You are on page 1of 11

MAKALAH MATERI MICROTEACHING

BERAT BAYI LAHIR RENDAH BBLR

DI SUSUN OLEH: RATIH SAKTI PRASTIWI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA JURUSAN KEBIDANAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH

1. Latar Belakang Angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong tingi di ASEAN. Berdasar SDKI 2010 AKB di Indonesia adalah 45 per 1000. Departemen kesehan bidang Penetitian dan pengembangan mengemukakan bahwa 30 dari 45 kematian bayi adalah kematian maternal, yaitu pada umur 0-28 hari. Kematian perinatal ditemukan sebanyak 20 dari 30 kematian maternal, dan 13 dari 20 kematian perinatal terjadi pada hari pertama bayi baru lahir yaitu 0 hari (Depkes RI, 2010). Dalam beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi (AKB) telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2010 meningkat kembali sebagai dampak krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1995 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997 dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka kematian Bayi (AKB) menurut hasil survey kesehatan nasional berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar, yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2005). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya akan memiliki resiko kesakitan dan kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan anak dan rentan terhadap infeksi. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan BBLR adalah sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermi, karena adanya hubungan penyakit tersebut dengan BBLR maka akan terjadi

gangguan tumbuh kembang pada bayi dan seringkali menjadi salah satu penyebab kematian neonatal apabila tidak dilakukan penatalaksanaan secara cepat. (Winkjosastro, 2001) 2. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba dkk, 2007). Menurut Saifudin, BBLR adalah bayi baru lahir yang memiliki berat kurang dari 2500 gram (Saifudin et al, 2009). Depkes RI (2008) menggolongkan BBLR berdasarkan berat sebagai berikut: a. Bayi lahir dengan berat > 1800 gram (usia kehamilan > 34 minggu). b. Bayi lahir dengan berat 1200-1799 gram (usia kehamilan 28-32 minggu). c. Bayi lahir dengan berat < 1200 gram (usia kehamilan < 30 minggu) Gambaran bayi berat lahir rendah tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat dikatakan semakin kecil bayi semakin muda kehamilan makin nyata. Gambaran umum bayi berat lahir rendah, antara lain: a. Berat kurang dari 2500 gram b. Panjang kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kurang dari 30 cm d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu f. Kepala relatif lebih bear g. Kulit: tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang h. Otot hipotonik kurang i. Pernapasan tak teratur j. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi k. Kepala tidak mampu tegak

l. Pernapasan 45-50 x/mnt m. Frekuensi nadi 100-140x/mnt Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah fenomena ditemukannya berat bayi lahir rendah, tidak sesuai dengan umur kehamilan.

3. Faktor Predisposisi BBLR a. Faktor Maternal Faktor maternal yang mempengeruhi kejadian BBLR, yaitu: 1) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 2) Jarak kedua kehamilan terlalu dekat 3) Ras 4) Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini 5) Malnutrisi 6) Penyakit jantung/penyakit kronik 7) Pengobatan atau kebiasaan tidak baik Selma kehamilan: konsumsi narkotika atau minum minuman keras, merokok 8) Keadaan insufisiensi plasenta 9) Riwayat kelahiran prematur b. Faktor Janin Faktor dari janin yang mempengaruhi kejadian BBLR, antara lain: 1) Malformasi 2) Kelainan kromosom 3) Infeksi kongenital (TORCH) 4) Kehamilan ganda c. Plasenta

1) Tumor 2) Plasenta Previa (Sarwono, 2008)

4. Komplikasi / masalah yang bisa terjadi pada BBLR a. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan dibawah kulit;permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit membran hialin dan aspirasi pneumoni. Di samping itu sering timbul pernapasan periodik (periodik breathing) dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernapasan di medulla yang belum matur c. Ganguan alat pencernaan dan problema nutrisi : distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang; volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah; daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang; kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna

memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi d. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K
4

e. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile), kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII, dan faktor Christmas. g. Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serte reaksi terhadap peradangan masih belum baik h. Perdarahan intraventrikuler ; lebih dari 50 % bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi, dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lenih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat di diagnosis dengan ultrasonografi ata CT scan. i. Retinopathy of Prematurity ; dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi (Pa02 lebih dari 115 mmHg = 15kPa) maka akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler kapiler baru ke

daerah yang iskemia sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi, dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari ROP maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak lebih dari 40 %. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 L/menit.

5. Perawatan BBLR Bayi dengan BBLR organ tubuh bayi belum bekerja dengan sempurna. Organ tubuh bayi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan di luar uterus. Oleh karena itu, BBLR memerlukan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, bila perlu pemberian oksigen, pencegahan infeksi nosokomial, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu Bayi dengan BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipothermia bila berada di ruangan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan bayi yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan jaringan lemak coklat. Pencegahan kehilangan panas, diperlukan lingkungn dengan suhu yang hangat untuk bayi. Dalam menjaga kehangatan, bayi dengan BBLR dirawat di dalam inkubator dengan kehangatan 35o C untuk bayi dibawah 2000 gram dan 340C untu bayi dengan berat 2000-2500 gram (Sarwono, 2008). Bayi yang dirawat di dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penawasan keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang, dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenali sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dilaksanakan secepatnya (Sarwono, 2008).

Inkubator yang digunakan perlu dilakukan pengaturan agar suhu bayi sesuai dengan suhu lingkungan yaitu 37oC. Suhu pada inkubator tidak dapat digunakan pada setiap bayi BBLR, bayi dengan berat lebih dari 2000 gram cenderung membutuhkan suhu yang lebih rendah dibanding dengan bayi dengan berat dibawah 1500 gram. Dibawah ini merupakan tabel suhu inkubator yang dirkomendasikan berdasarkan berat dan umur bayi. Tabel.3 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi Berat Bayi 35oC 34oC 33oC 32oC < 1500 g 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5 Minggu >5 minggu 1500-2000 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu 2100-2500 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu >2500 1-2 hari >2 hari Sumber: Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi dan Anak balita (Sudarti dan Endang, 2010) Bayi yang dirawat di inkubator dapat menyusu langsung walau tetap didalam. Pemberian ASI pada bayi dalam perawatan di inkubator tetap perlu dipantau. Apabila ibu tidak bisa menyusui, bayi dapat disuapi dengan ASI perah menggunakan sendok/cangkir. Umumnya bayi yang dirawat di inkubator memiliki berat dibawah 1500 gram dan daya hisap belum maksimal sehingga bayi diberi ASI perah melalui sonde lambung. Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan metode baru yang digunakan dalam menjaga kehangatan bayi. KMC dilakukan kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu yang dilakukan secara terus menerus dan dikombinasikan dengan pemberian ASI (Sudarti dan Endang, 2010). Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahir prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi.
7

Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI (http://www.idai.or.id/asi.asp). Metode KMC saat dilakukan, bayi dalam keadaan telanjang, ditelungkupkan di dada ibu dalam frog position yang kemudian bayi ditutupi dengan pakaian ibu. Selama KMC berlangsung bayi dapat menyusu kapan saja. Sebelum melakukan KMC, ibu diajari bagaimana cara menyusui selama melakukan proses ini. Apabila ibu tidak bisa menyusui selama KMC, ibu dapat memberikan ASI perah dengan menyuapi bayi menggunakan sendok/cangkir. Selama melakukan KMC, pemberian ASI tetap dipantau untuk mengetahui intake masuk bayi sudah mencukupi atau belum. Bayi ditimbang secara rutin untuk mengetahui pertambahan berat badan dan nilai tingkatannya ( Sudarti dan Endang, 2010)

Gambar 1. Bayi di dada ibu dengan frog position

b. Makanan bayi Bayi BBLR reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, dengan

kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori 110/kal/kg/hari dalam membatu kenaikan berat badan. Bayi dengan berat > 2000 gram dalam mencukupi kebutuhan protein dan kalori dapat langsung menyusu ASI. Berbeda dengan bayi dengan berat kurang dari 1500 gram, dalam memenuhi kebutuhan makanan memerlukan sonde lambung untuk memasukkan ASI karena daya isap bayi belum sebaik bayi dengan berat > 2000 gram (Sarwono, 2008). Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum ini dimulai pada bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal ini perlu mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilkukan pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-lambung). c. Penimbangan berat badan Saifudin (2010), bayi BBLR perlu dilakukan penimbangan ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi yang erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Saifudin et al, 2009). Penelitian yang dilakukan Boehm, Bierbach, Moro, & Minoli pada tahun 1996 menunjukkan kenaikan berat badan bayi BBLR rata-rata 8,2 gram/ hari dengan target kenaikan berat badan BBLR adalah 15 gram/hari (Cara Marie Karn, 2004) d. Pencegahan Infeksi

Bayi BBLR sangat rentan mengalami infeksi karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi peradangan belum baik. Bayi perlu dilakukan pencegahan infeksi, antara lain 1) Perlu dilakukan pemisahan bayi yang terinfeksi dengan yang tidak 2) Melakukan cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi 3) Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak terpakai 4) Membersihkan ruangan 5) Setiap bayi memiliki perlengkapan sendiri-sendiri 6) Petugas kesehatan menggunakan pakaian sendiri/ khusus bangsal 7) Menjaga kebersihan tali pusat bayi (Sarwono, 2008).

10

You might also like