Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU
NUR QUDUS
DAFTAR PUSTAKA
Dake, J.M.K., 1985, Hidrolika Teknik (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga
Giles, Renal.V., 1986, Fluid Mechanics and Hydraulics (2/ed), New York : Scaums Outline Series, McGraw Hill Book Company
Kodoatie, Robert.J., 2002, Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa, Yogyakarta : Penerbit Andi
White, Frank.M., 1994, Mekanika Fluida (Edisi Kedua), Jakarta : Penerbit Erlangga
I. PENDAHULUAN A. Definisi Mekanika Fluida : Cabang ilmu mekanika yang mempelajari fluida dalam keadaan diam atau bergerak. Mekanika Fluida : Pengembangan dari ilmu hidrodinamika klasik dengan hidranika eksperimen. Hidronika Klasik : Aplikasi ilmu matematika untuk menganalisis aliran fluida. Ilmu ini mempelajari tentang gerak zat cair ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Pada mekanika fluida : dipelajari perilaku fluida dalam keadaan diam (statistika fluida) dan fluida dalam keadaan bergerak (dinamika fluida). Pada statika fluida : Fluida adalam dalam keadaan diam dimana tidak ada tegangan geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut. Contoh aplikasi analisis statika fluida adalah pada perencanaan bendungan, pintu air, waduk, dan sebagainya. Dinamika fluida : mempelajari tentang gerak partikel zat cair karena adanya gaya-gaya luar yang bekerja padanya. Contoh aplikasi dinamika fluida adalah aliran melalui pipa dan saluran terbuka, pembangkit tenaga mekanis pada turbin air, uap dan gas, pompa hidralis dan kompresor, gerak pesawat di atmosfer, dan sebagainya. Analisis perilaku aliran fluida didasarkan pada hukum dasar mekanika terapan tentang konsevasi massa, energi, momentum, dan beberapa konsep serta persamaan lainnya. Seperti: hukum newton tentang kekentalan, konsep panjang campur (Mixing Length) dan sebagainya. Hidrolika : Hydor berasal dari bahasa Yunani yaitu cabang ilmu teknik yang mempelajari perilaku air dalam keadaan diam dan bergerak.
Dalam hidrolika dipelajari : - aliran pada saluran tertutup - Aliran saluran terbuka/ Open channel flow Mekanika Fluida : lebih luas; mempelajari perilaku cair dan gas
Hidrolika dibedakan dalam 2 (dua) bidang: hidrostatika : mempelajari zat cair keadaan diam. Hidro dinamika : mempelajari zat cair bergerak
Dalam hidrodinamika : dipelajari zat cair ideal, yang tidak mempunyai kekentalan dan tidak termampatkan. Pemampatan : pengurangan volume karena penambahan tekanan Zat cair ideal di alam tak ada; diperlukan untuk memudahkan analisis perilaku gerak zat cair. Air merupakan salah satu jenis fluida yang penting bagi manusia, sperti Air minum Irigasi PLTA, dan sebagainya
Perencanaan bangunan air untuk memanfaatkan dan mengaturnya merupakan bagian adri teknik hidro, yang termasuk dalam bidang teknik sipil. Bidang teknik hidro dapat dibagi menjadi beberapa bidang sebagai berikut: Pembagian Bidang Teknik Hidro: 1. Hidrologi terapan : Aplikasi dari prinsip-prinsip hidrologi, seperti:
hidromeriologi, Aliran air tanah, perkiraan debit sungai, hidrologi perkotaan, dan sebagainya. 2. Teknik Irigasi dan Drainase : Perancangan dan perencanaan sistem dan bangunan irigasi dan drainase permukaan serta bawah permukaan. 3. Teknik Transformasi Air 4. Bangunan Tenaga Air : Perencanaan pelabuhan, saluran-saluran pelayaran. : Pengembangan tenaga hidroelektrik, turbin dan fasilitas lain bangunan air lainnya.
5. Pengendalian banjir dan Sedimen : Perencanaan dan pelaksanaan bangunan-bangunan pengendali banjir. 6. Teknik Bendungan : Perencanaan bendungan, dan bangunan pelengkapnya. Bendungan merupakan utama untuk pekerjaan lain seperti; Irigasi, pengendali banjir, PLTA. 7. Teknik Jaringan pipa : Pengangkutan/ pengaliran air, minyak, gas dan fluida lain melalui sistem pemipaan. 8. Teknik Pantai : Perencanaan bangunan-bangunan pelabuhan,
penanggulangan erosi pantai, bangunan lepas pantai. 9. Teknik Sumber Daya Air : Perencanaan sistem reservoir dan fasilitas lain untuk mencapai penggunaan SDA secara optimum. 10. Teknik Penyehatan : Sistem pengumpulan dan Distribusi air untuk berbagai keperluan dan sistem pembersihan (treatment) dari buangan air.
Aplikasi Hukum Newton II Mempelajari/ menjelaskan semua gerak yang ada di alam yang menyatakan bahwa laju perubahan momentum (massa m x kecepatan v) adalah berbanding langsung dengan gagya yang bekerja dan dalam arah yang sama dengan gaya tersebut.
F=
d (mv) dt
apabila; m =konstan, maka gaya akan sebanding dengan perkalian antara massa dan laju perubahan kecepatan (v), yaitu percepatan (a); atau
F =m
d (v ) dt
atau : F =m. a
dengan: F: Gaya m : Massa benda a: Percepatan v : Kecepatan Hukum Newton II, banyak digunakan dalam analisis gerak Fluida. Contoh : Berapakah gaya yang bekerja yang harus diberikan pada benda dengan massa 100 Kg dan percepatan 10m/d2. Penyelesaian: Dihitung berdasarkan hukum Newton II: F= m.a =100.10 = 1000 Kg m/d2 = 1000 N (untuk satuan SI) atau:
F=
AKSARA YUNANI
Huruf Besar A B I
Huruf Kecil
Nama Alpha Beta Jamma Dedlta Epsilon Zera Eta Theta Theta Jota Kappa Comda Mu Ru Ksi Phi Rho Sigma Tau Fi Chi Psi omega
E Z H
I K A M N
II P
Zaman Mesir Kuno dan Babilonia, Teknik hidrolik telah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: bangunan irigasi dan drainase, seperti: bendungan, waduk, dan sebagainya. Masa ini juga telah dibuat saluran besar dari laut tengah ke laut merah, dan sekitar tahun 1400 SM dibuat saluran dari Sungai Nil laut merah. - Awal Perkembangan Ilmu Hidrolika dimulai oleh Archimedes (287-212 SM) yang mengemukakan hukum benda terapung. - Pada masa kekaisaran Romawi, setelah diketahui hukum-hukum Aliran Air dibuat saluransaluran/ terowongan-terowongan air. Akibat kemunduran kekaisaran Romawi,
perkembangan ilmu hidrolika terhenti selama hampir 1000 tahun. - Perkembangan ilmu hidrolika dimulai lagi oleh Leonardo Da Vinci (1452-1519) yang melakukan penelitian mengenai aliran melalui saluran terbuka, gerak relatif fluida, benda terendang dalam air, gelombang, pompa hidraulis, dan sebagainya. - Simon Stevin (1548-1620) memberikan analisis gaya yang dilakukan oleh zat cair pada bidang terendam. Prinsip hidrosatika yang dikemukakan yaitu : pada bidang horisontal yang terendah di dalam zat cair bekerja gaya yang besarnya sama dengan berat kolom zat cair di atas bidang tersebut. - Galileo (1564 1642), yang menemukan hukum benda jatuh dalam zat cair - Masa antara Leonardo Da Vinci dan Galileo disebut zaman Renaisance. - Evangestia Torricelli (1608-1647), menemukan kecepatan aliran melalui lobang. - Edme Mariotte (1620-1647), menentukan secara experimental nilai koefisien debit pada lobang. - Robert Hook (1635-1703), terkenal dengan teori Elastisitas meneliti tentang anemometer dan baling-baling yang akhirnya menjadi dasar pengembangan baling-baling kapal. - Antoin Parent (1666-1716), mempelajari kincir air dan mencari hubungan antara kecepatan roda dan kecepatan air untuk mendapatkan hasil maksimal. - Varignon, tahun 1692 menemukan pembuktian secara teoritis theerema Toricelli untuk aliran melalui lubang. Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 8
- Blaise Pascal (1623-1662), mengemukakan teori hidristatika zat cair diam, tekanann hidrostatis pada suatu titik adalah sama dalam segala arah. - Sir Issac Newton (1642-1728) merumuskan hukum aliran fluida viskos (kental), yaitu bentuk hubungan antara tegangan geser yang terjadi dan gradien kecepatan. - Pada abad ke XVIII karena pengaruh matematika terapan ke teknik praktis perkembangan ilmu hidraulika mengalami perubahan. Hidraulika teoritis terpisah dari hidraulika praktis. Hidraulika teoritis imu hidrodinamika, yang dikembangkan oleh daniel Bernoulli, Leonard Euleur, Clairault dan Jean dAlembert. Hidrodinamika merupakan aplikasi ilmu matematika untuk analisis aliran fluida. Imu ini mempelajari gerak zat cair ideal. - Bernoulli (1700-1782), hukum kekekalan energi dan kehilangan energi selama pengaliran. - Leonard Euleur (1707-1783), persamaan yang menggambarkan aliran fluida ideal persamaan Euler. - Louis Navier (1785-1836) dan Sir George Stokes (1819-1903) telah menyempurnakan persamaan Euler menjadi persamaan gerak fluida Viskos persamaan Navier Stokes. - Sir George Airy (2081-1892), persamaan gelombang Amplitudo kecil. - Herman von Helmhotz (1821-1894), aliran Vortex, garis arus, analisis dimensi, dan sebagainya. - Lord Kelvin (1824-1907), teori hidrodinamika hukum thermodinamika - Lord Rayleigh (1842-1919), prinsip-prinsip kesebangunan dan analisis dimensi - Perkembangan hidraulika Eksperimen - Henri Pitot (1695-1771), alat untuk mengukur kecepatan aliran zat cair, tabung pitot. - Antonie Chezy (1718-1798), tahanan hidraulis yang kemudian dikenal dengan rumus Chezy untuk aliran melalui saluran terbuka. - Jean Borda (1733-1794), aliran melalui lobang, dan orang pertama menggunakan faktor 2g untuk umus-rumus hidrailika. - Jean Baptiste Belanger (1789-1874), garis perbendungan/ Backwater - Benault de Corvolis (1792-1843), distribusi kecepatan aliran dan pengaruh bumi terhadap aliran. Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 9
Dimensi merupakan besaran terukur, yang menunjukkan karakteristik suatu obyek, seperti: massa, panjang, waktu, temperatur, dan sebagainya. Satuan adalah suatu standar untuk mengukur dimensi. Misalnya: satuan untuk: massa, panjang dan waktu adalah kilogram (Kg), meter (m) dan detik (dt). Di Indonesia masih sering digunakan sistem satuan MKS, dimana ukuran dasar untuk panjang, massa dan waktu adalah meter (metre, M); kilogram (kilogram, K) dan detik (second, S). Salah satu besaran yang sangat penting dalam bidang teknik adalah gaya. Pengukuran gaya didasarkan pada hukum Newton II. F= m.a Dalam sistem MKS, satuan massa adalah kilogram massa (Kgm). Satuan gaya adalah kilogram gaya (Kgf). Kedua satuan tersebut mempunyai hubungan dalam bentuk:
Untuk mengkonversi satuan gaya antara sistem Mks dan SI, dengan pers. (2) di atas dapat ditulis: N=
N=
1 Kgf x 1 m / d 2 g (m / d 2 )
1 Kgf g ; Atau Kgf = g.N ; Atau Kg = g.N
Faktor konversi dari sistem satuan Mks ke SI: Besaran Panjang Massa Waktu Gaya Luas Volume Kecepatan Percepatan Debit Kecepatan Sudut Gravitasi Kekentalan dinamis Kekentalan kinematik Rapat massa Berat jenis Tekanan Daya Kerja, Energi Simbol L M T F A v a Q Mks m Kgm d Kgf m2 m3 m/d m/d2 m3/d rad/d m/d2 Nd/m2 m2/d Kgm/m3 Kg/m3 p P W N/m2 W (Joule/d) Sistem SI M kg d N m2 m3 m/d m/d2 m3/d rad/d m/d2 Nd/m2 m2/d kgm/m3 kg/m3 N/m2(Pascal) W (joule/d) Nm (Joule) g = 9,81 g = 9,81 g = 9,81 10-1 10-4 mu gamma rho thau omega g = 9,81 Konversi Ket:
11
Fluida dibedakan zat cair dan gas Sifat-sifat zat cair dan gas
-Tidak melawan perubahan bentuk Tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser.
12
1. Rapat Massa
Rapat massa (rho), adalahmassa fluida persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu.
m kg = m3
dengan m, adalah massa yang menempati volume . Bila massa m diberikan dalam kg, maka rapat massa adalah kg/m3. Rapat massa air pada suhu 4 oC dan tekanan atmosfer standar, adalah 1000kg/m3. Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat massa suatu zat dan rapat massa air pada suhu 4 o C dan tekanan atmosfer standar. Bilangan ini tak berdimensi dan diberi notasi , Berat jenis diberi notasi , adalah perbandingan antara berat benda dan volume benda. Berat benda, adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi, dengan bentuk persamaan :
= .g
dengan = berat jenis (N/m3 untuk satuan SI, atau kg/m3 untuk satuan MKS).
= rapat massa (kg/m3 untuk satuan SI atau kgm untuk satuan MKS).
g = percepatan gravitasi (m/d2) Berat jenis air pada suhu 4oC dan tekanan atmosfer adalah 3.31 Kn/m3 atau 1000 kg/m3
Contoh Soal: 1. Satu liter minyak mempunyai berat 0,7 kg. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat relatif ? Penyelesaian: - Berat jenis ( ) = 0,7 x 1000 = 700 kg/m3 - Rapat Massa ( ) =
13
= =
2 kg / m3 = kg. d 4 m 2 m d
2. Satu liter minyak mempunyai berat 7,0 N. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat relatif? Penyelesaian: = 7,0 N / l
= 7,0 x1000
= =
g = 7,0 x1000 = 713,56kg / m3 9,81
14
2. Kemampatan Fluida
Kemampatan fluida adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan (penambahan) tekanan. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh perbandingan antara perubahan tekanan dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan ini dikenal dengan modulus elastisitas. Bila dp adalah pertambahan tekanan dan dv adalah pengurangan volume dari volume awal , maka:
K=
dp dv
Dideferensikan:
m m dv d = d ( ) = 2 dv = atau:
d d =
sehingga K=
dP d
Persamaan di atas menunjukkan, harga K tergantung pada tekanan dan rapat massa. Karena rapat massa dipengaruhi temperatur, maka harga K juga tergantung pada perubahan temperatur selama pemampatan. Apabila perubahan terjadi pada temperatur konstan, maka Ki di sebut modulis elastifitas isothernal. Apabila tidak terjadi transfer panas selama proses perubahan, maka Ka di sebut dengan modus elastisitas adiabatik.
15
Pada zat cair dan padat; Ka = Ki Harga K untuk zat cair sangat besar, hingga perubahan rapat massa karena perubahan tekanan adalah sangat kecil, sehingga perubahan rapat massa zat cair sering di abaikan, dan dianggap sebagai zat tak kompresibel atau tidak termampatkan Tetapi pada kondisi tertentu di mana perubahan tekanan sangat besar dan mendadak, maka anggapan zat cair ter kompresibel tidak bisa berlaku. Contoh: misalnya terjadi pada penutupan katup turbin PLTA secara mendadak, sehungga mengakibatkan perubahan (kenaikan yang sangat besar).
Pada gas, mempunyai harga K yang sangat kecil dan tidak konstan sehingga modus elastisitas tidak di gunakan dalam analisis gas.
Contoh: - Modulus elastisitas air K = 2,24 x 109 N/m2 - Berapa perubahan volume dari 1 m3 air bila terjadi pertambahan tekanan 20 bar (1 bar = 10 ton/m2 = 105 N/m2)
- Penyelesaian: - Persamaan; K dp d
atau : d =
dp k
Terlihat, dengan pertambahan tekanan yang sangat besar, terjadi perubahan volume yang sangat kecil.
16
4. Kekentalan Fluida
Kekentalan adalah sifat-sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak atau mengalir. Kekentalan di sebabkan karena kohesi antara partikel fluida, fluida ideal tidak mempunyai kekentalan. Fluida kental, seperti; sirop atau air, yang mempunyai kekentala besar. Fluida encer, sperti; air, mempunyai kekentalan kecil.
17
Pada gambar deformasi fluida, menunjukkan fluida yang terletak diantara dua plat sejajar yang bergerak sangat kecil y. Plat bagian bawah diam, plat atas bergerak dengan kecepatan u Partikel fluida yang bersinggungan dengan plat yang bergerak mempunyai kecepatan yang sama dengan plat tersebut. Tegangan geser antara 2 lapis fluida adalah sebanding dengan gradien kecepatan dalam arah tegak lurus dengan gerak (du/dy).
du dy
zat cair yang mempunyai hubungan linier antara tegangan geser gradien kecepatan (laju regangan geser) disebut fluida Newton. Pada fluida ideal, tegangan geser adalah nol dan kurvanya berimpit dengan obsis. Untuk fluida bukan Newton, tegangan geser tidak berbanding lurus dengan gradien kecepatan.
18
5. Tegangan Permukaan
Molekul zat cair saling tarik menarik sesamanya, dengan gaya berbanding lurus dengan massa, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat-pusat massa. Gaya tarik menarik tersebut adalah setimbang. tetapi bila pada permukaan antara zat cair dan udara ,atau antara zat satu dengan lainnya, gaya tarik ke atas dan ke bawah tidak setimbang.
Ketidak setimbanjgan tersebut menyebabkan molekul-molekul pada permukaanmelakukan kerja untuk membentuk permukaan zat cair.kerja yang diperlukan untuk melawan gaya tarik ke bawah tersebut, dikenal dengan tegangan permukaan. Tegangan Permukaan (notasi : sigma), bekerja pada bidang permukaan yang sama besar di semua titik.
Gaya tarik yang bekerja pada permukaan akan di minimumkan luas permukaan.oleh karena itu tetesan zat cair akan berusaha untuk berbentuk bulat agar luas permukaannya minimum. Pada tetesan zat cair tegangan permukaan akan menaikkantekanan di dalam tetesan. Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 19
Suatu tetes zat cair dengan jari-jari r, tekanan dalam p yang diperlukan untuk mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan dihitung berdasarkan gaya-gaya yang bekerja pada belahan tetes zat cair. Gaya tekanan dalam adalah p. .r 2 , untuk tegangan permukaan pada keliling adalah 2. .r.
Dalam bidang teknik, besrnya gagya tegangan, permukaan adalah sangat kecil dibanding gaya lain yang bekerja pada fluida, sehingga biasanya diabaikan.
6. Kapilaritas
Kapilaritas disebabkan oelh gaya kohesi dan adhesi. Di dalam suatu tabung yang dimasukkan ke dalam zat cair, jika kohesi lebih kecil dari adhesi maka zat cair akan naik. Jika kohesi lebih besar dai adhesi maka zat cair akan turun. Contoh : kapilaritas akan membuat air naik pada tabung gelas, sementara air raksa akan turun.
20
Kenaikan atau penurunan kapiler di dalam tabung dapat dihitung dengan menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat.
p. .Cos = A.h.
2 r cos = r2 h h= dengan : P = keliling tabung A = luas tampang tabung = tegangan permukaan = berat jenis zat cair r = jari-jari tabung Pada kondisi tabung bersih : = 0, untuk air = 140o, untuk air raksa
2 cos r
Contoh: Tabung gelas berdiameter 3 mm, dimasukkan secara vertikal ke dalam air. Hitung kenaikan kapiler bila tegangan permukaan, r = 0,0725 gram/cm. Penyelesaian : = 0,0725 gram/ cm = 0,00725 kg/m. Atau = 0, 00725 ton x 9,81 = 0,0711 N/m Bj air = 1 ton/ m3 (9,81 KN/m3) d = 0,3 cm = 0,003 m r = d r = 0,0015 m
21
:h
dalam satuan SI
h=
22
III. HIDROSTATIKA
Pada fluida diam tidak terjadi tegangan geser di antara partikel. Suatu benda dalam fluida diam akan mengalami gaya-gaya yang ditImbulkan oleh tekanan fluida. Tekanan tersebut bekerja tegak lurus pada permukaan benda. Teori hidrostatika, bagian dari statika fluida, yang diaplikasikan pada zat cair. Teori ini banyak digunakan dalam bidang teknik sipil sepeti ; analisis stabilitas bendungan, pintu air, dan sebagainya.
Tekanan setiap titik di dalam fluida diam adalah sama dalam segala arah.
Elemen fluida berbentuk prisma segitiga dengan lebar satu satuan panjang (tegak lurus bidang gambar). Panjang dari tinggi : dx dan dy, yang berada dalam keadaan diam. P adalah tekanan, px dan py adalah tekanan arah horizontal dan vertikal. Sisi segitiga mempunyai hubungan dx = ds Cos dy = ds Sin
23
dy (dx.1) 2
Oleh karena tidak ada tegangan geser, maka gaya yang bekerja hanya gaya tekanan dan gaya berat. Gaya tekanan (F) adalah tekanan (P) dikali luas bidang yang mengalami tekanan A. Gaya tekanan yang bekerja pada bidang permukaan Fx = Px dy.1 Fy = Py.dx.1 Fs = P ds.1 Persamaan kesetimbangan untuk arah x :
Fx = FsSin
Px.dy.1 = P.ds.1.Sin
PxdsSin = PdsSin
dy dx.1 p.dsCos = 0 2
Py
1 .g.dy P = 0 2
Karena prisma sangat kecil hingga dy mendekati nol, maka suku kedua dapat diabaikan; hingga Py = P Dari persamaan Px = P dan Py = P akan didapat : Px = Py = P, yang berarti bahwa besarnya tekanan dalam berbagai arah yang bekerja pada suatu titik pada fluida diam adalah sama. Besarnya gaya yang bekerja pada suatu bidang : F = A pdA atau F= p.A
24
Gaya yang bekerja pada kubus adalah berat fluida dan gaya tekanan yang bekerja pada sisi-sisinya. Berat kubus : W = .g.dx.dy.dz Dalam arah sumbu x, bila tekanan yang bekerja pada sisi kiri; Px, maka dengan deret taylor dapat dicari tekanan pada sisi kanan, yaitu:
Px +
px dx x
Demikian juga pada sisi lain: Tekanan pada sisi bawah : Py Tekanan pada sisi atas : py
py dy y
pz dz z
25
Karena fluida diam, maka tidak ada gaya geser. Sehingga tidak ada gaya vertikal yang bekerja pada sisi vertikal kubus, karena adanya fluida di sekelilingnya. Kondisi keseimbangan gaya pada arah vertikal:
pydxdz ( py +
atau :
p dy )dx.dz .gdxdydz = 0 y
p dx.dy.dz .gdxdydz = 0 y
p = .g y
Kondisi keseimbangan arah x dan z Pada arah x, Pada arah z,
p = 0 atau P = konstan x
p = 0 atau P = konstan z
Dengan demikian tekanan tidak berubah pada arah x dan z, dan besarnya konstan pada bidang horizontal. Karena P (tekanan P) hanya tergantung pada variabel bebas Y maka persamaan pada arah vertikal berbentuk diferensial parsial dapat ditulis dalam bentuk diferensial biasa.
p = .g atau y
dp : .g .dy
Persamaan di atas disebut Persamaan Statika Fluida. Bila ingin dicari tekanan P, pada suatu titik berjarak y dari permukaan fluida, maka persamaan tersebut diintegrasikan terhadap jarak y.
p = .g.dy
26
Bila dipandang 2 buah titik di dalam fluida dan bidang referensi seperti berikut:
p = .g. dy
u1
y2
= .g . y
y2 y1
atau p2 p1 = .g .( y2 y1 )
27
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa selisih tekanan antara dua buah titik (elevasi) adalah berbanding lurus dengan selisih kedalaman antara dua titik tersebut.
Bila ditinjau keadaan dimana bidang referensi, (sumbu x) berada di permukaan fluida, dan sumbu y positif adalah ke atas. Pada kedalaman y = - h, besarnya tekanan yang terjadi:
p = .g .h + kons tan ta
karena tekanan pada muka air biasanya tekanan atmosfer Patm, maka
p = .g .h + patm
Dengan anggapan percepatan gravitasi g tidak berubah dengan jarak vertikal y, maka; .g = , yaitu berat jenis fluida, sehingga:
p = .h + Patm
Bila Patm = 0 (tekanan atmosfer sebagai referensi), maka persamaan menjadi:
p = .h
Persamaan di atas menunjukkan bahwa besar tekanan pda suatu titik di dalam fluida tergantung pada fungsi kedalaman titik (h) Tekanan yang ditimbulkan oleh fluida hanya tergantung pada tinggi vertikal fluida di atas titik yang ditinjau.
28
Ke-4 bentuk kolam berbeda pada gambar di atas, tapi dengan luas dasar A, tinggi h dan berat jenis fluida yang sama, akan menimbulkan tekanan pada dasar yang sama pula. Tekanan pada dasar untuk masing-masing kolam, p = .h Gaya pada dasar, F = tekanan x luas =PxA = .h x A Jadi walaupun berat fluida di dalam masing-masing kolom berbeda, tetapi tekanan dan gaya pada dasar masing-masing kolam sama yang tergantung pada h.
29
Contoh soal: Tangki dengan ukuran: panjang = 4m, lebar = 2m, tinggi = 2m, diisi air sedalam 1,5 meter. - hitung dan gambar distribusi tekanan pada dinding tangki - hitung gaya yang bekerja pada dinding arah panjang dan lebar, serta dasar tangki. Penyelesaian: Distribusi tekanan dihitung dengan p = .g .h Distribusi tekanan dihitung pada kedalaman:
h = 0,5m
h = 1,0m
h = 1,5m
Distribusi Tekanan di dasar merata : P = 1000 x 9,81 x 1,5 = 14,715 KN/m2 = 14,715 / 9,81 = 1,5 t/m2
30
Tekanan fluida pada suatu titik dengan kedalaman ; y = -h, adalah : P = h . + Patm untuk mengukur tekanan digunakan tekanan atmosfer sebagai bidang referensi, sehingga untuk persamaan di atas dapat diambil ; Patm = 0, sehingga menjadi ; P = h. Atau dapat juga ditulis dalam bentuk ; h =
P
Parameter h di dalam Mekanika Fluida dan hidraulika disebut dengan tinggi tekanan. Tinggi tekanan h menunjukkan kedalaman zat cair yang diperlukan oleh zat cair dengan berat jenis untuk dapat menghasilkan tekanan P.
Pada gambar diatas kondisi tangki terbuka berisi zat cair yang dihubungkan dengan tabung, yang ujung atasnya berhubungan dengan udara luar (atmosfer) Kondisi ini, air akan naik didalam tabung sampai permukaan air sama denganyang ada di dalam tangki. Tinggi kenaikan zat cair ho dari suatu titik yang ditinjau sama dengan : Po
Po
= tekanan air pada titik tersebut, sama degan kedalaman titik dari permukaan
Tangki kondisi tertutup dan udara di atas permukaan zat cair di dalam tangki berada dalam tekanan (tekanan lebih besar dari tekanan atmosfer). Tekanan yang ditinjau pada suatu titi, yaitu P1 adalah sama dengan jumlah tekanan udara ditambah tinggi zat cair diatas titik tersebut. Zat cair di dalam tabung setinggi h1 =
P 1
tekanan untuk tekanan Po dan P1. Besar tekanan udara diatas zat cair adalah sama dengan selisih tinggi tekanan (ho- h1) dikalikan dengan berat jenis zat cair.
Contoh soal : Tekanan di dalam tangki tertutup adalah 100 KN/m2. Berilah bentuk tekanan tersebut dalam tinggi rapat relatif tekanan terhadap air dan air raksa (dengan ;S = 13,6). Penyelesaian : p = . h = . g . h = 100 KN/m2 atau h = 100 = m (air) 1000 9,81 100 = 13,6 1000 9,81 m (air raksa)
P .g
32
Semua garis mempunyai massa (berat). Atmosfer terdiri dari campuran bermacammacam gas, sehingga menimbulkan tekanan pada setiap permukaan yang berhubungan dengannya. Tekanan atmosfer (atmospheric pressure) pada permukaan air laut dengan kondisi normal sebesar : 14,7 psi atau 1033 gr/cm2. Variasi tekanan atmosfer dengan tinggi tempat sebagai berikut :
Tinggi diatas air laut (Ft) Tekanan Atm (Psi) Tinggi diatas air laut (Ft) Tekanan Atm (Psi)
Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur berdasarkan tekanan atmosfer (di atas atau bawah tekanan atmosfir). Tekanan ini bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir. Tekanan relatif dari zat cair yang berhubungan dengan udara luar (atmosfir) bertekanan nol sehingga tekanan relatif adalah positif bila lebih besar dari tekanan atmosfir dan negatif apabila lebih kecil. Tekanan relatif biasa disebut relative
pressure/gage pressure.
Tekanan absolut (absolute pressure) adalah suatu tekanan yang ada diatas nol absolut atau jumlah dari tekanan atmosfir dengan tekanan relatif. Apabila tekanan relatif adalah negatif, maka tekanan absolut adalah tekanan atmosfir dikurangi tekanan relatif. Untuk mengetahui hubungan antara atmosfir, tekanan relatif dan absolute digambarkan pada skema berikut :
33
Sumber : Units and scales for pressure measurement fluid mechanics, Victor L. Streeter.
e. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur perbedaan tekanan. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi keseimbangan, maka tekanan disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama.
Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair tergantung pada jarak vertikal dari permukaan zat cair ke titik tersebut. Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang horisontal yang terendam di dalam zat cair mempunyai tekanan yang sama. Pada gambar (a)
34
titik : 1, 2, 3, 4 mempunyai tekanan sama dan bidang horisontal yang melalui titik-titik tersebut adalah bidang dengan tekanan sama. Ket :
BTS : bidang dengan tekanan sama BTTS : bidang dengan tekanan tidak sama
Pada gambar (b) titik 5 dan 6 berada pada bidang horisontal, tetapi tekanan pada titik 5, 6 tidak sama karena air di dalam kedua tangki tidak berhubungan. Pada gambar (c) menunjukkan tangki yang diisi dengan dua zat cair yang berbeda rapat massanbya. Bidang horisontal yang melaluiu titik 7, 8 yang melalui batas antara kedua zat cair mempunyai tekanan yang sama, karena berat kolom zat cair tiap satuan luas di titik 7, 8 adalah sama. Sedangkan bidang yang melalui titik 9, 10 adalah bukan bidang dengan tekanan sama.
Piezometer
Bentuk paling sederhana dari manometer adalah piezometer, yang terdiri dari tabung gelas vertikal dengan ujung terbuka yang dihubungkan dengan ruangan (pipa) yang akan diukur tekanannya. Karena adanya perbedaan tekanan antara ruangan dan udara luar, maka cair di dalam tabung gelas akan naik sampai dicapai suatu keseimbangan. Tekanan diberikan oleh jarak vertikal h dari permukaan zat cair (di dalam tabung) ke titik yang di ukur tekanannya yang dinyatakan dalam tinggi zat cair.
35
Piezometer tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan negatif, karena udara akan masuk ke dalam ruangan melalui tabung. Selain itu alat ini tidak praktis untuk mengukur tekanan besar, karena diperlukan tabung vertikal yang sangat panjang. Apabila berat jenis zat cair adalah , maka tekanan di titik A = PA = h.
Manometer Tabung U
Manometer tabung U, terdiri dari tabung kaca yang dihubungkan dengan ruangan atau pipa yang akan diukur tekanannya. Bagian bawah dari tabung berbentuk U diisi zat cair dengan berat jenis besar. Misalnya : berat jenis zat cair yang mengalir di dalam pipa adalah
Suatu bidang datar berbentuk segi empat terletak miring dengan sudut terhadap bidang datar atau horisontal (permukaan zat cair). Bidang tersebut terendam pada zat cair diam dengan berat kenis . Dibuat bidang khayal merupakan perluasan bidang tersebut sehingga memotong permukaan zat cair pada titik O. luas bidang adalah A, pusat beratnya adalah G; yang terletak pada jarak ho dibawah permukaan zat cair. Akan dianalisis gaya hidrostatis pada bidang dan letak titik tangkap gaya tersebut pada bidang. Titik tangkap gaya pada titik P sebagai pusat tekanan. Jarak searah bidang miring terhadap permukaan (titik 0) dinyatakan y. Jarak vertikal terhadap permukaan zat cair adalah h. Karena pertambahan tekanan adalah linier terhadap kedalaman, maka pusat gaya tekanan F terletak dibawah pusat berat bidang C. Dipandang suatu pias horisontal yang sejajar terhadap permukaan zat cair dengan tebal dy dan berjarak h dari permukaan. Apabila luas pias adalah dA, maka besarnya gaya tekanan pada pias adalah : df = P. dA atau karena h = sin , maka dF = dy sin y dA Gaya tekanan total adalah : F sin y dA sin
y dA
37
Dengan :
sama dengan A yo dimana yo adalah jarak pusat berat bidang terhadap sumbu X. Sehingga F = sin A yo ho = Yo sin = A ho
atau F = A Po dengan F = gaya tekanan hidrostatis A = luas bidang tekanan Po = tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang ho = jarak vertikal antara pusat berat benda dan permukaan zat cair Persamaan diatas menunjukkan bahwa gaya hidrostatis adalah sama dengan perkalian antara luas bidang (A) dan tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak lurus pada bidang. Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan P misalnya : pusat tekanan terletak pada jarak Yp dari titik sumbu O. Momen gaya hidrostatis terhadap titik O adalah sama dengan jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan terhadap titik O. Sehingga : Fyp= A..P..dAy = .h.dA. y = sin .dA. y Fyp= .sin y..dAy = .sin A. y 2 .dA
.sin . A. y0 y p = .sin A. y 2 dA
yp = atau: A. y 2 dA yp = Ay0 dengan: Ay 2 dA adalah momen inertia bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi I
38
Ayo adalah momen statis bidang A terhadap sumbu x yang diberi notasi S. Sehingga persamaan di atas dapat ditulis: yp = I S
mengingat bahwa:
2 I = I 0 + Ay0
maka :
2 I 0 + Ay0 yp = Ay0
atau :
y p = y0 + I0 Ay0
dengan: yp : Jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat cair. Y0 : Jarah searah bidang antara pusat berat dan permukaan zat cair. I0 : Momen ineria bidang A terhadap sumbu y melalui pusat berat bidang.
39
Momen Inersia Terhadap Pusat Berat unutk beberapa Bentuk yang sering digunakan. Bentuk Segi Empat: pxl bxh G G Y0=1/2 h I0=1/2 b b3 Luas A Pusat Berat y0 Momen Inersia I0
Segitiga
bxl a.t
Y0=1/3 l
1/36 bl
Lingkaran
D 2
Y0 = D
I0 = 1/6 4 D4
r2
Y0 =
4r 3
I0 = 0,1102 r4
40
Contoh soal : Bendung Beton berbentuk trapesium : tinggi 10 m; lebar puncak 1,0 m; lebar dasar 6,0 m. Sisi hulu bendung vertikal, koefisien gesekan antara dasar pondasi dengan bendungan 0,6; Bj beton ; 2400 kg/m3. Hitung stablilitas bendung terhadap penggulingan dan geseran. Penyelesaian: Ba = 1m Fx
A PB B
6 m = Bb Gaya yang bekerja pada bendung: Gaya berat sendiri Gaya tekan hidrostatis pada sisi hulu Gaya tekan/ gaya angkat pada dasar bendung Tekanan ke atas pada dasar bendung sebelah hulu sama dengan tekanan hidrostatis pada dasar Tekanan kertas sebelah hilir sama dengan 0
Hitungan dilakukan untuk setiap 1 m panjang bendung. Karena yang mengalami tekanan hidrostatis berbentuk segiempat pada sisi hulu, dihitung berdasarkan luas distribusi tekanan kali lebar (1 m). Tekanan hidrostatis pada dasar bendung: Pb = H. = 10 x 1000 = 10. 000 kgf/ m2. Gaya tekanan pada sisi hulu bendung: FX= PB . H x 1 = x 10. 000 x 10 x 1 = 50.000 kgf = 50 ton Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 41
Gaya angkat pada dasar bendung: Fy= PB.Bb= x 10.000 x 6 = 30.000 kgf = 30 ton. Berat sendiri bendung = W1 dan W2 W1 = Ba x .b x H = 1,0 2400 . 10 = 24.000 kgf = 24 jam. W2 = (Bb Ba) x H x .b = . (6 1) x 10 x 2400 = 60.000 kgf W = W1 + W2 = 24 + 60 = 84 ton Tahanan geser = T = (w Fy) . f = T = (84 30) . 0,6 = 32,4 ton. Untuk kontrol terhadap penggulingan dan geser, perlu dibandingkan besar gaya geser dan momen pengguling terhadap gaya penahan geser dan momen guling. Gaya-gaya yang berusaha untuk menggeser dan menggulingkan bendung adalah gaya tekanan hidrostatis. Gaya yang menahan adalah gaya berat sendiri bendung Tinjauan Penggeseran: Fx = 50 ton > T = 32,4 ton tidak aman terhadap geseran. Tinjauan penggulingan: Momen pengguling terhadap titik A: MPA = Fx . 1/3 H + Fy . 2/3 BB = 50 . 1/3 . 10 + 30 . 2/3 . 6 = 286,67 tm Momen penahan guling terhadap titik A: MPGA = W1 x (5 + 2,5) + W2 x (2/3 . 5,0) = 24 x 5,5 + 60 x (2/3 . 5.0) = 332 ton karena MPA = 286,67 < MPGA = 332 ton, maka bendung aman terhadap penggulingan.
42
Contoh Soal 2:
Pintu air berbentuk segiempat, lebar : 1,0 m; tinggi = 2,0 m, mempunyai sendi pada bagian tengah tingginya. Pusat berat pada 10 m di bawah muka air. Akan dihitung gaya tekanan dan pusat gaya pada pintu serta gaya penahan pintu agar tidak membuka.
Penyelesaian: Mencari Gaya tekanan: Y0 = h0 = 10 m Luas bidang pintu = A = b x l = 1 x 2 = 2m2 F = A. P0 = A . ..h0 = 2 . 1000 . 10 = 20.000 kgf = 20 t Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 43
Contoh soal 3.
Plat berupa gabungan bentuk bujursangkar dan segitiga pada posisi terendam vertikal dengan puncak segitiga pada permukaan air. Menghitung tekanan total dan pusat tekanan!! A
2m B 1,5 E 3m D C
3m
Penyelesaian: Segitiga ABC Tekanan total F1 : .bo1 . A1 Luas Segitiga : A1 = . 3 . 2 = 3 m2 Pusat berat : y01 = h01= 2/3 . h = 2/3 . 2 = 1,33 m Nur Qudus - Hidrolika - Teknik Sipil FT UNNES 44
Momen Inertia terhadap pusat berat: I0 = 1/36 bh3 = 1/36 . 3 . 22 = 0,67 m4 F1 = 1000. 1,33 . 3 = 4000 kgf = 4 ton Yp1 = y01+ Bujursangkar BCDE Luas = A2 = 3 x 3 = 9 m2 0,67 = 1,5m 3.1,33
Pusat berat = y01 = h02 = 2 + 3/2 = 3,5 m Momen Inersia : I0 = 1/12 Bh2 = 1/12 . 3 x 3 3 = 6,75 m4 F2 = 1000. 3,5 . 9.0 = 31500 kgf = 31,5 ton Yp2 = 3,5 + 6,75 = 3,71 m 9 x3,5
Tekanan total : F = F1 + F2 = 4 + 31,5 = 35,5 ton Momen terhadap titik A (pada permukaan) = Fyp= F1 Yp1 + F2. Yp2 Yp = =
F1 = F1 yp1 + F2 y02 F
4.1,5 + 31,5.3,71 35,5
= 3,46 meter
45