You are on page 1of 53

Anatomi jantung dan radiologi

Hipertensi

Tekanan darah sistolik merupakan


The arterial blood pressure: gambaran saaytdarah dipompa ke aorta, yang tergantung pada: menunjukan tekanan saat darah melewati atau bergerak pada arteri Stroke volume Velocity of ejection elastisitas dari aorta

Menunjukan angka yang tinggi pada saat darah

Tekanan darah diastole diatur oleh


energi yang dipakai di dinding aorta saat sistol, yang tergantung pada: Elastic properties & ability to store energy of aorta & large arteries Resistance of arterioles

dipompa keluar dari jantung


(saat sistol) dan Menunjukan angka yang lebih rendah pada saat jantung relaksasi (saat diastole)

DEFINISI
Suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai O2 dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Seseorang dengan : Sistole 140 mmHg Diastole 90 mmHg Sedang menerima pengobatan antihipertensi

EPIDEMIOLOGI
6% kematian di seluruh dunia 28,7% penduduk US (58,4 juta) menderita hipertensi Prevalensi usia 60 65,4% 60% penderita hipertensi kelebihan berat badan Tekanan darah tinggi < 55 tahun muncul 3,8 x lebih banyak pada orang yang mempunyai riwayat keluarga

ETIOLOGI (PENYEBAB)
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: Penyakit Ginjal
Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma

Obat-obatan

Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut.

Penyebab Lainnya

Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

Tanda dan gejala hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

GEJALA KLINIS
sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain Manifestasi klinik krisis hipertensi yang lain adalah dekompensasi kordis dengan edema paru yang ditandai dengan gejala oleh gejala edema, dispneu, sianosis, takikardi, ronki, kardiomegali, suara bising jantung, dan heptaomegali

Faktor-faktor resiko hipertensi


Faktor resiko hipertensi meliputi : Usia ; Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur Jenis kelamin ; Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi

Obesitas ; adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus

Riwayat keluarga ; yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah

Merokok ; Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya

Olah raga ; lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi

Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik, yaitu: Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.

Based on JNC VII category


The seven joint national comitee on preventation detection evaluation n treatment of high blood preasure

Klasifikasi
Normal Pre-hipertensi Stage 1

Sistolik (mmHg)
<120 120-139 140-159

Diastolik (mmHg)
<80 80-89 90-99

Rekomendasi
Periksa ulang dalam 2 tahun Periksa ulang dalam 1 tahun Konfirmasi dalam 1 atau 2 bulan,anjurkan modifikasi gaya hidup

Stage 2

160

100

Evaluasi atau rujuk dalam 1 bulan

Jenis dan kemungkinan Faktor penyebab


Hipertensi primer atau esensial adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal.

Target kerusakan akibat Hipertensi antara lain: Otak : menyebabkan stroke Mata : menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung), gagal jantung Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI


1. Hipertensi emergensi Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif. Di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam. 2. Hipertensi urgensi Kenaikan TD mendadak yg tidak disertai kerusakan organ target. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.

STRATIFIKASI FAKTOR RISIKO DAN RENCANA PENANGGULANGAN


Tekanan Darah (mmHg) Risiko Grup A (tidak ada faktor risiko) Perubahan Pola Hidup Risiko Grup B (1-2 faktor risiko) Perubahan Pola Hidup Risiko Grup C ( 3 faktor risiko atau DM atau KOT/KKT Perubahan Pola Hidup + Obat

TD Sistolik 130139 mmHg/TD Diastolik 80-89 mmHg TD Sistolik 140159 mmHg/TD Diastolik 90-99 mmHg TD Sistolik 160 mmHg/TD Diastolik 100 mmHg

Perubahan Pola Hidup + Obat Perubahan Pola Hidup + Obat

Perubahan Pola Hidup + Obat

Perubahan Pola Hidup + Obat

Perubahan Pola Hidup + Obat

Perubahan Pola Hidup + Obat

KETERANGAN : KOT: Kerusakan Organ Target (Target Organ Damage) Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH per ECG/ECHO) Kenaikan kadar kreatinin Microalbuminuria Gangguan pembuluh darah (penebalan intima-media, plak sklerotik)
KKT: Kondisi Klinik Terkait (Associated Clinical Condition) Serebrovaskular (stroke iskemik/perdarahan, TM) Jantung (infark miokard,angina pektoris, gagal jantung, revaskularisasi koroner) Ginjal (nefropati diabetik, proteinuria, gangguan fungsi ginjal) Pembuluh darah perifer Retina /retinopati: (eksudat, perdarahan, edema papil)
*Clinical Practice Guidelines - Hypertension, Singapore, 2005

KOMPLIKASI
CHF Gagal ginjal Stroke Kelainan pada retina dan mata Aterosklerosis PJK Aneurisma aorta Kerusakan organ dan pembuluh darah perifer

Edema Paru

Gagal Ginjal

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis : sebab lain yang juga menyebabkan pembesaran jantung harus disingkirkan.

Diagnosis berdasar ditemukan hipertensi sistemik, ada bukti-bukti pembesaran jantung secara klinik, radiologik, EKG.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik Sesuai dengan organ target yang terkena Pengukuran TD di kedua lengan Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Pemeriksaan neurologis umum Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal: a. Urinalisis b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram.

EKG
Gelombang T yang tinggi di lead V6 (>25 mm) Gelombang R di V5 + gelombang S di V2 >35 mm Gelomabang S yang dalam di lead V Gelombang T terbalik di lead lateral (I,AVL,V5 dan V6)

Prognosis
Perjalanan penyakit berbeda-beda. Bila hipertensi sedang, pasien dapat bertahan berpuluh-puluh tahun. Bila keras, bisa payah jantung dalam waktu 1 tahun +. 35% penderita hipertensi meninggal karena penyakit jantung, 20% karena uremi, 15% karena kecelakaan cerebrovaskuler (CVA).

Farmakologis
Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid), betabloker (misalnya propanolol, atenolol,) penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril, enalapril) antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan) calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin) dan alphablocker (misalnya doksasozin). Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja sentral dan yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasikan untuk keadaan krisis hipertensi.

Indikasi khusus Gagal jantung Pasca infark miokard Risiko tinggi PJK

diuretik +

blocker + +

ACE-I ARB CCB antialdoste ron + + + + +

Diabetes melitus
Penyakit ginjal kronik Cegah stroke berulang

+
+

+
+

Pengobatan non farmakologi


Diberikan pada semua tingkatan dan stratifikasi hipertensi. Tujuan intervensi gaya hidup : Untuk menurunkan tekanan darah Untuk mengurangi kebutuhan dan meningkatkan efikasi obat antihipertensi. Untuk mengobati faktor risiko lain yang ada Untuk pencegahan primer hipertensi dan kelainan kardiovaskuler yang berhubungan dimasyarakat.

1). Berhenti merokok Merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada penderita hipertensi. Untuk penderita yang sulit untuk menghentikan merokok dapat dibantu dengan pengobatan penggantian nikotin.
2). Penurunan berat badan Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadinya hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat badan > 10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain (resistensi insulin, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan LVH). 3). Konsumsi alkohol sedang Terdapat hubungan linier antara konsumsi alcohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alcohol menurunkan efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi konsumsi alcohol dibatasi 20-30 g etanol per hari untuk pria dan 10-20 g etanol per hari pada wanita.

4). Penurunan diet garam Diet tinggi garam dihubungkan dengan penigkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 g) per hari menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 g) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg. 5). Perubahan diet yang komplek Vegetarian mempunyai tekannan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran menurunkan tekanan darah TDS/TDD 3/1 mmHg sedangkan mengurangi diet lemak menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg. Pada penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet tinggi kalsium, magnesium dan kalium mungkin berperanan terhadap efek tersebut. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. 6). Peningkatan aktifitas fisik Latihan fisik aerobic sedang secara teratur (jalan atau renang selama 30-45 menit 3-4 seminggu) mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan olah-raga berat seperti lari, jogging. Tekanan darah sistolik turun 4-8 mmHg. Latihan fisik isometric seperti angkat besi dapat meningkatkan tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi

Diet pada hipertensi


Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut : Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

Anjuran Diet pada Pasien Hipertensi


Membatasi kalori
Pnurunan BB 10% tensi menurun

Membatasi Na
Tensi menurun 17 % risiko PKV, ginjal dan stroke menurun

Membatasi minum alkohol


Rekomendasi JNC 7 : pria 2 gelas, wanita 1 gelas

Meningkatkan asupan K, Ca, Mg Membatasi asupan kopi Membatasi asupan lemak (< 30 % total kalori)

PENCEGAHAN
Deteksi & obat HT tak berkontribusi besar pd PCV di populas, karena: Komplikasi dpt terjadi sebelum kejadian HT Tak mkn deteksi & obati semua kasus HT Obat HT mahal Strategi populasi ditujukan pd warga hitam dilakukan dg basis perubahan gaya hidup. Meliputi diet rendah Na & tinggi K; diet rendah kalori; olah raga; konsumsi alkohol rendah

9/3/2013

STUD_01

52

Pencegahan Hipertensi

You might also like