You are on page 1of 20

BAB 1 TINJAUAN TEORI BRONKITIS ALERGIKA 1.

1 DEFINISI Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36). Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37). 1.2 ETIOLOGI Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37). Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982; 206). Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).

1.3 PATHOFISIOLOGI Virus dan kuman biasa masuk melalui port de entry mulut dan hidung dropplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan. Alergen Aktivasi IG.E Peningkatan pelepasan histamin Edema mukosa sel goblet memproduksi mukus Infeksi sekunder oleh beberapa penyakit Virus/ bakteri memasuki tubuh (bakterimia/ viremia) Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan timbul lendir. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Mungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder) Peningkatan frekwensi pernafasan Perubahan pola nafas Penggunaan otot-otot bantu pernafasan. Nyeri pada retrosternal

Demam Hipertermia Malaise Nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan keseimbangan cairan

1.4 MANIFESTASI KLINIK 1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat Diaphoresis, tachycardia, tachypnoe. 2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa sakit dibawah sternum

3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah. 1.5 PROGNOSIS Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah; 1997; 37). 1.6 PENATALAKSANAAN DAN TERAPI Untuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia). Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkospasme berikan bronkodilator. Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat. Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis. 1.7 PENGKAJIAN 1. Riwayat penyakit masa lalu Faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran pernafasan atas, adanya riwayat alergi, stress). Frekwensi timbulnya wheezing, lama penggunaan obat-obat sebelumnya (paling akhir), riwayat asthma, adanya faktor keturunan terhadap alergi. 2. Pemeriksaan fisik Peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan, penggunaan otot bantu

pernafasan (mungkin didapatkan adanya bentuk dada barrel/ tong), suara nafas (rales, ronchi, wheezing), peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, menunjukkan tanda dari terjadinya failure respiratory seperti diaporesis, kelelahan, penurunan kemampuan bereaksi decreased responsiveness dan cyanosis. Turgor kulit, ubun-ubun besar. Perubahan pada pemeriksaan gas darah, perubahan pada eosinopil (pada hitung jenis darah), pemeriksaan pada foto thoraks. 3. Faktor pertumbuhan dan psikososial Usia, seberapa jauh faktor pencetus mempengaruhi kehidupan sosial penderita, tingkat pengetahuan keluarga dan klien terhadap regimen pengobatan yang diberikan, mekanisme koping keluarga dan klien, kebiasaan yang dikaitkan dengan kenyamanan klien (waktu tidur, waktu istirahat dan benda kesayangan). Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya, kerabat keluarga dengan riwayat asthma. 4. Pengetahuan klien dan keluarga Pengetahuan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja, frekwensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan non farmakologis non medicinal intervenstions seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), support sistem, kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga. 1.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. Tujuan: Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan, dengan kriteria: Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas 2024 kali permenit, suara nafas bronkovesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan.

Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan. b. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien. R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. c. Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. d. Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran. R/ Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan. e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu. R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen. 2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe. Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan dengan kriteria: Produksi urine 50 cc/jam, tekanan darah 100/80 mmHg -120/80 mmHg, denyut nadi 80 -100 kali permenit dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar, mata tidak cowong. Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum yang adekuat. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien

kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat. R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan. c. Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral. R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os. d. Observasi intake dan output R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan. e. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum. R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, produksi urine. 3. Resiko tinggi peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria: Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal. Intervensi: a. Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b. Berikan kompres. R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres. c. Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak. R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh. d. Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien. R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi. e. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus. f. Observasi tanda-tanda vital. R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise. Tujuan: Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria: Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau menghabiskan makanan yang disajikan. Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan. b. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal. c. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering. R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah. d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia. R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan. e. Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat badan. R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien. 5. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, prosedur tindakan perawatan dan pengobatan. Tujuan: Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria: Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif.

Interevensi: a. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan. R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan. b. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan perawatan klien. R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien. c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan. R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien. 6. Kurang pengetahuan tentang keadaan penyakit anaknya berhubungan dengan terbatasnya informasi Tujuan: Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan dengan kriteria hasil: Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang : Rencana program pengobatan dan penatalaksanaan yang akan dijalani pada anaknya Efek samping penggunaan obat-obatan. Olahraga yang dapat dilakukan Penjelasan dengan bahasanya sendiri.

Intervensi: a. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan. b. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan. R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru. c. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan. R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan. d. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas. R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan

tingkat pemahaman keluarga.

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN BRONKITIS ALERGIKA DI POLI ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA 2.1 PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Mei 2003 pukul 10.00 WIB di Poli Alergi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1. IDENTITAS KLIEN / BIODATA Nama Tempat tanggal lahir Usia Jenis kelamin Nama ayah/ ibu Pendidikan ayah/ ibu Agama Suku bangsa Alamat No. DMK Sumber informasi Diagnosa medis : An. N : Surabaya, 3 Februari 1997 : 6 tahun (anak pertama) : perempuan. : Tn. S/ Ny. T : SMA/ SMA : Islam : Jawa/ Indonesia : Surabaya : 10135091 : Ibu dan anak : Bronkhitis alergika.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN 1) Keluhan utama Ibu mengungkapkan An. N sejak minum es batuk terus menerus selama 2 hari, batuk disertai dahak yang kental dan susah keluarnya. Bila lari anak merasa sesak. 2) Riwayat penyakit sekarang 2 hari sebelum kunjungan ke poli alergi, klien minum es + jam setelah klien minum es klien batuk-batuk, diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat anak lari-lari. Kemudian oleh ibu anak dibawa ke Poli Alergi RSUD Dr. Soetomo surabaya. 3) Riwayat penyakit dahulu

10

Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan rutin kontrol selama + tahun. Pada usia 10 tahun kambuh lagi setelah memakan buah melon. Klien bisa memenuhi kebutuhan tidurnya, ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dikonsumsi anakanya terutama hal-hal yang dingin yang dapat menyebabkan alergi. 4) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengungkapkan bahwa ayah klien alergi terhadap debu rumah dan buah kelengkeng, tetapi didalam anggota keluarga tidak ada yang menderita asma. 5) Riwayat kehamilan dan persalinan Klien lahir dengan berat badan lahir 3100 gram, lahir langsung menangis, menurut ibu klien selama hamil ibu periksa ke bidan praktek. Klien minum ASI sampai usia 6 bulan, PASI dan bubur susu diberikan sampai anak berusia 5 tahun. Susu yang diberikan adalah Lactogen. 6) Riwayat imunisasi Klien telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yaitu: BCG, Polio, DPT, Campak dan hepatitis. 7) Riwayat nutrisi Ibu mengungkapkan An. N diberikan ASI sampai usia 6 bulan, PASI dimulai pada saat usia anak mencapai 4 bulan, makanan tambahan berupa bubur susu diberikan pada saat anak berusia 4 bulan. Pada saat pengkajian BB 19 kg, TB 105 cm. Ibu mengungkapkan anak sulit makan selam sakit ini, makanan yang disajikan tidak pernah dihabiskan. 8) Riwayat tumbuh kembang Pada saat ini anak memasuki masa Industri Vs Inferior. Pada saat ini bersekolah di SD kelas 1 dan anak mampu bermain dengan anak lainnya di sekolah dan di rumah. 9) Data Psikososial Ibu mengungkapkan bertempat tinggal di daerah yang penduduknya padat. Pendapatan keluarga + 750.000,-/ bulan.

11

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (HEAD-TO-TOE). 1) Keadaan umum Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batukbatuk, tampak agak sesak, nadi 92 x/mnt, suhu 37 OC, pernafasan 28 x/mnt Kepala dan leher Kepala berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata, terpotong pendek. Mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada. Telinga tidak ada serumen. Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Mulut bersih, tidak terdapat karies gigi. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, klien mampu menelan tanpa terasa sakit/ nyeri, tidak ada kaku kuduk. 2) Dada dan thoraks Pergerakan dada simetris, Wheezing +/+, Ronchi +/+, retraksi otot bantu pernafasan ringan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur. 3) Abdomen Bentuk supel, tidak ada meteorismus, bising usus + normal 5 x/ mnt, tidak ada nyeri tekan, hepar dan limpa tidak teraba. 4) Ekstrimitas Tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot adalah 5 untuk masing-masing ekstrimitas. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak sendi. 4. DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS Darah Lengkap : tanggal 30 April 2003 Hb 13 gr %, LED14-28, leukosit 6800, diff. Count -/ -/ 2/ 61 / 35/ 2 Pemeriksaan alergi: House dust 10,3 mm, tomat 12,7 mm, udang 12,5 mm, histamin 30,8 mm. Foto thoraks: Tidak didapatkan kelainan, sinus phrenicostalis tajam.

12

5.

ANALISA DAN SINTESA DATA DATA S: Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu. O: - Wheezing +/+. - Rhonci +/+. - RR 28 x/mnt, teratur. - Retraksi intercosta ringan. - Pergerakan dada simetris, irama nafas teratur. S: - Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi. bulan dan kambuh kembali pada usia 2 dan 10 tahun. O: Klien batuk disertai sputum, agak sesak, RR 28 x/mnt. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen pengobatan S: Ibu klien mengeluh merasa cemas Rencana program pemeriksaan bagaimana kelanjutan keadaan sakit klien O: Ekspresi wajah ibu yang terlihat cemas dan pengobatan yang lama Kecemasan orang tua Tidak patuh Membutuhkan pengetahuan orang tua dan kepatuhan anak Peningkatan produksi mukus Alergi Resiko tinggi Pelaksanaan regimen tidak efektif Pengeluaran histamin Organ target (saluran pernafasan) Edema mukosa Proses peradangan ETIOLOGI Alergen Aktivasi Ig. E MASALAH Bersihan jalan nafas

- Klien menderita alergi sejak 10 untuk penghindaran alergen

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

13

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonki +/ +, RR 28 x/mnt irama teratur. b. Resiko tinggi pelaksanaan regimen pengobatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi. c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan rencana pelaksanaan program pengobatan yang lama ditandai dengan keluhan cemas tentang kelanjutan keadaan sakit klien dan ekspresi wajah ibu yang terlihat cemas.

14

II. PERENCANAAN NO. 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan anak batuk disertai riak dengan sesak sejak 2 hari yang lalu, Wheezing +/+, Rhonci +/+, RR 28 x/mnt, teratur, Retraksi intercosta ringan. TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

HASIL Jalan nafas a. Jelaskan pada klien dan keluarga a. - Pada saat bersih dan beberapa tindakan yang dapat dilakukan bernafas tidak patent setelah menggunakan untuk meningkatkan proses mendapat pengeluaran sekret. b. otot-otot bantu. tindakan b. Anjurkan kepada klien dan keluarga - frekwensi nafas keperawatan. agar memberikan minum lebih banyak dalam batas dan hangat kepada klien. c. normal 15-30 x/mnt. c. Ajarkan pada keluarga fisioterapi nafas - suara nafas dan latihan batuk efektif broncho vesikuler. d. Kolaborasi dalam pemberian d. ekspektoran.

Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan. Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan. e. Observasi: Pernafasan (rate, pola, e. Tanda vital merupakan indikator yang penggunaan otot bantu, irama, suara dapat diukur untuk mengetahui nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, kecukupan suplai oksigen, suplai oksigen dan suhu. yang cukup merupakan tanda jalan nafas sudah bebas dan patent

15

NO. 2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan pelaksanaan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakpatuhan yang ditandai dengan Ibu mengungkapkan sulit mengontrol makanan yang dimakan oleh anak yang menjadi sumber alergi.

TUJUAN

KRITERIA

INTERVENSI

RASIONAL

HASIL Orang tua a. - Orang tua menunjukkan mengetahui faktorkeinginan untuk faktor yang mem berperan aktif pengaruhi dalam penata timbulnya alergi. laksanaan b. - Orang tua pengobatan mengetahui cara dan perawatan dan tindakan yang agar efektif dilakukan untuk setelah menghindari mendapat c. kontak dengan penjelasan dari alergen. petugas.

Berikan penyuluhan pada keluarga a. Pengetahuan yang memadai tentang bahan-bahan terutama makanan memungkinkan klien dan keluarga yang menjadi bahan alergen bagi anak. koopertif terhadap tindakan perawatan. Diskusikan dengan keluarga mengenai b. Alternatif cara yang dipilih oleh alternatif tindakan yang mungkin keluarga merupakan jalan keluar dilakukan untuk menghindari kontak yang sesuai dengan keadaan dengan alergen. keluarga. Berikan positif reinforcement pada orang c. Positif reinforcement meningkatkan tua dan anak jika kooperatif. rasa percaya diri dan motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam perawatan klien.

16

NO. 3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Kecemasan orang tua (ibu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang program pengobatan yang lama ditandai dengan keluhan cemas tentang kelanjutan keadaan sakit klien dan ekspresi wajah ibu yang terlihat cemas

TUJUAN Kecemasan ibu berkurang atau tidak ada lagi

KRITERIA HASIL - -Ibu tidak tampak cemas - Dalam waktu 1 jam, orang tua (ibu ) dapat mengerti program pengobatan anaknya - ibu dapat menguraikan program pemeriksaan yang dianjurkan pihak medis dalam penanganan masalah anaknya. a.

INTERVENSI

RASIONAL

Kaji pengetahuan ibu a. Agar lebih mudah tentang program pengobatan batas mana mulai dari mana b. Terangkan bahwa anak menerangkan mengalami keterlambatan b. Peningkatan perkembangan bicara dan dapat di pemahaman dan kesadaran perbaiki secara maksimal dalam batas orangtua untuk bisa menerima waktu tertentu dengan usaha yang keadaan anaknya dan menggali keras. koping yang positip terhadap kemampuan yang ada pada c. Dorong keluarga untuk c. Membantu di dalam mau melakukan pemeriksan yang menentukan faktor pencetus alergi lengkap terhadap alergi yang di alami yang lebih pasti dan mempercepat anaknya. proses penanganan yang lebih cepat dan tepat.anaknya d. Support keluarga dalam d. Meningkatkan melakukan stimulasi pada anak harapan dan kemauan keluarga dalam melakukan stimulasi. e. Kuatkan koping keluarga e. Meningkatkan dalam menerima kondisi anak. penerimaan keluarga terhadap . kondisi anak

17

III. IMPLEMENTASI TGL/ PUKUL 1 Mei 2003 10.30 WIB NO. DP 1. PELAKSANAAN TINDAKAN a. Menjelaskan kepada ibu bahwa sekret dapat dikeluarkan dengan batuk, tetapi bila sekret kental akan mempersulit pengeluaran sekret. Oleh karena itu sekret perlu diencerkan dengan minum lebih banyak dan hangat, minum obat sesuai dosis dan tepat waktu. b. Menganjurkan kepada ibu agar memberikan minum yang lebih banyak kepada anak dan yang hangat. c. Mengajarkan kepada ibu dan klien cara batuk efektif yaitu menghirup nafas dalam 2 kali kemudian dibatukkan dengan keras sampai riak keluar. d. Memberikan penjelasan tentang pengobatan dan perawatan klien dirumah. e. Mengobservasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu. a. Memberikan penjelasan tentang faktor alergen yang seharusnya dihindari oleh anak. b. Berdiskusi dengan keluarga tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari alergen yaitu: - Membersihkan rumah. - Tidak menyajikan makanan yang menjadi sumber alergen. - Mengganti jenis makanan yang menjadi sumber alergen dengan makanan yang lain. - Memotivasi anak agar tidak mengkonsumsi makanan yang menjadi sumber alergen. c. Memberikan pujian dan dorongan terhadap rencana tindakan keluarga yang positif. f. Kaji pengetahuan ibu tentang rencana pelaksanaan program pengobatan selanjutnya. g. Terangkan bahwa anak yang mengalami alergi dapat hidup normal seperti anak laninnya hanya dengan menghindari faktor pencetus alergi. h. Dorong keluarga untuk mau melakukan pemeriksan yang lengkap terhadap alergi yang di alami anaknya. i. Support keluarga dalam melakukan stimulasi pada anak j. Kuatkan koping keluarga dalam menerima kondisi anak. .

1 Mei 2003 10.30 WIB

2.

1 Mei 2003 11.00 WIB

18

IV. EVALUASI NO. SOAP 1. S : Ibu mengungkapkan dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh petugas tentang tindakan yang mungkin dilakukan untuk memudahkan pengeluaran riak. O : - Ibu mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan petugas sesuai dengan bahasa ibu sendiri. - Ibu tampak menganggukkan kepala saat dijelaskan oleh petugas. - Batuk (+), Wheezing +/+, ronchi +/+. A : Masalah belum teratasi. Ibu mengerti tentang penjelasan tentang tindakan untuk membantu pengeluaran sekret. 2. P : Kontrol ke Poli anak 3 minggu lagi. S : Ibu mengungkapkan sudah mengerti penjelasan tentang faktor yang menjadi penyebab batuk-batuk dan sesak pada anaknya dan cara untuk menghindarinya. O : Ibu dapat menjelaskan kembali tentang alergen dan usaha untuk menghindarinya. A : Masalah teratasi. 3. P : Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi. S : Ibu merasa sudah tidak cemas lagi O : Ekspresi wajah ibu terlihat tenang A : Kecemasan ibu teratasi P : Rencana perawatan dihentikan, kontrol 3 minggu lagi

DAFTAR PUSTAKA

19

Carpenito. L.D. (1997). Nursing diagnosis; application to clinical practice. 7th Edition. Lippincott. Philadelpia. New York. Ngastiyah (1998). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

20

You might also like