You are on page 1of 9

Laporan Lab Fisiologi

Senin, 6 Agustus 2012 Anggota: Anita Pangestan (071 2011 0026) Antonia Hadiweijaya (071 2011 0018) Kelvin Tjiang Candiago (071 2011 0030) Pratami Tanoto (071 2011 0028) Yohanes Chandra Kurniawan (24

I.

Judul Lelah Otot (Muscle Fatigue).

II.

Tujuan dan Latar Belakang Kita tahu bahwa tubuh kita dapat bergerak karena memiliki otot lurik atau rangka

yang berfungsi untuk mengerakkan rangka tubuh kita. Otot ini disebut lurik, karena pada otot ini tampak daerah gelap (miosin) dan terang (aktin) yang berselang-seling. Disebut juga otot rangka, karena melekat pada rangka dan juga otot sadar, karena bekerja di bawah kesadaran (volunter). Ciri dari otot rangka adalah berbentuk silindris, memanjang, berinti sel banyak (multinuklei), bergerak dalam waktu cepat, dan cepat lelah. Dalam percobaan kali ini kita akan mengukur lamanya otot tersebut lelah apabila melakukan sebuah pergerakan setiap beberapa waktu dengan interval yang sudah ditentukan sebelumnya dan juga mengukur kekuatan otot kaki bagian bawah dalam melakukan fleksi dan ekstensi. Dengan kata lain, percobaan ini dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan otot dan kekuatan otot. III. Alat dan Bahan 1. Ergograf 2. Spigmomanometer dengan manset 3. Metronom 4. Stopwatch IV. a. b. Langkah Kerja Pilih salah satu subyek untuk melakukan eksperimen pertama dan pilih subyek lain untuk melakukan eksperimen berikutnya. Persilahkan subyek untuk duduk dan letakkan lengan siku subyek di atas meja, letakkan jari subyek sesuai dengan gambar yang ada dibawah untuk menarik pedal tersebut.

Percobaan 1

c.

Dengan stopwatch yang dipegang oleh penguji, berilah tanda kepada subyek untuk melakukan olahraga tangan (meremas pedal) dalam frekuensi yang ditentukan (satu kali per detik).

d.

Biarkan subyek melakukan olahraga tersebut hingga subyek merasa keram, sehingga ia tidak dapat melanjutkannya. Hitung waktu dan jumlah remasan yang dilakukan oleh subyek sejak awal hingga subyek berhenti menarik pedal.

e. f. g.

Biarkan subyek beristirahat selama satu menit. Ulang langkah c dan d. Hitung kembali waktu yang dibutuhkan subyek, dan frekuensi yang dilakukan selama percobaan berlangsung.

Percobaan 2 a. b. Pilih subyek lain. Ulangi percobaan 1, namun dengan frekuensi yang berbeda (satu kali per empat detik).

Percobaan 3 a. b. c. d. e. Gunakan subyek yang sama. Pasang manset spigmomanometer pada lengan kanan bagian atas subyek. Biarkan subyek meremas pedal dalam frekuensi yang ditentukan (satu kali per empat detik sebanyak dua belas kali). Pada remasan yang ketiga belas, pompa spigmomanometer hingga nadi radial subyek tidak lagi dapat teraba. Catat waktu ketika nadi subyek tidak dapat diraba. Dengan tangan yang terikat, subyek tetap harus melakukan remasan hingga ia tidak bisa melakukan remasan lagi (keram otot). Setelah subyek mengalami keram otot, lepaskan ikatan yang terpasang di lengan subyek sehingga darah subyek dapat kembali mengalir dengan normal. Catat waktu setelah ikatan dilepaskan (dari awal eksperimen hingga akhir). f. Ketika kekuatan subyek untuk meremas pedal kembali normal, eksperimen selesai.

Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Panjang Awal Otot a. b. c. d. Pilih mahasiswa yang bersedia menjadi subyek eksperimen dan penguji. Persilahkan subyek untuk duduk tegak lurus menghadap dinamometer. Pasang ikatan pada pergelangan kaki kanan subyek. Penguji memberikan aba-aba kepada subyek untuk melakukan gerakan fleksi pada ekstremitas bawah subyek sekuat mungkin, dan catat angka yang terbaca pada dinamometer. e. f. g. h. i. j. k. l. m. Ulang tahap c dan d sebanyak tiga kali. Persilahkan subyek duduk membungkuk sejauh mungkin. Ulang tahap c hingga e. Lakukan hal yang sama namun dengan posisi terbaring. Ulangi kembali tahap c hingg e. Persilahkan subyek untuk duduk dengan posisi membelakangi dinamometer. Pasang ikatan pada pergelangan kaki kanan subyek. Ulangi tahap c hingga i. Catat hasil eksperimen dalam bentuk tabel. Apabila Anda memiliki waktu lebih, Anda dapat melakukan percobaan berikut pada ekstremitas kiri subyek. V. Landasan Teori Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban dikatakan otot melakukan kerja. Hal ini berarti ada energi yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal. Misal untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak, dihitung dengan rumus W=LxD W = hasil kerja (usaha) L = beban D = jarak gerakan terhadap beban Energi yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia dalam sel otot selama kontraksi. Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontraktil. Namun karena otot mempunyai sifat elastis, maka kontraksi tidak menyebabkan penurunan ukuran panjang yang signifikan. Kontraksi tersebut disebut isometrik (panjang ukuran sama). Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan merupakan akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang sama dan akan menurun setelah aktivitas otot untuk mengurangi kontraksi otot lebih lanjut. Hambatan aliran darah menuju ke otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan hampir sepenuhnya karena otot kehilangan suplai makanan dan oksigen.

Sumber Energi Otot

Mekanisme Gerak Otot Rangka

Serabut halus sel otot rangka atau miofibril mengandung filamen protein (miofilamen) yaitu filamen halus dan filamen kasar. Filamen halus dibangun oleh dua untai aktin dan satu untai protein regulator berupa tropomiosin dan troponin kompleks yang mengelilingi masingmasing untaian aktin. Filamen kasar tersusun oleh miosin. Kombinasi kedua filamen protein ini menyebabkan adanya pola terang-gelap pada otot rangka. Setiap unit pola terang dan gelap disebut sarkomer. Sarkomer merupakan unit fungsional yang mendasar pada kontraksi otot. Sarkomer satu dengan sarkomer lainnya dibatasi oleh garis Z. Filamen halus melekat pada garis Z dan mengarah ke bagian tengah sarkomer. Sebaliknya, filamen kasar berada di bagian tengah sarkomer. Filamen halus dan kasar yang saling tumpang tindih disebut pita A, namun tidak seluruh filamen tersebut saling tumpang tindih. Pita A yang hanya mengandung filamen kasar di bagian tengah disebut zona H. Daerah ujung dekat sarkomer di mana hanya dijumpai filamen halus saja disebut pita I.

Saat otot berkontraksi, panjang tiap sarkomer mengalami reduksi. Reduksi yang terjadi yaitu jarak dari satu garis Z ke garis Z berikutnya menjadi lebih pendek. Sarkomer yang berkontraksi tidak menyebabkan perubahan pada panjang pita A, tetapi pita I akan memendek dan zona H menghilang. Peristiwa ini disebut sebagai model sliding filament. Menurut model ini, filamen halus dan kasar tidak mengalami perubahan panjang selama kontraksi otot. Namun, justru filamen halus (aktin) dan filamen kasar (miosin) saling bergabung membentuk aktomiosin dan menggeser satu dengan yang lain secara longitudinal sehingga panjang daerah filamen halus dan kasar yang tumpang tindih ( zone of overlap) bertambah besar. Apabila panjang daerah filamen yang tumpang tindih meningkat, panjang filamen halus berupa pita I dan filamen kasar berupa zona H menjadi berkurang.

VI.

Hasil dan Diskusi Waktu (detik) Awal Setelah istirahat 1 menit Setelah istirahat 1 menit dan dipijat 80 40 35 Frekuensi (kali) 80 40 35

Percobaan 1

Dari hasil percobaan pertama, didapatkan adanya muscle fatigue atau kelelahan otot. Hal ini ditandai dengan penurunan daya kontraksi otot yang terjadi setelah 1 menit. Kelelahan otot biasa terjadi jika otot melakukan aktivitas secara terus-menerus, sehingga konsumsi ATP lebih banyak dan cepat daripada pembuatan ATP, karena ketika proses kontraksi, sel otot membutuhkan ATP untuk mengerakkan kepala miosin ke arah myosin binding site pada aktin agar terjadi proses kontraksi.

Sel otot memiliki 3 cara dalam pembuatan ATP, yakni respirasi aerob, respirasi anaerob, dan dari kreatinin fosfat. Semua cara pembentukan ATP membutuhkan waktu yang lama tidak sebanding dengan proses kontraksi yang berlangsung setiap 1 detik sehingga jika kita melakukan aktivitas terus-menerus konsumsi ATP tidak akan tercukupi dan sel otot akan mengalami kelelahan. Akibat kontraksi dengan frekuensi yang relatif tinggi, asupan ATP lewat respirasi aerob tidak tercukupi karena oksigen tidak cukup cepat diantarkan ke sel otot melalui darah, sehingga otot akan melakukan respirasi anaerob dengan produk samping asam laktat. Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan timbulkan rasa pegal ( fatigue) pada otot. Asam laktat dapat dioksidasi kembali oleh hati ketika oksigen kembali tersedia, yakni ketika otot berhenti digunakan (istirahat). Namun, jeda waktu istirahat 1 menit ini tidak dapat memulihkan persediaan ATP pada sel otot untuk kontraksi dan tidak cukup untuk menghilangkan seluruh asam laktat, sehingga pada setiap menit berikutnya terjadi penurunan kontraksi otot akibat kurangnya persediaan ATP. Percobaan 2 Pada percobaan ini sel otot tidak mengalami kelelahan otot, karena dengan frekuensi kontraksi rendah setiap 4 detik, kebutuhan akan ATP masih dapat terpenuhi, terlebih lagi pada percobaan ini sel otot masih mendapat suplai aliran darah dan oksigen yang sangat penting dalam pembuatan ATP. Selama kontraksi otot, pernafasan dan aliran darah dalam tubuh meningkat agar dapat memenuhi oksigen ke setiap jaringan otot. Peningkatan oksigen yang diambil digunakan sel tubuh untuk membuat ATP, sehingga walaupun berkontraksi terusmenerus sel otot tidak akan mengalami kelelahan karena tetap tersedianya ATP yang dibutuhkan. Percobaan 3 Waktu (detik) 200 Frekuensi (kali) 50

Dari percobaan didapatkan bahwa vaskularisasi memiliki pengaruh dalam aktivitas kontraksi otot, terbukti dari hasil percobaan terjadi penurunan kontraksi otot menjadi 50 kali kontraksi. Dalam melakukan proses kontraksi, sel otot membutuhkan ATP untuk mengerakkan kepala miosin ke arah myosin binding site pada aktin agar terjadi proses kontraksi. Tidak ada aliran darah dan oksigen menuju sel otot menyebabkan sel tidak dapat menghasilkan ATP. Selain itu, darah juga membawa nutrisi penting, salah satunya adalah glukosa yang dibutuhkan baik untuk respirasi aerob maupun anaerob. Tanpa adanya glukosa, biarpun oksigen tersedia, otot tidak memiliki substrat yang dapat digunakan untuk menghasilkan ATP,

sehingga kekurangan darah (glukosa) menyebabkan kelelahan yang lebih cepat daripada kekurangan oksigen yang masih dapat ditolerir dengan respirasi anaerob. Maka dapat disimpulkan dengan menghambat aliran darah menuju otot tangan yang melakukan kontraksi terus-menerus menyebabkan otot mengalami kelelahan, pegal, dan penurunan daya kerja atau sering disebut muscle fatigue. Hal ini terjadi karena jumlah ATP yang dibutuhkan sel otot untuk melakukan kontraksi secara terus-menerus tidak tercukupi, karena jumlah ATP yang dibutuhkan untuk berkontraksi lebih banyak daripada jumlah ATP yang tersedia. Tanpa adanya aliran darah maka sel-sel otot tidak mendapat pasokan oksigen yang sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan ATP secara aerob, sehingga sel otot membuat ATP melalui proses respirasi anaerob tetapi pada proses respirasi anaerob hanya menghasilkan ATP sebanyak 2 ATP per siklus sehingga jumlah ATP yang dibutuhkan tetap tidak terpenuhi, sedangkan proses kontraksi terus berjalan sehingga timbul kelelahan otot. Respirasi anaerob yang dilakukan sel otot saat tidak ada aliran darah dan oksigen selain hanya menghasilkan sedikit ATP juga menimbulkan rasa lelah atau pegal dikarenakan tumpukan asam laktat yang merupakan hasil dari respirasi anaerob. Respirasi anaerob tidak dapat dilakukan oleh sel otot secara terus menerus karena akumulasi laktat dalam tubuh terbatas, jika sudah sampai batas maksimal maka sel otot tidak dapat berkontraksi lagi karena penumpukan asam laktat yang mengganggu keseimbangan ion dan osmolaritas sel. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena dapat menimbulkan iskemi pada sel otot. Pada saat manset dilepaskan dan otot berhenti berkontraksi, aliran darah pada arteri radialis pun kembali lancar. Agar kembali dalam keadaan stabil maka tubuh melakukan pernafasan lebih cepat, oksigen ekstra yang diambil digunakan tubuh untuk memperbaiki keadaan metabolisme selama oksigen tidak tercukupi tadi dengan cara mengubah asam laktat menjadi glikogen dan disimpan kembali ke hati, sintesis ulang kreatinin posfat dan ATP pada sel otot, serta mengganti oksigen yang hilang pada mioglobin. Asam laktat yang terbentuk setelah kontraksi diubah kembali menjadi asam piruvat dan digunakan kembali untuk membuat ATP melalui proses respirasi anaerob. Dengan demikian, tubuh kembali ke keadaan normal. Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Panjang Awal Otot Ekstensi Percobaan Ke1 2 3 Fleksi Percobaan KePosisi Tegak Condong ke Depan Berbaring Posisi Tegak 28 32 29 Condong ke Depan 20 22 26 Berbaring 30 31 30

1 2 3

19 19 20

23 25 23

14 13 15

Pada dasarnya, otot bekerja dengan memerlukan energi atau ATP seperti yang sudah dibahas pada eksperimen pertama. Dalam percobaan ini, akan dibahas tentang relasi panjang otot semula terhadap tensi atau tekanan otot yang dikeluarkan. Baik ekstensi maupun fleksi dalam keadaan tegak, condong ke depan ataupun berbaring, otot yang digunakan tetap sama. Untuk fleksi tungkai bawah, otot yang digunakan ialah m. rectus femoris, m. sartorius, m. vastus lateralis, m. vastus medialis, dan m. vastus intermedia. Sedangkan, untuk ekstensi tungkai bawah menggunakan m. semitendinosus, m. semimembranosus, m. biceps femoris, m. gracilis, dan m. tensor fascia latae. Walau jumlah otot fleksi dan ekstensi sama, yakni 5, akan tetapi pada posisi tegak dan berbaring, kekuatan fleksi lebih lemah dari pada ekstensi. Perbandingannya kurang lebih 2:3 ketika posisi tegak, dan kurang lebih 1:2 pada posisi tiduran. Hal ini dapat dikarenakan origo dan insersio ataupun tebal dan tipis setiap otot berbeda-beda, sehingga kekuatan dan dayanya berbeda karena otot yang geraknya sejajar dengan arah gerak seperti m. rectus femoris akan lebih efektif dari pada otot seperti m. sartorius yang bentuknya melengkung untuk memfleksikan tungkai bawah. Kekuatan dari kontraksi otot tergantung pada panjang suatu sarkomer sebelum kontraksi dimulai. Normalnya, panjang sarkomer pada keadaan istirahat atau relax ialah 2,02,4 mikrometer. Ketika sarkomer memendek, maka zona tumpang tindih (zone of overlap) akan memanjang dan begitu juga sebaliknya. Zone of overlap dikenal sebagai pita A (A band) yang memiliki filamen-filamen tipis di antara filamen-filamen tebal. Jika sarkomer terlalu panjang karena otot tertarik, maka tekanan yang dihasilkan akan berkurang. Demikian pula apabila panjang otot terlalu pendek, karena filamen tebal dan tipis menghalangi aktin dan miosin untuk saling bersentuhan. Jadi, agar tekanan yang dihasilkan maksimal, panjang sarkomer harus 2,2 mikrometer. Otot yang sama dengan posisi berbeda (tegak, condong ke depan, berbaring) menghasilkan tekanan yang berbeda karena ketika posisi berubah, panjang sarkomer otot juga berubah karena ada yang tertarik atau sebaliknya. Ketika menendang beban (ekstensi), kontraksi disebut kontraksi eksentrik yakni serabut otot memanjang ketika kontraksi. Ketika posisi badan berbaring, otot-otot di tungkai atas mengalami relaksasi optimal untuk ekstensi, sehingga ketika kontraksi menghasilkan energi besar. Namun, ketika condong ke depan, otot tertarik berlebihan, sehingga menghasilkan tenaga yang kecil. Sebaliknya ketika fleksi, kontraksi disebut kontraksi konsentrik, yakni otot menghasilkan gaya sewaktu otot memendek ketika berkontraksi. Pada keadaan condong ke depan, otot-otot tungkai atas relaksasi optimal untuk memfleksikan tungkai bawah, sehingga menghasilkan tenaga besar. Sementara ketika berbaring, otot tertarik sehingga panjang sarkomer melebihi 2,2 mikrometer sehingga menghasilkan gaya yang relatif kecil. Pada posisi tegak, baik saat fleksi maupun ekstensi, gaya

yang dihasilkan berada di antara condong ke depan dan berbaring. Hal tersebut menunjukkan bahwa otot masih dapat bekerja lebih berat atau lebih ringan. VII. Kesimpulan Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan otot antara lain: 1. 2. 1. 2. Frekuensi kontraksi, semakin tinggi semakin cepat lelah. Aliran darah, tanpa ada suplai nutrisi dan oksigen dari darah otot akan terasa lelah. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah: Posisi tubuh dan panjang inisial otot. Kondisi otot misal jika otot sudah letih maka akan lebih lemah.

You might also like