You are on page 1of 12

Referat

GANGGUAN PANIK

Oleh: Moh. Habib NIM. 04061001076

Pembimbing: Dr. Laila Sari, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

HALAMAN PENGESAHAN

Referat yang berjudul: Gangguan Panik Oleh: Moh. Habib, S.Ked. NIM. 04061001076

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi.

Jambi, Oktober 2010 Pembimbing,

dr. Laila Sari, Sp.KJ 2

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.2 DAFTAR ISI3 GANNGUAN PANIK.4 1. DEFINISI.4 2. EPIDEMIOLOGI.4 3. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS.5 4. GEJALA KLINIK6 5. DIAGNOSIS7 6. DIAGNOSIS BANDING8 7. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS.9 8. PENATALAKSANAAN...10 9. KESIMPULAN..11

DAFTAR PUSTAKA12

GANGGUAN PANIK 1. DEFINISI Istilah panik berasal dari kata Pan. Pan adalah dewa Yunani setengah hantu yang tinggal di pegunungan dan hutan yang perilakunya sangat sulit diduga. Pada tahun 1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud dalam kasus agorafobia. Serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.1 Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat (biasanya kurang dari satu tahun), yang disertai oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea. Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun. Di Amerika Serikat, sebagian besar peneliti dibidang gangguan panik percaya bahwa agoraphobia hampir selalu berkembang sebagai suatu komplikasi pada pasien yang memiliki gangguan panik.1 2. EPIDEMIOLOGI Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 5.6 %. Sebagai contohnya, satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600 orang dewasa yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka prevalensi seumur hidup adalah 3,8 % untuk gangguan panik, 5,6 % untuk

serangan panik, dan 2,2 % untuk serangan panik dengan gejala yang terbatas yang tidak memenuhi kriteria diagnostik lengkap.1 Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama. Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kirakira 25 tahun. Tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja. dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.1

3. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS a. Faktor Biologis Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat di dalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimuli yang berulang dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang. Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gammaaminobutyric acid (GABA).1,2 b. Faktor Genetika Gangguan panik memiliki keterlibatan komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah 5

menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar monozigot.1,2

c. Faktor Psikososial Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan patogenesis gangguan panik dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik.1,2 Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.1 Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panik kemungkinan melibatkan arti bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan panik mungkin berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.1

4.

GEJALA KLINIK Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relatif singkat

dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut: Palpitasi Berkeringat Gemetar 6

Sesak napas Perasaan tercekik Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman Mual dan gangguan perut Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan Derealisasi atau depersonalisasi Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila Rasa takut mati Parastesi atau mati rasa Menggigil atau perasaan panas. Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan bahwa sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10

menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat dan suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan berkeringat.1,2 Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agoraphobia. Pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.1

5. DIAGNOSIS 7

Kriteria diagnosis untuk gangguan panik termuat dalam DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4 . Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:1 Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat. Berkeringat. Gemetar atau berguncang Rasa nafas sesak atau tertahan Perasaan tercekik Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman Mual atau gangguan perut Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang. Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri). Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila Rasa takut mati. Parestesia (mati rasa atau sensasi geli) Menggigil atau perasaan panas. Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat dalam masa kira-kira satu bulan:2 Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation)

Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala ansietas pada periode diantara seranganserangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga ansietasantipsikotik yaitu ansietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.

6. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental. Untuk gangguan medis misalnya infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi, dan feokromositoma. Sementara itu, diagnosis banding gangguan mental untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress pasca traumatik, dan gangguan depresi.1

7. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan panik mungkin berfluktuasi. Serangan panik dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan panik sulit diinterpretasikan. Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna.1,2 Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki prognosis yang baik.1

8. PENATALAKSANAAN 9

Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu, psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas. a. Farmakoterapi Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat antidepresi dan anticemas:1,3 Golongan Trisiklik Di antara obat trisiklik, data yang paling kuat menyatakan bahwa clorpromazin dan imipramin adalah efelktif dalam pengobatan panik. Pengalam klinis menyatakan bahwa clorpromazin dan imipramin harus dimulai dari dosis rendah, 10 mg per hari, dan dititrasi perlahan-lahan pada awalnya dengan 10 mg sehari tiap dua sampai tiga hari, selanjutnya lebih cepat, dengan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari, jika dosis rendah ditoleransi dengan baik. Lama pemakaian obat untuk menunjukkan respon adalah 8 sampai 12 minggu. Monoamin Oxidase Inhibitors Obat yang biasa digunakan adalah fenelzin. Beberapa penelitian menyatakan bahwa obat ini lebih efektif dibandingkan dengan obat golongan trisiklik. Dosis MAOIs harus mencapai dosis untuk pengobatan depresi, dan uji coba terapeutik harus berlangsung 8 sampai 12 minggu. Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs ( Misalnya fluoksetin). Digunakan terutama pada pasien gangguan panik yang disertai dengan depresi. Obat yang biasa digunakan adalah fluoksetin. Dosis awal dapat serendah 2 atau 4 mg perhari dan harus dinaikkan dalam 2 sampai 4 mg interval sehari tiap dua sampai empat hari. Tujuannya adalah untuk mencapai dosis terapeutik sebesar 20 mg sehari. SSRIs lebih 10

disukai karena efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu menyebabkan ketergantungan fisik. Benzodiazepin Bekerja lebih cepat daripada antidepresi, tetapi bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan menimbulkan beberapa efek samping, misalnya rasa mengantuk. gangguan koordinasi dan perlambatan waktu reaksi.

b. Terapi Kognitif dan Perilaku Terapi kognitif dan perilaku merupakan terapi yang efektif untuk gangguan panik. Dua pusat utama terapi kogmitif untuk gangguan panik adalah instruksi tentang kepercayaan salah dari pasien dan informasi tentang serangan panic. Instruksi tentang kepercayaan yang salah berpusat pada kecenderungan pasien untuk keliru menginterpretasikan sensasi tubuh yang ringan sebagai tanda untuk ancaman serangan panic, kiamat atau kematian. Informasi tentang serangan panik adalah termasuk penjelasan bahwa serangan panik jika terjadi tidak mengancam kehidupan.

9. KESIMPULAN a. Gangguan panik adalah gangguan yang ditandai dengan serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan, atau periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat ( biasanya kurang dari 1 tahun). yang disertai dengan gejala somatik. b. Wanita 2-3 kali lebih sering terkena daripada laki-laki, gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda. c. Faktor yang berperan dalam etiologi dan patofisiologi terjadinya gangguan panik, diantaranya faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

11

d. Beberapa golongan obat yang efektif untuk gangguan panic adalah obat trisiklik dan tetrasiklik, Mono Amine Oksidase Inhibitor (MAOIs), Serotonin Spesific Inhibitors (RSSI) dan Benzodeazepine.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan. 2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I Edisi Ketiga. Media Aesculapius. Jakarta. 2007. 3. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2007.

12

You might also like