You are on page 1of 2

BAB III KESIMPULAN

Odontologi Forensik dapat diartikan pengetahuan mengenai gigi untuk pengadilan. Odontologi Forensik adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Odontologi forensik merupakan cabang ilmu dari kedokteran forensik. Dimana mempelajari tentang identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya baik itu data ante mortem maupun post mortem. Peran gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah identifikasi benda bukti manusia, penentuan umur dari gigi, penentuan jenis kelamin dari gigi, penentuan ras dari gigi, penentuan etnik dari gigi, analisis jejas gigit (bite marks), dan peran dokter gigi forensik dalam kecelanaan massal, serta peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal. Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana massal, kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bisa

mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi diperlukan walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi. Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah kemanusiaan dan hukum. Pemeriksaan gigi juga dapat memperkirakan usia, perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Perkembangan dan erupsi gigi-geligi permanen berlangsung dari saat kelahiran sampai umur sekitar 14 tahun. Molar permanen pertama mulai berkalsifikasi pada saat kelahiran dan kalsifikasi gigi permanen

33

lainnya berlangsung sampai umur 9 tahun, kecuali gigi molar ketiga tidak mengalami pembentukan jaringan keras sampai umur 8-9 tahun. Urutan erupsi pada gigi permanen adalah sebagai berikut: Molar pertama-insisivus sentralis dan lateralis mandibula-insisivus sentralis maksila-insisivus lateralis maksila-caninus mandibula-premolar pertama-premolar kedua-caninus maksila-molar kedua-molar ketiga. Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin. Gambaran gigi juga dapat memperkirakan gambaran ras, yaitu ras mongoloid meliputi Insisivus berbentuk sekop, Dens evaginatus, Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid. Sedangkan pada ras kaukasoid meliputi Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1, pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula, maloklusi pada gigi anterior. Pada ras negroid meliputi Sering terdapat open bite, pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan, palatum berbentuk lebar. Pemeriksaan gigi-geligi sebagai identifikasi karena gigi melekat erat pada tulang rahang serta gigi bisa tahan pemasanan hingga 9000C, tahan kimawi, tahan abrasi dan atrisi karena kandungan non organik didalam gigi tinggi, bahkan lebih tinggi dari tulang. Namun, terdapat beberapa kendala dalam identifikasi gigi yakni banyak masyarakat Indonesia yang tidak melakukan perwatan gigi dan mempunyai data radiogram giginya sebagai rekam medis pada data ante mortem, dan sebagian besar masyarakat indonesia yang melakukan perawatan berpindah pindah, pencatatan tidak cukup dan tidak baku serta memiliki waktu yang lama.

34

You might also like