You are on page 1of 19

STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RS MATA dr. YAP YOGYAKARTA A.

. Identitas pasien Nama Umur Agama Alamat B. Anamnesis Autoanamnesis Keluhan utama : 16 April 2012 : Bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar (juling) dan penglihatan menjadi kabur dan tidak fokus sejak 1 tahun terakhir. Keluhan tambahan : Sering pusing bila lama membaca dan menonton televisi, melihat benda seperti double. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar sejak kurang lebih 10 tahun (usia 20 tahun). Pasien mulai menyadari kedua matanya tidak simetris dari pengakuan teman-temannya. Keluhan ini tidak dialami pasien sejak ia kecil, pasien mengatakan kedua bola matanya masih simetris saat ia kecil dan menjelang remaja, menjelang dewasa ia baru menyadari bahwa kedua matanya tidak simetris. Karena merasa tidak ada keluhan pada mata kirinya pasien membiarkannya saja dan tidak pernah mencoba berobat dan mengobati mata kirinya. Namun kurang lebih 3 tahun pasien mulai merasakan keluhan pada mata kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama. 1 tahun terakhir pasien mengatakan keluhan pada mata kirinya menjadi semakin memberat, mata kiri semakin tidak fokus untuk melihat, benda yang dilihat menjadi double dan menjadi semakin kabur sehingga sangat menggangu Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 1 : Tn. Rahman : 32 tahun : Islam : Pugung Lol - Blok A No. 167 Sleman Jenis kelamin : Laki-laki

pasien dalam melakukan aktifitas kesehariannya, pasien juga mengeluh menjadi sering pusing setelah lama membaca atau menonton televisi. Keluhan ini hanya dialami mata kiri saja, mata kanan tidak ada keluhan. Keluhan tidak disertai dengan mata merah, nyeri, mengganjal dan berair. Pasien menyangkal keluhan yang dialami terjadi didahului oleh penyakit mata lainnya. Pasien juga mengatakan mata tidak pernah terbentur atau terpukul. Karena keluhan dirasakan semakin memberat akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Mata RS Mata dr. YAP, Yogyakarta. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Di keluarga tidak ada yang menderita juling atau pun keluhan yang sama dengan pasien. C. Pemeriksaan fisik 1. Status generalis Kondisi umum Kesadaran : Baik : Compos mentis

Tanda-tanda vital : Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi Suhu Pernafasan : 80 x/menit : 36,5 C : 20 x/menit : Normocephal : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa

Kepala THT Leher Jantung/paru Abdomen 2. Keterangan Visus

Status ofthalmologikus OD OS

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 2

Tajam penglihatan Koreksi Addisi Distansia pupil Kaca mata Kedudukan bola mata Eksoftalmus Enoftalmus Deviasi Gerakan bola mata

6/6 Tidak ada Tidak ada

6/36 f S + 1,37 C 1,5 aksis 176 Tidak ada 38 mm Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Baik ke segala arah

Tidak ada Tidak ada Eksotropia Keterlambatan gerak ke arah temporal, atas, dan bawah 400 XT Eksotropia Eksotropia Eksotropia

Tes Hirschberg Uji tutup buka bergantian Uji tutup mata Uji buka mata Super silia Warna Letak

Normal mata Normal Normal

Hitam Simetris

Hitam Simetris

Palpebra superior Edema Nyeri tekan Ektropion Entropin Blefaropasme Trikiasis Sikatriks Fisura palpebra Ptosis Hordeolum Kalazion Palpebra inferior Edema Nyeri tekan Ektropion Entropin Blefaropasme Trikiasis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Page 3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 12 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 12 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Keterangan Sikatriks Fisura palpebra Ptosis Hordeolum Kalazion

OD Tidak ada 12 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada

OS Tidak ada 12 mm Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva tarsalis superior/inferior Hiperemis Folikel Papil Sikatriks Anemia Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Perdarahan subkonjungtiva Pterigium Pinguekula Nevus pigmentosus Kemosis Sistem lakrimalis Punctum lakrimalis Tes Anel Skelra Warna Ikterik Kornea Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat Ulkus Perforasi Arcus seniles Edema Jernih Licin 12 mm Baik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Jernih Licin 12 mm Baik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Page 4 Putih Tidak ada Putih Tidak ada Terbuka Tidak dilakukan Terbuka Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Tes Placido Bilik mata depan Kedalaman Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall

Konsentris

Konsentris

Cukup dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Negatif

Cukup dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Negatif

Iris Warna Kriptae Bentuk Sinekia Koloboma Pupil Letak Bentuk Ukuran Di tengah Bulat 3 mm Di tengah Bulat 3 mm Coklat kehitaman Jelas Bulat Tidak ada Tidak ada Coklat kehitaman Jelas Bulat Tidak ada Tidak ada

Keterangan

OD

OS Positif Positif

Refleks cahaya langsung Positif Refleks cahaya tidak Positif langsung Lensa Kejernihan Letak Shadow test Badan kaca Kejernihan Fundus okuli - Papil Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Jernih Jernih Di tengah Negatif

Jernih Di tengah Negatif

Jernih

Page 5

Bentuk Batas Warna - Makula lutea Refleks Edema - Retina Perdarahan CD ratio Ratio AV Sikatriks Palpasi Nyeri tekan Massa tumor Tensi okuli Tonometri Schiotz Keterangan Kampus visi Tes konfrontasi D. Resume

Bulat Tegas Kuning kemerahan Positif Tidak ada Tidak ada 0,3 2:3 Tidak ada

Bulat Tegas Kuning kemerahan Positif Tidak ada Tidak ada 0,3 2:3 Tidak ada

Tidak ada Tidak ada 20 Tidak dilakukan OD

Tidak ada Tidak ada 16 Tidak dilakukan OS

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

Pasien laki-laki usia 32 tahun, datang dengan keluhan bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar sejak kurang lebih 10 tahun. Awalnya tidak ada keluhan, teteapi 3 tahun terakhir pasien mulai merasakan keluhan pada mata kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama. Keluhan semakin memberat dalam 1 tahun terakhir. Keluhan tidak ada saat pasien anak-anak sampai remaja, mulai muncul saat dewasa. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tajam penglihatan okuli dekstra 6/6, dan okuli sinistra 6/36 f (S + 1,37 C 1,5 aksis 176). Pergerakan bola mata, terdapat keterlambatan gerak ke arah temporal, atas dan bawah pada okuli sinistra. Tes Hirschberg, okular sinistra E. Diagnosa kerja Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 6 40 eksotropia. Uji tutup buka mata bergantian : eksotropia. Uji tutup mata eksotropia pada okuli sinistra.

OD : Emetrop OS : Eksotropia

F. Diagnosa banding Tidak ada G. Anjuran pemeriksaan Maddox test. Uji krimsky. Uji prisma vertikal

H. Penatalaksanaan OS Rencana Operasi : Resesi RL 10, Reseksi RM +/- 8 (GA) Cek Laboratorium pre OP Pre OP : LFX 4 x ODS Tobroson 4 x ODS Injeksi Adona 1 ampul Konsul dokter retina

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 7

TINJAUAN PUSTAKA STRABISMUS A. Definisi Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama. B. Etiologi Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata. Hal ini dapat terjadi berkaitan dengan: Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak mata Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi Kelainan saraf

C. Klasifikasi deviasi mata 1. Menurut manifestasi Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi mata bermanifestasi (heterotropia) dan laten (heteroforia). Heterotropia adalah suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata di mana kedua penglihatan tidak berpotong pada titik fiksasi. Sedangkan heteroforia adalah penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi dengan reflek fusi. Berikut ini akan dibahas satu persatu. a. 1). Heterotropia Esotropia Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah yang lain, yaitu hidung. Strabismus jenis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu paretik (akibat paresis satu atau lebih otot ekstraokular) dan non paretik.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 8

Gambar 1. Esotropia (Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com) Nonparetik a) Nonakomodatif Infantilis Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak jelas. Deviasi konvergen telah bermanifestasi pada usia 6 bulan. Deviasinya bersifat comitant yaitu sudut deviasi kira-kira sama dalam semua arah pandangan dan biasanya tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Dengan demikian, penyebab tidak berkaitan dengan kesalahan Didapat Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah usia 2 tahun. b) Akomodatif Esotropia ekomodatif terjadi apabila terjadi mekanisme akomodasi fisiologis normal disertai respon konvergensi berlebihan tetapi divergensi fusional yang relatif insufisien untuk menahan mata tetap lurus. c) Akomodatif parsial Dapat terjadi mekanisme otot dan campuran sebagian yakni sebagian ketidakseimbangan akomodasi. ketidakseimbangan refraksi atau bergantung pada parese otot ekstraokular.

Paretik (incomitant)

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 9

Pada strabismus incomitant selalu terdapat satu atau lebih otot ekstraokular yang paretik. Paresis biasanya mengenai satu atau kedua otot rektus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf abdusen. Strabismus Konvergens Nonparalitik Akomodatif (Konkomitan Akomodatif) Dinamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. Kelainan ini berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat. Tampak pada umur muda, antara 1- 4 tahun, dimana anak mulai mempergunakan akomodasinya untuk melihat benda-benda dekat seperti mainan atau gambar-gambar. Mula-mula timbul periodik, pada waktu penglihatan dekat atau bila keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi tetap, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat. Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang hipermetrop, mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Akomodasi dan konvergensi erat hubungannya dengan penambahan akomodasi konvergensinya pun bertambah pula. Pada anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada penglihatan dekat, disebabkan rangsangan berlebihan untuk konvergensi. Lambat laun kelainan deviasi ini bertambah sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan lagi, dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat. Kemudian terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh. Gejala dan tanda esotropia Juling ke dalam Kelainan refraksi biasanya sphere positif, namun dapat sphere negatif bahkan emetropia. 2). Eksotropia Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke arah lain yaitu ke arah luar (eksodeviasi). Anak-anak tertentu mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya eksotropia. Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 10

Adapun yang mempunyai resiko tersebut diantaranya anak yang mengalami gangguan perkembangan saraf, prematur atau berat lahir rendah dan anak dengan riwayat keluarga juling serta adanya anomaly ocular atau sistemik.

Gambar 2. eksotropia (emedicine) (Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com) Etiologi : 1. Herediter 2. Didapat : autosomal dominan : kelainan refraksi, kekeruhan pada media mata, abnormalitas retina, kelainan saraf (nervus 3, 4, 6) Strabismus Divergen Nonparalitik Akomodatif (Eksotropi Konkomitan Akomodatif) Mata berdeviasi kearah temporal. Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar. Strabismus divergens biasanya mulai timbul pada waktu masa remaja atau dewasa muda, lebih jarang terjadi. Dapat dimulai dengan : 1. Kelebihan divergensi 2. Kelemahan konvergensi. Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miop hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan konvergensi dan timbulah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk penglihatan jauhnya normal, tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang biasanya merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 11

melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat. Gejala dan tanda tahun ditemukan ambliopia negatif 3). Hipertropia Deviasi vertikal lazimnya diberi nama sesuai mata yang tinggi, tanpa memandang mata mana yang memiliki penglihatan lebih baik dan yang diugunakan untuk fiksasi. Hipertropia lebih jarang dijumpai daripada deviasi horizontal dan biasanya didapat setelah lewat masa anak-anak. Penglihatan ganda kadang-kadang dikeluhkan penderita yang juling intermiten. Kelainan refraksi biasanya sphere Deviasi menjadi manifest, terutama saat lelah, melamun, atau sakit Pasien dapat menutup satu mata bila terpapar cahaya terang sekali Bila bersifat intermiten jarang Pada kebanyakan kasus awalnya bersifat intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3

Gambar 3. Hipertropia (Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com) b. Heteroforia Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai kecenderungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh usaha otot untuk mempertahankan penglihatan binokular. Contoh: Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 12

eksoforia dan esoforia. Penyebab heteroforia dibagi menjadi penyebab refraktif dan nonrefraktif. Penyebab refraktif, misalnya pada hipermetropia dan miopia. Sedangkan penyebab non refraktif, foria tampak pada keadaan neurastenia, anemia, penderita debil, infeksi lokal. Temuan klinis Gejala klinis dapat berupa diplopia atau astenopia (kelelahan mata). Gejala yang timbul pada astenopia memiliki bermacam bentuk. Dapat timbul rasa berat, lelah atau tidak enak pada mata. Mudah lelah, penglihatan kabur, dan diplopia, terutama setelah pemakaian mata berkepanjangan, dapat juga terjadi. Pemeriksaan: a. Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia. Kekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot. Pemeriksaan refraksi. Inkomitan (Paralitik)

2. Menurut sudut deviasi Sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan oleh kelumpuhan otot penggerak bola mata. Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot atau beberapa otot. Tanda-tanda: Gerak mata terbatas pada daerah di mana otot yang lumpuh bekerja. Deviasi. Jika mata digerakkan ke arah otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus ke arah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Diplopia terjadi pada otot yang lumpuh. Vertigo, mual-mual. Keterbatasan gerak Deviasi Diplopia Page 13

Diagnosa berdasarkan:

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

1).

Abdusen palcy Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala, tumor, atau peradangan dari susunan saraf serebral. Tanda-tanda: Gangguan pergerakkan bola mata ke arah luar Diplopia homonim, yang menjadi lebih hebat bila mata digerakkan ke arah luar.

2). Kelumpuhan N. III Tanda-tanda Ptosis Bola mata hampir tidak dapat bergerak atau terdapat keterbatasan bergerak ke atas, nasal, dan sedikit ke arah bawah. Mata berdeviasi ke temporal, sedikit ke bawah Sedikit eksoftalmus Crossed diplopia.

Penyebab: Kelainan dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot. Kelainan dapat berupa eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan pembuluh darah. Pada umunya disebabkan oleh lues yang dapat menyebabkan tabes, ensafelitis, infeksi akut, diabetes melitus, penyakit sinus. Terjadinya dapat secara tiba-tiba, tetapi perjalanan penyakitnya selalu menahun. b. Nonkomitan (Non paralitik)

Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat). D. Pemeriksaan 1. Anamnesa Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu ditanyakan usia pasien saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 14

onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak kalah penting yakni adanya riwayat strabismus dalam keluarga. 2. Ketajaman penglihatan Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen. 3. Penentuan kelainan refraksi Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan retinoslopi. Obat standar untuk menghasilkan sikloplegia total pada anak berusia kurang dari dua tahun adalah atropin yang dapat diberikan sebagai tetes atau salep mata 0,5% atau 1% dua kali sehari selama 3 hari. 4. Inspeksi Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermitan, bervariasi atau konstan. Adanya ptosis dan posisi kepala yang abnormal juga dapat diketahui. 5. Uji strabismus a. Uji Hirschberg Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya dengan jarak sekitar 33 cm, maka akan terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Pada mata yang normal, refleks sinar terletak pada kedua mata sama-sama di tengah pupil. Bila refleks cahaya terletak di pinggir pupil, maka deviasinya 15. Bila di antara pinggir pupil dan limbus, deviasinya 30. Bila letaknya di limbus, deviasinya 45.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 15

Gambar 4. Uji Hirschberg (Diunduh dari http://www.vision-training.com)

b. Uji Krimsky Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma yang ditempatkan didepan mata yang berdeviasi dan kekuatan prisma yang diperlukan untuk membuat refleks cahaya terletak di tengah merupakan ukuran sudut deviasi. c. Uji tutup mata Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi fiksasi, mata kiri ditutup dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi: Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai juling yang manifest. Bila mata kanan bergulir ke nasal berarti terjadi eksotropia. Dan sebaliknya, bila bergulir ke temporal berarti terjadi esotropia. Mata kanan bergoyang, mungkin terjadi ambliopia. Mata kanan tidak bergerak, mata dalam kondisi terfiksasi.

d. Uji tutup mata berganti Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata berfiksai normal maka matayang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi pergerakan pada mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia. e. Uji tutup buka mata Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang berbakat juling akan menggulir. E. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan (misal: ambliopia), memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah. Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 16

1.

Terapi medis Terapi oklusi Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk merangsang mata yang mengalami ambliopia. Alat optik Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optil terpenting dalam pengobatan strabismus. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh kacamata memungkinkan mata menggunakan fusi alamiah sebesarbesarnya. Ortoptik Terapi bedah Prinsip operasi adalah melakukan reseksi pada otot yang terlalu lemah atau melakukan resesi otot yang terlalu kuat. Hubungan Hipermetropia dengan Strabismus (eksotropia) Sampai sekarang belum diketahui pasti adanya hubungan yang bermakna antara eksotropia dan kelainan refraksi hipermetropia, namun diperkirakan akibat perbedaan derajat hyperopia pada satu mata lebih tinggi dari yang lainnya, dan mata yang pertama tidak dipergunakan sehingga mata cenderung menggulir kearah tempora (eksotropia). Namun dalam penelitian deskriptif non eksperimental yang dilakukan pada pasien strabismus Rumah Sakit Mata DR. YAP Yogyakarta dari tahun 2003 sampai dengan 2004. Jumlah penderita strabismus di bagian Rawat Jalan VI Rumah Sakit Mata DR. YAP Yogyakarta pada 1 Januari tahun 2003 sampai dengan 31 Desember 2004 adalah 84 kasus, dengan jumlah kasus Strabismus Tipe Esotropia sebanyak 31 orang, jumlah kasus Strabismus Tipe Eksotropia sebanyak 40 orang dan jumlah Strabismus tipe lain-lain sebanyak 13 orang. Berdasarkan diagnosis kelainan refraksi, pada Strabismus Tipe Esotropia, frekuensi kasus tertinggi terdapat pada kelainan refraksi Hipermetropia yaitu sebanyak 18 orang (58%), sedangkan pada Strabismus Tipe Eksotropia, frekuensi kasus tertinggi terdapat pada kelainan refraksi Miopia dan

2.

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 17

Hipermetropia dengan jumlah yang sama, yatu masing-masing sebanyak 15 orang (38%). Berdasarkan jenis kelamin, pada Strabismus Tipe Esotropia, jumlah penderita laki-laki lebih banyak daripada jumlah penderita perempuan yaitu sebanyak 17 orang (54,84%) sedangkan pada Strabismus Tipe Eksotropia, jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada jumlah penderita laki-laki yaitu sebanyak 22 orang (55%). Berdasarkan umur, pada Strabismus Tipe Esotropia, jumlah penderita terbanyak terdapat pada golongan umur 1-4 tahun berjumlah 10 orang (33%) sedangkan pada Strabismus Tipe Eksotropia, jumlah penderita terbanyak terdapat pada golongan umur 5-14 tahun sebanyak 14 orang (34%).

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 18

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2009. 2. Gunawan, Wasisdi dkk. Strabismus. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.2007. 3. James, Bruce dkk. Lecture Notes Oftalmologi. 9th edition. Erlangga. Jakarta. 2006. 4. V-Pattern Esotropia and Exotropia. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1199825-overview. Diakses tanggal 18 April 2012 5. Acquired Exotropia. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1199004-overview. Diakses tanggal 18 April 2012

Ilmu Penyakit Mata/Strabismus

Page 19

You might also like