You are on page 1of 11

POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR BERSIH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Jawa Tengah mempunyai 128 sungai-sungai besar serta 39 waduk yang dapat digunakan untuk sumber air bersih dan irigasi. Jumlah potensi debit air permukaan dari seluruh sungai (Q hilir) yang ada diperkirakan sebesar 44.982,51 m3/dt (Dinas Pengairan Prop Jateng, 2001). Sedangkan potensi air tanah di Jawa Tengah adalah 7.342,2 juta m3/tahun untuk air tanah bebas serta 157,8 juta m3/tahun untuk air tanah tertekan (Distamben Provinsi Jateng, 2006) tersebar secara tidak merata di seluruh wilayah provinsi dan digunakan untuk berbagai keperluan seperti air minum, irigasi, industri dan lain-lain. Ada beberapa daerah yang sangat berlimpah air dan banyak juga daerah yang mengalami krisis air karena sedikitnya sumberdaya air yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk dapat mengelola potensi sumberdaya air yang ada sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih ini dapat merata bagi seluruh penduduk. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) Pengelolaan potensi sumberdaya air bersih secara terpadu; (2) Penataan kelembagaan dan kebijakan pengelolaan sumberdaya air bersih yang mantap (water resources management); (3) Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air air bersih. Manfaat penelitian ini adalah dapat tersusunnya rekomendasi tentang pengelolaan air bersih secara swadaya baik dari aspek teknis maupun non teknis. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah dengan mengambil sampel di 6 wilayah Kabupaten/Kota sebagai lokasi studi (case study area), yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan. Alasan pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada

pendekatan Wilayah Sungai (WS) dari daerah Hulu sampai daerah Hilir di Daerah 1

Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo dan Jratunseluna yang telah ditetapkan sebagai kawasan DAS Prioritas. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data literatur dan data primer kepada responden yang terkait dengan penelitian. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif dengan metode perhitungan matematis dan kuesioner, sedangkan kualitatif dengan observasi langsung dan wawancara mendalam (in-depth interview).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Air Bersih Di Jawa Tengah Potensi Sumberdaya Air
Potensi Air Permukaan (m3/th) Potensi 602 Mata Air Tanah (m3/th) Total Potensi Sumber Daya Air (m3/th) 65,130 x 109 0,682 x 109 65,812 x 109

Kebutuhan Air (Dikelola dengan 38 Waduk 172 Embung / Waduk Lapangan dan 3.381 Bendung) a.
Kebutuhan Pertanian dalam arti luas yaitu = irigasi, perkebunan, peternakan, perikanan, dsb (m3/th) 1,755 x 109 + = 12,786 x 109 11,031 x 109

b.

Kebutuhan Air Baku Industri Perkotaan (m3/th)

Total Kebutuhan Air (m3/th)

Sisa Potensi Air


-

Sisa potensi sumberdaya air (m3/th)

53,026 x 109

Sisa potensi air permukaan belum terkendali = 52,34 x 109 m3/th (80%). Sisa dari pemanfaatan air ini terbuang ke laut sebagai banjir, sehingga perlu pengelolaan sistem drainase yang baik. Untuk pengembangan potensi ke depan adalah dengan tampungan arificial seperti waduk, embung dan sebagainya.

Pelayanan air minum perkotaan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah pada umumnya masih relatif rendah. Berdasarkan data dari Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Jawa Tengah tahun 2008, cakupan pelayanan air minum perkotaan sampai dengan tahun 2007 rata-rata baru mencapai 33,3% ( 3,8 jiwa dari 11,4 juta jiwa penduduk), sedangkan target nasional pelayanan air minum perkotaan adalah sebesar 80%. Adapun sisanya memenuhi kebutuhan air minum melalui sumber-sumber alternatif lain yang kurang terjamin kualitasnya (sungai, sumur, tadah hujan dan lain-lain). Sedangkan jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sampai dengan akhir tahun 2006 tercatat 32.177.730 jiwa.

B. Kondisi Air Bersih Di Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Boyolali a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air mata air potensial untuk diseksploitasi keperluan air minum dan irigasi antara lain, Pantaran dan Sungsang (Ampel), Manggis, Langse, Nyamplung (Teras), Lanang-Wadon, Karangduwet (Teras), Dahar dan Bonsiji

(Banyudono), Mungup (Sawit), Mudal (Boyolali), Tlogolele (Selo) dan Wonopedut (Cepogo), dll. Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) KaranganyarBoyolali ini terdiri dari air tanah bebas sebesar 1.338 m3/ tahun dan air tanah tertekan sebesar 21 m3/tahun. b. Kebutuhan Sumberdaya Air Sumber daya air di Kab. Boyolali umumnya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik/penduduk, pertanian/irigasi, industri dan lainlain, sedangkan air tanah yang ada, sebagian besar telah dimanfaatkan untuk air minum maupun pengairan lahan pertanian 2. Kabupaten Klaten a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air Berdasarkan data yang terdapat di Subdin Pengairan DPU Kabupaten Klaten volume air sungai 1.083.198.528 m3. Terdapat rawa seluas 190 ha dengan kedalaman 5 meter yaitu Rowo Jombor yang mempunyai kapasitas 3.690.000 m3. Jumlah debit air dari sumber mata air di Kabupaten Klaten tahun 2004 sebesar 5.206 liter/detik atau 5.206 m3/detik 3

b. Kebutuhan Sumberdaya Air kebutuhan air untuk mengairi sawah adalah 1.917,1 m3/detik, sedangkan kebutuhan minimum 1.300,25 m3/detik. 3. Kota Surakarta a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air Sumber Air Baku Kota Surakarta Uraian Kapasitas Tersedia (L/dt) a. Mata Air 1.500 Cokrotulung b. Sumur Dalam 970,36 (21 lokasi) JUMLAH 2.470,36 (Sumber: PDAM Kota Surakarta, 2003). b. Kebutuhan Sumberdaya Air Pemakaian air rata-rata Penduduk 135 l/org/hr. PDAM Kota Surakarta telah memenuhi sebesar 55,17% dari seluruh kebutuhan air bersih penduduknya. Pada tahun 2006 volume air bersih yang disalurkan kepada penduduk sebesar 1.330.571 m3 kepada 53.202 jiwa Sedang produksi PDAM tahun 2006 sebesar 23.824.459,40 m3 yang berarti mengalami peningkatan dibanding tahun 2005 sebesar 22.954.286 m3. 4. Kabupaten Grobogan a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 103 buah sumber meliputi 50 sungai dan anak sungai, 6 waduk dan 48 sumber mata air. Prasarana air bersih mengandalkan sumber air dari Terowongan Pengelak Tuntang Jragung dengan potensi pengembangan sebesar 1.750 lt/dt yang berfungsi sebagai sumber air bersih. b. Kebutuhan Sumberdaya Air Kebutuhan air bersih di Kabupaten Grobogan dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut : a. Rumah tangga maksimum b. Kegiatan lain permukiman c. Pertanian : 100 liter/hari/orang : 20 % dari kebutuhan rumah tangga : 1,4 liter/detik/Ha. 4 Pemanfaatan (L/dt) 387 433,69 820,69

5. Kabupaten Pati a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air 1). Air Permukaan Sumber air permukaan yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Kabupaten Pati adalah (Dinas Kimtaru Jawa Tengah, 2005): a). air permukaan di Juwana dengan debit produksi 50 lt/dt b). air permukaan di Margoyoso dengan debit produksi 5 lt/dt 2). Air Tanah Selain mata air, sumber air yang termasuk air tanah di Kabupaten Pati adalah sumur dalam. Sumur dalam yang telah dimanfaatkan untuk pelayanan air bersih adalah (Dinas Kimtaru Jawa Tengah, 2005): a). sumur dalam di Kota Pati debit produksi 5 lt/dt b). sumur dalam di Juwana debit produksi 25 lt/dt c). sumur dalam di Gunungwungkal debit produksi 8,5 lt/dt b. Kebutuhan Sumberdaya Air air bersih di Kab. Pati dimanfaatkan untuk domestik, air minum, rumah tangga, sosial, instansi pemerintah, niaga, industri, pertambangan, PLTA, pertanian, perkebunan, perikanan dll. Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kab. Pati mengandalkan reservoir/tampungan air yang ada di setiap kecamatan. Penyediaan air baku Kabupaten Pati menggunakan PDAM dengan kapasitas 26-29 lt/det, PG Trangkil Pati kapasitasnya 7-8 lt/det, CV. Sari Pati Idaman dengan Debit 1 lt/det, Kap. Produksi Air Baku Treatmen/DW/Mata Air (jan 06), Produksi Air Baku (m3). Kebutuhan air bersih di Kabupaten Pati tahun 2006 seperti berikut: Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Pati tahun 2006 KEBUTUHAN AIR DOMESTIK Perkotaan Pedesaan Jumlah Kebutuhan Air Domestik L/hr L/dt L/hr L/dt L/dt 2005 11.070.900 128,1 2.733.300 31,6 159,8

KEBUTUHAN AIR NON DOMESTIK Perkotaan Pedesaan Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik L/dt L/dt L/dt

Asumsi 15% domestic 19,2 4,7 24,0

Sumber: Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Jratunseluna (PABJ) IPK PWS Jratunseluna, 2006

6. Kabupaten Kudus a. Potensi Ketersediaan Sumberdaya Air 1). Air Permukaan Sumber air permukaan di Kabupaten Kudus antara lain berupa: sungai, situ, embung/ranu dan lain-lain. 2). Air Tanah Sumber air tanah berupa sumur dalam yang sudah digunakan sebagai sumber air baku di Kabupaten Kudus adalah (Dinas Kimtaru Provinsi Jawa Tengah, 2005): a). Sumur dalam di Kota Kudus debit produksi 153 lt/dt b). Sumur dalam di Undaan debit produksi 12 lt/dt c). Sumur dalam di Bae debit produksi 19 lt/dt d). Sumur dalam di Gebog debit produksi 35 lt/dt e). Sumur dalam di Dawe debit produksi 31 lt/dt b. Kebutuhan Sumberdaya Air kebutuhan air bersih sampai dengan tahun perencanaan tahun 2006, adalah sebanyak 51.087,066 m3/hari dengan menggunakan standar

penggunaan air bersih/orang di daerah perkotaan, yaitu sebanyak 120 liter/hari. Kebutuhan air bersih ini dipenuhi melalui PDAM, serta pemanfaatan air tanah setempat dan sumber mata air yang ada dengan membuat sumur gali dan sumur pompa.

B. Kelembagaan Pengelola Air Di Lokasi Penelitian pengelolaan air untuk irigasi dan air minum No 1 Kab/Kota Boyolali Dasar Sosial-Ekonomi & Budaya Sosial-Ekonomi & Budaya Sosial-Ekonomi & Budaya Sosial-Ekonomi & Budaya Bentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) PAMSIMAS Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) PAMSIMAS PAMSIMAS Jenis Masyarakat terlibat dalam menjaga potensi, pemanfaatan & konservasi Pemeliharaaan Sapras irigasi secara swadaya, konservasi dan penjadwalan. Menjaga kelestarian sumberair dengan mengadakan konservasi Menjaga kelestarian sumberair dengan mengadakan konservasi dilikungan. Partisipasi dalam konservasi sumber air dengan menjaga potensi dan pemanfaatan Partisipasi masyarakat dalam konservasi dan pemanfaatan.

Klaten

3 4

Surakarta Grobogan

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) PAMSIMAS 5 Pati Sosial-Ekonomi & Perkumpulan Petani Budaya Pemakai Air (P3A) PAMSIMAS 6 Kudus Sosial-Ekonomi & Perkumpulan Petani Budaya Pemakai Air (P3A) PAMSIMAS Sumber data: Data dasar dari responden

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Potensi ketersediaan sumberdaya air Jawa Tengah sebesar 65,8 milyar m3/th, yang berasal dari air permukaan sebesar 65,1 milyar m3/th dan mata air tanah sebesar 0,68 milyar m3/th. Sedang kebutuhan total sebesar 12,79 milyar m3/th, terdiri dari kebutuhan pertanian dalam arti luas 11 milyar m3/th dan kebutuhan air baku industri perkotaan sebesar 1,7 milyar m3/th. Sehingga neraca air menunjukkan surplus 53 milyar m3/th. 2. Potensi dan Kebutuhan Air di wilayah sampel a. Potensi terbesar berada di Kabupaten Klaten yaitu sebesar 5.206 m3/detik, sedang kebutuhan air sebesar 693,89 m3/detik sehinga mengalami surplus air sebesar 4.692,11 m3/detik . 7

b. Sementara potensi terendah di Kab Kudus yaitu 14,52 m3/detik , sedang kebutuhan air sebesar 40,83 m3/detik sehinga mengalami defisit air sebesar 26,31 m3/detik . c. Sedang potensi sumber daya air di Kab Boyolali didominasi air tanah sebesar 39,09 m3/detik kebutuhan air sebesar 59,77 m3/detik sehinga mengalami defisit air sebesar -20,68 m3/detik . d. Kota Surakarta didominasi air permukaan sebesar 79,86 m3/detik , kebutuhan air sebesar 13,94 m3/detik sehinga mengalami surplus air sebesar 65,92 m3/detik . e. Kab Grobogan didominasi air tanah sebesar 48,58 m3/detik, sedangkan kebutuhan air sebesar 140,83 m3/detik sehinga mengalami defisit air sebesar 92,25 m3/detik. f. Kab Pati didominasi air tanah 37,04 m3/detik, sedang kebutuhan air sebesar 130,96 m3/detik sehinga mengalami defisit air sebesar 93.92 m3/detik . g. Cakupan pelayanan air bersih di perkotaan mencapai 33,3 % ( 3,8 jiwa dari 11,4 juta jiwa penduduk) dan Perdesaan mencapai 8,0%, dan rata-rata pelayanan Jawa Tengah 19,76% dengan Rata-rata tingkat kebocoran mencapai 32%-54% dari total produksi air bersih.. h. Dalam rangka pencapaian target MDGs, Kota Surakarta masih memiliki potensi untuk memenuhi target, sedang Kabupaten Grobogan, Klaten, Boyolali, Pati, dan Kudus memerlukan sumber air baku baru. 3. Perbandingan antara potensi ketersediaan dan kebutuhan air dalam kurun waktu 1 tahun (Neraca Air) menunjukkan bahwa wilayah yang surplus air yaitu Kab Klaten (4.612 m3/detik), Boyolali (7,92 m3/detik), dan Kota Surakarta (100 m3/detik). Sedang wilayah yang mengalami defifisit meliputi Kabupaten Grobogan (73,34 m3/detik), Kabupaten Pati (79,59 m3/detik) dan Kabupaten Kudus (30,97 m3/detik). 4. Strategi pengelolaan sumberdaya air aspek pendayagunaan sumberdaya air: a. Melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber air baku yang sudah ada b. Mencari alternatif sumber air terdekat di daerah kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih c. Jika sudah ada sumber air yang dapat dimanfaatkan maka dapat dilakukan pembangungan infrastruktur penyediaan air pelayanan air minum melalui PDAM bersih baru seperti: jaringan maupun berbasis masyarakat

(PAMSIMAS), penyediaan pompa, pembangunan IPA, penyediaan bak tampung yang tetap ataupun sementara d. Memperbaiki infrastruktur penyediaan air bersih yang ada, sehingga dapat berfungsi melayani air bersih secara optimal e. Menganalisis potensi konflik kepentingan antarjenis pemanfaatan sumber air yang sudah ada misalnya antara petani, penduduk sekitar, PDAM, pengusaha restoran pancingan dan truk-truk tanki penjual air bersih f. Pengawasan pemanfaatan air dari masing-masing pengguna air agar sesuai dengan kapasitas yang ada dan tidak menimbulkan konflik. g. Melakukan penataan pemanfaatan sumber air baku khususnya di daerah hulu, sehingga air dapat dimanfaatkan secara merata h. Memanfaatkan sisa limpasan mata air atau sumber air baku lainnya yang merupakan sisa pemanfaatan untuk pariwisata, oleh raga air, kolam pemancingan atau kegiatan komersial lainnya. 5. Strategi pengelolaan sumberdaya air aspek konservasi sumberdaya air: a. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan b. pengawetan air, dengan cara menampung air sebanyak-banyaknya pada saat musim hujan yang disebut juga Pemanenan Air Hujan (PAH) c. pengendalian pemanfaatan sumber air, yaitu dengan pengaturan debit pengambilan air dan mempopulerkan BUDAYA HEMAT AIR kepada masyarakat d. perlindungan sumber air dengan cara pengaturan pemanfaatan lahan di sekitar sumber air ataupun lahan di bagian hulu (daerah resapan/tangkapan air) e. pengisian sumber air, dengan cara membuat sumur resapan pada daerah yang tidak rentan gerakan tanah f. peningkatan kualitas sumber air dengan cara: 1). penetapan baku mutu air limbah yang boleh dibuang ke sungai yang digunakan untuk sumber air baku 2). pembuatan instalasi untuk mengubah air asin menjadi air tawar untuk daerah yang mengalami intrusi air laut 3). pembuatan sumur infiltrasi di sepanjang pantai untuk memperbaiki kualitas air tanah yang telah terkena intrusi air asin 9

4). pengawasan kualitas air yang digunakan sebagai air baku. 6. Strategi pengelolaan sumberdaya air aspek pengendalian daya rusak air, khususnya kekurangan air (bencana kekeringan): a. Melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan b. melakukan studi potensi sumber daya air di daerah kekeringan, misalnya studi geolistrik untuk mengetahui potensi air tanah c. penyebarluasan informasi dan penyuluhan tentang bencana kekeringan d. melakukan pelatihan tanggap darurat terhadap bencan kekeringan, misalnya budaya hemat air, menampung air sebanyak-banyaknya ketika air berlebih dengan reservoir atau bak tampung. e. mengatur pola tanam di lahan pertanian sehingga pemanfaatan air dapat optimal f. jika becana kekeringan telah melanda, dilakukan pemberian bantuan (dropping) air bersih melalui mobil tangki untuk pemenuhan kebutuhan air bersih selama musim kemarau.

SARAN Rekomendasi yang dapat diberikan adalah: 1. Perlu dilakukan identifikasi potensi sumberdaya air yang lebih detail hingga tataran DAS (daerah aliran sungai) sehingga dapat diambil tindakan yang lebih tepat, sesuai dengan permasalahan pada masing-masing daerah di Provinsi Jawa Tengah 2. Perlu membuat suatu data base (sistem informasi) tentang potensi dan kebutuhan sumberdaya air khususnya air bersih di Provinsi Jawa Tengah yang up to date sehingga dapat digunakan sebagai dasar melakukan tindakan/upaya menanggulangi kekurangan air khususnya air bersih 3. Dibutuhkan koordinasi yang terintegrasi antar instansi pengelola air yaitu pemeritnah daerah (dalam hal ini Bappeda), Dinas PSDA, Dinas Pekerjaan Umum (dalam hal ini Cipta Karya), PDAM, Dinas Pertambangan dan Energi (pengelola air tanah), Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat itu sendiri, dalam mengelola sumber daya air dan mengupaya penyediaan air khususnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar (air bersih) 4. Meningkatkan peran kelembagaan pengelola air bersih berbasis masyarakat di tingkat desa, sebagai contoh P3A, kelompok tani dan lain-lain 10

5. Membuat atau meningkatkan kinerja program pembangunan infrasuktur penyediaan air minum untuk masyarakat berbasis masyarakat di daerah krisis air bersih (contoh: Program PAMSIMAS oleh Cipta Karya, PNPM, dan lain-lain) sehingga pelaksanaannya dapat optimal dari segi biaya dan waktu pelaksanaan. 6. Perlu ada kebijakan terobosan di Jawa Tengah dalam pengembangan air minum, antara lain : Pemanfaatan Sumur Dalam eks Proyek Irigasi Air Tanah untuk di Serah Kelola-kan sebagai sumber Air Baku penyediaan Air Bersih PDAM & maupun yang berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) khususnya di Perdesaan

11

You might also like