You are on page 1of 29

Skenario C Blok XV

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Blok Sistem sensorium adalah blok lima belas pada semester V dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus Oitis Media Akut Dextra

1.2

Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Skenario C Blok XV
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Data Tutorial Tutor


Moderator Sekretaris meja

: dr. Mitayani
: :

Lupita Putri Jelly Hariyati

Sekretaris papan Waktu

: Mayasari Rizki Utami : 1. Selasa, 13 Desember 2011 2. Kamis, 15 Deseember 2011 Pukul. 13.00 15.30 wib.

Rule : 1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam. 2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen 3. Izin saat akan keluar ruangan

1.2 Skenario Kasus Bella, seorang anak perempuan berusia 6 tahun diantar oleh ibunya ke poli umum Rumah Sakit Muhammadiyah palembang. Dia merasakan sakit di telinga kana dan pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu. Sejak 1 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek dan selama ini diberi oleh ibunya obat yang dibeli di warung. Penyakit ini baru pertama kali dialami.

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : sadar dan kooperatif Vital sign : Nadi: 85x/menit, RR: 24/menit, Suhu: 380C, TD: 90/70 mmHg Telinga : Dextra : nyeri tekan tragus (+), dengan otoskopi tampak membrana timpani suram, hiperemis, bulging (+) Sinistra : tidak ditemukan kelainaan

Skenario C Blok XV
Tenggorokan : pharinx Tonsil: T2/T2 Hidung : Cavum nasi lapang Mukosa normal Sekret (+/+) hiperemis (+) detritus (+/+)

1.3 Seven Jump Steps Klarifikasi Istilah 1. Sakit di telinga kanan (Otalgia) : Sensasi nyeri yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf khusus yang ada di telinga kanan. 2. Pendengaran berkurang : Penurunan fungsi pendengaran. 3. Demam : Suhu tubuh diatas normal (36,8-37,20C). 4. Batuk : Pengeluaran udara dengan cepat dari paru-paru biasana untuk membersihkan jalan udra paru-paru dari cairan, mukus, atau material lain. 5. Pilek : Gangguan berlendir pada saluran nafas bagian atas dapat disebabkan oleh virus,alergi, infeksi campuran. 6. Tragus : Tonjolan kartilago disebelah anterior lubang telinga luar. 7. Otoskopi : pemeriksaan telingan yang digunakan untuk melihat liang telinga dan membrana tympani. 8. Membran tympani : Partisitipis antara Meatus Acusticus Externa dan telinga bagian dalam. 9. Hiperemis : kelebihan darah pada suatu bagian yang ditandai dengan tampak kemerahan. 10. Bulging : Membrana tympani yang membengkak dan sedikit menonjol. 11. Detritus : Bahan partikular yang dihasilkan dengan atau sisa pengausan atau disintegrasi substansi/jaringan. 12. Sekret : Produk dari sekresi.

1.3.1

Identifikasi Masalah

1. Bella, seorang anak perempuan berusia 6 tahun diantar ibunya ke poli umum Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keluhan sakit di telinga kanan dan pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu.
3

Skenario C Blok XV
2. Sejak 2 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek dan selama ini diberi oleh ibunya obat yang dibeli diwarung. 3. Pemeriksaan Fisik : Vital Sign : Suhu : 380C Telinga : Dextra : Nyeri tekan tragus (+), otoskopi : membrana tympani suram, hiperemis, bulging (+) Tenggorokan : Pharinx : Tonsil : T2/T2 Sekret : (+/+) - hiperemis (+) - detritus (+/+)

Analisis Masalah 1. a. bagaimana anatomi dan fisiologi telinga ? b. apa penyebab dan patofisiologi sakit telinga ? c. apa penyebab dan patofisiologi pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu ? d. apa dampak dari keluhan utama ? e. bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan utama ? f. apa saja kemungkinan penyakit yang diderita oleh bella ? g. apa makna keluhan utama bella sejak 2 hari yang lalu ? 2. a. apa penyebab dan patofisiologi demam tinggi pada kasus ? b. apa penyebab dan patofisiologi batuk pilek ? c. mengapa setelah bella mengalami demam tinggi, batuk pilek kemudian ia merasakan sakit di telinga kanan dan pendengaran berkurang ? d. mengapa setelah diberi obat oleh ibunya keadaan bella tidak membaik ? 3. a. bagaimana interpretasi pemeriksaan vital sign ? b. bagaimana interpretasi pemeriksaan telinga ? c. apa penyebab dan mekanisme hiperemis (+) pada pharinx ? d. apa penyebab dan mekanisme detritus pada tonsil ?
4

Skenario C Blok XV
e. bagaimana interpretasi pemeriksaan tenggorokan ? f. bagaimana interpretasi sekret (+/+) ? g. bagaimana cara pemeriksaan otoskopi ? h. bagaimana cara pemeriksaan tenggorokan ? 4. bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ? 5.bagaimana diagnosis banding pada kasus ini ? 6. bagaimana diagnosis kerja pada kasus ini ? 7. bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ini ? 8. bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ? 9. bagaimana klasifikasi penyakit pada kasus ini ? 10. bagaimana etiologi dan epidemiologi pada kasus ini ? 11. bagaimana komplikasi pada kasus ini ? 12. bagaimana prognosis pada kasus ini ? 13. bagaimana KDU pada kasus ini ? 14. bagaimana pandangan islam pada kasus ini ?

2.3.4

Hipotesis

Bella, 6 thn mengalami sakit telinga kanan dan penurunan pendengarann kerena menderita otitis media akut dextra yang disebabkan oleh tonsilofaringitis.

Skenario C Blok XV
2.3.5 Kerangka Konsep

Bella, 6 thn mengalami demam tinggi, batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu Telah diobati pakai obat warung

Tonsil : T2/T2 detritus (+/+) Pharinx : hiperemis (+)

terinfek si M.O

Penumpukan sekret pada tuba eustachius

Gangguan pada tuba

Tekanan negatif telinga tengah

Efusi

Vasodilatasi

Membran tympani hiperemis

Membran tympani edema

Gangguan konduksi

Iskemia

Kompresi saraf-saraf disekitarnya

Pendengaran berkurang

Membran tympani suram

Nyeri pada telinga kanan

Otitis Media akut Dextra

Skenario C Blok XV
2.3.6 Learning Issue

No

Pokok Bahasan

What know

I What I dont know

have

to How will I learn - Text book - Internet

prove Fisiologi

1.

Telinga, Tonsil

Pharinx, Anatomi, Fisiologi,

2.

Otitis Media Akut

Definisi, Epidemiologi, Patofisiologi Etiologi, Faktor Resiko, Patofisiologi, Manifestasi Diagnosis, Banding, Penatalaksanaan, Komplikasi, Prognosis Klinik, Diagnosis

- Text book - Internet

3.

Tonsilofaringitis

Definisi, Epidemiologi, Patofisiologi Etiologi, Faktor Resiko, Patofisiologi, Manifestasi Diagnosis, Banding, Penatalaksanaan, Komplikasi, Prognosis Klinik, Diagnosis

- Text book - Internet

4.

Otoskop

Cara Pemeriksaan

Cara Pemeriksaan

- Text book - Internet

Skenario C Blok XV
2.3.7 Sintesis

1. Bella, seorang anak perempuan berusia 6 tahun diantar ibunya ke poli umum Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan keluhan sakit di telinga kanan dan pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu. a. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga ? Jawaban : Anatomi Telinga

Anatomi Telinga Luar

Skenario C Blok XV

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian

Skenario C Blok XV
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Anatomi Telinga Dalam

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
10

Skenario C Blok XV
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan

endolimfe.Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
11

Skenario C Blok XV
membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak. Fisiologi Telinga

Energi bunyi ditangkap oleh daun telinga dalam bentuk gelombang.Gelombang tersebut menggetarkan membrane timpani. Kemudian diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
12

Skenario C Blok XV
perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getaran yang diamplifikasiini diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap

lonjongsehingga perilimf pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui memberan reissner yang mendorong endolimfa, Sehingga akan menimbulkan gerak relative pada membrane tectoria dan membrane bassilaris. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang mendorong terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel . Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. b. Apa penyebab dan patofisiologi sakit telinga ? Jawaban : Penyebab dan Mekanisme : Infeksi mikro organisme tonsilofaringitis invasi ke telinga tengah peradangan tuba eustachii tuba eustachii edema terjadi penyempitan aliran udara timbul tekanan negatif pada telinga tengah efusi kompresi syaraf di sekitar cavum timpani sakit telinga c. Apa penyebab dan patofisiologi pendengaran berkurang pada telinga kanan sejak 2 hariyang lalu ? Jawaban : Penyebab : 1. Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh: Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)
13

Skenario C Blok XV
Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural). 2. Penurunan fungsi pendengaran sensorineural

dikelompokkan lagi menjadi: Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika

kelainannya terletak pada telinga dalam) Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak). 3. Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh: Trauma akustik (suara yang sangat keras) Infeksi virus pada telinga dalam Obat-obatan tertentu Penyakit Meniere 4. Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh: Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di sekitarnya dan batang otak Infeksi Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke) Beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).

5. Pada anak-anak, kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat:


14

Skenario C Blok XV
Gondongan Campak Jerman (rubella) Meningitis Infeksi telinga dalam.

Mekanisme :

Infeksi mikro organisme tonsilofaringitis invasi ke telinga tengah peradangan tuba eustachii tuba eustachii edema terjadi penyempitan aliran udara timbul tekanan negatif pada telinga tengah efusi gangguan konduksi pendengaran berkurang pada telinga kanan d. Apa dampak dari keluhan utama ? Jawaban : Menganggu aktivitas Ketidaknyaman dalam berkomunikasi terhadap orang lain Bisa menyebabkan tuli

e. Bagaimana hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan utama ? Jawaban : Umur paling banyak terjadi pada umur 6-36 bulan dan 4-6 tahun Jenis kelamin tidak ad referensi yang menyatakan bahwa ini merupakan faktor resiko timbulnya keluhan ini. f. Apa saja kemungkinan penyakit yang diderita oleh bella ? Jawaban :
15

Skenario C Blok XV
Aerotis Otitis media g. Apa makna keluhan utama bella sejak 2 hari yang lalu ? Jawaban : Sejak 2 hari lalu menandakan bahwa keluhan tersebut akut Akut : 0-2 minggu Sub Akut : 2-4 minggu Kronik : > 6 minggu 2. Sejak 2 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batuk pilek dan selama ini diberi oleh ibunya obat yang dibeli diwarung. a. Apa penyebab dan patofisiologi demam tinggi pada kasus ? Jawaban : Penyebab :

1) Infeksi, suhu mencapai 38C, penyebab: virus, bakteri, parasit. 2) Non infeksi, seperti kanker, tumor. 3) Demam fisiologis, penyebab: dehidrasi, suhu udara yang terlalu panas. 4) Demam tanpa penyebab yang jelas ( Fever of Unknown Origin / FUO ) 5) Imunisasi. 6) Faktor lingkungan. 7) Pembentukan panas berlebih, keadaan hipermetabolik (suhu sekitar tinggi, latihan berat, hipertiroid). 8) Berkurangnya pengeluaran panas : obat (atropine), kelainan neurologist, dehidrasi. 9) Perubahan thermostat sentral : infeksi dan penyakit yang menyebabkan inflamasi.
16

Skenario C Blok XV
Mekanisme : Pirogen masuk ke tubuh melalui udara masuk ke saluran pernafasan menginfeksi tonsil dan naso faring pengeluaran mediator radang interleukin 1 pembentukan PGE2 merangangsang hipotalamus meningkatkan set poin demam b. Apa penyebab dan patofisiologi batuk pilek ? Jawaban : Penyebab batuk: 1. infeksi(virus, tifus, radang paru, cacing, TBC) 2.Mekanis (asaprokok, debu, tumor) 3.Perubahan suhu udara 4.Rangsang kimia(bau, gas) 5.Penyakit jantung 6.Inflamasi pada saluran napas dan pada alveolus ( obstruksi dan restriksi ) 1. Mekanisme batuk :

Tahap pertama (tahap inspirasi) Terjadi inspirasi dalam dan cepat, sehingga sebagian besar udara akan masuk ke dalam paru-paru. Akibat poses inspirasi terjadi perubahan volume udara paru dan melebarnya ukuran diameter bronkus.

2.

Tahap kedua ( tahap kompresi) Tahap kompresi dimulai dengan menutupnya glotis, tekanan intra toraks akan meningat, dibantu oleh otot-otot ekspirasi.
17

Skenario C Blok XV

3.

Tahap ketiga ( tahap ekspirasi) Tahapan ini akan menyebabkan terjadinya batuk, dimulai dengan pembukaan glotis yang tiba-tiba diikuti oleh pengeluaran udara yang terperangkap tadi dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi. Bunyi batuk yang timbul akibat dari getaran pita suara.

Penyebab dan Mekanisme Pilek Infeksi mikroorganisme ISPA sekresi mukus mukus dikeluarkan melalui hidung Rhinorrhea

c. Mengapa setelah bella mengalami demam tinggi, batuk pilek kemudian ia merasakan sakit di telinga kanan dan pendengaran berkurang ? Jawaban : Karena pada anak-anak dilihat dari segi anatomis tuba eustachius horizontal menghubungkan antara telinga dengan pharynx sehingga dengan mudah invasi mikroorganisme dari saluran pernafasan masuk ke dalam telinga. d. Mengapa setelah diberi obat oleh ibunya keadaan bella tidak membaik ? Jawaban : Karena obat yang diminum kemungkinan hanya megobati gejala nya saja, tetapi tidak mengobati penyebabnya dan dosis yang tidak sesuai. 3. Pemeriksaan Fisik : Vital Sign : Suhu : 380C Telinga : Dextra : Nyeri tekan tragus (+), otoskopi : membrana tympani suram, hiperemis, bulging (+)
18

Skenario C Blok XV
Tenggorokan : Pharinx : - hiperemis (+) Tonsil : T2/T2 detritus (+/+) Sekret : (+/+) a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan vital sign ? Jawaban : Suhu 38oC : abnormal (normal 36,5 37,2 oC) b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan telinga dextra ? Jawaban : Membran timpani suram : abnormal, seharusnya jernih Membran timpani hiperemis : abnormal, seharusnya abu abu mengkilap seperti mutiara Bulging (+) : abnormal, terjadi penonjolan membran timpani ke arah meatus austicus eksternus c. Apa penyebab dan mekanisme hiperemis pada pharinx ? Jawaban : Penyebab dan mekanisme :

Infeksi mikroorganisme menyerang pharinx tampak kemerahan. d. Apa penyebab dan mekanisme detritus pada tonsil ? Jawaban : Penyebab : Adanya radang pada tonsil yang dapat disebabkan kuman grup A streptokokus beta hemolitikus.
19

Skenario C Blok XV

Mekanisme : Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil menyebabkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit PMN detritus.

e. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tenggorokan ? Jawaban : Pharinx hiperemis (+) : abnormal, Menandakan adanya inflamasi. Tonsil : T2/T2 detritus (+/+) : abnormal, menandakan ada peradangan. T0 : bila sudah dioperasi T1 : ukuran yang normal ada T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah T3 : pembesaran mencapai garis tengah T4 : pembesaran melewati garis tengah

f. Bagaimana interpretasi sekret (+/+) ? Jawaban : sekret +/+ : abnormal, menandakan adanya sekret pada hidung g. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi ? Jawaban :

20

Skenario C Blok XV

1. Persiapan pasien a. Meminta pasien untuk duduk tegak lurus dengan kepala condong ke depan b. Untuk melihat telinga kiri, kepala pasien harus diputar ke kanan dan sebaliknya 2. Teknik pemeriksaa telinga dengan menggunakan Otoskopi a. Jari I dan II tangan kiri memegang daun telinga yang akan diperiksa b. Pemeriksa memegang otoskop dengan tangan kanan c. Melakukan pemeriksaan telinga kanan dan kiri secra bergantian melihat membrana tympani d. Melakukan penilaian terhadap membran tympani: Warna : pink pucat (normal), merah (radang), putih (sklerosis) Refleks cahaya : (+) atau (-) Kontur : bulging, perforasi,retraksi h. Bagaimana cara pemeriksaan tenggorokan ? Jawaban :
21

Skenario C Blok XV
Pemeriksaan Tenggorokan

1. Pemeriksa memakai lampu kepala yang cahayanya diarahkan ke mulut pasien 2. Pasien diminta membuka mulut 3. Lidah ditekan kebawah dengan tongue spatel yang dipegang dengan tangan kiri 4. Diperhatikan Tonsila palatina: membesar atau tidak hiperemis atau tidak detritus ada atau tidak crypta melebar atau tidak Pharynx: hiperemis atau tidak granula ada atau tidak lateral band melebar atau tidak secret ada atau tidak 4. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ? Jawaban : Anamnesis : 1. Sakit di telinga kanan dan pendengaran berkurang sejak 2 hari yang lalu 2. Sejak 1 minggu yang lalu ia menderita demam tinggi, batu pilek

Pemeriksaan fisik: 1. 2. Suhu : 38 C demam Telinga :

22

Skenario C Blok XV
Dextra : nyeri tekan tragus (+), dengan otoskopi tampak membrana thympani suram, hiperemis, bulging (+) 3. Tenggorokan : pharynx dan Tonsil : T3/T3 = Hiperemis (+) , Detritus (+/+) 4. Hidung : Cavum nasi lapang, mukosa normal, sekret (+/+) 5. Bagaimana diagnosis banding pada kasus ini ? Jawaban : Gejala dan tanda Nyeri telinga Demam Efusi telinga tengah Membran tympani Bulging Pendengaran berkurang Edema Hiperemis Nyeri tekan tragus Riwayat ISPA Otitis Media Akut Otitis Media Serosa + + + Suram +/+ + + + + + +/+/Retraksi + + + Tinitus vertigo +/Otitis Eksterna + + + + + + Kasus + + + Suram + + + + + +

23

Skenario C Blok XV
6. Bagaimana diagnosis kerja pada kasus ini ? Jawaban : Otitis Media Akut Dextra 7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ini ? Jawaban : a. Tes garputala Test Rinne Positif Test Weber Lateralisai ada Negatif Lateralisasi Test Schwabach tidak Sama pemeriksa ke Memanjang Tuli Konduktif Penilaian

dengan Normal

telinga yang sakit Positif Lateralisasi ke Memendek Tuli saraf

telinga yang sehat Rinne Test : Negatif (-) Tes ini membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang Weber Test : Lateralisasi ke telinga yg sakit Test ini membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan Schwabach Test : Memanjang Test ini membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. b. Bakteriologi : kultur dan uji resistensi c. Radiologi : untuk mengetahui apakah terjadi peradangan pada tulang mastoid atau tidak. d. Tes timpanometri : menilai kondisi telinga tengah
24

Skenario C Blok XV
Tipe A = normal Tipe AD = diskontinuitas tulang-tulang pendengaran Tipe AS = kekakuan rangkaian tulang pendengaran Tipe B = cairan di dalam telinga tengah Tipe C = gangguan fungsi tuba eustachius

Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometri) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri murni. 8. bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ? Jawaban : Penatalaksanaan Tergantung dari stadium. Pada kausu ini pada staduim Supuratif : Antibiotik (Ampisilin : 50-100mg/KgBB) Analgesik (Paracetamol, Ibuprofen), Miringotomi Batuk dan pilek : Obat batuk golongan Ekspektoran Pencegahan : 1. pencegahan ispa pada bayi dan anak anak 2. pemberian asi minimal selama 6 bulan 3. penghindaraan pemberian susu di botol saat anak berbaring 4. dan penghindaran paparan terhadap asap rokok 5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan resiko OMA.

25

Skenario C Blok XV
9. Bagaimana skema pada kasus ini ? Jawaban :
Otitis media

Otitis media akut

Otitis media sub akut

Otitis media kronik

Resiko rendah, resiko tinggi

Tipe aman, tpie bahaya

10. Bagaimana etiologi dan epidemiologi pada kasus ini ? Jawaban : Bakteri Etiologi : piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu

Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris,

Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur dibawah 5 tahun. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal. Epidemiologi Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernafasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia
26

Skenario C Blok XV
terjadinya otitis media berusaha 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Banyak terjadi pada anak umur 6-36 bulan dan 4-6 tahun dan antara laki-laki dan perempuan sama.

11. Bagaimana komplikasi pada kasus ini ? Jawaban : Otitis media supurativa kronik Perforasi membrane timpani Hearing loss sampai tuli Abses sub periosteal Meningitis Abses otak

12. Bagaimana prognosis pada kasus ini ? Jawaban : Ad Vitam : dubia at bonam Ad fungsionam : dubia at bonam

13. Bagaimana KDU pada kasus ini ? Jawaban :

27

Skenario C Blok XV
3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya pemeriksaan lab atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus bukab gawat darurat). 14. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ? Jawaban : Didalam Al-Quran kata As. Sum ( pendengaran ) disebut sebanyak 185 x. ternyata sistem pendengaran manusia terbentuk lebih dahulu dibandingkan sistem penglihatan. Q.S. Al- Mulk (67) : 23 Katakanlah Dialah yang menciptakan kamu dan

menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati, sedikitlah kamu yang bersyukur . Q.S. Al- Muminuun (23): 78 Dan Dialah yang menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati untuk kamu ( tetapi ) sedikit sekali kamu bersyukur .

28

Skenario C Blok XV
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC Guyton, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi Enam. Jakarta : FK UI Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robins. Jakarta : EGC McGlynn, dkk. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC Ganiswarna, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FK UI www.fkui.ac.id www.google.co.id/images www.who.int www.wikipedia.co.id

29

You might also like