You are on page 1of 13

I.

Sensor Sensor adalah peralatan yang sangat sensitive terhadap energi seperti panas, tekanan, gerakan dan cahaya atau yang lainnya Variabel keluaran dari sensor yang dirubah menjadi besaran listrik disebut transduser. Tranduser merupakan sistem yang melengkapi agar sensor tersebut mempunyai keluaran sesuai yang kita inginkan dan dapat langsung dibaca pada keluarannya. Energi yang dideteksi sensor pada umumnya diubah menjadi sinyal elektris analog, yang kemudian diperkuat oleh amplifier agar bisa digunakan pada sistem kendali. Sinyal kendali pada umumnya berupa tegangan, arus, impedansi (resistensi, kapasitansi, dan induktansi), dan frekuensi. Agar sensor dapat bekerja lebih baik dan tepat haruslah memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Kepekaan, yaitu sensor harus dipilih sedemikian rupa pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh keluaran yang cukup besar. 2. Stabilitas waktu, yaitu untuk menentukan masukan tertentu, sensor harus dapat memberikan keluaran yang tetap nilainya dalam waktu yang lama. 3. Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana yang bisa dideteksi menggunakan saklar on/off, masukan seperti ini disebut sebagai masukan diskrit atau masukan digital. Sedangkan beberapa sensor yang lain bisa melakukan pengukuran secara kompleks, dimana angka atau nilai tertentu itu sangat penting, masukan seperti ini disebut masukan analog, bisa digunakan untuk mendeteksi perubahan secara kontinyu, misalnya, tegangan, arus, densitas cairan, suhu, dan lain sebagainya. 1. Tipe-tipe sinyal sensor Energi yang dideteksi sensor pada umumnya diubah menjadi sinyal elektris analog, yang kemudian diperkuat oleh amplifier agar bisa digunakan pada sistem kendali. Sinyal kendali pada umumnya berupa tegangan, arus, impedansi (resistensi, kapasitansi, dan induktansi), dan frekuensi. 2. Pengkondisian sinyal Pengkondisian sinyal adalah pengkonversian level atau jenis dari sinyal menjadi level atau jenis sinyal lainnya. Pengkondisian sinyal yang umum dipakai adalah op-amp. Karena sensor biasanya mengeluarkan sinyal

tegangan atau perubahan resistensi yang sangat kecil maka diperlukan opamp untuk menguatkan level perubahan sinyal yang sangat kecil tersebut menjadi level sinyal yang bisa digunakan oleh sistem kendali. 3. Penskalaan sinyal Penskalaan adalah perubahan ukuran sinyal untuk memenuhi kebutuhan dari suatu tahapan sistem. Pengkondisi sinyal melakukan fungsi-fungsi penskalaan agar sinyal-sinyal masukan dari sensor dapat digunakan pada sistem kendali. 4. Kalibrasi Kalibrasi adalah prosedur untuk mendapatkan tingkat akurasi yang diinginkan dari suatu peralatan pengukur dengan mengganti atau memperbaiki peralatan tersebut. Pada pengkalibrasian sensor, energi yang akan diukur oleh sensor diberikan ke input sensor kemudian keluaran dari input sensor diukur untuk mengetahui apakah sinyal sensor sudah menunjukkan nilai yang diinginkan atau belum.

Gambar 1. Sensor Thermocouple

Gambar 2. Sensor Suhu dan kelembaban SHT 11

Gambar 3. Sensor kompas

Gambar 5. Sensor LM 35 II. Pengertian Sensor Suhu

Gambar 6. Sensor photodioda

Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatannya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya. A. Jenis-jenis Sensor suhu Seperti yang telah kita ketahui bahwa, sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Jenis-jenis sensor suhu antara lain 1. Bimetallic temperature sensor Sensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi gerakan. sensor ini terbuat dari dua buah logam yang disatukan atau direkatkan menjadi satu. Cara kerja dari sensor ini adalah setiap logam kan mempunyai koefisien muai yang berbeda-beda maka jika dua buah logam yang memiliki koefisien muai yang bebeda disatukan maka gabungan kedua logam itu akan melengkung jika dipanasi. Karena sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka bimetal ini sering dipakai sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur suhu yang analog. Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada setrikaan listrik pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan maka setrika akan mati sendiri dan akan ada bunyi tik, itu sebenarnya adalah Bimetallic temperature sensor yang sedang melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan memutus kontak listrik jika suhu setrika melebihi batas yang ditentukan. 2. Thermocouple

Thermcouple adalah suatu sensor suhu yang mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan. Dasar pembuatan Thermocouple terinspirasi oleh sifat logam yang jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan menghasilkan tegangan. Thermocouple dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian ini didasarkan oleh logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis Thermocouple yaitu: 1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)) 2. Tipe J (Iron / Constantan) 3. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy)) 4. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh) 5. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium) 6. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium) 7. Type T (Copper / Constantan) 3. Resistance Temperature Detector (RTD) Resistance Temperatur Detectors (RTD), seperti namanya, adalah sensor yang mengubah mengubah data pembacaan suhu menjadi hambatan atau resistansi. Sebagian besar terdiri dari unsur RTD panjang kawat halus melingkar melilit sebuah keramik atau gelas inti. Unsur ini biasanya cukup rapuh, sehingga sering ditempatkan di dalam probe berselubung untuk melindunginya. Unsur RTD terbuat karena dari bahan murni yang hambatan perubahan suhu; inilah pada berbagai suhu telah yang diprediksi didokumentasikan. Materi yang memiliki perubahan diprediksi dalam perlawanan perubahan Bahan Bahan yang digunakan dalam RTD: 1. Platinum (paling banyak digunakan dan paling akurat) 2. Nikel 3. Tembaga 4. Balco (jarang digunakan) 5. Tungsten (jarang digunakan) RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling akurat. Tidak hanya memberikan akurasi yang baik, tapi juga memberikan stabilitas yang sangat baik . RTDs juga relatif kebal terhadap gangguan listrik sehingga cocok untuk pengukuran suhu di lingkungan industri, terutama di sekitar motor, generator dan peralatan tegangan tinggi lainnya.

Jenis-jenis RTD: 1. RTD elemen adalah bentuk sederhana dari RTD. Ini terdiri dari sepotong kawat dibungkus di sekitar inti keramik atau kaca. Karena ukuran kompak, elemen RTD biasanya digunakan bila ruang sangat terbatas. 2. RTD surface elemen adalah tipe khusus dari elemen RTD. Hal ini dirancang untuk menjadi setipis mungkin sehingga memberikan kontak yang baik untuk mengukur suhu permukaan datar. 3. RTD Probe adalah bentuk paling kasar dari RTD. probe terdiri dari unsur RTD terpasang di dalam tabung logam, juga dikenal sebagai selubung.sarung melindungi elemen dari lingkungan. 4.Temistor Termistor memiliki sifat yang mirip dengan RTD yaitu mampu mendeteksi perubahan suhu menjadi perubahan hambatan (resistansi). Termistor ditemukan oleh samuel ruben pada tahun 1930. Ada dua macam termistor secara umum: Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC(Negative Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan suhunya naik, sementara sifat NTC justru kebalikannya. 5.Integrated Circuit Temperature Sensor IC sensor suhu salah satunya adalah lm 35. Lm35 memiliki dimensi seperti transistor ( memiliki 3 kaki). Lm35 ini memiliki 3 macam pin out yang memiliki konfigurasi sebagai berikut: Lm 35 memiliki keluaran berupa tegangan listrik. Biasanya tegangan ini dibaca dengan adc mikrokontroler kemudian ditampilkan besaran suhunya melalui LCD. sensor ini memiliki fitur sebagai berikut: 1. terkalibrasi dalam celcius 2. faktor skala linear 10mv/derajad celcius 3. mampu mengukur suhu dengan rentang -55 sampai +1500C 4. cocok untuk aplikasi jarak jauh 5. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30V 6. Self-heating rendah, 0.08 drajad celcius

III. Sensor suhu LM 35 Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM35 juga merupakan komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92). Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 10C, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai teman eksperimen kita, atau bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi, atau termometer badan digital. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM 35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 A. Hal ini berarti LM 35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (selfheating) dari sensor sehingga dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C.

Gambar 7. LM35 Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai

dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : VLM35 = Suhu* 10 mV Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 C karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya . Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35. 1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. 2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti terlihat pada gambar 2.2. 3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C. 4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. 5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A. 6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada udara diam. 7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA. 8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C. Kelebihan LM 35 1. Murah

2. Dikalibrasi langsung dalam bentuk celcius sehingga tidak perlu mengkonversi suhu yang dideteksi. 3. Memiliki skala linear 10 mV/oC, jadi setiap perubahan 1oC akan menghasilkan tegangan sebesar 10 mV. 4. Memiliki jangkauan maksimal suhu antara -55o sampai +150oC 5. Bekerja pada tegangan catu 4 sampai 30 Volt. LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60 mikroampere, memiliki tingkat efek self-heating yang rendah (0,08 derajad Celcius). Self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan dan diupakara atau di- handle dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. Seperti sensor suhu jenis RTD PT100 atau PT1000 misalnya, komponen ini tidak boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1 miliampere, jika melebihi, maka sensor akan mengalami selfheating yang menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih tinggi dibandingkan suhu yang sebenarnya. ( 304 kb )

Gambar 8. Skematik rangkaian dasar sensor suhu LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius. Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter,

atau rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter. Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubahubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan. Untuk memperbaiki kinerja rangkaian dasar di atas, maka ditambahkan beberapa komponen pasif seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Dua buah resistor 150K yang diparalel membentuk resistor 75K yang diseri dengan kapasitor 1uF. Rangkaian RC-Seri ini merupakan rekomendasi dari pabrik pembuat LM35. Sedangkan resistor 1K5 dan kapasitor 1nF membentuk rangkaian passive low-pass filter dengan frekuensi 1 kHz. Tegangan keluaran filter

kemudian diumpankan ke penguat tegangan tak-membalik dengan faktor penguatan yang dapat diatur menggunakan resistor variabel. Dengan rangkaian ini, terbukti tegangan keluaran rangkaian ini jauh lebih stabil dibandingkan tegangan keluaran rangkaian dasar di atas. Dengan demikian akurasi pengukuran telah dapat ditingkatkan. Tegangan keluaran opamp dapat langsung diumpankan ke rangkaian ADC untuk kemudian datanya diolah lebih lanjut oleh mikrokontroler. IV. Aplikasi Pembacaan Suhu Lm35 Dengan Penampil Lcd Menggunakan Codevision Avr

Gambar 9. Aplikasi Pembacaan Suhu Lm35 Dengan Penampil Lcd Menggunakan Codevision Avr

Aplikasi pembacaan suhu (monitoring suhu) ini, menggunakan sensor LM35 yang merupakan sebuah sensor suhu dengan harga yang relatif murah dan output nya sudah berupa tegangan yang sudah linear. Menurut datasheet LM35, untuk kenaikan 1 derajat Celcius akan mengakibatkan perubahan 10mV terhadap output tegangannya. Dimana saat suhu 0 Celcius sensor ini mempunyai tegangan offset sebesar 0 V. Tegangan output tersebut sudah dapat dibaca oleh mikrokontroler melalui ADC tanpa diperlukan sebuah penguat tegangan. Aplikasi ini telah dibuat dalam bentuk real (dan juga telah disimulasikan menggunakan Proteus. Schematic LM35 yang kemudian ditampilkan pada LCD dapat dilihat diatas.

DAFTAR PUSTAKA http://electrocontrol.wordpress.com/2011/04/16/aplikasi-pembacaan-suhu-lm35menggunakan-codevision-avr/ diakses pada tanggal 9 Mei 2012 http://all-thewin.blogspot.com/2011/11/sensor.html diakses pada tanggal 9 Mei 2012 http://www.elektronikaku.co.cc/2010/08/lm35-adalah-sebuah-sensor-suhuyang.html diakses pada tanggal 9 Mei 2012 http://telinks.wordpress.com/2010/04/09/rangkaian-sensor-suhu-lm35/ pada tanggal 9 Mei 2012 diakses

PAPER SISTEM INSTRUMENTASI LM 35

Disusun oleh : Nama : Ina Kurnia NPM : 240110090125

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDSUTRI PERTANIAN UNIVRSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012

You might also like