You are on page 1of 2

KISAH PEPENG JARI-JARI Pepeng jari-jari, Pepeng dengan izin Allah SWT diberikan peran yang berbeda.

Ketika awal tahun-tahun pertama, Pepeng diberikan peran lumpuh, seluruh perabot rumah tangganya habis dijual. Suatu hari istrinya Mbak Tami berbisik di telinganya, Mas, disamping ikhlas, syukur pada Allah, Mas!. Pepeng bertanya, Maksudnya, Ta?. Istrinya menjawab Ya syukur, dulu Mas sebagai aktor dikasih peran yang luar biasa, cukup dengan peran fungsi jari (Slogan Kuis Jari-Jari), sekali menggoyangkan jari, milyaran rupiah masuk ke kantong Mas, sekarang Allah Sang Maha Produser, Sang Maha Sutradara sedang memberikan peran sebagai orang yang lumpuh, Mas ini peran istimewa, yang tidak diberikan kepada orang kecuali dia istimewa, Mas nanti dapat upah yang istimewa. Kemudian Pepeng berpikir Apa betul begitu? Jangan-jangan ini wujud protesnya Tami, dia berat mungkin memikul rumah tangga sendirian, plus ngurusin sakitnya. Maka, Pepeng kemudian mencoba untuk cooling down terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan yakin bahwa penyakit ini adalah atas kehendak Allah, cuma untuk mengubahnya menjadi syukur ini butuh proses waktu. Kemudian ketika dia mencoba merenung Bener juga, jangan-jangan ya!, karena la yukallifullahu nafsan illa wus'aha, Allah tidak akan memberikan ujian kepada seseorang hamba kecuali sebatas kemampuannya, mungkin inilah kemampuan saya, yang Allah percayakan kepada saya. Dengan itu Pepeng menjadi tenang, pikirannya terang, langkahnya panjang, Pepeng kemudian mendapatkan ilham dari Allah SWT, untuk setengah iseng menuliskan proses bagaimana ia bertahan, ketika gempuran rasa sakit menggempur seluruh tubuhnya, karena virus yang menyebabkan lumpuh Pepeng dari pinggang sampai ujung kakinya itu kalau sedang bergerak, kulit saja rasanya sakit luar biasa. Pepeng menuliskan proses bagaimana menahan diri dari gempuran itu kemudian Pepeng menyebarnya di internet. Enam bulan kemudian datang tentang berbagai macam ungkapan simpatik dari orang-orang, beberapa orang kemudian datang ke rumahnya mereka ada yang bertanya Mas, memang rasanya bagaimana, kalau virusnya sedang bergerak? Kata Mas Pepeng, Ini bisa dirasakan, sulit diceritakan, yang jelas sekujur tubuh rasanya semriwing, rambut saja kalau virus sedang bekerja ujung rambut dipegang rasanya nyeri luar biasa.

Kemudian datang gelombang orang berikutnya, pertanyaan kelompok ini lebih ilmiah, mereka hanya bertanya tentang apa itu sehat, apa itu sakit, apa itu penyakit, apa itu waras?. Kemudian pepeng menjawab, Wah ini pertanyaannya butuh jawaban yang lama nih, bagaimana kalau saya bikinkan semacam modul saja?. Akhirnya bahan tersebut menjadi kajian kuliah selama tiga bulan. Yang disampaikan Pepeng kepada mereka, baik itu sakit, baik itu penyakit, baik itu sehat, yang utama kita harus waras, kalau waras itu sudah mencakup psikologi juga fisik kita, dan sumber kewarasan kita hanya kepada Yang Maha Tunggal yaitu Allah SWT. Kemudian mereka mengkaji selama tiga bulan, setelah mereka belajar, mereka memberikan honor, bukan karena iba, tetapi mereka menganggap Pepeng sudah mengajarinya, maka mereka berterimakasih. Pepeng meskipun tergeletak diranjang, tetapi rizkinya mudah datang, karena hatinya tenang, hanya yang tertanam dihatinya cuma la ilaha illallah muhammadur rasulullah, maka pelan tapi pasti dengan aktivitas mengajarnya Pepeng mulai bisa menghidupi dapur keluarganya. Tahun berikutnya sebuah stasiun televisi swasta menayangkan program Bertemu dengan Mas Pepeng.

You might also like