupan bertujuan untuk membatasi penelitian AMDAL pada hal yang penting

untuk pengambilan keputusan. Karena itu sangatlah penting untuk mengidentifikasi hal yang penting tersebut dan selanjutnya menggunakan hal penting itu untuk menentukan diantara dampak yang telah diidentifikasi sebagai dampak penting. Hanya dampak penting ini saja yang dimasukkan ke dalam ruang lingkup penelitian AMDAL. Pelingkupan (scoping) telah digunakan sejak awal dalam menyusun kerangka acuan, kemudian dalam penyusunan rencana penelitian lapangan yang lebih rinci. Pelingkupan meliputi bidang, ruang, dan waktu. Pelingkupan juga dipandang sangat penting dihubungkan dengan masalah pendanaan. Perlu diketahui bahwa penyusunan AMDAL sering kali dibatasi waktu pelaksanaannya. Disamping itu, dana penelitian juga sering menjadi kendala. Dengan demikian adanya pembatas waktu dan biaya, tim AMDAL harus mengadakan seleksi atas komponen lingkungan yang akan diteliti, yaitu hanya komponen-komponen lingkungan yang akan mendapat dampak yang nayat atau penting. Dalam melakukan pelingkupan terutama penyusunan kerangka acuan sangatlah diperlukan keahlian dan pengalaman dari tim penyusun AMDAL. 3.1. Tujuan Pelingkupan

a. Menetapkan wilayah studi dan batas waktu prakiraan dampak. b. Mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan. c. Menetapkan tingkat kedalaman studi sesuai dengan sumberdaya tersedia, waktu, dana, dan tenaga. d. Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi secara sistematik. e. Menelaah kegiatan/proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi.

3.2.

Metode Pelingkupan

Dalam proses pelingkupan digunakan metode-metode untuk mengidentifikasi, evaluasi dan pemusatan dampak penting hipotetik. Secara garis besar dapat digunakan, yaitu: a. Metode identifikasi dampak b. Pengamatan lapangan c. Penelaahan pustaka d. Analisis isi 3.3. Proses Pelingkupan

1) Identifikasi dampak potensial Identifikasi dampak potensial bertujuan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan (primer maupun sekunder) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan proyek. Pada kegiatan pertambangan kapur di pegunungan Kendeng Utara telah diidentifikasi beberapa dampak potensial yang kemungkinan akan timbul, yaitu akan berdampak pada : Mata pencaharian masyarakat sekitar pertambangan kapur pegunungan Kendeng Utara. Kualitas udara Kebisingan Kesehatan masyarakat

Kesehatan lingkungan Kerusakan bentang alam Peluang usaha masyarakat Perekonomian local Flora dan fauna yang dilindungi Interaksi sosial Kualitas air Kekeringan Irigasi persawahan

2) Evaluasi segenap dampak potensial Evaluasi dampak potensial bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak potensial yang dipandang tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh seperangkat dampak penting berupa hipotetik yang dipandang perlu dan patut untuk ditelaah dalam penyusunan ANDAL. Pada tahap ini akan dihasilkan daftar dampak penting hipotetik yang belum berurutan dan terorganisie secara sistematis. Berikut ini adalah hasil dari evaluasi dampak potensial pada pertambangan kapur di pegunungan Kendeng Utara : Kualitas udara & kebisingan Perekonomian local

Kesempatan kerja & usaha Interaksi sosial Vegetasi flora dan fauna Kerusakan bentang alam

3) Pemusatan (focussing) Setelah dilakukan evaluasi terhadap dampak potensial dan menghasilkan dampak penting berupa hipotetik dilanjutkan dengan proses pemusatan atau focussing. Pemusatan atau focusing bertujuan untuk mengelompokkan atau mengorganisir dampak-dampak penting yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya, dengan maksud agar diperoleh gambaran yang utuh, dan lengkap. Berikut ini adalah hasil pemusatan atau focusing dampak penting pada pertambangan kapur pegunungan Kendeng Utara: 1) Produktivitas masyarakat 2) Keanekaragaman hayati 3) Perubahan fungsi lahan 4) Kerusakan bentang alam 5) Perekonomian daerah

3.4.

Bagan pelingkupan (scoping) dampak pada pertambangan kapur pegunungan Kendeng Utara

Sumber: pengolahan kelompok 9, 2013 4. ISU POKOK Kawasan pegunungan Kendeng Utara, potensi yang sangat beragam ini tentunya akan mengalami kerusakan apa bila tidak ada pemahaman dan kesadaran tentang pelestarian lingkungan dari kita bersama. Kekurang perhatian dari pemerintah daerah terkait pengelolaan kawasan karst yang berada di daerahnya dan pola pikir investor yang mengedepankan manfaat langsung tanpa mengindahkan aspek kelestarian lingkungan jangka panjang akan sangat mempercepat kehancurannya. Sekarang telah di sadari bersama bahwa penambangan secara liar maupun legal sudah terbukti berdampak buruk pada sosial dan lingkungan. Ini menjadikan pegunungan Kendeng Utara yang dulu pontensial menjadi kawasan lindung, maka saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Dari apa yang dilakukan saat ini tentunya sudah bisa kita rasakan bersama sekarag pembabatan vegetasi karst mengakibatkan erosi, berkurangnya kesuburan tanah dan debit sumber air karst. Penggalian batu gamping untuk di bakar menjadi kapur, dan saat ini pegunungan yang ada terus-menerus di ekpsloitasi untuk keperluan perusahaan-perusahaan.

Di tambah dengan perusahaan semen yang akan menggerus sisi sisinya di 4 (empat) kabupaten yang ada, jelas akan membawa akibat akan menyusutnya debit sumber air karst. Hilangnya keindahan dan keunikan lansekap karst hasil bentukan alam selama jutaan tahun, perubahan iklim setempat, hilangnya beragam spesies satwa liar, berkurangya lahan pertanian, pengotoran lingkungan oleh debu dan polusi asap yang meningkatkan penyakit saluran nafas. Dan jika dibiarkan dalam waktu dekat sumberdaya batu kapur akan hancur total atau habis, menyisakan lahan rusak, gersang, tidak dapat ditanami, masyarakat kehilangan mata pencaharihan, menyebabkan kemiskinan total warga setempat, dan akhirnya masyarakat kawasan Kendeng Utara diangkut ke luar Jawa untuk di transmigrasikan. Peraturan pemerintah No 26 TAHUN 2008 tentang RTRW ( rencana tata ruang wilayah) nasional menyatakan bahwa kawasan karst masuk dalam areal kawasan lindung nasional. Padahal kita semua tahu bahwa kawasan lindung mestinya harus lindungi dan dilestarikan dan tidak boleh ditambang. Ini adalah regulasi yang mengatur dan melarang penambangan di kawasan karst pegunungan Kendeng. Namun Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Recana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2029 mengatakan hal yang berbeda, di mana pada Pasal 80 tertulis bahwa Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara terletak di kawasan pegunungan kendeng utara di Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang,Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus Jawa Tengah. 1) Produktivitas masyarakat Hilangnya sumber irigasi/pengaliran yang dimanfaatkan oleh warga Sukolilo dan kecamatan lain baik untuk kegiatan produktif maupun konsumsi. Bahkan kerusakan lingkungan akibat semen akan merubah aktivitas produksi masyarakat setempat.

2) Keanekaragaman hayati

perubahan lingkungan yang menyebabkan kepunahan. Contohnya kerusakan pada kekayaan alam yang selama ini tersimpan lestari di pegunungan Kendeng menjadi daerah yang penuh polusi udara, polusi suara, zat-zat beracun dalam limbah pabrik, dan perubahan suhu udara. 3) Perubahan fungsi lahan Pada awal kegiatan penambangan kapur dilaksanakan, akan terjadi perusakan lahan yang diakibatkan oleh penggalian bahan tambang tersebut. Perusakan yang terjadi adalah berubahnya fungsi lahan yang semula masih terdapat variasi tanaman menjadi lahan yang tidak beraturan 4) Kerusakan bentang alam Proses pertambangan dilakukan dengan mengeruk di pegunungan yang mengandung nikel, namun wilayah pengambilan tanah itu melalui proses penebangan pohon untuk mendukung aktivitas penambangan batu kapur. Akibatnya pegunungan menjadi gundul, sehingga pegunungan tidak mampu untuk menamoung air hujan. 5) Perekonomian daerah Pembangunan tambang batu kapur sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat gunung Kendeng utara, karena hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencarian. Walaupun PT Semen Gresik membuka lahan pekerjaan, namun lahan tersebut tidak dapat menampung semua masyarakat yang berada di Gunung Kendeng.

5. REFERENSI Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Usaha Pertambangan Daerah Bahan Galian C. Subagyo, P. Joko. 2002. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta. Undang-Undang No.11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan http://geoarkeologi.blog.ugm.ac.id, 2008 http://directory.umm.ac.id, 2011

You might also like