You are on page 1of 3

Kepada Wanita Yang Menyimpan Lautan Di Hatinya

terima kasih telah kau ijinkan aku singgah di hatimu melarutkan airmata dalam gerimis menyusun kembali puzzle hidup yang poranda kita masih berdiri pada stasiun yang sama menggumamkan rangkaian peristiwa sebagai peta mencatat semua yang telah lewat mengabadikan seluruh janji terima kasih untuk terus percaya bahwa kita bisa terbang dengan berpelukan melarung perjalanan dengan bergenggam tangan mencipta puisi dari hari hari yang menjelma rasi meski selalu ada yang tak selesai di antara kita ketika raungmu memecah sunyi gerbong gerbong yang membawa seluruh hasrat pada geletar angkasa hanya tawa yang terdengar samar mengabut dalam kenangan mencipta jarak bagi pengembara yang terluka aku hanyalah lelaki asing dalam perjalananmu menempuh rimba usia tapi kau telah mendekapku

serupa malam memeluk bulan rintihmu mengabur dalam desau camar dan nyanyi daun mungkin jarak terlalu lekat hingga airmata menjadi kelelawar yang memangsa ranum hatimu meski lindap bulan merajam gelap dalam dada perbincangan telah selesai tapi rindu kita tak pernah usai aku tak pernah tahu berapa lama engkau singgah disini tapi iramamu serupa detak jam dinding yang kuhapal dentingnya pada pusara matahari dan ritus rembulan senja yang larut pada laut melukis samar wajahmu lewat terjal karang sedang camar pulang ke sarang merajut mimpi atas rindu induknya perjalanan ini kekasih telah kulewati dengan kaki pincang dan luka di dada kiri menggoreskan tanda merah pada batubatu, pepohonan dan tanah basah sedang angin sudah sejak lama membawa amis darah ke setiap penjuru di belantara mana kita akan bertemu? sebab aku mulai letih menghitung rasi

membaca cuaca, menentukan musim bagi para pecinta yang berziarah di kuil kuil para dewa

You might also like