You are on page 1of 16

MEDIA PEMBELAJARAN DALAM

KONTEKS PENDIDIKAN INTERNET


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
• View
• clicks

Posted June 4th, 2009 by M.Mahbub

• Tugas Kuliah Lainnya

MEDIA PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN


INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dewasa ini berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sangat pesat baik di negara-
negara maju maupun negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Salah satu teknologi
informasi dan komunikasi yang berkembang pesat diabad ini adalah internet. Kehadiran internet
telah memberikan perubahan secara revolusioner terhadap cara hidup dan aktivitas manusia
sehari-hari. Internet hadir sebagai media yang mengintegrasikan segala media komunikasi dan
informasi konvensional yang telah ada. Melalui internet, setiap orang dapat mengakses ke dunia
global untuk memperoleh berbagai informasi yang mereka butuhkan dalam segala kebutuhan
sehari-harinya.
Meskipun internet termasuk hal yang belum begitu lama di Indonesia, akan tetapi penggunaan
dan pengembangan internet di Indonesia meningkat begitu pesat.dan cepat. Internet menjadi
suatu trend yang berkembang begitu cepat. Dalam pertukaran data dan informasi yang ada
sekaligus mempunyai pengaruh yang besar dalam sendi-sendi kehidupan manusia.
Pengaplikasian dan pengembangan internet di dunia telah meliputi sector-sektor penting,
misalnya sector ekonomi, politik, kebudayaan, begitu pula di Indonesia. Dibidang ekonomi
dikembangkan system e-commerce, internet banking dan lain-lain. Disektor politik
dikembangkan suatu system penyedia informasi secara transparan di web untuk menciptakan
Good Governance. Di sektor kebudayaan, dikembangkan media informasi kebudayaan berbasis
internet. Dari sini dapat diketahui bahwa penggunaan dan pemanfaatan internet telah meningkat
pesat dan menjadi suatu faktor pokok demi menciptakan kemudahan dan kesempurnaan dalam
segala hal kehidupan manusia.
Akan tetapi, kita hanya tahu pemanfaatan dan pengembangan internet sebagai penunjang di
sektor ekonomi, politik dan kebudayaan saja. Bagaimana dengan bidang pendidikan khususnya
bagi pendidikan di Indonesia? Padahal pendidikan juga menaruh peran penting bagi majunya
Negara. Apakah tidak ada pengembangan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pendidikan? Sebenarnya, pengembangan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pendidikan itu sudah ada yakni di negara lain atau di luar negeri. Pengembangan internet untuk
pendidikan di sana telah mencapai tingkat advance, dimana pengaplikasian internet telah
mencakup semua aspek dasar dan aspek pelengkap dalam bidang pendidikan. Internet menjadi
semacam pendukung dan tolak ukur kemajuan teknologi pendidikan yang mereka kembangkan.
Berbagai bukti menunjukkan bahwa Negara yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan
internet semaksimal mungkin bagi dunia pendidikan, maka kualitas pendidikan di negara
tersebut akan meningkat sejalan dengan semakin majunya pandangan dan pengaplikasian
terhadap internet tersebut.
Masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan di seluruh dunia adalah akses sumber informasi
yang sangat sulit. Perpustakaan konvensional yang merupakan sumber informasi sangat sulit
dijangkau karena jumlahnya sangat terbatas dan dengan terbatasnya ketersediaan buku. Buku-
buku dan jurnal harus dibeli dengan harga mahal sehingga ilmu (dalam hal ini sumber informasi)
menjadi sangat sulit ditemukan dan terkesan mahal. Keberadaan internet mampu mengubah
semua itu, karena kita dapat mengakses sumber informasi dengan begitu mudah dan tidak
terbatas jumlahnya. Tetapi patut disayangkan karena di negara kita Indonesia, internet masih
sangat mahal.
Di Indonesia, masalah kelangkaan sumber informasi konvensional (perpustakaan) lebih berat
dibanding dengan tempat lain. Adanya Internet seharusnya menjadi salah satu solusi pamungkas
untuk mengatasi masalah ini.
Internet dapat digunakan dalam proses belajar mengajar terutama dalam perkuliahan. Dengan
kecanggihan internet memungkinkan seorang dosen atau guru tidak harus datang ke kelas untuk
menyampaikan materi tetapi cukup dilakukan melalui internet misalnya dengan menggunakan
teleconference. Internet bisa saja mengabaikan jarak, sehingga ketika kita butuh informasi dari
seorang pakar di luar negeri dengan segera kita dapatkan.
Pada akhirnya, pemanfaatan dan pengembangan internet menjadi suatu penunjang yang sangat
penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dengan pengaplikasian sebagaimana dijelaskan
diatas, maka kualitas pendidikan kita yang tertinggal jauh dengan negara lain mempunyai
peluang yang besar untuk bisa setara atau melebihi negara yang telah maju.
Penggunaan internet dalam dunia pendidikan masih sangat jauh dari harapan. Perlu perhatian
dari beberapa pihak terutama pemerintah dan tenaga kependidikan untuk membenahi diri dalam
rangka penguasaan produk teknologi dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
Perhatian pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Tetapi hal ini bisa
saja berbenturan dengan penerapan otonomi daerah karena daerah sendiri yang memiliki otoritas
untuk pengembangan daerahnya walau pun tidak serta merta pemerintah pusat lepas tangan.
Beberapa daerah telah menerapkan penggunaan internet di sekolah dan pengelolaan administrasi
secara online. Pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan pihak swasta untuk
pengembangan pendidikan melalui akses internet dan pengelolaan administrasi online. Salah satu
instansi swasta yang sering melakukan pengembangan dunia pendidikan dengan akses internet
adalah Sistem Sekolah Cerdas Indonesia (SSCI) yang telah menerapkan kerjasama dengan Kota
Makassar, Kota Parepare, Kabupaten Bantaeng didaerah Sulawesi Tengah. Ini merupakan angin
segar untuk dunia pendidikan. Semoga daerah-daerah lain melakukan hal yang sama sehingga
tidak seorang manusia indonesia pun yang tertinggal dalam dunia Teknologi Informasi.
Internet sebagai media dalam proses pendidikan diprediksi akan menjadi trend model pendidikan
abad 21. Media pendidikan dengan masukan teknologi pendidikan dipandang sebagai salah satu
komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran, karena mampu memiliki nilai tambah.
1. 2. Permasalahan
Pada makalah ini permasalahan yang dibahas adalah bagaimana internet dapat menjadi media
dalam proses pendidikan?
1. 3. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk menggali lebih jauh mengenai internet sebagai media dalam
proses pendidikan.

2. PEMBAHASAN
2. 1. Definisi Internet
Internet adalah sebuah jaringan komputer global, yang terdiri dari jutaan komputer yang saling
berhubungan dengan menggunakan protokol yang sama untuk berbagi informasi secara bersama.
(Supriyanto, 2005). Menurut Brace ( 1997), internet adalah jaringan global yg menghubungkan
berjuta jaringan komputer (LAN) dan komputer pribadi, yang memungkinkan setiap komputer
terhubung shg bisa melakukan komunikasi satu sama lain.
2. 2. Definisi Media Dalam Proses Pendidikan
Menurut Haryoso (2002), media adalah segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses
penyaluran informasi. Segala jenis dan bentuk sumber/ bahan yang digunakan dalam bidang
pendidikan untuk membantu dalam variasi proses pendidikan.
Media dalam proses pendidikan adalah media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan
pembelajaran (Ikhsan, 2007). Internet sebagai media dalam proses pendidikan merupakan salah
satu kemudahan modern yang disediakan oleh media pendidikan, karena memiliki layanan yang
tepat untuk menunjang proses pendidikan.
2. 4. Komponen dan Fungsi Layanan Internet
Menurut Supriyanto (2005), internet terdiri dari berbagai layanan yang dapat digunakan untuk
berbagai macam kebutuhan, diantaranya :

WWW (World Wide Web)


Layanan WWW (World Wide Web) merupakan jenis layanan yang paling populer dikalangan
pengguna internet. WWW tidak hanya berfungsi sebagai media untuk mencari informasi, tetapi
Web sudah banyak digunakan secara komersial oleh hampir semua perusahaan di seluruh dunia
untuk mengiklankan usaha mereka.
E-Mail
E-Mail merupakan komponen utama yang paling banyak digunakan dalam komunikasi informasi
saat ini, bukan saja di Internet tapi juga jaringan lain di luar internet. Format pernulisan alamat e-
mail adalah username@hostname.
FTP (File Transfer Protocol)
FTP adalah suatu aplikasi program yang merealisasikan konsep klien-server antarhost di Internet
atau semua host yang memakai TCP (Transmition Control Protocol) sebagai transport
protokolnya. FTP menyajikan hubungan yang interaktif antara client dan server.
Telnet
Telnet adalah suatu aplikasi program komunikasi interaktif dua arah berbasiskan protokol TCP/
IP yang digunakan untuk emulsi terminal ke remote komputer dari lokal komputer atau terminal
server dan dapat menikmati fungsi yang sama dengan terminal yang dihubungkan langsung ke
komputer tersebut.
UseNet
UseNet atau NetNews adalah suatu jaringan komputer berbasiskan konsep client-server yang
berfungsi seperti forum diskusi elektronik internasional tentang berbagai macam hal.
Shell
Shell adalah suatu jenis layanan yang menggunakan perintah-perintah dalam sistem operasi
Unix, seperti finger, who, what, talk, ping, dan mail.
Gopher
Gopher adalah komponen internet yang digunakan untuk mencari dan mengambil informasi
berdasarkan konsep klien-server. Informasi tersebut berupa data teks atau biner, gambar, maupun
suara.
IRC (Internet Relay Chat)
IRC adalah suatu program klien-server yang berfungsi seperti perintah talk di Unix. Bedanya,
jumlah pemakai IRC yang berkomunikasi dapat lebih dari dua orang pada saat yang bersamaan.
Secara umum, fungsi layanan internet adalah :
Media melakukan transfer file
Sarana mengirim surat (e-mail)
Pusat pembelajaran dan pendidikan
Sarana penjualan atau pemasaran
Melakukan mailing list, newsgroup dan konferensi
Chatting
Mesin Pencari (Search Engine)
Mengirim SMS ke telepon seluler
Sarana Entertainment dan permainan
2. 5. Aplikasi Internet Sebagai Media Dalam Proses Pendidikan
Salah satu fungsi layanan internet adalah sebagai media dalam proses pendidikan. Aplikasi
internet sebagai media dalam proses pendidikan dapat dilaksanakan melalui banyak cara
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. E-Learning
E- Learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaanya
didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Seperti Kursus atau pendidikan dengan media pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan
cyber classroom.
b. E-Library
Merupakan perpustakaan online yang berisikan 800 milyar informasi tentang ilmu pengetahuan
dll.
c. Virtual University
Merupakan aplikasi dari proses pendidikan jarak jauh, dimana virtual university merupakan salah
satu kemudahan yang diberikan layanan internet bagi pembelajar yang mengalami kesulitan
dalam hal waktu tatap muka langsung, dan tentunya dalam prosesnya tidak mengurangi kualitas
dari pendidikan tersebut.
d. EdukasiNet
Merupakan situs pembelajaran berbasis internet; artikel, rancangan pengajaran, bahan ajar,
proyek pendidikan, kurikulum, tutor, pusat sebaran dan penerbitan, forum diskusi, Interactive
school magazine, video teleconference (kelompok diskusi berpusat di Global School Network,
cu-seeme-schools@gsn.org) dan search engine. Bentuk-bentuk pengembangan lain internet
dalam media pendidikan Lab Online (Virtual Laboratory), Data base materi yang ter-update,
RealtimeWeb sharing dan diskusi
2. 6. Sistem Pembelajaran Berbasis Internet Dalam E-Learning
1. Web Course
Merupakan penggunaan internet utk keperluan pembelajaran dimana bahan ajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan dan ujian melalui internet atau tidak ada tatap muka dalam proses
pembelajaran Seperti proses pendidikan jarak jauh (distance Education); virtual university.
2. Web Centric Course
Berbeda dengan Web Course, Web Centric Course lebih menekankan pembelajaran dimana
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan melalui internet. Ujian, dan sebagian
konsultasi, diskusi & latihan secara tatap muka persentase tatap muka yang dilakukan dalam
proses pembelajaran lebih kecil. Seperti university off campus.
3. Web Enhanced Course
Merupakan penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran dimana internet hanya untuk
mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka atau persentase tatap muka yang dilakukan
dalam proses pembelajaran lebih besar.

2. 7. Pola Pemanfaatan Edukasinet


Pada dasarnya situs EdukasiNet dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dan dengan cara yang sangat
bervariasi dan fleksibel, tergantung kepada situasi dan kondisi sekolah dan guru yang
bersangkutan. Namun demikian, untuk membantu para guru dalam pemanfaatan situs ini,
beberapa bentuk pola pemanfaatan berikut dapat dilakukan.
1. Pola pemanfaatan di Lab Komputer
Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas laboratorium komputer yang tersambung ke internet,
dapat memanfaatkan situs ini di lab. Situs ini dapat diakses secara bersama-sama dalam bentuk
klasikal ataupun individual di lab dengan bimbingan guru.
2. Pola pemanfaatan di Kelas
Apabila sekolah belum memiliki lab komputer, namun mempunyai sebuah LCD proyektor dan
sebuah komputer yang tersambung ke internet, maka pemanfaatan situs ini dapat dilakukan
dengan cara presentasi di depan kelas. Bahan belajar yang ada pada edukasi.net akan menjadi
bahan pengayaan proses pembelajaran tatap muka di kelas, sesuai dengan topik yang dibahas
pada saat itu.
3. Pola penugasan
Untuk sekolah yang belum memiliki sambungan internet, dapat memanfaatkan situs ini dengan
pola penugasan. Siswa dapat mengakses internet pada tempat-tempat yang menyediakan jasa
layanan internet, misalnya warnet, di rumah, ataupun tempat lainnya.

4. Pola pemanfaatan individual


Di luar itu semua siswa di beri kebebasan untuk memanfaatkan dan mengeksplor seluruh materi
yang ada pada EdukasiNet, baik yang berupa bahan belajar, pengetahuan populer dan fasilitas
komunikasi secara individual. Pemanfaatannya bisa dilakukan di rumah, bagi siswa yang
memiliki komputer yang tersambung ke internet atau dilakukan di Warnet.
2. 8. Hambatan Dan Solusi Penerapan Internet Sebagai Media Dalam Proses Pendidikan
2.8.1. Permasalahan Internet Untuk Pendidikan
Penerapan internet dalam dunia pendidikan di Indonesia masih menemui banyak kendala, baik
dari segi fasilitas maupun ketersedian sumber saya manusia serta ketersediaan sumber informasi
yang dibuat oleh anak bangsa. Beberapa permasalahan yang kita hadapi adalah:
1. Akses Internet masih mahal
Meskipun sudah tersedia, akses ke Internet sangat mahal sehingga masih sangat sulit dijangkau
oleh semua kalangan terutama insan pendidikan. Namun hal ini diharapkan akan menjadi lebih
murah di masa yang akan datang. Diharapkan akselerasi penurunan harga menjadi fokus utama
Pemerintah. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk institusi pendidikan.
Saat ini sudah diprogramkan oleh pemerintah dalam bentuk JARDIKNAS (Jaringan Pendidikan
Nasional) yang kabarnya akan didistribusikan dan dapat menjangkau semua sekolah. Ini tentu
saja tidak mudah tetapi dilakukan secara bertahap.
2. Infrastruktur jaringan internet masih kurang atau akses Internet sulit diperoleh.
Salah satu solusi untuk layanan Internet adalah tersedianya warung internet (warnet) yang
menyediakan jasa layanan internet. Tetapi keberadaan warnet pun tidak merata di seluruh
Indonesia yang terfokus pada daerah perkotaan saja. Sementara di daerah-daerah, akses internet
masih merupakan sebuah masalah karena fasilitas warnet masih terbatas bahkan masih ada
daerah yang tidak memiliki warnet. Kondisi ini diperparah dengan belum terjangkaunya seluruh
daerah oleh jaringan telpon yang bisa digunakan untuk mengakses internet.
3. Kurangnya penguasaan bahasa Inggris
Internet didominasi oleh bahasa Inggris termasuk informasi-informasi yang kita butuhkan dalam
dunia pendidikan terutama sumber informasi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kondisi
inilah yang menjadi penghambat akses informasi melalui internet karena dibutuhkan penguasaan
bahasa inggris yang baik, sementara kita sadari bahwa masyarakat Indonesia yang menguasai
bahasa global ini masih sangat terbatas atau kalau tidak mau dikatakan langka.
4. Tenaga Kependidikan Belum Siap
Dasar untuk pengoperasian layanan internet adalah keterampilan komputer. Hal ini menjadi
sebuah permasalahan yang sangat mendasar karena masih tenaga kependidikan yang belum
mahir mengoperasikan komputer, sehingga sangat sulit untuk menggunakan layanan internet. Hal
ini bisa diatasi dengan menggalakkan pelatihan untuk pengoperasian komputer dan internet.
5. Masyarakat masih belum bisa menerima sepenuhnya hal-hal baru secara langsung dan
kurangnya dukungan pemerintah.
2.8.2. Solusi Permasalahan Internet Untuk Pendidikan
Dari beberapa permasalahan internet untuk pendidikan tersebut, maka berikut ini merupakan
beberapa upaya untuk solusi bagi permasalaha tersebut.
Peningkatan penyebaran jaringan, bandwith dan fasilitas internet yang memadai oleh server-
server dan penyedia layanan internet
Memberikan semacam sosialisasi bahwa penggunaan internet itu tidak mahal, tergantung
kepentingan kita. Coba kita bayangkan berapa banyaknya subsidi pemerintah untuk
pengembangan fisik pendidikan (buku-buku, alat-alat, dan gedung sekolah). Pasti lebih banyak
daripada set up internet.
Pemberian pengetahuan dan bimbingan kepada tenaga pendidik agar bisa mengoperasikan
internet dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa suatu hal tidak akan menjadi lebih berkualitas
apabila kita tidak melakukan pembaharuan lebih dahulu,terutama pendidikan. Dan bagi
pemerintah perlu ditunjukkan hasil dari pembelajaran dengan dan tanpa internet, sehingga
pemerintah bisa menentukan pilihannya.
Dari pengaplikasian dan pengembangan internet di atas serta penyelesaian terhadap hambatan-
hambatan yang ada, maka akan menghasilkan manfaat-manfaat dari pengembangan internet
sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar menjadi lebih akurat
b. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif (dengan virtual laboratory)
c. Pendidikan dapat berlangsung tanpa terbatas oleh waktu dan tempat
d. Materi yang diperoleh memiliki kualitas yang memadai (up to date)
e. Proses pendistribusian materi dapat terjadi dengan mudah dan cepat
3. PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Internet adalah kemudahan modern dalam media pendidikan, karena memiliki layanan yang tepat
untuk menunjang proses pendidikan. Walaupun masih terdapat hambatan-hambatan dan nilai
negative dalam penggunaan internet.

4. DAFTAR PUSTAKA
Prawiradilaga Salma, 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
Supriyanto Aji, 2005. Pengantar Teknologi dan Informasi. Jakarta : Penerbit Salemba Infotek.
www.e-learningGuru.com
www. Rengganis_spd_sh@yahoo.com
www.teknologipendidikan.wordpress.com

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………….. i

PENGANTAR …………………………………………………… ii

1. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2. Permasalahan ………………………………………………… 4
2. PEMBAHASAN ………………………………………………. 5
2.2. Definisi Media ………………………………………………. 5
2.4. Komponen & Fungsi Layanan Internet …………………….... 5
2.5. Aplikasi Internet Sebagai Media Dalam Proses Pendidikan … 8
2.6. Sistem Pembelajaran Berbasis Internet Dalam E-Learning ...... 9
2.7. Pola Pemanfaatan Edukasinet ................................................... 10
2.8. Hambatan & Solusi Penerapan Internet .................................... 11
3. PENUTUP .................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 14
4. DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 15

Pengantar

Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai
dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan
ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda
cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari
beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang
diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya
kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar,
maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh
media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.
Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah
merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber
belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology)
membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.
2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti
buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program
slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).
4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada
butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.
5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan
pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup
ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan,
dan sebagainya.
Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan.

PUSTAKA Artikle
Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Littleton.
Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Hanbook. New Jersey: Educational
Technology Publication, Englewood Cliffs.
Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design Development and Education of Instructional
Software. New York: Mc. Millan Publ., Co.
Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
E. Dale, Audiovisual Method in Teaching, 1969, NY: Dyden Press
Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective The Classification of
Educational Goal.

MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN


1. Fungsi Media Pembelajaran
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya
berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan
tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo
(2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran
informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang
digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang
media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media
sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk
belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan
materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai
wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan
media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media
sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media
secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala
sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan alat
peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk
menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga
terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga
bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila
merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam
pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain.
Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber
atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu
pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
memotivasi belajar pesertaÞ didik
memperjelas informasi/pesan pengajaranÞ
memberi tekanan padaÞ bagian-bagian yang penting
memberi variasi pengajaranÞ
memperjelasÞ struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik
pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat
memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di
mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera
penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang
kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.

2. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran


Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa hakekat
belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber belajar di
sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar dari tidak tahu menjadi
tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas, dsb. Sumber belajar tersebut dapat berupa
pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan. Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang
dan tidak senang, kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis,
tidak senang, atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar. Faktor
eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera yang dimilikinya,
terutama pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan
untuk merangsang terjadinya proses belajar. Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi
mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan
waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan
informasi secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau
film pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi
formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis dalam
pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada
suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam
menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan
lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan
agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to
ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu
pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar “berbicara“ seribu kali dari yang
dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan
karena sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya (atau
pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan seribu kata kepada orang yang belum
pernah mengenalnya. Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar mengajar tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT
ini bila digarap dengan baik dan benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep dan
daya serap belajar siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara terarah,
bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat yang harus
dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.

3. Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya
dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya
tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media
yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat
“self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang
diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber
belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media
visual, media audio-visual, dan media serba neka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang
hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) ,
transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun,
peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu .
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan
suara. b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan
suara.

4. Media Serba aneka : a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah
dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda. b. Media tiga dimensi : realia, sampel,
artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval,
pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram f. Komputer

Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :


Papan tulis /Ø whiteboard
Transparansi ( OHT )Ø
Bahan cetak ( buku, modul, handoutØ )
Media yang memerlukan keahlian khusus :
Program audioØ visual
Program slide, Microsoft PowerpointØ
Program internetØ

Yang tergantung hadirnya guru misalnya :


Papan tulis / whiteboardØ
TansparansiØ (OHT )
Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :
UmumnyaØ media rekam
Bahan belajar mandiriØ
(dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )

4. Pemilihan Media
Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya mempunyai
kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk
menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah :
Jangkauan:
Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul,
program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang lain lebih sesuai
untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga
program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk pengajaran massal ,
misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio).
Keluwesan :
Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan kapan
saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat , dll.
Ketergantungan Media :
Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya seorang
penyaji/guru.
Kendali / control :
Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar
individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau peralatan.
Atribut :
Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara,
visual, warna maupun gerak.
Biaya :
Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau
pembuatanya .
Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang, gambar, grafis maupun
gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau transparan untuk diproyeksikan pada
sebuah layar atau dinding dengan menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau
OHP. Sebagaimana halnya dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan
untuk membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar
proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan seminar,
lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok sasaran yang cukup besarnya
sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang dengan sarana “sound system“
yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara pengajar. Untuk dapat menggarap maupun
memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT
mempunyai kelebihan- kelebihan dan kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam
perencanaannya.

5. Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran


Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan
yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada
abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan
fotografi mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam
“slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman
memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan
televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita
merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas
secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan
majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas
untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan .
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan.
Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih
demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa
dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan
komputer sungguh luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi
perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-
komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup
ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera
akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui
pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media
komunikasi bagi pendidikan.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini
diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara
untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli
media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada
tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru
dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila
dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang
dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran
berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi
sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses
belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan
teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang
lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di
samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai
pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk
memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap
pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang
tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem
solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan
mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet.
Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih
terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat
audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak
langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer,
internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri
belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan
sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio
visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk
ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap
paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi
pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan
berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-
visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan
perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri
sendiri dalam belajar .
Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah
tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program
Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini
menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.

MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh : Wijaya Kusumah

Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar.
Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media.
Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut
Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.

Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :


“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian
rupa sehingga terjadi proses belajar”.
a. Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan
pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan
karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku
dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat
klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media
tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 :
16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead
proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).

Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan media
Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas dan
serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran
individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah
dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi), media
tiga dimensi, dan media elektronik.

b. Manfaat media pembelajaran


Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang
menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi
pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang
rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada
bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan
pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai
tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang
menyukai materi pembelajaran yang disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak
tahu maksudnya)
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif
siswa.
4) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :

1) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
2) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3) Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Membangkitkan motivasi belajar
8) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
10) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
11) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

c. Prinsip - prinsip memilih media pembelajaran


Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru
diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran.
Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian
tujuan pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
1) Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah
pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar
hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok
atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar
Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan
menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau
pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2) Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik
tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya.
Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan
pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3) Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang
akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Selain yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut
Harjanto (1997 : 238) yaitu:
Tujuan, Keterpaduan (validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu teknis, Biaya
Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu mediapun yang sifatnya bisa
menjelaskan semua permasalahan atau materi pembelajaran secara tuntas.
(http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/media-pembelajaran-
dalam-konteks-pendidikan-internet-sebagai-media-pem)

You might also like