You are on page 1of 48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Pengertian SWOT Analisa atau analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab akibat atau duduk perkaranya. Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan Ancaman (Threat) yang terjadi dalam dalam proyek atau di sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini produk sendiri maupun pesaing. Untuk melakukan analisis, ditentukan tujuan usaha atau mengidentifikasi objek yang akan dianalisis. Kekuatan dan Kelemahan dikelompokkan ke dalam faktor Internal, sedangkan Peluang dan Ancaman diidentifikasi sebagai faktor Eksternal. Azrul Anwar dalam buku Pengantar Administrasi Kesehatan, analisis SWOT adalah suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentangberbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta hambatan yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh organisasi. 2.2 Sejarah Analisis SWOT Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yangmelakukan penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini telah ada sejak tahun 1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang dikembangkan di

Harvard Business School. Namun pada saat pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif dan belum/tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan. (John M. Bryson, 2000).

2.3 Dasar-dasar Analisis SWOT Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland, analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang klasik. Analisi SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi factor-faktor yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Secara umum, SWOT diklasifikasikan sebagai faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari kesempatan dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang

terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari

luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Gambar 1. Matriks SWOT

2.4

Tujuan Analisa SWOT Penting untuk mendefinisikan apa yang kita inginkan dalam melakukan analisis SWOT. Tanpa penetapan tujuan, maka faktor subjektif dalam menyusun kolom lainnya (kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman) dapat melebar kemana-mana. Penetapan tujuan, hendaknya dibuat spesifik dari apa yang menjadi isu bisnis yang paling dirasakan/dipermasalahkan. Setelah tujuan didapat maka SWOT membantu untuk memberikan gambaran lebih terinci sehingga bisa digambarkan lebih jernih pernyataan strategi yang akan dibuat. Penetapan tujuan menjadi salah satu kunci dalam penyusunan matrix SWOT.

Adapun tujuan analisis SWOT ini terdiri dari: 1. Mempertahankan keuntungan kompetitif 2. Menganalisis prospek, keuntungan, dan perkembangan produk 3. Mengembangkan rencana organisasi 4. Mengetahui saat yang tepat untuk mengalah dan menyerang (rencana aksi) 5. Digunakan dalam produk, pelayanan, atau perusahaan. 6. Mengetahui gambaran faktor penting yang dapat mempengaruhi ketahanan dan kesejahteraan suatu organisasi. 2.5 Aspek-aspek dalam Analisis SWOT

Gambar 2. Aspek-aspek matriks SWOT

Dari gambar di atas matriks SWOT terdiri dari 4 elemen yang terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar, yitu meliputi opportunity dan threat. Sedangkan

faktor internal merupakan potensi yang kita miliki, terbagi menjadi strength dan weakness. Kekuatan Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat kekuatan dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas. Lebih jauh lagi, untuk memahami komponen Strength (S), dapat ditanyakan beberapa pertanyaan berikut untuk membantu memilah dan memilih atribut apa yang dapat dijadikan komponen dari kekuatan.

Pertanyaan tersebut sebagai berikut : 1. Apa keuntungan yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan anda? 2. Kemampuan apa yang bisa dilakukan oleh organisasi/ perusahaan anda lebih baik dari pada yang bisa dilakukan oleh organisasi/ perusahaan lain? 3. Sumberdaya unik atau berbiaya rendah apa yang organisasi/ perusahaan anda miliki dan organisasi atau perusahan lain tidak? 4. Apa yang konsumen lihat sebagai kekuatan anda?

5. Faktor apa saja yang membuat anda bisa mencapai kepuasan konsumen yang tinggi selama ini?

Sehingga nantinya dari pertanyaan di atas akan didapatkan poinpoin berikut di dalam komponen Strength (S) antara lain (1) Cita-cita, kebijakan, (2) Tugas pokok, fungsi dan sasaran, (3) Filosofi dan tata nilai, (4) Jumlah personel, keterampilan dan pengalaman, (5) Tingkat kesetiakawanan personel, (6) Teknologi yang dimiliki.

Kelemahan Yang dimaksud dengan kelemahan (weakness) di sini adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.1 Pada komponen Weakness (W), dapat juga ditanyakan pertanyaan berikut untuk membantu menentukan atribut yang sesuai : 1. Apa yang sebenarnya bisa ditingkatkan dalam organisasi? 2. Apa yang seharusnya bisa dihindari oleh organisasi? 3. Apa yang dilihat oleh konsumen di pasar anda sebagai kelemahan anda? 4. Faktor apa saja yang membuat kepuasan konsumen anda lebih rendah dari orang lain?

Pertanyaan di atas diharapkan akan menghasilkan poin-poin berikut yaitu (1) Buruknya birokrasi organisasi, (2) Lemahnya disiplin pegawai, (3) Adanya jabatan rangkap, (4) Rendahnya kesejahteraan pegawai, (5) Lemahnya etos kerja, (6) Lemahnya infrastruktur. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan. Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar. Peluang Peluang adalah faktor yang di dapatkan dengan membandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisa internal dari kompetitor lain.( David I.Cleland dan William R.King, 1970) Sebagaimana kekuatan peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi. Peluang dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan : Low jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga kecil Moderate jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian kecil atau sebaliknya. Best jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.

Pada komponen Opportunity (O), perlu ditanyakan pertanyaan berikut untuk membantu menentukan poin serta atribut yang sesuai: 1. Apa peluang bagus yang sedang anda hadapi saat ini? 2. Trend menarik apa yang sedang menjadi perhatian anda saat ini?

Peluang yang bagus seringkali datang dari hal-hal sebagai berikut: Trend perkembangan teknologi dan pasar baik skala luas atau sempit. Perubahan peraturan/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan bidang anda. Perubahan sosial budaya, populasi, gaya hidup, dll. Penilaian diatas dapat mengidentifikasi komponen berikut (1) Ketersediaan sumber tenaga kerja, (2) Kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hokum, (3) Kesadaran politik masyarakat, (4) Jaminan keamanan.

Ancaman Ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya (serousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga dapat dikategorikan : Ancaman utama (major threats) Ancaman utama adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan

beberapa contingency planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi. Ancaman tidak utama (minor threats) Ancaman tidak utama adalah ancaman yang dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil Ancaman moderate Ancaman moderate adalah berupa kombinasi tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.

Sementara pada komponen terakhir yaitu Threats (T), perlu ditanyakan serta diperhatikan komponen berikut : 1. Apa rintangan yang anda hadapi? 2. Apa yang dilakukan oleh kompetitor anda yang seharusnya membuat anda khawatir? 3. Apakah spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan, produk, atau pelayanan anda telah berubah? 4. Apakah perkembangan teknologi mengancam keberadaan anda? 5. Apakah anda memiliki masalah dengan cash-flow finansial anda? 6. Apakah ada kelemahan anda yang benar-benar bisa berubah menjadi ancaman bagi anda? Untuk menjamin kelancaran serta keberhasilan perencanaan Puskesmas, diperlukan suatu pengamatan dan pengenalan akan hambatan yang kemungkinan besar timbul yang akan dapat menggagalkan pencapaian tujuan puskesmas. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan serupa. Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi kendala dan hambatan yang mungkin akan terjadi pada saat program Puskesmas dilaksanakan.

Hambatan dapat didefinisikan sebagai masalah yang kemungkinan besar timbul dalam pelaksanaan rencana tindakan, yang dapat mengancam tercapainya tujuan rencana tersebut. Untuk keberhasilan pelaksanaan program puskesmas, maka hambatan ini mutlak harus dikenal sebelum program puskesmas ini dilaksanakan, yaitu pada saat program puskesmas itu disusun. Pengenalan ini dengan sendirinya bersifat praduga (peramalan), karena hambatan itu memang belum terjadi. Suatu metoda yang memungkinkan memasuki masa depan, melihat apa yang kemungkinan terjadi, dan kemudian kembali ke masa kini untuk mengambil tindakan koreksi pada saat sekarang dinamakan Analisis Hambatan. Analisis hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu usaha pengenalan hambatan yang mungkin timbul pada pelaksanaan program puskesmas, yang dapat menggagalkan pencapaian tujuannya, penetapan tindakan pencegahan bagi timbulnya hambatan tersebut, dan tindakan penanggulangan apabila hambatan tersebut benar-benar terjadi. Dengan mengenal hambatan yang bakal terjadi, maka akan dapat ditentukan tindakan apa yang harus diambil untuk mencegah atau menanggulangi hambatan tersebut. Jadi analisis hambatan bertujuan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan program puskesmas.

Dari definisi hambatan, ada 2 (dua) hal penting yang merupakan ciri utama suatu hambatan, yaitu : (a) yang kemungkinan besar terjadi dan (b) yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan dari program puskesmas. Dalam menentukan suatu hambatan, kedua hal tersebut tidak boleh dipisahkan, tetapi harus merupakan suatu kesatuan.

Adapun langkah yang harus ditempuh dalam menentukan hambatan adalah: a. Menentukan Daerah Hambatan Dalam rangka ini dilakukan perkiraan/peramalan terhadap daerah atau wilayah di mana hambatan akan timbul pada pelaksanaan suatu program puskesmas. Perkiraan atau peramalan tersebut dasarnya adalah pengalaman, baik pengalaman sendiri ataupun orang lain. Oleh karena itu dalam menentukan daerah hambatan ini akan lebih baik bila dilakukan secara bersama atau mengikutsertakan orang lain yang mempunyai pengalaman dalam bidang yang bersangkutan. Daerah hambatan dapat digolongkan dalam 2 (dua) kelompok besar, yakni : (1) Daerah hambatan potensial luar (external), misalnya cuaca, peraturan perundang-undangan/hukum. Dalam pelaksanaan suatu proyek bangunan (Gedung, Samijaga), maka cuaca dapat menjadi daerah hambatan. (2) Daerah hambatan dalam (internal), misalnya keuangan, tenaga, obat-obatan, alat kesehatan, sarana, dan lain-lain. Dalam rencana pelatihan kader, keuangan merupakan tumpuan sehingga keuangan menjadi daerah hambatan. Dalam revitalisasi Posyandu dapat diramalkan bahwa

masalah tenaga akan menjadi hambatan, karena dalam program ini banyak digunakan tenaga yaitu kader. Dalam program P2TB dan P2Kusta, maka obat-obatan dan material akan dapat menjadi salah satu hambatan. b. Menetapkan Hambatan

Bila daerah hambatan telah ditetapkan, kemudian dicari hambatan yang akan timbul. Hal ini juga didasarkan atas pengalaman pada waktu lalu, misalnya keterlambatan turunnya anggaran, turunnya anggaran secara bertahap, besarnya anggaran yang turun tidak sesuai dengan pelaksanaan, cara atau sistem pertanggung jawaban yang sulit dan berbelit-belit, kader kesehatan yang tidak aktif (drop out). c. Merumuskan (Spesifikasi) Hambatan Disini setiap hambatan yang telah ditetapkan didefinisikan secara jelas. Perumusan hambatan ini harus mencakup 4 (empat) karakteristik, yaitu apa, dimana, kapan, dan besarannya. Dalam perumusan secara terinci dan jelas ini akan sangat membantu dalam menetapkan tindakan pencegahan dan penanggulangannya. Misal tidak aktif/drop out kader di desa A, B, C, D, dan E dalam tahun 2008 sebanyak 20 kader. d. Memperkirakan besarnya kemungkinan terjadinya hambatan

(probability) Besarnya kemungkinan tersebut dinyatakan dalam % dan didasarkan atas pengalaman. Misalnya berdasarkan pengalaman sendiri maupun Puskesmas lain bahwa selalu terjadi drop out kader sebesar 2030 %.

e. Menentukan Sebab dari Hambatan Setelah hambatan dirumuskan, maka langkah berikutnya adalah mencari sebab dari timbulnya hambatan tersebut. Dengan mengetahui sebab timbulnya suatu hambatan, maka dengan

sendirinya akan dapat diketahui bagaimana mencegah timbulnya hambatan tersebut. Tetapi dalam kenyataanya tidak semua hambatan dapat dicegah, walaupun telah diketahui sebabnya. Hal ini disebabkan karena faktor tersebut berada di luar kemampuan Puskesmas. f. Menentukan Tindakan Pencegahan Tindakan pencegahan adalah semua usaha yang bertujuan mencegah terjadinya hambatan. Hal ini dapat dilakukan apabila tindakan kita diarahkan kepada sebab dari hambatan tersebut. Dalam hal drop out kader apabila penyebabnya adalah tidak adanya imbalan dan bimbingan yang kurang, maka bila imbalan yang memadai berhasil diciptakan dan sistem bimbingan yang baik dilaksanakan, dengan sendirinya drop out kader tidak akan terjadi. g. Memperkirakan Besarnya Kemungkinan Masih Akan Timbulnya Hambatan Langkah ini didasarkan atas suatu pengertian bahwa tindakan pencegahan tidak akan menghilangkan timbulnya suatu hambatan. Walaupun suatu tindakan pencegahan telah dilakukan, tetapi kemungkinannya untuk timbul masih tetap ada. Tindakan pencegahan hanya menurunkan kemungkinan timbulnya, tetapi tidak menghilangkan. Misalnya dalam hal walaupun telah diberi imbalan kepada drop out kader, mereka, namun

kenyataannya drop out kader masih terjadi juga. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan seorang kader, bukan hanya adanya imbalan. Dasar pikir bahwa tindakan pencegahan tidak menghilangkan kemungkinan timbulnya hambatan tersebut memberi dampak positif yaitu timbulnya sikap hati-hati dan tidak terlalu optimistis.

h. Menentukan Tindakan Penanggulangan (Protective Action) Tindakan penanggulangan adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu hambatan benar-benar terjadi. Tujuan dari tindakan ini adalah menanggulangi akibat karena timbulnya suatu hambatan. Tindakan penanggulangan ini disiapkan sebelum suatu hambatan terjadi, dan baru dilaksanakan setelah hambatan itu timbul. Dengan demikian, perencana dan pelaksana tidak akan terkejut bila suatu hambatan benar-benar terjadi, karena telah siap untuk mengatasinya. Suatu contoh yang klasik terjadinya drop out kader Posyandu, maka tindakannya adalah pemberian imbalan finasial yang memadai, pemberian imbalan kartu sehat untuk kader dan anggota keluarganya, serta melatih kader baru secara periodik. Dalam pelaksanaan Analisis Hambatan, dilakukan dengan mengisi suatu lembaran (format) dengan item-item yang merupakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam analisis hambatan potensial (AHP) seperti yang telah diuraikan diatas. Adapun bentuk format seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Format Analisis Hambatan Potensial (AHP)

Sumber: Biro Perencanaan Departemen Kesehatan RI dn Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Perencanaan dan Penganggaran Terpadu (Integrated Health Planning and Budgetting), Penyusunan Program Kesehatan (Modul 07), 2002

Setelah mendapatkan identifikasi dari informasi yang ada di lingkungan sekitar, analisa SWOT tersebut dapat digambarkan dalam matrik. Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis suatu institusi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi institusi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dalam dunia kedokteran analisis SWOT dimisalkan sebuah alat diagnose untuk mendeteksi dan menemukan jenis penyakit yang ada pada pasien, tentu dengan

menampung bahkan mendata terlebih dahulu keluhan-keluhan yang diutarakan pasien.

Bagan 1. Bagan Analisis SWOT

2.6 Langkah-Langkah Analisis SWOT 2.6.1 Kualitatif

Terdapat beberapa metodologi dalam penyusunan SWOT. Johnson dan Scholes, yang menggunakan pendekatan kualitatif, menjelaskan bahwa dalam penyusunan SWOT terdapat empat langkah utama yang harus dilakukan, yaitu: 1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya. Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkan kebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eskternal yang ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipegang institusi. 2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi dan masih mungkin terjadi di masa mendatang. 3. Membuat tabulasi silang antara strategi yang ada saat ini dengan perubahan lingkungan yang ada. 4. Menentukan kategorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan di masa mendatang: Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi kekuatan/peluang, dan jika sudah tidak sesuai merupakan kelemahan.

Berdasarkan penjelasan diatas, untuk penerapan analisis SWOT diperlukan langkah serta kiat tertentu agar analisis yang dilakukan bersifat produktif dan tidak bersifat merugikan bagi sang penganalisis. Langkah atau kiat-kiat yang dianjurkan yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara umum pada semua komponen. 2. Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk upaya mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.

3. Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Bagan Deskripsi SWOT. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen masukan, proses, dan keluaran. 4. Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan lebih lanjut. 5. Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Setelah mendapatkan identifikasi dari informasi yang ada di lingkungan sekitar, analisa SWOT tersebut dapat digambarkan dalam model matriks. Model yang dipergunakan adalah matriks SWOT, Matriks TOWS dan Matriks Internal Eksternal (Matriks I-E)

Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Gambar 3. Matriks SWOT

Keterangan: Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

Langkah-langkah menyelesaikan analisis SWOT dengan matriks SWOT : 1. menentukan faktor internal dan faktor eksternal serta membuat matriks SWOT. 2. melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. 3. menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. 4. merencanakan langkah strategi berdasarkan prioritas.

Matriks TOWS Analisis SWOT dapat disajikan dalam matriks model David (2004) yang dikenal sebagai Matriks Threat Opportunity Weakness Strength (TOWS) yang merupakan perangkat pencocokan yang penting yang membantu pimpinan mengembangkan 4 (empat) tipe strategi : Strategi SO (Strength Opportunity), Strategi WO (Weakness Opportunity), Strategi ST (Strength Threat), dan Strategi WT (Weakness-Threat).

Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan Matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik. Strategi SO kekuatan atau strategi kekuatan peluang : Menggunakan organisasi untuk memanfaatkan peluang

internal

eksternal organisasi. Semua pimpinan menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di mana kekuatan internal dapat dipakai untuk memanfaatkan tren dan peristiwa eksternal. Organisasi umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Jika organisasi mempunyai kelemahan besar, organisasi akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau menghadapi ancaman besar organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan perhatian bpada peluang.

Strategi WO atau strategi kelemahan peluang : Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi

kelemahan internal sebuah organisasi membuatnya tidak mampu memanfaatkan peluang itu. Misalnya, terdapat banyak permintaan pemeriksaan laboratorium klinik di Puskesmas (peluang), tetapi Puskesmas tidak mempunyai teknologi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium klinik tersebut (kelemahan). Salah satu kemungkinan Strategi WO adalah menyediakan teknologi ini dengan menjadi kerjasama/ kemitraan dengan laboratorium klinik swasta yang mempunyai kompetensi dibidang ini.Strategi WO alternatif adalah mempekerjakan atau melatih pegawai Puskesmas untuk memiliki kemampuan teknis pemeriksaan labotorium klinik yang diperlukan.

Strategi ST

atau strategi kekuatan-ancaman : Menggunakan

kekuatan organisisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal. Contoh Strategi ST diterapkan ketika organisasi mendapat ancaman dari organisasi pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk/jasa yang dipatenkan (ancaman) dengan melakukan penuntutan kerugian dan royalti.

Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman: Merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal berada dalam posisi yang berbahaya, sehingga organisasi seperti itu harus berjuang agar dapat bertahan, atau melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pailit atau memilih dilikuidasi.

Ada 8 (delapan) langkah yang diperlukan untuk menyusun Matriks TOWS, yaitu: 1. Tulis peluang eksternal kunci organisasi. 2. Tulis ancaman eksternal kunci organisasi. 3. Tulis kekuatan internal kunci organisasi. 4. Tulis kelemahan internal kunci organisasi. 5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catatlah Strategi SO dalam sel yang sudah ditentukan. 6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catatlah Strategi WO dalam sel yang sudah ditentukan. 7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah Strategi ST dalam sel yang sudah ditentukan. 8. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catatlah Strategi WT dalam sel yang sudah ditentukan.

Tabel 2. Matriks TOWS INTER NAL EKSTERNAL OPPORTUNITY STRATEGI SO Pakailah kekuatan untuk memanfaatkan peluang: 1. 2. 3. TREATHS STRATEGI ST: STRATEGI WO: Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang: 1. 2. 3. STRATEGI WT: STRENGTH WEAKNES

Pakailah potensi untuk memanfaatkan ancaman: 1. 2. 3. Perkecil kelemahan dan hindari ancaman: 1. 2. 3.

Matriks Internal Eksternal (Matriks I-E) Pada Matriks Internal Eksternal, parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Total skor faktor strategik internal (IFAS) dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu kuat (nilai skor 3,0 4,0), rata-rata/menengah (skor 2,0 3,0), dan lemah (skor 1,0 2,0). Demikian pula untuk total skor faktor strategi eksternal (EFAS) juga dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu tinggi (nilai skor 3,0 4,0), menengah (skor 2,0 3,0), dan rendah (skor 1,0 2,0). Dengan demikian dari hasil kombinasi akan diperoleh sembilan sel sebagai alternatif strategi sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut:

Tabel 4. Matrix Internal Eksternal Pada prinsipnya kesembilan sel diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu: Strategi pertumbuhan Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran I, II, V, VII, atau VIII. Strategi stabilitas Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran IV atau V. Strategi penciutan Strategi ini dilakukan bila skor EFAS dan IFAS bertemu pada kuadran III, VI, atau IX

2.6.2

Kuantitatif Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitaif

melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.

Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor). 2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.

Tabel 4. Tabel SWOT Kuantitatif

Gambar 4. SWOT Kuantatif

Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk

dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

2.7 Keuntungan Analisis SWOT Analisis SWOT adalah instrumental dalam perumusan strategi dan seleksi. Ini adalah alat yang kuat, tetapi melibatkan unsur subjektif yang besar. Cara terbaik adalah ketika digunakan sebagai panduan, dan bukan sebagai resep. Bisnis yang sukses membangun kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan mereka dan melindungi terhadap kelemahan internal dan ancaman eksternal. Mereka juga berjaga-jaga di lingkungan bisnis secara keseluruhan dan mengenali dan memanfaatkan peluang baru lebih cepat dibandingkan pesaingnya. Analisis SWOT membantu dalam perencanaan strategis dalam cara sebagai berikut: a. SOWT ini dapat dijadikan informasi untuk perencanaan strategis. b. Dapat membangun kekuatan organisasi. c. Dapat mengetahui kelemahan yang ada dan dapat ditangani lebih awal. d. Dapat memaksimalkan respon terhadap peluang. e. Dapat mengatasi ancaman organisasi yang timbul dari kelemahan dan ancaman yang ada.

f. Dapat membantu dalam mengidentifikasi kompetensi inti dari suatu organisasi. g. SWOT dapat membantu dalam menetapkan tujuan untuk perencanaan strategis. h. Dapat membantu dalam mengetahui masa lalu, sekarang dan masa depan sehingga dengan menggunakan data masa lalu dan saat ini, rencana masa depan dapat dihubungkan keluar.

2.8 Keterbatasan SWOT Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan bagi banyak manajer selama periode waktu yang penjang karena kesederhanaannya dan kemampuannya untuk menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang baik. Tetapi analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual yang sangat luas, sehingga rentan terhadap beberapa kelemahan utama : 1. Analisis SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal dan menganggap remeh ancaman eksternal. Para pembuat strategi di setiap perusahaan harus tetap waspada terhadap strategi yang didasarkan pada apa yang dapat dilakukan dengan baik oleh perusahaan saat ini tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan eksternal terhadap kekuatan tersebut. 2. Analisis SWOT dapat bersifat statis dan berisiko mengabaikan kondisi yang berubah. Nasihat yang sering diberikan berkaitan dengan gagalnya proses perencanaan adalah bahwa rencana merupakan peristiwa sesaat yang perlu dilengkapi, diketik, dan kemudian dipindahkan ditempatnya di rak seorang manajer sementara ia mengerjakan pekerjaan actual perusahaan. Jadi, adalah tidak mengherankan bahwa para kritisi analisis SWOT,

dengan alas an yang bagus, memperingatkan bahwa analisis tersebut merupakan pandangan sesaat mengenai situasi berubah atau bergerak. 3. Analisis SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen strategi. Teori keterbatasan analisis SWOT diatas dapat dilihat secara jelas pada kasus merger Hewlett-packard & Compaq yang menciptakan perusahaan PC terbesar didunia dan strateginya untuk keberhasilan PC didasarkan pada skala ekonomi yang dimungkinkan oleh ukuran perusahaan besar tersebut. Strategi ini tidak berhasil menciptakan salah satu perusahaan computer PC terbesar didunia, meskipun merupakan kekuatan potensial, terbukti merupakan basis yang terlalu disederhanakan untuk menjadi landasan bagi strategi perusahaan untuk bertahan dan bertumbuh di industry PC global selama lima tahun terakhir. 4. Suatu kekuatan tidak selalu menjadi sumber keunggulan kompetitif. Contoh lain untuk penjabaran teori diatas dapat kita lihat pada perusahaan yang bergerak pada penyediaan perangkat switching dan barang-barang infrastruktur jaringan utama lainnya yang memungkinkan system komunikasi computer global berkembang, yaitu Cisco systems Inc. Cisco memiliki keahlian keuangan, teknologi, dan merek yang substansial. Dua kali cisco berupaya menggunakan kekuatannya dalam bidang-bidang ini sebagai dasar untuk masuk ked an bertahan pada pasar jaringan computer rumah tangga dan alat jaringan rumah tangga yang nirkabel. Kedua usaha tersebut gagal dan membuat perusahaan itu mengalami kerugian ratusan juta dollar dalam prosesnya.

Secara ringkas, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan tradisional yang sudah lama digunakan oleh para pembuat strategi untuk

melakukan analisis internal. Analisis ini menawarkan usaha umum untuk menilai kapabilitas internal dengan mempertimbangkan factor eksternal, terutama peluang dan ancaman utama. Analisis ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan jika akan digunakan sebagai landasan bagi proses pengambilan keputusan strategis perusahaan.1 Pengetahuan tentang berbagai faktor penopang dan ataupun penghambat ini, dalam pekerjaan administrasi dipandang cukup penting. Dengan diketahuinya berbagai faktor penopang serta penghambat tersebut, akan dapat dilakukan berbagai persiapan, sedemikain rupa sehingga pelaksanaan rencana akan dapat lebih lancar.2 Kekurangan lain analisis SWOT adalah metode analisis ini sangat bergantung pada kemampuan internal dalam menentukan kategori yang sesuai untuk menilai faktor internal dan eksternal suatu organisasi. Dalam hal ini, dapat diatasi dengan manajemen strategi yang sangat baik dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal dan menggunakan informasi itu untuk meningkatkan kualitas analisis SWOT.

Rokok 2.1.1 Definisi Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

2.1.2

Kandungan

Setiap rokok atau cerutu mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia, dan 400 dari bahan-bahan tersebut dapat meracuni tubuh, sedangkan 40 dari bahan tersebut bisa menyebabkan kanker. Beberapa contoh zat berbahaya di dalam rokok yang perlu diketahui adalah sebagai berikut: 1. Nikotin Nikotinlah yang menyebabkan ketergantungan. Nikotin menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah nikotin yang dibutuhkan. Semakin lama, nikotin dapat melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi hormonal yang membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras. Artinya, jantung membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat terus memompa. Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah lebih cepat dan meningkatkan resiko serangan jantung. Secara perlahan, nikotin akan mengakibatkan perubahan pada sel-sel otak perokok yang menyebabkan perokok perlu merokok lebih banyak untuk mengatasi gejala-gejala ketagihan. Nikotin termasuk salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, serta nikotin membuat pemakainya kecanduan. Secara cepat, nikotin masuk ke dalam otak pada saat seseorang merokok. Kadar nikotin yang dihisap akan dapat menyebabkan kematian, apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0,1-1,2 mg nikotin. Dari jumlah tersebut, kadar nikotin yang masuk ke peredaran darah tinggal 25%. Namun, jumlah yang kecil itu mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik. 2. Karbon Monoksida Gas berbahaya pada asap rokok ini seperti yang ditemukan pada asap pembuangan mobil. Karbon monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen yang biasanya dibawa oleh sel darah merah, sehingga

jantung perokok menjadi berkurang suplai oksigennya. Hal ini sangat bebahaya bagi orang yang menderita sakit jantung dan paru-paru karena ia akan mengalami sesak napas dan menurunkan stamina. Karbon monoksida juga merusak lapisan pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. 3. Tar Tar digunakan untuk melapisi jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, tar adalah partikel penyebab tumbuhnya sel kanker. Sebagian lainnya berupa penumpukan zat kapur, nitrosmine dan B-naphthylamine, serta cadmium dan nikel. Tar mengandung bahan kimia yang beracunm yang dapat merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Tar bukanlah zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia gelap dan lengket, dab tergolong sebagai racun pembuat kanker. Sering kali, banyak pabrik rokok tidak mencantumkan kadar tar dan nikotin dalam kemasan produksi mereka. 4. Arsenic Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga, terdiri dari unsur-unsur berikut: a. Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya kerusakan dan berubahan kulit tubuh. b. Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah. 5. Amonia

Amonia merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya. Amonia sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Saking kerasnya racun yang terdapat dalam zat ini, sehingga jika disuntikan sedikit saja ke dalam tubuh bisa menyebabkan seseorang pingsan. 6. Formic Acid Formic Acid tidaklah berwarna, bisa bergerak bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat tersebut dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat itu dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernapasan menjadi cepat. 7. Acrolein Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna, sebagai mana aldehid. Zat ini diperoleh dengan cara mengambil cairan dari gliserol menggunakan metode pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan. 8. Hydrogen Cyanide Hydrogen Cyanide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini termasuk zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang mengandung racun sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide dimasukkan ke dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan kematian. 9. Nitrous Oksida Nitrous oksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna. Jika gas ini terhisap maka dapat menyebabkan rasa sakit. 10. Formaldehyde

Zat ini banyak digunakan sebagai pengawet laboratorium (formalin). 11. Phenol Phenol merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Phenol terikat pada protein yang menghalangi aktivitas enzim. 12. Acetol Hasil pemanasan aldehyde (sejenis zat tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol. 13. Hydrogen Silfide Hydrogen Sulfide ialah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

14. Pyridine Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. 15. Methyl Chloride Methyl chloride adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu, yang unsur-unsur utamanya berupa hidrogen dan karbon. Zat ini merupakan compound organic yang dapat beracun. 16. Methanol Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan terbakar. Meminum atau menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan, bahkan kematian.

2.1.3. Dampak Bagi Kesehatan Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena merokok merupakan faktor resiko dari beberapa penyakit antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskuler, impotensi, berbagai jenis kanker yang disebabkan oleh berbagai bahan kimia atau partikel yang ada di dalam asap rokok tersebut. Masalah rokok atau tembakau kaitannya dengan kesehatan sudah mendunia, WHO sampai memandang perlu untuk menetapkan Hari Tanpa Rokok Sedunia (Word No Tobacco Day) setiap tanggal 31 Mei.2 Sebanyak 20-60% lebih penduduk pria dunia adalah merokok, dan 10-50% untuk wanitanya. Di Indonesia diperkirakan 50-59% pria adalah perokok, dan pada wanita mencapai 10%. Di kalangan remaja juga kebiasaan merokok sudah demikian mengkhawatirkan, 3-60% remaja (30% remaja pria dan mencapai 10% remaja wanita) mengkonsumsi rokok. 2 Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering. Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer. Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat

bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

2.2.

Analisis Kebijakan dan Analisis Implementasi Kebijakan Analisis kebijakan adalah suatu aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan di dalam proses kebijakan. Proses analisis kebijakan mempunyai lima tahap yang saling bergantung yang secara bersama-sama membentuk siklus aktivitas intelektual yang kompleks dan tidak linear. Aktivitas-aktivitas tersebut berurutan sesuai waktunya dan melekat dalam proses kebijakan yang bersifat kompleks, tidak linear, dan pada dasarnya bersifat politis. (Dunn 2003) Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang bersifat deskriptif, valuatif dan preskriptif. Analisis kebijakan diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan, yaitu : 1. 2. 3. Nilai pencapaian yang merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah teratasi. Fakta yang dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilainilai. Tindakan yang dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai. (Dunn 2003) Dalam menghasilkan informasi dan argumen-argumen dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, seorang analis dapat memakai satu atau lebih dari tiga analisis di bawah ini : 1. Pendekatan Empiris Pendekatan empiris ditekankan terutama pada penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik tertentu. Di sini

pertanyaan utama bersifat faktual (apakah sesuatu itu ada ?) dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif. 2. Pendekatan Valuatif Pendekatan valuatif terutama ditekankan pada penentuan bobot atau nilai beberapa kebijakan. Di sini pertanyaannya berkaitan dengan nilai dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat valuatif. 3. Pendekatan Normatif Pendekatan normatif ditekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat menyelesaikan masalahmasalah publik. Dalam kasus ini pertanyaannya berkenaan dengan tindakann dan tipe informasi yang dihasilkan bersifat preskriptif. (Dunn 2003) DeLeon (1999) mendefinsikan implementasi kebijakan sebagai

hal-hal yang terjadi antara harapan terhadap kebijakan dengan hasil kebijakan. Dalam derajat lain, Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh Agustino (2006) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan-keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya. (Buse, Mays, Walt 2006, Agustino 2006) Dari definisi tersebut setidaknya ada 3 hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan, yaitu : 1. 2. 3. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan Adanya hasil kegiatan (Agustino 2006)

Dalam implementasi kebijakan, dikenal ada 2 pendekatan kebijakan, yaitu: 1. Pendekatan top down

Dalam pendekatan ini, implementasi kebijakan dilakukan secara terpusat dan dimulai dari aktor tingkat pusat dan keputusannya diambil dari tingkat pusat. Pendekatan ini didasarkan bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh admistratur-administratur atau birokrat-birokrat pada level bawahnya. 2. Pendekatan bottom up

Dalam pendekatan ini, implementasi kebijakan dilakukan oleh para pelaksana kebijakan yang bukan hanya untuk mengelola, tetapi juga bertindak sebagai partisipan dalam proses implementasi yang kompleks. Para pelaksana kebijakan bisa saja mengubah cara implementasi suatu kebijakan atau bahkan tujuan dari suatu kebijakan. Pendekatan ini didasarkan bahwa beberapa kekuatan kebijakan dikendalikan oleh para pelaksana kebijakan. (Buse, Mays, Walt 2006, Agustino 2006) Dari definisi dan pendekatan tersebut di atas, maka fokus dalam analisis implementasi kebijakan berkisar pada masalah-masalah pencapaian tujuan formal kebijakan yang telah ditentukan. Olehnya itu, maka timbullah pertanyaan-pertanyaan berikut : 1. 2. 3. 4. Sampai sejauh mana tindakan-tindakan pejabat pelaksana konsisten dengan keputusan kebijakan tersebut ? Sejauh manakah tujuan kebijakan tercapai ? Faktor-faktor apa saja yang secara prinsipil mempengaruhi output dan dampak kebijakan ? Bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan kembali sesuai pengalaman lapangan ? (Agustino 2006)

Prosedur analisis kebijakan pada tahap implementasi kebijakan adalah pemantauan (monitoring) yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik. Pemantauan merupakan cara untuk membuat pernyataan yang sifatnya penjelasan tentang tindakan kebijakan di waktu lalu maupun sekarang. Pemantauan setidaknya memainkan empat fungsi dalam analisis kebijakan, yaitu : 1. Kepatuhan (Compliance) Pemantauan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh para legislator, instansi pemerintah, dan lembaga profesional. 2. Pemeriksaan (Auditing) Pemantauan membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai pada mereka. 3. Akuntansi Pemantauan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melaksanakan akuntansi atas perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu. 4. Eksplanasi Pemantauan juga menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program berbeda. (Dunn 2003)

2.3.

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 Peraturan Daerah ini berisi tentang uraian mengenai larangan untuk merokok di kawasan tanpa rokok dan tempat umum. Kawasan tanpa rokok

disebutkan dalam Pasal 8, beberapa diantaranya adalah tempat kerja, kawasan proses belajar mengajar, dan tempat pelayanan kesehatan. Peraturan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya paparan asap rokok orang lain, memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat, serta melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung. Perda ini terdiri dari 12 BAB dan 31 pasal.

2.4 2.4.1

Konsep Perilaku Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-OR atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : 1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Faktor faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1)

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu 2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3)

Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).

2.4.2

Klasifikasi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : 1. Teori Lawrence Green (1980) Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : a) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, sebagainya. c) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snehandu B. Kar (1983) Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari : misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

a) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention). b) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support). c) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information). d) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). e) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation). 3. Teori WHO (1984) WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : a) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). (1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. (3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung

pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. b) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. c) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. d) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

You might also like