You are on page 1of 17

EKSPERIMENT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEER TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMP

MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran determinan yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Fehr, Matematika yakni sebagai ratu sekaligus pelayan ilmu. Disatu pihak, sebagai ratu matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika. Dipihak lain, sebagai pelayan yang bukan saja memberikan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis namun juga pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk model matematika (Muslim, 2010:4). Matematika adalah mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Para pedagang, tukang las, tukang bangunan bahkan tukang parkir membutuhkan matematika dalam menghitung uang recehan yang ia dapatkan. Menurut Russefendi, Matematika merupakan Queen and Servant of Science maksudnya selain bagi fondasi bagi ilmu pengetahuan, juga sebagai pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan tersebut. Pemahaman matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang tinggi (Buchori, 2001:120-121). Matematika memang sering digambarkan sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Karena anggapan tersebut maka siswa semakin tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini dapat berimbas pada pemahaman materi matematika dan kemudian pada hasil. Kesulitan maupun kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber pada kemampuan siswa yang kurang. Tetapi ada faktor lain yang turut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari luar diri siswa, antara lain lingkungan

keluarga, pergaulan, teknik belajar serta strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Akar penyebab permasalahan, peneliti mensinyalir masih dominannya pembelajaran konvensional pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang mengandalkan ceramah dan alat bantu utama yaitu papan tulis. Sehingga proses belajar mengajar terfokus pada keaktifan guru dan siswa cenderung pasif. Pada era modern seperti ini, siswa kelas II semester gasal SMP Muhammadiyah 4 Surakarta dituntut untuk mandiri, kreatif dan aktif sehingga pemahaman terhadap materi matematika bisa optimal. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai cara untuk mengajarkan matematika, guru diharapkan mempunyai kemampuan untuk menciptakan model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan agar proses belajar tidak membosankan, sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik. Melalui eksperimen ini, diharapkan kemampuan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika mengantisipasi kelemahan meningkat. Strategi pembelajaran yang mampu pembelajaran konvensional adalah pembelajaran

kontekstual (CTL) dan Peer teaching (berpasangan teman sebaya). Menurut Sanjaya Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata (Udin Saefudin, 2008). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Berdasarkan pendapat ahli di atas bahwa anak-anak akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh konkret, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda nyata. Berdasarkan hal itu maka tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang memotivasi anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.

Tutor sebaya yang dimaksud disini adalah pemberian bantuan belajar yang dilakukan oleh siswa seangkatan yang ditunjuk oleh guru. Teman sebaya ini biasanya dipilih oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan seperti siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan rekan sebaya ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2008:12 ).

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Kita tahu bahwa dalam kenyataannya, anak yang belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan yang tidak jauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide dan sikap gurunya. Sebab gurunya tersebut adalah teman sebayanya yang tidak lebih bijaksana dan berpengalaman dari dirinya. Anak relatif bebas bersikap dan berpikir, anak relatif bebas memilih perilaku yang dapat diterima atau tidak oleh teman sebayanya. Anak bebas mencari hubungan yang bersifat pribadi dan bebas pula menguji dirinya dengan teman-teman lain. Dengan perasaan bebas yang dimiliki itu maka diharapkan anak dapat lebih aktif dalam berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Peer teaching ini selain dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam berkomunikasi juga dapat memberi solusi kepada siswa dalam memahami suatu konsep mata pelajaran. 2. Identifikasi Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran matematika masih banyak mengalami permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi diantaranya: a. Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan karena tidak ada variasi dalam pembelajaran. b. Adanya anggapan bahwa matematika merupakan materi ajar yang sulit dipahami. c. Siswa kurang mampu memahami konsep matematika karena matematika abstrak. 3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan dalam penelitian agar dapat tercapai sasaran yang dituju dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan strategi pembelajaran sebagai salah satu variasi dalam pelaksanaan pembelajaran agar tidak monoton dan membosankan. b. Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dan Peer teaching sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika. c. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMP Muhammadiyah 4 Surakarta kelas II semester gasal 2010/2011. 4. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematik dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dan Peer teaching pada siswa SMP Muhammadiyah 4 Surakarta kelas II semester gasal ditinjau dari jenis kelamin? 5. Tujuan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman matematik dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dan Peer teaching pada siswa SMP Muhammadiyah 4 Surakarta kelas II semester gasal ditinjau dari jenis kelamin. 6. Manfaat a. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai pengembangan ilmu dan sebagai sarana dalam menuangkan ide ilmiah serta memperoleh pengalaman dalam penelitian. b. Manfaat Praktis 1) Bagi guru, memberikan masukan terhadap pembelajaran aktif dan kooperatif dapat mengembangkan pemahaman masalah. 2) Bagi siswa, menumbuhkembangkan aktif dan bekerjasama dalam proses pembelajaran seperti bertanya, menyampaikan pendapat, dan belajar bersama. 3) Bagi sekolah, diharapkan mampu memberikan perbaikan proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kualitas pemahaman konsep matematik. 4) Bagi peneliti, membuka wawasan dan menambah pengalaman dalam proses pembelajaran yang menerapkan strategi pembelajaran kontekstual dan Peer teaching.

5) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan strategi pembelajaran lainnya. B. Landasan Teori 1. Kajian Teori a. Hakikat Pemahaman Konsep Matematika Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148). Johnson dan Rising mengemukakan Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi (Muslim, 2010:4). Di dalam matematika, materi yang diajarkan merupakan hal abstrak yang sulit untuk dimengerti. Pemahaman konsep adalah kopetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algaritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain: 1) Menyatakan ulang sebuah konsep. 2) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat tertentu (sesuai konsepnya). 3) Memberikan contoh dan non contoh dari konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi natematis. 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, nenanfaatkan dan memilih prosedur atau opearsi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. (Asep Jihad, 2009:149) Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa untuk memahami, mengerti dan melakukan prosedur secara baik.

b. Hakikat Jenis Kelamin Dalam tugasnya, guru dihadapkan pada suatu masalah yaitu memberikan pengajaran yang sama terhadap peserta didik yang pada akhirnya mempunyai tujuan yang sama yaitu pencapaian hasil yang baik. Tetapi, di dalam kehidupan terdapat perbedaan signifikan yang mungkin memberikan perbedaan hasil dalam pembelajaran. Setiap individu sejak dilahirkan mempunyai perbedaan yang disebut perbedaan individual. Perbedaan itu diantaranya perbedaan intelektual, watak, fisik, dan jenis kelamin. Purwanto (2002:20) mengungkapkan bahwa setiap manusia normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing yaitu laki-laki dan perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat perbedaan sikap dan sifat terhadap dunia luar. Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi. Maccoby & Jacklyn melaporkan perbedaan yang terdokumentasi yang baik pada anak-anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut: (1) anak perempuan unggul dalam kemampuan verbal (2) anak laki-laki memperlihatkan performance yang lebih baik pada tugas verbal dan spasial (3) anak laki-laki unggul pada kemampuan matematis. (Anita dan Lorrance, 2004:185). Pembelajaran konstektual teaching and learning menurut Nurhadi (2002) adalah konsep belajar yang yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dalam situasi dunia nyata siswa. Menurut Sanjaya Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata (Udin Saefudin, 2008). Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Constektual di Kelas 1) Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan menkontruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan 7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Matematika merupakan pelajaran yang sulit dalam pemahaman bahasanya. Bahasa yang disampaikan guru dalam mengajar matematika mungkin direspon beda oleh siswanya. Oleh karena itu, belajar bersama dengan teman sebaya (Peer teaching) akan mempermudah pemahamannya. Nurita Putranti (2007:2) mengemukakan tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Tutor sebaya yang dimaksud disini adalah pemberian bantuan belajar yang dilakukan oleh siswa seangkatan yang ditunjuk oleh guru. Teman sebaya ini biasanya dipilih oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan seperti siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan rekan sebaya ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru (Lie, 2008:12 ). Menurut Hisyam Zaini, Langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut: 1) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dalam sub materi.

2) Bagilah siswa menjadi kelompok kecil heterogen, sebanyak sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompokm dan bertindak sebagai tutor. 3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor. 4) Beri waktu yang cukup untuk persiapan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. 6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan (Amin Suyitno, 2004:34). Kelebihan dan kekurangan pembelajaran tutor sebaya 1) Kelebihan Tutor Sebaya a) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawanyang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yangdianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurangpandai atau ketinggalan. b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerimapelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakankegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakankebutuhan siswa itu sendiri. . e) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akanmendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalammenerima pelajaran.

2) Kekurangan Tutor Sebaya


a) Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. c) Terkadang ada siswa yang menyepelekan, karena yang mengajar teman sendiri.

c. Penerapan pada Pokok Bahasan Bangun Datar Persegi Diberikan contoh permaslahan seperti di bawah in: SMP Muhammadiyah 4 berencana akan merenovasi sekolah dengan mengganti ubin yang lama dengan yang baru. Ubin yang akan dibeli mempunyai ukuran 30x30 cm2. Sedangkan kelas yang ada berukuran 6x9 m2. Harga ubin Rp. 24.000/kradus, tipa kardus berisi 6 buah ubin. Berapakah uang yang harus dibayar sekolah untuk mengganti ubin? 1) Penerapan menggunakan pembelajaran kontekstual Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran kontekstual: a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. b) Guru memberikan pengertian tentang persegi dan persegi panjang, keliling serta luas persegi dan persegi panjang. Persegi adalah bangun datar segiempat yang mempunyai sudut siku-siku dan mempunyai sisi sama panjang. Persegi panjang adalah bangun datar segiempat yang mempunyai sudut sikusiku dan mempunyai sisi yang berhadapan sama panjang.

c) Siswa diberi tugas untuk meneliti atau observasi pada kelas yang akan diganti ubinnya.
9m
30 30

Lantai yang diganti ubin

6m

d) Siswa mengukur kelas yang akan diganti ubin secara langsung. e) Siswa mencatat informasi yang diperoleh, menuliskan ukuran kelas dengan sebelumnya telah mengukur kelas. f) Siswa mencoba memasang ubin pada ruang kelas yang akan diganti ubinnya.
ubin 9m 6m Lantai yang diganti ubin

g) Siswa menuliskan hasil sesuai dengan apa yang telah dilakukan. h) Siswa bersama guru membuktikan dengan perhitungan matematik dengan rumus yang ada.

i) Siswa dan guru membandingkan hasil dan membuat kesimpulan. 2) Penerapan dengan pembelajaran Peer teaching a) Guru memilih siswa yang pandai sebagai tutor bagi temannya. b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang akan dipandu oleh seorang teman sebagai tutor. c) Guru memberikan sub-sub materi kepada tutor untuk diajarkan kepada temannya, setiap tutor mengajarkan tentang bangun datar. Persegi adalah bangun datar segiempat yang mempunyai sudut siku-siku dan mempunyai sisi sama panjang. Persegi panjang adalah bangun datar segiempat yang mempunyai sudut sikusiku dan mempunyai sisi yang berhadapan sama panjang.

d) Setiap kelompok ditunjuk salah satu anggotanya untuk meyampaikan sub materi yang diajarkan oleh tutornya. e) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. f) Guru memberikan kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

2. Kajian Pustaka Penelitian yang dilakukan Wiwik Widiastuti (2006) menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya, kreativitas dalam melakukan percobaan, dan memahami konsep bangun datar. Nur Ika Priyanti (2009) menyimpulkan bahwa dalam penerapan tutor sebaya dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dr. Editha T. Vasay (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran tutor sebaya memberikan dampak positif terhadap nilai intelektual dan moral siswa seperti kemampuan mengekspresikan ide, penguasaan konsep yang berbeda, mengatur waktu, kemampuan untuk merespon, bertukar pikiran, disiplin, percaya diri dan kooperatif. Bettye P. Smith (2006) menyimpulkan, guru mempunyai program kerja yang ditujukan untuk siswanya. Dalam prakteknya, mengindentifikasi dengan

pembelajaran kontekstual sangat membantu guru dalam mencapai tujuan programnya dan cukup mempersiapkan siswa dalam bekerja atau berkarir. Ersen Yazc, Erhan (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh dalam pembelajaran matematika dalam penggunaan dan sifat matematika tetapi berpengaruh dalam pengetahuan dan pemahaman matematika.

3. Kerangka Berfikir Dari kajian teori di atas dapat disusun kerangka berpikir guna memperoleh kesimpulan sementara atas permasalahan yang dihadapi. Hasil optimal yang dicapai siswa merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Hasil

optimal yang dimaksud adalah pemahaman konsep matematika, yang mana pemahaman itu merupakan salah satu wujud keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian pemahaman konsep matematika seorang siswa merupakan suatu indikator keberhasilan siswa setelah mengalami proses berfikir yang mengarah pada penguasaan matematika. Keberhasilan siswa yang ditunjukkan dengan pemahaman konsep matematika, pada dasarnya siswa itu mengalami proses pembelajaran yang nyaman,

menyenangkan dan tidak membosankan. Adapun proses pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh strategi yang digunakan oleh guru. Sehingga siswa mampu aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran tersebut tidak hanya terpusat pada guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki inovasi dalam strategi pembelajaran yang digunakan. Diantara strategi pembelajaran yang ada, pembelajaran kontekstual dan Peer teaching (tutor sebaya) merupakan strategi yang menerapkan siswa aktif. Sehingga siswa mengalami pembelajaran yang menyenangkan, dan tidak

membosankan yang berimbas pada pemahaman siswa terhadap konsepsi matematika. Seringkali yang menjadi masalah adalah jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan kodrati yang dimiliki manusia sejak lahir yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan yang signifikan yang diantaranya organ reproduksi, bentuk tubuh serta hormon yang dimiliki. Dalam proses pembelajaran, perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh dalam pemahaman konsep matematika. Dari uiraian di atas, dapat diambil hubungan variabel. Adapun hubungan variabel tersebut adalah sebagai berikut:

X1 Y

X2

X3
X1= strategi pembelajaran kontekstual X2= strategi pembelajaran Peer teaching X3= jenis kelamin Y = pemahaman konsep matematika

4. Hipotesis yang digunakan a. Ada perbedaan hasil pemahaman konsep matematika dengan strategi

pembelajaran kontekstual dan Peer teaching. b. Ada perbedaan hasil pemahaman konsep matematika dengan dipengaruhi jenis kelamin. c. Ada interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap pemahaman konsep matematika.

C. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan sengaja untuk mengusahakan timbulnya variabel-variabel. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu,

penelitian ini meniru kondisi penelitian eksperimen murni semirip mungkin tapi tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi (Azwar, 2007:11).

2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Sekolah ini terletak di pinggiran kota Surakarta, jauh dari jalan raya sehingga suasana tidak bising. b. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahp dengan rincian, (1) Tahap Persiapan; tahapan persiapan dilaksanakan pada awal awal bulan Oktober sampai dengan akhir bulan Desember (2) Tahap Pelaksanaan; tahapan ini dilaksanakan pada bulan Januari (3) Tahap Pengolahan Data dan Tahap Pelaporan serta Penulisan Akhir dilaksanakan pada awal bulan Februari sampai akhir bulan Maret. 3. Populasi, Sample dan Sampling a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 4 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. b. Sample Sample dalam penelitian ini adalah 2 kelas dari 6 kelas yang ada yaitu kelas sebagai perlakuan strategi pembelajaran kontekstual dan kelas yang lain sengan pembelajaran Peer teaching. c. Sampling Dalam penelitian ini sample diambil dengan teknik pengambilan acak kelompok (Cluster Random Sampling) yaitu siswa diundi lewat pengambilan kertas. Dalam teknik ini populasi mempunyai peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sample (Nana Syaodih, 2006:205).

d. Metode Pengumpulan Data Dalam usaha memperoleh data yang diharapkan, peneliti menggunakan metode tes. Menurut Arikunto (2002: 127) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan Dealam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen yang berupa tes atau soal-soal tes. e. Definisi Operasi Variable Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang akan diteliti pengaruhnya. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah strategi pembelajaran kontekstual, Peer teaching, dan jenis kelamin. 2) Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematika. f. Instrumen Penelitian Dalam pengujian instrumen peneliti menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen atau kisi-kisi dan uji coba prasyarat yang baik dalam validitas maupun reliabilitas. g. Uji coba Instrumen 1) Validitas Validitas adalah suaru ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002:144).

rxy= koefisien korelasi N = cacah subyek X = skor butir Y = skor total rxy r tabel maka item valid.

2) Reliabilitas Reliable mempunyai arti dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Sehingga tes dikatakan reliable apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil. ( )( )

dimana

r11 = reliabilitas instrumen


x = skor total N = banyak siswa = jumlaj varians skor tiap item = varians total Harga r11 yang diperolehdibandingkan dengan r tabel product moment dengan Apabila r11 h. Teknik Analisis Data 1) Uji Asumsi Uji asumsi yang digunakan dalam peneliotian ini adalah: a) Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel penelitian normal atau tidak. Dalam pengujian normalitas, digunakan metode Liliefors. i. Hipotesis H0=sample berasal dari populasi normal H1=sampel tidak berasal dari populasi normal r tabel maka reliabel.

ii. iii.

Taraf signifikansi Statistik uji | |

S(Zi) = proporsi Z iv. Daerah kritik { | } Zi terhadap seluruh Z

v.

Keputusan uji Tolak H0 bila Lhitung .

You might also like