You are on page 1of 7

Warna Air Tambak - 01 - Dasar Pemikiran

Warna air tambak pada dasarnya terjadi karena adanya dominansi jenis plankton tertentu yang tumbuh dan berkembang di dalam perairan tambak. Parameter ini dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur kualitas perairan tambak secara praktis melalui pengamatan visual dengan memperhatikan kondisi dan kualitas udang di dalam perairan tersebut dengan dasar pemikiran seperti berikut ini: 1. Phythoplankton mempunyai karakteristik warna tertentu yang disebabkan oleh kandungan chlorophyl yang relatif berbeda antara jenis yang satu dengan yang lainnya. 2. Plankton memiliki karakteristik sifat tertentu dalam melakukan proses kegiatannya baik itu biologi, kimia, fisika dan ekologi yang relatif berbeda antara jenis yang satu dengan yang lainnya. 3. Phythoplankton merupakan produsen utama dalam rantai makanan yang ada di perairan tambak, sehingga dominansinya relatif berpengaruh pada kehidupan organisme lainnya. 4. Tidak semua jenis plankton yang tumbuh dalam perairan tambak bersifat menguntungkan bagi udang atau organisme lainnya di dalam tambak, sehingga dominansi dari jenis tertentu akan berpengaruh pada tingkat kenyamanan organisme lain di dalam tambak. Dasar pemikiran diatas memperlihatkan bahwa warna perairan tambak yang disebabkan oleh adanya dominansi jenis plankton tertentu dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan tentang kualitas air tambak. Faktor dominansi plankton di dalam tambak dapat terjadi karena pengaruh bibit plankton yang dimasukkan ke dalam tambak dan treatment yang diterapkan dalam proses penumbuhan dan pengelolaan plankton. Pada saat awal pembentukan air tambak bibit plankton yang dimasukkan ada kemungkinan sudah terjadi dominansi yang selanjutnya tumbuh dan berkembang di dalam tambak. Pada kasus lain bibit plankton yang dimasukkan ke dalam tambak belum terjadi dominansi, tapi treatment yang diterapkan memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan jenis plankton tertentu sehingga mendominansi perairan tambak

Warna Air Tambak 02 Aspek Analisis


Aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai dan menganalisis warna air tambak secara garis besar meliputi: 1. Jenis plankton yang dominan. 2. Kelimpahan plankton yang dominan. 3. Kondisi dan kualitas udang. Analisis terhadap jenis plankton yang dominan didasarkan pada karakteristik dan sifatnya serta tingkat permasalahan yang mungkin ditimbulkan di dalam perairan dan pengaruhnya terhadap organisme lainnya. Perairan tambak yang didominansi oleh jenis plankton yang bersifat menguntungkan dan membawa pengaruh yang nyaman dan aman pada organisme lainnya

keputusan yang perlu diambil adalah cara untuk mempertahankan, sedangkan jika dominansi yang terjadi adalah dari jenis plankton yang merugikan maka perlu dilakukan penggantian dominansi plankton dengan melakukan penurunan air tambak dalam volume yang besar dan proses inokulasi bibit plankton yang menguntungkan dari petakan tambak lainnya disertai dengan pemupukan. Kelimpahan plankton yang dominan di perairan tambak erat hubungannya dengan tingkat kecerahan air tambak seperti telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya. Kelimpahan yang terlalu tinggi dari jenis plankton yang merugikan akan sangat membahayakan bagi udang dan dapat menimbulkan masalah serius jika tidak segera diantisipasi. Analisis warna air tambak yang berkaitan dengan dominansi jenis plankton tertentu harus bermuara pada kondisi dan kualitas udang yang hidup di perairan tersebut. Keadaan ini dapat diartikan bahwa meskipun dominansi plankton di perairan tambak tersebut merupakan jenis yang menguntungkan tapi jika kondisi dan kualitas udang mengalami degradasi, maka ada sesuatu masalah di dalam perairan tersebut sehingga perlu diadakan identifikasi dan analisis penyebab masalah secara cermat dan akurat. Sebaliknya jika pengamatan warna air tambak menunjukkan adanya dominansi plankton yang merugikan sedangkan kondisi dan kualitas udang dalam keadaan normal, maka proses penggantian air tambak perlu dilakukan secara bertahap dan kontinyu agar tidak menimbulkan stress pada udang sampai dominansi plankton di dalam tambak tergantikan dengan jenis yang baru dan bersifat menguntungkan.

Warna Air Tambak 03 Kriteria Warna Air


Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini: 1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut. 2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak. 3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.

Standar warna air tambak seperti tersebut di atas merupakan acuan praktis dalam mengidentifikasi jenis plankton sebagai upaya pendeteksian masalah kualitas perairan secara dini. Selain warna standar tersebut ada beberapa warna air tambak yang biasa dijumpai dalam kegiatan usaha budidaya udang, yaitu antara lain: 1. Warna air tambak kekuningan yang berarti menunjukkan adanya dominansi phytoplankton jenis cyanophyceae. Pada kondisi perairan tambak seperti ini biasanya udang berwarna lebih pucat dari biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan udang dan jika tidak segera diantisipasi dapat menimbulkan kerusakan pada hepatopanchreas udang. 2. Warna air tambak hijau pupus yang berarti menunjukkan adanya dominansi phytoplankton jenis dynophyceae dampak yang ditimbulkan relatif sama dengan point (1). 3. Warna air tambak biru kehijauan yang berarti menunjukkan adanya dominansi blue green algae dampak yang ditimbulkan relatif sama dengan point (1). 4. Kamuflase green color, pada kondisi ini tambak seolah-olah berwarna kehijauan tapi pada dasarnya tidak/kurang mengandung plankton. Hal ini terjadi biasanya pada tambak yang kandungan bibit planktonya sangat kurang tetapi kegiatan pemupukan berjalan terus, sehingga warna yang ditimbulkan adalah warna karena pengaruh cuaca. Kejadian ini dapat diketahui dengan mengukur kecerahan perairan tambak yang biasanya sangat tinggi, atau dengan melihat warna air yang ada pada kincir air yang sedang dioperasikan. Identifikasi jenis plankton di perairan tambak secara praktis dengan melihat warna perairan seperti telah diuraikan di atas perlu ditunjang dengan pengamatan dan analisis laboratorium secara berkala untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel perairan dan sampel udang dari petakan-petakan tambak baik yang bermasalah maupun yang tidak terkena masalah, sehingga dapat diambil perbandingannya.

Kondisi Dasar Tambak - 01 - Latar Belakang


Kondisi dasar tambak merupakan suatu keadaan fisik dasar tambak beserta proses yang terjadi didalamnya baik yang menyangkut biologi, kimia, fisika maupun ekologi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berpengaruh pada kehidupan udang maupun organisme lainnya dalam suatu keterkaitan ekosistem perairan tambak. Parameter ini dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kualitas perairan tambak dengan dasar pemikiran sebagai berikut: 1. Dasar tambak merupakan ruang gerak dan tempat hidup bagi udang dan organisme lainnya dalam kondisi normal seperti habitat alaminya, sehingga kondisi dasar tambak akan mempengaruhi tingkat keamanan dan kenyamanan bagi udang maupun organisme lainnya di dalam perairan tersebut. 2. Dasar tambak merupakan tempat akumulasi kotoran tambak baik yang berasal dari treatment budidaya maupun proses metabolisme yang dilakukan oleh organisme yang hidup di perairan tambak tersebut.

3. Dasar tambak merupakan suatu area di dalam tambak yang membentuk suatu sub komunitas tersendiri yang bersifat benthic di dalam tambak dan keberadaannya mempunyai korelasi yang erat dengan ekosistem perairan tambak. 4. Pada dasar tambak terjadi proses-proses biologi, kimia, fisika dan ekologi yang sangat tergantung pada kestabilan ekosistem perairan. 5. Pada kondisi tertentu, dasar tambak dapat bersifat an aerob karena tidak terjadinya proses oksidasi sehingga dapat membahayakan bagi kondisi dan kualitas udang di dalam tambak. Kondisi dasar tambak mempunyai keterkaitan secara langsung dengan kondisi dan kualitas udang serta kualitas perairan tambak, yaitu jika perairan tambak berada pada keseimbangan ekosistem dan bersifat stabil serta kondisi dan kualitas udang bagus maka kondisi dasar tambak akan terjaga dengan sendirinya. Salah satu faktor yang juga ikut menentukan kondisi dasar tambak adalah penempatan posisi kincir air yang dioperasikan pada saat kegiatan budidaya berlangsung. Posisi kincir yang sesuai dan dapat mengarahkan kotoran dasar tambak ke arah sentral pembuangan dapat meminimalkan terjadinya penyebaran akumulasi kotoran tersebut di dasar tambak, sehingga pada saat dilakukan pembuangan air tambak kotoran tersebut dapat ikut terbawa. Pada dasarnya setiap petakan tambak yang sedang dioperasikan selalu dijumpai adanya kotoran dan hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat keberadaan dan tingkat penyebarannya di dasar tambak dibandingkan dengan tolok ukur dari hasil pengamatan terhadap kondisi dan kualitas udang serta kualitas perairan tambak. Beberapa faktor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi kotoran di dasar tambak adalah antara lain: 1. Desain dan kontruksi dasar tambak yang tidak dirancang dengan tingkat kesesuaian terkonsentrasinya kotoran ke arah sentral pembuangan, sehingga menyebabkan kotoran di dasar tambak tersebut menyebar di beberapa titik konsentrasi. 2. Penempatan posisi kincir air yang kurang tepat, sehingga tidak dapat mengarahkan kotoran tersebut ke arah sentral pembuangan. 3. Program pakan yang over feeding jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan udang. Sisa pakan yang berlebihan tersebut tidak terkonsumsi oleh udang dan membusuk serta terakumulasi di dasar tambak menjadi kotoran. 4. Teknik pemberian pakan yang tidak merata ke seluruh area pakan di dalam petakan tambak, sehingga pakan terakumulasi di satu titik dan tidak terkonsumsi merata sehingga membusuk di dasar tambak. 5. Tingkat populasi udang di dalam tambak. Pada tambak dengan populasi udang yang relatif padat, kondisi dasar tambak akan relatif bersih karena kotoran di dasar tambak akan terdorong dengan sendirinya ke sentral pembuangan yang diakibatkan oleh aktifitas udang di dasar tambak. 6. Kurangnya pengecekkan dasar tambak dengan melakukan penyelaman secara berkala. 7. Kurangnya intensitas dan frekuensi sirkulasi air yang dapat mendorong kotoran dasar tambak ke arah sentral pembuangan

Kondisi Dasar Tambak 02 - Metode Pengamatan


Kotoran di dasar tambak biasanya berupa lumpur hitam yang mengendap di dasar serta mengandung H2S dan NH3 yang bersifat asam dalam dosis tertentu dapat membahayakan bagi udang. Kotoran ini berasal dari proses metabolisme yang dilakukan oleh organisme perairan tersebut, mortalitas plankton dan sisa pakan udang yang tidak terkonsumsi serta pengaruh dari treatment budidaya lainnya. Keberadaan lumpur hitam di dasar tambak dapat teramati melalui cara antara lain: 1. Pengamatan warna kulit/khitin udang melalui sampling berkala maupun pengamatan ancho. Kondisi dasar tambak yang kotor dan penuh lumpur biasanya berdampak pada penampakan kulit udang yang cenderung berwarna lebih gelap dari keadaan normal. Pada saat dilakukan sampling sampling kotoran dasar tambak/lumpur biasanya ikut terbawa pada jala yang ditebarkan ke dalam tambak. 2. Pengecekkan langsung ke dasar tambak dengan melakukan penyelaman untuk melihat kondisi dasar tambak dan kondisi udang. 3. Melihat saluran pembuangan air tambak pada saat dilakukan sirkulasi air dengan memperhitungkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan kotoran/lumpur tersebut. Pada kegiatan ini juga perlu diperhatikan tingkat kelancaran saluran pembuangan dalam mengeluarkan air tambak, jika terjadi penyumbatan maka dibutuhkan identifikasi lanjutan terhadap penyebab penyumbatan tersebut. Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah keberadaan bangkai udang yang ikut terbawa keluar bersama air tambak berdasarkan jumlah dan kondisi bangkai udang tersebut agar dapat diambil alternatif keputusan yang mengarah pada harvesting decision ataupun treatment decision. 4. Pengamatan terhadap permukaan air tambak pada saat kincir air tidak dioperasikan. Kondisi dasar tambak yang kotor dan penuh lumpur biasanya mengeluarkan gelembunggelembung udara yang muncul dari dasar tambak ke arah permukaan air, jika di permukaan tambak banyak dijumpai fenomena ini maka kondisi dasar tambak relatif sangat kotor dan penuh lumpur. Pemantauan kondisi dasar tambak perlu dilakukan secara cermat baik melalui pengamatan berkala maupun yang bersifat insidental agar permasalahan yang terjadi dapat segera ditangani. Permasalahan cukup serius yang biasanya terjadi adalah kematian udang di dasar tambak karena berbagai permasalahan yang tidak terdeteksi. Kematian udang di dasar tambak yang disebabkan oleh proses moulting biasa dijumpai dan bersifat alamiah karena adanya kanibalisme dari udang lainnya dalam kuantitas masih berada pada batas toleransi yang ditetapkan. Sedangkan kematian udang di dasar tambak yang bersifat massal dan disebabkan oleh permasalahan yang tidak terdeteksi biasanya bangkai udang terkonsentrasi di sentral pembuangan dan pada tingkat yang lebih parah bangkai udang menyebar di dasar tambak.

Kondisi Dasar Tambak 03 - Dasar Pertimbangan


Sebagai upaya mengantisipasi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pemantauan dasar tambak baik secara yang bersifat insidental seperti yang telah diuraikan di atas maupun yang bersifat berkala yaitu dengan melakukan pengangkatan kotoran dan lumpur hitam terutama yang berada di sentral pembuangan dengan alat bantu pompa air dan selang spiral dengan menyedot kotoran dan lumpur hitam tersebut dan membuangnya melalui saluran pembuangan. Kegiatan ini sebaiknya juga diikuti dengan pemantauan tingkat kematian udang di dasar tambak melalui cara mengambil sampel bangkai udang dan kuantitasnya yang dijumpai untuk dilakukan identifikasi tingkat permasalahan sebagai dasar pengambilan keputusan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan ini antara lain: 1. Kondisi dan kualitas udang, karena kegiatan pengangkatan kotoran dan lumpur hitam secara berkala ini akan memberikan guncangan pada kestabilan kualitas perairan yang dapat menimbulkan stress pada udang. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada saat kondisi udang benar-benar bagus dengan tingkat daya tahan terhadap stress tinggi, sedangkan pada udang dalam situasi moulting massal diharapkan tidak melakukan kegiatan ini karena kondisi udang lemah dan tingkat daya tahan terhadap stress relatif rendah. 2. Keadaan cuaca pada saat itu sebaiknya berada pada kondisi yang dapat menunjang proses pembentukan kembali kualitas perairan setelah dilakukan kegiatan pengangkatan kotoran dan lumpur dasar tambak. 3. Kondisi pasang surut yang mendukung kelancaran pergantian air tambak dan pembuangan kotoran dan lumpur hitam ke saluran pembuangan. 4. Pembentukan kembali kualitas perairan tambak yang relatif mengalami guncangan akibat kegiatan tersebut ke arah kesimbangan ekosistem perairan di dalam tambak. 5. Pemantauan kondisi udang setelah dilakukan kegiatan pengangkatan dan pembersihan dasar tambak. Setelah dilakukan pembersihan dasar tambak dengan cara pengangkatan kotoran dan lumpur hitam keluar tambak sebaiknya diikuti dengan pemberian kapur lunak ke dalam perairan dengan dosis sesuai dengan keperluan dengan tujuan mengembalikan/memperbaiki tingkat keasaman dasar tambak. Pemberian kapur ini sebenarnya dapat bersifat rutin/berkala selain untuk menjaga keasaman dasar tambak juga diperlukan untuk membantu proses moulting udang yang bersifat periodik. Kondisi dasar tambak yang dikontrol dan dipantau secara baik dan cermat selain memperbaiki kualitas perairan juga akan membantu pada saat kelak dilakukan panen udang. Dasar tambak yang relatif bersih akan memudahkan proses pemanenan dan berpengaruh pada kualitas udang yang dihasilkan, sebaliknya dasar tambak yang kotor dan penuh lumpur akan menyulitkan proses pemanenan dan dapat menimbulkan degradasi kualitas udang yang dihasilkan. Selain itu kondisi

dasar tambak juga ikut berpengaruh pada penerapan program teknis budidaya lainnya terutama dalam proses pengambilan keputusan yang bersifat perlakuan maupun pemanenan

You might also like