You are on page 1of 5

Hasil Karakteristik klinis, metabolik dan antropometrik dari kedua kelompok disajikan pada tabel 1.

Mean umur dan BMI untuk kelompok diabetik adalah 42.096.97 tahun dan 24.350.81 kg/m2 dan untuk kelompok non diabetik adalah 40.077.29 dan 24.960.89kg/m2 dengan nilai P > 0.05. pada perbandingan antara 2 kelompok, Jenis kelamin wanita mempunyai umur yang lebih muda, BMI yang lebih tinggi dan profil lipid yang lebih baik dibanding kelompok laki-laki. Selain itu, kelompok wanita juga menunjukkan konsentrasi insulin , HOMA-IR dan fungsi sel Homa- yang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki pada kedua kelompok (tabel 2) Kemudain dibandingkan lagi antar 2 kelompok ini sesuai karakteristk umur, BMU, tiggi badan, berat badan, rasio pinggang-tinggi badan (WHR), lingkar pinggang dan pinggul, insulin, dan hasilnya tidak ada perbedaan yang terlihat. Meskipun begitu, rerata konsentrasi kolesterol total, LDL dan HDL, leptin, Quicki, dan fungsi sel HOMA- pada kelompok kontrol non diabetik secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok lain (p<0.05) (tabel 1).pada keseluruhan hasilpenelitian, mean/rerata konsentrasi basal leptin adalah 25.5814.38 ng/mL (range antara 3.10-54.30 ng/mL). Rerata konsetrasi leptin serum secara signifikan lebih rendah pada subjek dengan T2DM dibandingkan dengan kelompok kontrol non-diabetik (19.3211.43 vs. 32.1614.34 ng/mL). Hasil tersebut juga terlihat pada kedua kelompok laki laki (P=0.005) dan perempuan (P=0.000) yang diabetik dibandingkan dengan kelompok yang tidak diabetik. Kadar leptin dalam serum dari kelompok kontrol berkisarantara 5.1054.30 ng/mL. Pada jenis kelamin pria menunjukkan kadar leptin dalam serum sebanyak 23.1611.02 ng/ml. Pada wanita terdapat peningkatan kadar leptin sekitar 2x dibandingkan laki-laki, dengan nilai kadar leptin 39.8812.31ng/mL (p<0.0001) meskipun keseluarahan kadar leptinnya telah disesuaikan berdasarkan BMI. Ketika hasil penelitian disajikan dalam bentuk rasio leptin/BF, terdapat perbedaan yang sedikit yaitu 1.33x pada rasio leptin/BF dibandingkan dengan rasio leprin/BMI yaitu 1.72x pada laki-laki). Meskipun tidak terdapat perbedaan mean BMI pada kelompok wanita diabetik (wanita: 24.660.96 kg/m2; pria: 18.1010.99 ng/mL) dan nondiabetik (39.8812.31 vs 23.1611.02 ng/mL), namun hasil tersebut secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada kedua kelompok laki-laki yang diabetes dan non diabetes (p<0.001) (tabel 2) Kami menghitung kadar lebak tubuh dalam % berdasarkan metode dari Lean et al. Dengan menggunakan rumus yang menghitung umur dan lingkar pinggang. Persentasi lemak tubuh pada kelompok non diabetes dan diabetes adalah 40.947.74% dan 37.417.59% (tabel 1). Perentasi lemak tubuh pada wanita 1.5x lebih tinggi dibanding pada pria dalam kelompok diabetes dan non diabetes. Jumlah HOMA meunjukkan hasilyang sesuai harapan, yaitu pada pasien dengan diabetes tipe 2 mempunyai peningkatan yang signifikan dalam resistansi insulin (p=001 pada data umur dan BMI)dan fungsi sel yang terganggu (P=0.007).lebih jauh lagi, fungsi sel HOMA menurun pada subkelompok diabetes yang tidak terkontrol (70.1046.41) dan pada kelompok yang terkontrol dengan baik (129.2887.50) (P=0.017).

dapat disimpulkan bahwa pada subkelompok tersebut menunjukkan penurunan fungsi sel yang berat dibandingkan dengan sub kelompok yang lain. Fungsi sel HOMA juga ditemukan menurun pada laki-laki dengan diabetes dibandingkan dengan wanita (91.58 62.65 vs 120.10 87.91.46. Gambar 1a menunjukkan hubungan antara kadar leptin serum dan BMI pada semua subyek penelitian. Leptin serum mempunyai hubngan yang positif dengan BMI pada semua subyek termasuk laki-lai dan wanita. Kadar letin serum secara signifikan berhubungan dengan rasio pinggang-panggul (r=0.352, P=0.001). di sisi lain, terdapat hubungan antara leptin serum dengan lingkar panggul pada waita dan pria, seperti yang dapat dilihat pada gambar 1B. Leptin serum secara linier berhubungan dengan persentase lemak tubuh pada semua subyek penelitian. Pada seluruh 80 pasien, hasil dari analisis korelasi bivariat menunjukkan korelasi yang paling tinggi antara leptin serum dengan BMI(r=0.658, p<0.0001), fungsi sel (r=0.577, p<0.0001) dan total persentase lemak tubuh (r=0.431, p<0.0001), diikuti dengan persentase lemak tubuh (r=0.420, p<0.0001) dan yang terakhir yaitu insulin(r=0.226, p<0,05). Rasio pinggangpanggul sebagai indikatordalam obesitas abdomen menunjukan signifikansi hubungan dan korelasi yang negatif pada leptin di seluruh subyek penelitian (r=-0.352,P<0,001). Pada subyek yang diabetes, hanya HOMA-IR (r=0.422,P<0,0006) yang berhubungan dengan BMI (r=0.597,P<0,0001). Di sisi lain, pada subyek non diabetes hanya persentase lemak tubuh (r=0.466,P<0,003) yang berhubungan dengan leptin yang berhubungan dengan BMI (r=0.661,P<0,0001). Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang disebabkan karena status diabetes yang berhubungan secara signifikan dengan leptin dan HOMA-IR.selain itu,pada subyek penelitian dengan diabetes tipe 2 kami menemukan bahwa kadar leptin serum bergantung pada HOM-IR dengan menghitung konsentrasi glukosa dan insulin. Di sisi lainnya lagi, kadarleptin serum bergantung pada persentase lemak tubuh sebagai indikator dari obesitas viseral, namun hal ini hanya ditemukan pada subyek non diabetes. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar leptin serum pada subyek non diabetes mungkin mendapat pengaruh yang berbeda dibanding dengan subyek diabetes.pada kelompok non diabetes, kadar leptin berkontribusi sebagian pada peningkatan total persentaselemak tubuh yang diukur dengan leingkar panggul(indikator dari obesitas abdomen). Tabel 3 mewakili hasil dari analisis regresi linier dengan leptin serum sebgai variable tergantungnya. Pada semua subyek, kadar leptin serum dipengaruhi BMI fungsi sel , dan jenis kelamin. Variabel tersebut merupakan prediktor leptin pada subyek yang normal. Di sisi lain, pada kelompok diabetes kadar leptin serum dapat diprediksi oleh BMI, insulin dan jenis kelamin. Secara spesifik, analisis regresi pada jenis kelamin menunjukan bahwa perubahan kadar leptin pada wanita hanya dapat dijelaskan oleh fungsi sel dan BMI, sedang pada lakilaki hanya dengan menggunakan BMI. Hasil penelitian kami menyimpulkan bagwa kadar leptin serum pada wanita dipengaruhi secara berbeda dengan laki-laki. Laki-laki mengalami penurunan fungsi sell B yang lebih berat dibandingkan wnita. Di sisi lain, kadar insulin

wanita sebagian dipengaruhi oleh penignkatan sel yang akan ikut mempengaruhi kadar leptin. Kedua tersebut merupakan penemuan terbaru dalam penelitian kami. PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi kadar leptin serum pada kelompok non obesitas dengan diabetes tipe 2. Kami menemukan bahwa kadar leptin berhubungan dengan BMI dan persentasi lemak tubuh pada kelompok diabtes dan non diabetes, dan lebih tinggi pada jenis kelamin wanita dibanding laki-laki. Hal ini mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya (20,21). Temuan utama pada penelitian ini adalah kelompok non obesitas dengan diabetes tipe 2 mempunyai konsetrasi leptin serum yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol,seperti yang sudah dilakukan observasi pada pasien dengan obesitas sedang dengandiabetes. Kadar leptin serum yang tidak menurutn dikarenakan terdapat beberapa perbedaan yang signifikan pada umur dan BMI, karena dua kelompok dibagi dengan kedua variabel tersebut. Kami memperkirakan bahwa kadar leptin serum yang rendah pada pasien diabetes di penelitian ini merupakan dampak dari defek fungsi pankreas; seperti yang terlihat pada penurunan fungsi sel yang ditentukan oleh penilaian model homeostatik untuk fungsi sel yang sama halnya dengan terdapat resistansi insulin yang ditunjukkan oleh nilai HOMA-IR. Kedua hal tersebut secara konsisten sebagai penyebab dari diabetes (22). Oleh karena itu,kadar leptin yang rendah mungkin dapat disebabkan oleh keabnormalitasan metabolik diatas Bebrapa laporan menyebutkanbahwa peran leptin pada diabetes adalah inkonsisten; beberapa penelitian melaporkan bahwa serum leptin pada pasien diabetes terjadi peningkatan atau penurunan (23,24) atau bahkan tak berubah sama sekali (12). Kadar leptin serum dipengaruhi oleh jenis kelamin, BMI, adipositas, kadar insulin, sensitivitas insulin, dan regimen pengobatan. Oleh karena itu, perbedaan dalam variable tersebut pada beberapa penelitian mungkin dapat menjelaskan kenapa trdapat hasil hail yang berbeda-beda. Menurut Wauter et al. (25) adipositas dan jenis kelamin adalah determinan utama dari kadar leptin pada pasien sehat dan diabetes, sehingga hasil laporan yang berbeda-beda antar penelitian yang telah ada sebelumnya mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam adipositas atau jenis kelamin dalam subyek penelitian. Beberapa peneliti menjelaskan perubahan leptin hanya terdapat pada pasien overweught atau obesitas saja (4,7,11,24). Beberapa penelitian hanya meneliti pada laki laki saja, atau pada wanita saja (26). Hasil penelitian kami hampir sama dengan 2 penelitian sebelumnya, yaitu pada subyek penelitian non obesitas orang india, dan pada pasien orang sudan, (25) Meskipun tidak ada alasan yang pasti mengenai peningkatan dan penurunan kadar leptin serum pada diabetes tipe 2 dibandingkan dengan pasien non diabetes, penjelasan yang mungkin untuk menurunkan kadar leprin pada subyek diabetes berbeda dengan distribusi lemak anatara 2 grup yang ditak ditentukan sebelumnya dalam penelitian ini. Sudah diketahui sebelumnya bagwa lemak subkutan memproduksi leptin lebih banyak dibandingkan dengan lemak omentum (27) dan pasien dengan diabteses mempunyai lemak visceral yang lebih banyak dibandingkan lemak subkutannya; teori tersebut belum pernah dibuktikan dalam pelenitian terbaru. Hal tersebut akan mengkonfirmasi laporan sebelumnya pada orang kaukasia yang menyebutkan bahwa kadar leptin yang rendah pada pasien diabetes disebabkan

perubahan pada distribusi lemak tubuhnya (28). Kemungkinan lainnya, adalah defisiensi relatif insulin pada subyek diabetes, karena insulin adalah stimulan utama dalam produksi leptin. Selain itu, kalkulasi dengan menggunakan model HOMA juga menunjukan hal demikian, dimana subyek diabetes mempunyai resistansi insulin dan sekresi insulin yang terganggu. Pada penelitain terdahulu ditemukan bahwa terdpat korelasi yang uat antara BMI dan leptin plasma pada subyek non diabetes (1) resistansi insulin (30) atau pasien diabetes tipe 2(4,31). Pada penelitian kamijuga menunjukkan bagwa leptin mempunyai korelai yang kuat antara BMI pada kelompok diabetes dan non diabetes. Hasil penelitian ini, kami menemukan korelasi yang positif dan signifikan antara leptin dan lingkar panggul pada kelompok diabetes dan non diabetes. Sebaliknya, terdapat korelasi negatif antara konsentrasi leptin serum dan rasio pinggang-panggul pada kedua kelompok subyek. Temuan tersebut sama dengan hasil penelitian yang lainnya (26,32). Pada penelitian ini kadar leptin pada wanita secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan laki-laki ada kedua kelompok, dan hal ini sama dengan tmuan dari penelitian sebelumnya pada subyek diabetes dan non diabetes. Peneliti melaporkan level leptin serum lebih tinggi ada wanita dibanding pria (32-35) dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh jaringan adiposa pada wanita lebih banyak dibanding laki-laki, korelasi negatif antara leptin dan kadar testosteron (33,35) dan stimulasi produksi mRNA leptin oleh 17-estradiol, yang merupakan salah satu hormon seksual wanita (36). Hubungan antara insulin dengan leptin telah dipelajari secara luas dan direview sebelumnya (37). Pada pasien ras Kaukasia dengan diabetes tipe 2 dan juga dengan berat badan lebih dan berumur dewasa tua, kadar leptin secara signifikan berhubungan dengan sekresi insulin dan resistansi insulin (16), sekresi insulin pada pasien yang sedang menjalani terapi oabt-obatan per-oral (38). Peningkatan kadar leptin pada percubaan pengobatan insulin pada tikus (39) dan pada pasien diabetes (40) menyebutkan bahwa defisiensi insulin adalah penyebab dari perubahan kadar leptin pada diabetes. Mirip dengan data penelitian kami, ladar leptin pada wanita diabetes dari Bangladesh dilaporkan berhubungan dengan insulin puasa pada wanit diabetes (41). Hasil dari pasien kewarganegaraan Sudan menunjukkan bahwa Homa-IR dan fungsi sel berhubungan dengan leptin pada diabetes (13). Keterbatasan penelitian kami adalah ukura sampelnya. Kami menyarankan penelitian lebih lanjut lagi dengan menggukana sampel yang lebih besar dengan kedua jesnis kelamin dengan penghitungan terhadap kadar lemak tubuh untuk mengetahui peral leptin lebih detailnya pada pasien diabetes. Secara singkat, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kadar leptin serum pada wanita dipengaruhi secara berbeda dengan laki-laki. Laki-laki mempunyai gangguan fungsi sel yang lebih berat dibandingkan wanita. Di sisi lain, kadar insulin wanita secara sebagain berperan dalam peningkatan fungsi sel yang kemudian akan mempengaruhi kadar leptin. Hal tersebut adalah penemuan baru dalam penelitian kami. Lebih jauh lagi, kami berspekulasi bahwa penurunankadar leptins erum pada diabetes tipe 2 dan penurunan kadar leptin pada subyek dengan diabetes yang tidak terkontrol baik sepertinya disebabkan oleh

jenis kelamin laki-laki, defisiensi insulin, dan kerusakan fungsi sel . Lebih jauh lagi, dibutuhkan jumlah sampel yang besar untuk mengetahui mekanisme molekuler untuk memperjelas teori tentang kadar leptin yang menurun.

You might also like