You are on page 1of 18

Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:pemimpin sebagai subjek, dan. yang dipimpin sebagai objek.Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyait a n g g u n g j a w a b b a i k secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilanaktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak m u d a h d a n tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di d a l a m menjalankan ke-pemimpinannya.Mitos-mitos PemimpinM i t o s p e m i m p i n a d a l a h p a n d a n g a n - p a n d a n g a n a t a u k e y a k i n a n - k e y a k i n a n masyarakat yang dilekatkan kepada gambaran seorang pemimpin. Mitos inidisadari atau tidak mempengaruhi pengembangan pemimpin dalam organisasi.A d a 3 ( t i g a ) m i t o s y a n g b e r k e m b a n g d i m a s y a r a k a t , y a i t u m i t o s t h e Birthright, the For All - Seasons , dan the Intensity. Mitos the Birthrightberpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitosini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandangpantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkansebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpinMitos the For All - Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadip e m i m p i n s e l a m a n y a d i a a k a n m e n j a d i p e m i m p i n y a n g b e r h a s i l . P a d a kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi t e r t e n t u b e l u m t e n t u s a m a d e n g a n s i t u a s i d a n k o n d i s i l a i n n y a . M i t o s t h e Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegasdan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong d e n g a n c a r a y a n g k e r a s . P a d a k e n y a t a a n n y a k e k e r a s a n m e m p e n g a r u h i peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapatmenumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja Teori

Teori-teori dalam Kepemimpinan


1. Teori SifatTeori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpinditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu.Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorangpemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.D a n k e m a m p u a n p r i b a d i y a n g d i m a k s u d a d a l a h k u a l i t a s s e s e o r a n g d e n g a n berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perludimiliki pemimpin

menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:Teori Kepemimpinan Pustaka Pribadi Notaris Herman ALT

pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, r a s i o n a l i t a s , obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu , rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadipendengar yang baik, kapasitas integratif;- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skalaprioritas, membedakan y ang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik,dan berkomunikasi secara efektif.W a l a u p u n teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalubersifat d e s k r i p t i f , t i d a k s e l a l u a d a r e l e v a n s i a n t a r a s i f a t y a n g d i a n g g a p unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yangsudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai -nilai moral dan akhlak yangterkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai p e m i m p i n ; j u s t r u s a n g a t d i p e r l u k a n o l e h k e p e m i m p i n a n y a n g m e n e r a p k a n prinsip keteladanan. 2. Teori Perilaku Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorangi n d i v i d u k e t i k a m e l a k u k a n k e g i a t a n p e n g a r a h a n s u a t u k e l o m p o k k e a r a h pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:a. konsiderasi dan struktur inisiasiPerilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memilikiciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,m e n e r i m a u s u l d a n m e m i k i r k a n k e s e j a h t e r a a n b a w a h a n s e r t a memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping i t u t e r d a p a t p u l a kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.b. berorientasi kepada bawahan dan produksiperilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekananpada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan danp e r i l a k u b a w a h a n . S e d a n g k a n p e r i l a k u p e m i m p i n ya n g b e r o r i e n t a s i p a d a p r o d u k s i m e m i l i k i k e c e n d e r u n g a n penekanan pada segi teknis pekerjaan,pengutama an penyelenggaraan d a n p e n y e l e s a i a n t u g a s s e r t a p e n c a p a i a n tujuan.Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada d a s a r n y a a d a d u a y a i t u b e r o r i e n t a s i k e p a d a p e m i m p i n d a n b a w a h a n . Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpindapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas danterhadap bawahan/hubungan kerja.Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskandari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)3. Teori SituasionalKeberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh cirikepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan

Teori Kepemimpinan Pustaka Pribadi Notaris Herman ALT

tuntutans i t u a s i k e p e m i m p i n a n d a n s i t u a s i o r g a n i s a s i o n a l y a n g dihadapi denganm e m p e r h i t u n g k a n f a k t o r w a k t u d a n r u a n g . F a k t o r s i t u a s i o n a l y a n g berpengaruh terhadap ga ya kepemimpinan t e r t e n t u m e n u r u t S o n d a n g P . Siagian (1994:129) adalah* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;* Norma yang dianut kelompok;* Rentang kendali;* Ancaman dari luar organisasi;* Tingkat stress;* Iklim yang terdapat dalam organisasi.Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan membacas i t u a s i y a n g d i h a d a p i d a n m e n y e s u a i k a n g a y a k e p e m i m p i n a n n ya a g a r c o c o k dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gayakepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinandan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinanberikut:a. Model kontinuum Otokratik-DemokratikGaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan d engan situasid a n k o n d i s i y a n g dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinantertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal p e n g a m b i l a n keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri,c i r i k e p e m i m p i n a n y a n g m e n o n j o l k e t e g a s a n disertai perilaku yangberorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergayad e m o k r a t i k a k a n mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. C i r i kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baikdisertai perilaku memberikan perhati an pada kepentingan dan k e b u t u h a n bawahan.b. Model Interaksi Atasan-Bawahan

Teori Kepemimpinan Pustaka Pribadi Notaris Herman ALT

Makna Pemimpin Pemimpin, leader, atau apalah namanya, merupakan suatu subyek sangat penting dan berpengaruh yang terdapat di sekitar kita. Kita hidup berkeluarga membutuhkan pemimpin. Kita hidup bermasyarakat membutuhkan pemimpin. Kita hidup berorganisasi membutuhkan pemimpin. Jiwa kepemimpinan itu dimiliki oleh setiap orang, ada yang merupakan suatu bakat, dan ada juga yang membutuhkan sebuah asahan agar jiwa memimpin itu terdapat dalam diri seseorang. Pemimpin adalah seseorang yang mampu menghandle, memanage, dan mengoordinasi bawahannya agar terjalin suatu proses yang maksimal dan tujuan yang optimal dapat diraih. Pemimpin itu harus pandai dalam melihat kondisi faktor eksternal dan internal di lingkungan sekitar. Sebagai contoh, seorang pemiimpin negara, dalam faktor internal, harus senantiasa pandai tuk memanage kondisi yang terjaadi di dalam suatu negaranya. Apabila terdapat masalah internal dalam suatu negara, maka presiden berhak tuk memerintah bawahannya tuk menghandle permasalahan yang sesuai dengan bidang yang dimanage oleh bawahannya. Dalam faktor eksternal, presiden harus senantiasa tanggap terhadap hubungan bilateral dan multilateral yang terjadi antara negaranya dengan negara lain, dan apabila terdapat suatu permasalahan, hendaknya haarus diselesaikan secara maksimal, dengan tidak merendahkan negaranya sendiri. Di dalam seubah perusahaan, pemimpin juga sangat berperan dalam kelangsungan sebuah perusahaan itu. Pemimpin tiap2 bagian dan sub bagian harus mampu tuk menghandle bawahannya dengan karakteristik yang dimilikinya. Tiap-tiap pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar, karena dengan pemimpin yang handal serta cakap, maka bawahan senantiasa tuk tanggap dan termotivasi tuk menjalankan apa yang ditugaskan pemimpinnya. Di dalam faktor eksternal, pemimpin harus bisa menangkap informasi dan situasi di luar perusahaan dengan baik, agar perusahaan tersebut dapat selalu update akan faktor-faktor eksternal yang ada. Begitupun juga di dalam faktor internal, kondisi hubungan antara pekerja serta hubungan antara pemimpin dan baawahan harus senantiasa terjaga dengan baik dan harmonis Hal tersebut juga berlaku di dalam suatu organisasi. Organisasi sangat membutuhkan sosok pemimpin agar organisasi tersebut mempunyai struktur dan pembagian tugas yang dapat bekerja secara optimal dengan hasil yang maksimal. Pemimpin tersebut biasanya merupakan hasil pilihan dari berbgai orang yang telah memilih melalui suara terbanyak yang mana yakin akan kredibilitas sang calon pemimpin tersebut. Di dalam keluarga, faktor pemimpin juga sangat berpengaruh terhadap jalannya kondisi keluarga tersebut. Pemimpin yang utama adalah sosok ayah, namun apabila single parent, maka sang ibu juga dapat berposisi sebagai pemimpin keluarganya. Karakteristik pemimpin

dari sang ayah atau ibu sangat memengaruhi jiwa dan mentalitas sang anak. Karakter mandiri yang terdapat dalam diri anak juga dapat timbul dari didikan keluarga yang diciptakan oleh sang pemimpin. Apabila didikan keluarga benar, maka akan tercipta suatu keluarga yang benar pula. Namun, apabila didikan yang diberikan itu kurang tepat, maka cukup bahaya juga terhadap kondisi keluarga yang ada.

Fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :


1. Fungsi Perencanaan Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat manfaat tersebut antara lain : a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan keputusan yang berdasarkan atas fakta fakta yang diketahui c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal, yaitu : a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus. b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kkegiatan kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur prosedur yang diperlukan Setiap rencana yang baik akan berisi : a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami b. Penggunaan sumber sumber enam M secara tepat c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut 2. Fungsi memandang ke depan Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar

organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar. 3. Fungsi pengembangan loyalitas Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. 4. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana . 5. Fungsi mengambil keputusan Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya. Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya dari : a. Perasaan, firasat atau intuisi b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional sistematis. c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung. d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode metode sebagai berikut : a. Keputusan keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian. b. Keputusan keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus dapat diserahkan kepada orang orang yang terlatih khusus untuk itu atau dilakukan dengan menggunakan komputer. c. Keputusan keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi tanggung

jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis. Keputusan keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya menyangkut perhitungan perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya. 6. Fungsi memberi motivasi Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka. Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership, menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan, yaitu : 1. Fungsi menjalankan tugas Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah : a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan gagasan gagasan baru, dan sebagainya. b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan. c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa. d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran saran yang diterima. e. Memeberikan penjelasan dengan contoh contoh yang lebih dapat mengembangkan pengertian. f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan mencoba

mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan. g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan dalam kelompok. h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai keputusankeputusan yang akan dilaksanakan. i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan. j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan. 2. Fungsi pemeliharaan. Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain : a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan fikiran orang lain. b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk mendengar. c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok. d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan. e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah. Disamping kedua pendapat tersebut tentang fungsi kepemimpinan, pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memberikan pendapat yang terakhir mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan mengamankan integritas organisasi dan medamaikan perbedaan yang terjadi dalam kelompok menuju ke arah kesepakatan bersama.

Model - Model Kepemimpinan Dan Tipe Kepemimpinan


Telah banyak pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur. Namun yang paling umum kita jumpai dalam keseharian kita diantaranya adalah:

a. Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership) Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974). Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut. b. Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership) Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studistudi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin. Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu. c. Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders) Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan

menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatankegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations). Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya. d. Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan

menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan). Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. e. Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership) Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance. Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Dalam buku mereka yang berjudul Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai the Four Is. Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku

pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatanpendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978). Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan praktekpraktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran. Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus

mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru. Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.

Selain Model-model diatas masih ada beberapa tipe kepemimpinan yang ada saat ini, yaitu:

a. Tipe instruktif, tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanaan pekerjaan diawasi secara ketat oleh pemimpin. Ciri-cirinya ; * Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah dukungan. * Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan. * Pemimpin memberitahukan bawahan tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaimana bawahan melaksanakan tugasnya. * Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakuakn oleh pemimpin. * Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin

b. tipe konsultatif, Kepemimpinan tipe ini masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh pemimpin. Bedanya adalah bahwa tipe konsultatif ini menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang keputusan yang diambil. Sementara bantuan ditingkatkan, pengawasan atas pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin. Ciri-cirinya : * Pemimpin memberikan baik pengarahan maupun dukungan tinggi. * Pemimpin mengadakan komunikasi dua arah dan berusaha mendengarkan perasaan, gagasan, dan saran bawahan. * Pengawasan dan pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. c. tipe partisipatif, sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas. Ciri-cirinya : Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.

Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti antara pemimpin dan bawahan. Komunikasi dua arah ditingkatkan. Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada bawahan.

d. tipe delegatif, sebab pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yrng dihadapi dengan para bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan. Selanjutnya menjadi hak bawahan untuk menentuykan bagaimana pekerjaan harus diselesaikan. Dengan demikian bawahan diperkenankan untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri sebab mereka telah dianggap memiliki kecakapan dan dapat dipercaya untuk memikul tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengelola dirinya sendiri. Ciri-cirinya : Pemimpin memberikan maupun pengarahan sedikit/rendah. Peminpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan tentang definisi masalah yang dihadapi. Pengambilan keputusan didelegasikan sepenuhnya kepada bawahan.

KEUNGGULAN dan KEKURANGAN PEMIMPIN


KEUNGGULAN: - Tegas, seorang pemimpin mutlak memiliki sikap ini agar tidak dilecehkan anak buahnya. - Percaya diri, rasa percaya diri yang tinggi melahirkan semangat, juga bisa memberi spirit pada pengikutnya. KEKURANGANNYA: - Kejam, sifat ini dapat melahirkan ketakutan pada musuh dan juga pengikut. ketaataan pengikut yang didasari rasa takut dapat mudah lenyap dan menjadikan pengikut seorang pembelot bila: ia menyadari bahwa sang pemimpin telah tidak memiliki kekuatannya lagi, atau bila ia punya kesempatan untuk lari dari rasa takut itu, baik dengan meyerah pada musuh atau yang lain. - Angkuh dan sombong. Sifat ini bisa menyebabkan orang kurang perhitungan

-Yang sesuai dengan diri saya sendiri adalah Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) Dan Tipe Partisipasif -Alasannya karena pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin.pengambilan keputusan seimbang dengan bawahan pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak

Daftar Pustaka : Teori Kepemimpinan (Teori-Kepemimpinan.htm) Makna Pemimpin (http://lintasterbaru.com/terkini/makna-pemimpin) Fungsi Pemimpin (http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/fungsikepemimpinan.html) Tipe Pemimpin (http://wawan-satu.blogspot.com/2010/01/model-modelkepemimpinan.html) Keunggulan dan kekurangan (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091107224955AAlTC8)

Tugas Manajemen Industri Nama NIM Prodi

: Kepemimpinan : Sapto Hudha P : 5311311005 : Teknik Elektro D3

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

You might also like