You are on page 1of 81

Selasa, 19 Pebruari 2013 - 11:07

Oleh Moh. Makhfal Nasirudin, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak Seperti yang telah kita ketahui, mulai bulan Januari 2013, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Sekarang untuk Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp 24.300.000,00 atau setara dengan Rp 2.025.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tatacara penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan. Penghitungan PPh Pasal 21 menurut aturan yang baru tersebut, dibedakan menjadi 6 macam, yaitu : PPh Pasal 21 untuk Pegawai tetap dan penerima pensiun berkala; PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas; PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, penerima imbalan lain yang bersifat tidak teratur, dan peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai yang menarik dana pensiun. Di kesempatan ini akan dipaparkan tentang contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dibedakan menjadi 2 (dua): Penghitungan PPh Pasal 21 masa atau bulanan yang rutin dilakukan setiap bulan dan Penghitungan kembali yang dilakukan setiap masa pajak Desember (atau masa pajak dimana pegawai berhenti bekerja). Berikut disampaikan contoh sebagai mana tercantum dalam peraturan tersebut. Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2013 adalah sebagai berikut:

Gaji Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Premi Jaminan Kematian Penghasilan bruto Pengurangan 1. Biaya jabatan 5%x3.024.000,00 2. Iuran Pensiun 3. Iuran Jaminan Hari Tua 151.200,00 50.000,00 60.000,00

3.000.000,00 15.000,00 9.000,00 3.024.000,00

261.200,00 Penghasilan neto sebulan Penghasilan neto setahun 12x2.762.800,00 PTKP - untuk WP sendiri - tambahan WP kawin 24.300.000,00 2.025.000,00 26.325.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun Pembulatan PPh terutang 5%x6.828.000,00 PPh Pasal 21 bulan Juli 341.400,00 : 12
Catatan:

2.762.800,00

33.153.600,00

6.828.600,00 6.828.000,00

341.400,00

28.452,00

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp 34.140,00 *) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja

Minggu, 1 September 2013 - 12:37

Kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan khususnya Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan omset tertentu, merupakan jawaban atas keluhan Wajib Pajak selama ini yang sangat sulit menghitung Pajak Penghasilannya. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 (PP 46), diharapkan agar Wajib Pajak dapat dengan mudah melaksanakan kewajiban perpajakannya. Segmentasi Wajib Pajak yang tergolong sebagai Subjek Pajak dalam PP 46 ini sangat besar, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara, sekaligus menumbuhkan kepatuhan sukarela dalam membayar pajak. Objek Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh Final) dalam PP 46 yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2013 ini adalah Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun. Tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas seperti dokter, pengacara, notaris dan lain lain. Demikian juga dengan penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final seperti jasa konstruksi dan persewaan atau penjualan aktiva berupa tanah dan bangunan tidak termasuk dalam penghasilan yang diatur dengan PP 46 ini. Sementara yang menjadi Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi atau Badan tidak termasuk Badan Usaha Tetap (BUT) yang memperoleh penghasilan yang menjadi objek PPh Final, ungkap Mustadir, Kepala KP2KP Masamba dalam kesempatan sosialisasi di Hotel Remaja dan Talkshow di Radio Adira FM Masamba bulan Agustus 2013. Pengecualian juga pada subjek pajak pengusaha Orang Pribadi yang dalam usaha perdagangan dan/atau jasa menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan tempat umum sebagai tempat usaha seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan dan sejenisnya. Kemudahan dan penyederhanaan dalam menghitung PPh Final ini karena pemberlakuan satu tarif yaitu 1% (satu persen) dari peredaran usaha setiap bulan. Hanya dengan pencatatan peredaran usaha saja sudah dapat dihitung besaran pajak yang harus disetorkan ke kas negara, apalagi jika badan usaha yang telah diwajibkan melaksanakan pembukuan. Sederhana dan mudah! Itulah napas utama dari PP 46 Tahun 2013, tuntas Mustadir dalam dua kesempatan sosialisasi peraturan tersebut. Sebagai wujud pelayanan informasi, KP2KP Masamba telah membagikan brosur PP 46 ini secara door to door dan menjadwalkan kelas pajak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat setiap hari Selasa dan Kamis sampai bulan Oktober 2013.

Mendaftarkan Diri Untuk Mendapatkan NPWP


Minggu, 15 April 2012 - 00:07 Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Disamping melalui KPP atau KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui e-registration, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik on-line melalui situs Pajak (www.pajak.go.id).

Bagi masyarakat baik perseorangan maupun badan (PT, CV, BUMD, firma, kongsi, koperasi, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik) yang memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, wajib mendaftarkan sendiri ke KPP atau K2KP untuk memperoleh NPWP. Bagi perseorangan, yang wajib memiliki NPWP adalah yang telah memenuhi persyarat subjektif dan syarat objektif.

Syarat subjektifnya adalah orang pribadi, sedangkan syarat objektifnya adalah memiliki penghasilan yang akan dikenakan pajak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Berikut ini tabel PTKP bagi perseorangan mulai tahun pajak 2013:

Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan (TK) untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin dan tidak mempunyai tanggungan (K/0) untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 1 tanggungan (K/1) untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 2 tanggungan (K/2) untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 3 tanggungan (K/3) untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung dan tidak ada tanggungan (K/I/0) Untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 1 tanggungan (K/I/1)

Setahun (Rp) 24.300.000,26.325.000,28.350.000,30.375.000,32.400.000,50.625.000,52.650.000,-

Sebulan (Rp) 2.025.000,2.193.750,2.362.500,2.531.250,2.700.000,4.218.750,4.387.500,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 2 tanggungan (K/I/2) Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 3 tanggungan (K/I/3)
Keterangan: 1.

Setahun (Rp) 54.675.000,56.700.000,-

Sebulan (Rp) 4.556.250,4.725.000,-

Tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2.

PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang merupakan tanda pengenal atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan diri secara on-line melalui e-registration.

Data pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir permohonan antara lain sebagai berikut: 1. 2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dokumen yang diperlukan hanya berupa KTP yang masih berlaku. Bagi Wajib Pajak Badan, dokumen yang diperlukan antara lain : a. b. 3. Akte Pendirian dan Perubahannya; KTP yang masih berlaku sebagai penanggung jawab;

Kepada Wajib Pajak diberikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP diberikan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya permohonan secara lengkap.

Perlu diketahui masyarakat bahwa untuk pengurusan NPWP tersebut di atas TIDAK DIPUNGUT BIAYA APAPUN.

Fungsi NPWP adalah : 1. 2. 3. 4. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan; Sebagai identitas Wajib Pajak; Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasirasi perpajakan; Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya passpor, kredit bank dan lelang.

Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya, seperti : 1. memenuhi salah satu persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

2. 3.

salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank-bank; dan memenuhi persyaratan untuk bisa mengikuti tender-tender yang dilakukan oleh Pemerintah.

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) Bagi masyarakat yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau KP2KP apabila telah memenuhi persyaratan tertentu. Syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah pengusaha orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto/penerimaan bruto (omzet) melebihi Rp 600.000.000,- setahun.

Masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan, dapat juga melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Bagi pengusaha yang telah diukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari setiap pembeli/pemakai jasanya dengan menerbitkan faktur pajak.

PPN yang sudah dipungut, kemudian dilaporkan dalam laporan bulanan (Surat Pemberitahuan-SPT Masa) dan apabila ternyata ada PPN yang harus disetor ke bank atau kantor pos, maka harus disetor terlebih dahulu sebelum dilaporkan ke ke KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar. KPP atau KP2KP akan melakukan penelitian mengenai keberadaan dan kegiatan usaha di tempat usaha Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP tersebut.

Wajib Pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya harus sesuai dengan sistem self assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang. KEWAJIBAN PEMBAYARAN PAJAK Mekanisme Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Membayar sendiri pajak yang terutang: a. Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25) Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak tersebut setiap bulan. Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya dari usaha dan pekerjaan bebas,

pembayaran angsuran PPh Pasal 25 terbagi atas 2 yaitu: Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT). Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha penjualan barang baik secara grosir maupun eceran dan usaha penyerahan jasa, yang mempunyai satu atau lebih tempat usaha termasuk yang memiliki tempat usaha yang berbeda dengan tempat tinggal. Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak OPPT : 0,75% x jumlah peredaran usaha (omset) setiap bulan dari masing-masing tempat usaha

Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT). Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT) adalah Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha tanpa melalui tempat usaha misalnya sebagai pekerja bebas atau sebagai karyawan. Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak OPSPT : Penghasilan Kena Pajak x Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh : 12 bulan. Tarif Pasal 17 ayat (1) a UU PPh adalah :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,di atas Rp 500.000.000,b.

Tarif Pajak 5% 15% 25% 30%

Untuk Wajib Pajak Badan, besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang diperoleh dari penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif PPh yang diatur di Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang Undang Pajak Penghasilan. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) UU PPh adalah 25%. Khusus untuk Wajib Pajak badan yang peredaran bruto setahun sampai dengan Rp 50.000.000.000,mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) UU PPh, yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-

c.

Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26). Pihak lain disini adalah:

Pemberi penghasilan; Pemberi kerja; atau Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah. Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan lebih lanjut pada bagian Pemotongan/Pemungutan (butir 2).

Membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang ditunjuk pemerintah. Tarif PPN adalah 10% dari harga jual atau penggantian atau nilai ekspor atau nilai lainnya. Pembayaran Pajak-pajak lainnya: Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk daerah Jakarta dan daerah tertentu lainnya, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan dengan menggunakan ATM di Bank-bank tertentu. Tarif PBB terdiri dari 2 tarif yaitu: a. 1/1000 dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-nya kurang dari Rp1.000.000.000,b. 2/1000, dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) khusus untuk yang NJOP-nya kurang dari Rp1.000.000.000,-

Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas bermeterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin teraan. Meterai tempel yang terutang untuk dokumen yang menyebut jumlah (kuitansi) di atas Rp 250.000,sampai dengan Rp1.00.000,- adalah Rp3.000,-. Untuk dokumen yang menyebut jumlah di atas Rp1.000.000,- dan surat-surat perjanjian terutang

2.

materai tempel sebesar Rp6.000,-. Pemotongan / Pemungutan Pajak Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara lain yang ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Untuk subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai pemotong/pemungutan pajak. Adapun jenis pemotongan/pemungutan adalah: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Penjelasan lebih lanjut dari masing-masing pajak tersebut adalah sebagai berikut: a. PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan pemberi kerja. Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak perseorangan dapat juga ditunjuk sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Selain diwajibkan memotong PPh Pasal 21, Wajib Pajak perseorangan bisa juga dilakukan b. pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterimanya. PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang (seperti penyerahan barang oleh

rekanan kepada bendaharawan pemerintah), impor barang dan kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu serta penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutan PPh Pasal 22 ini antara lain adalah:

Pemungutan PPh atas pembelian barang oleh instansi Pemerintah; Pemungutan PPh atas kegiatan impor barang; Pemungutan PPh atas produksi barang-barang tertentu misalnya produksi baja, kertas, rokok, dan otomotif; Pemungutan atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir di bidang perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan dari pedagang pengumpul; Pemungutan PPh atas penjualan atas barang yang tergolong mewah Wajib Pajak dapat ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atau dapat juga sebagai pihak yang dipungut PPh Pasal 22.

c.

PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, sewa, dan jasa kepada WP badan dalam negeri, dan BUT. Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 23, sedangkan Wajib Pajak perseorangan tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 23. Demikian sebaliknya, apabila Wajib Pajak menerima penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan pemotong PPh Pasal 23, maka atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak akan dipotong PPh Pasal 23 oleh si pihak pemotong tersebut. Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa tertentu (jasa service mesin atau

d.

komputer) yang pemotongannya dilakukan oleh Wajib Pajak berbentuk badan. PPh Pasal 26 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, hadiah dan penghasilan lainnya kepada WP luar negeri. Wajib Pajak baik yang berbentuk perseoranan maupun badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 26. Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 26 atas penghasilan tertentu (royalty) yang

e.

dilakukan oleh Wajib Pajak berbentuk badan. PPh Final (Pasal 4 ayat (2)) Pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu seperti sewa tanah dan/atau bangunan, jasa konstruksi, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan lainnya. Yang dimaksud final disini bahwa pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi penghasilan atau dibayar sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan pajaknya sudah selesai dan tidak dapat dikreditkan lagi dalam penghitungan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan. Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2), sedangkan Wajib Pajak perseorangan tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 4 ayat (2). Demikian sebaliknya, apabila Wajib Pajak meneriman penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), maka atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak akan dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh si pihak pemotong tersebut. Namun, apabila Wajib Pajak menerima penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 4 ayat (2) dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong), maka Wajib Pajak tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut.

f.

PPh Pasal 15 adalah pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma penghitungan khusus. Wajib Pajak tertentu tersebut adalah perusahaan pelayaran atau penerbangan international, perusahaan

asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah. Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 15, sedangkan Wajib Pajak perseorangan tidak ditunjuk untuk memotong PPh Pasal 15. Demikian sebaliknya, apabila Wajib Pajak meneriman penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 15 dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan pemotong PPh Pasal 15, maka atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak akan dipotong PPh Pasal 15 oleh si pihak pemotong tersebut. Namun, apabila Wajib Pajak menerima penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 15 dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong), maka Wajib Pajak tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 15 tersebut. g. PPN dan PPnBM adalah pemungutan PPN dan PPnBM oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau Pemungutan yang ditunjuk (misalnya Bendahara Pemerintah) atas pengkonsumsian barang dan/atau jasa kena pajak. Pengusaha Kena Pajak yang ditunjuk untuk memungut PPN dan PPnBM adalah pengusaha yang memiliki peredaran bruto (omzet) melebih Rp 600.000.000,- setahun atau pengusaha yang memilih sendiri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Wajib Pajak baik berbentuk perseorangan maupun badan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib memungut PPN dan juga PPnBM (bila barangnya yang diserahkan tergolong mewah) dari pembeli atau pemakai jasanya. Wajib Pajak juga wajib membayar PPN dan PPnBM bila mengkonsumsi barang atau jasa dari Pengusaha Kena Pajak. Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Undang-Undang Perpajakan untuk melakukan pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.

PENAGIHAN PAJAK Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak akan melakukan penagihan pajak. Tindakan ini dilakukan Apabila Wajib Pajak tidak membayar pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam Surat Tagihan Pajak(STP), atau Surat Ketetapan Pajak (skp), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, maka DJP dapat melakukan tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan Surat Teguran dan dilanjutkan dengan Surat Paksa. Dalam hal WP tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta WP yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang tidak/belum dibayar. Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo pembayaran Wajib Pajak tidak membayar hutang pajaknya. Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi hutang pajaknya. Sita dilakukan dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan. Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang. Sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap Wajib Pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatifdalam membayar hutang pajaknya.

Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)


Senin, 16 April 2012 - 21:25

NPWP, Nama WP dan Alamat Diisi sesuai dengan: 1. 2. 3. NPWP diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP yang dimiliki Wajib Pajak. Nama WP diisi dengan Nama Wajib Pajak. Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

Catatan : Bagi WP yang belum memiliki NPWP 1. NPWP diisi: Untuk WP berbentuk Badan Usaha diisi dengan 01.000.000.0-XXX.000 a. 2. 3. Untuk WP Orang Pribadi diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000

XXX diisi dengan Nomor Kode KPP Domisili pembayar pajak. Nama dan Alamat diisi dengan lengkap sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang sah.

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran 1. Kode Akun Pajak diisi dengan angka Kode Akun Pajak yang tertera di atas tabel-tabel berikut untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau disetor. 2. Kode Jenis Setoran (KJS) diisi dengan angka dalam kolom Kode Jenis Setoran untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar atau disetor pada tabel berikut sesuai dengan penjelasan dalam kolom Keterangan. Catatan : Kedua kode tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan tepat.

Uraian Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi sesuai dengan uraian dalam kolom Jenis Setoran yang berkenaan dengan Kode MAP dan Ko de Jenis Setoran pada tabel berikut. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama pembeli dan lokasi objek pajak. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan Bangunan yang disetor oleh yang menyewakan, dilengkapi dengan nama penyewa dan lokasi objek sewa.

Masa Pajak Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau setoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa pajak.

Tahun Pajak Diisi tahun terutangnya pajak.

Nomor Ketetapan Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau STP.

Jumlah Pembayaran Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah penuh. Pembayaran pajak dengan

menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat (bagi WP yang diwajibkan melakukan pembayaran pajak dalam mata uang Dollar Amerika Serikat), diisi secara lengkap sampai dengan sen. Terbilang (untuk SSP Standar) Diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan, dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran.

Wajib Pajak/Penyetor (untuk SSP Standar) Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta stempel usaha.

Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar) Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP) hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Pemberlakuan SSP Baru SSP dan kode akun pajak sebagaimana terlampir ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2009 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2009.

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Pajak


Senin, 16 April 2012 - 20:31 KODE AKUN PAJAK 411121 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 21

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 21 Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 21 Tahunan PPh Pasal 21

KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang mzasih harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 21. untuk pembayaran pajak yang masih harus disetor yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 21. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun dan Uang Pesangon. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

199

200

300

STP PPh Pasal 21

310

SKPKB PPh Pasal 21 SKPKB PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon SKPKBT PPh Pasal 21 SKPKBT PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

311

320

321

390

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN PPh Final Pasal 21 Pembayaran Sekaligus Atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya

KETERANGAN

401

untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 pembayaran sekaligus atas Jaminan Hari Tua, Uang Tebusan Pensiun, dan Uang Pesangon. untuk pembayaran PPh Final Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang diterima Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI dan para pensiunnya.

402

KODE AKUN PAJAK 411122 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 22

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 Masa PPh Pasal 22 Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 22 STP PPh Pasal 22

KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 22. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

200

310

SKPKB PPh Pasal 22

311

SKPKB PPh Final Pasal 22

320

SKPKBT PPh Pasal 22

321

SKPKBT PPh Final Pasal 22 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

390

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN Putusan Banding 401 PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas PPh Final Pasal 22 atas Penyerahan Rokok Produksi Dalam Negeri Pemungut PPh Pasal 22

KETERANGAN Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas Penebusan Migas. untuk pembayaran PPh Final Pasal 22 atas penyerahan rokok produksi dalam negeri. untuk pembayaran PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut.

402

900

KODE AKUN PAJAK 411123 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 22 IMPOR

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 22 Impor Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 22 Impor STP PPh Pasal 22 Impor

KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang harus disetor yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 22 Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 22 atas transaksi impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

199

300

310

SKPKB PPh Pasal 22 Impor

320

SKPKBT PPh Pasal 22 Impor Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411124 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 23

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 23

KETERANGAN untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor (selain PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 23. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 (selain STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 (selain SKPKB PPh pasal 23 atas dividen, bunga, royalti dan jasa). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar

101

PPh Pasal 23 atas Dividen

102

PPh Pasal 23 atas Bunga

103

PPh Pasal 23 atas Royalti

104

PPh Pasal 23 atas Jasa

199

Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 23 STP PPh Pasal 23 STP PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa

300

301

310

SKPKB PPh Pasal 23

311 312

SKPKB PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa SKPKB PPh Final Pasal

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 23

KETERANGAN yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 (selain SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 23 atas dividen, bunga, royalti, dan jasa. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 23. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

320

SKPKBT PPh Pasal 23

321

SKPKBT PPh Pasal 23 atas Dividen, Bunga, Royalti, dan Jasa SKPKBT PPh Final Pasal 23 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding PPh Final Pasal 23 atas Bunga Simpanan Anggota Koperasi

322

390

401

untuk pembayaran PPh Final Pasal 23 atas bunga simpanan anggota koperasi.

KODE AKUN PAJAK 411125 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 25/29 ORANG PRIBADI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 101 Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 25 Orang Pribadi

KETERANGAN untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi yang terutang. untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang terutang. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Orang Pribadi. untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Orang

199

200

Tahunan PPh Orang Pribadi

300

STP PPh Orang Pribadi

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN Pribadi.

310

SKPKB PPh Orang Pribadi

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Orang Pribadi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

320

SKPKBT PPh Orang Pribadi Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411126 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 25/29 BADAN

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Masa PPh Pasal 25 Badan PPh Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/ atau Bangunan yang tidak bersifat final Badan Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 25 Badan Tahunan PPh Badan STP PPh Badan SKPKB PPh Badan SKPKBT PPh Badan

KETERANGAN untuk pembayaran Masa PPh Pasal 25 Badan yang terutang. untuk pembayaran PPh Badan Atas Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan yang tidak bersifat final atas transaksi pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang atas tanah dan/atau bangunan dan merupakan bagian pembayaran pendahuluan (PPh Pasal 25) dilakukan oleh Wajib Pajak Badan yang kegiatan utamanya bukan melakukan pengalihan hak untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 25 Badan. untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Badan. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar

101

199

200 300 310 320

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN yang tercantum dalam SKPKBT PPh Badan.

390

Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411127 UNTUK JENIS PAJAK PPh PASAL 26

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor (selain PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT) yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas bunga (termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang) yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas royalti yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus disetor atas jasa yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 26. untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang harus dibayar atas laba setelah pajak BUT yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh BUT. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPh Pasal 26.

100

Masa PPh Pasal 26

101

PPh Pasal 26 atas Dividen

102

PPh Pasal 26 atas Bunga

103

PPh Pasal 26 atas Royalti

104

PPh Pasal 26 atas Jasa

105

PPh Pasal 26 atas Laba setelah Pajak BUT Pembayaran Pendahuluan skp PPh Pasal 26

199

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 (selain STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 26 (selain SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 (selain SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa dan laba setelah pajak BUT). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Pasal 26 atas dividen, bunga, royalti, jasa, dan laba setelah pajak BUT. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

300

STP PPh Pasal 26

301

STP PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT

310

SKPKB PPh Pasal 26

311

SKPKB PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT

320

SKPKBT PPh Pasal 26

321

SKPKBT PPh Pasal 26 atas Dividen, Bunga, Royalti, Jasa, dan Laba Setelah Pajak BUT Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411128 UNTUK JENIS PAJAK PPh FINAL DAN FISKAL LUAR NEGERI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 Fiskal Luar Negeri Pembayaran Pendahuluan skp

KETERANGAN untuk pembayaran Fiskal Luar Negeri. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN PPh Final 300 STP PPh Final

KETERANGAN surat ketetapan pajak PPh Final. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar/ disetor yang tercantum dalam STP PPh Final. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat (2). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 15. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Final Pasal 19. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2). untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Final Pasal 19. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas diskonto/bunga obligasi. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito/tabungan, jasa giro dan diskonto SBI.

310

SKPKB PPh Final Pasal 4 ayat (2)

311

SKPKB PPh Final Pasal 15

312

SKPKB PPh Final Pasal 19

320

SKPKBT PPh Final Pasal 4 ayat (2)

322

SKPKBT PPh Final Pasal 19 Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Diskonto/ PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito / Tabungan, Jasa Giro dan Diskonto SBI

390

401

402

403

404

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 405 PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah Undian PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Transaksi Saham dan Obligasi di Bursa Efek PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Pendiri PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Penjualan Saham Milik Perusahaan Modal Ventura PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Jasa Konstruksi PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran Dalam Negeri PPh Final Pasal 15 atas Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri PPh Final Pasal 15 atas Jasa Penerbangan Dalam Negeri PPh Final Pasal 15 atas Penghasilan Perwakilan Dagang Luar Negeri PPh Final Pasal 15 atas Pola Bagi Hasil PPh Final Pasal 15 atas Kerjasama Bentuk BOT PPh Final Pasal 19 atas Revaluasi Aktiva Tetap

KETERANGAN untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas hadiah undian. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi saham dan obligasi di Bursa Efek. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan Saham Pendiri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penjualan saham milik Perusahaan Modal Ventura. untuk pembayaran PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dalam negeri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas jasa penerbangan dalam negeri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas penghasilan perwakilan dagang luar negeri. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas pola bagi hasil. untuk pembayaran PPh Final Pasal 15 atas kerjasama bentuk BOT. untuk pembayaran PPh Final Pasal 19 atas revaluasi aktiva tetap.

406

407

408

409 410

411

412

413

414 415 416

KODE AKUN PAJAK 411129 UNTUK JENIS PAJAK PPh NON MIGAS LAINNYA

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 PPh Non Migas Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Non Migas

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN lainnya.

300

STP PPh Non Migas Lainnya

untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Non Migas lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Non Migas lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Non Migas lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

310

SKPKB PPh Non Migas Lainnya SKPKBT PPh Non Migas Lainnya Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

320

390

KODE AKUN PAJAK 411111 UNTUK JENIS PAJAK PPh MINYAK BUMI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 300 PPh Minyak Bumi STP PPh Minyak Bumi

KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

310

SKPKB PPh Minyak Bumi

320

SKPKBT PPh Minyak Bumi Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411112 UNTUK JENIS PAJAK PPh GAS ALAM

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 300 PPh Gas Alam STP PPh Gas Alam

KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Gas Alam. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

310

SKPKB PPh Gas Alam

320

SKPKBT PPh Gas Alam Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411113 UNTUK JENIS PAJAK PPh LAINNYA DARI MINYAK BUMI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 PPh Lainnya Dari Minyak Bumi STP PPh Lainnya Dari Minyak Bumi SKPKB PPh Lainnya Dari Minyak Bumi SKPKBT PPh Lainnya Dari Minyak Bumi Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh lainnya dari Minyak Bumi. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

300

310

320

390

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN Putusan Banding

KETERANGAN Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411119 UNTUK JENIS PAJAK PPh MIGAS LAINNYA

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 300 PPh Migas Lainnya STP PPh Migas Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran masa PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPh Migas Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

310

SKPKB PPh Migas Lainnya

320

SKPKBT PPh Migas Lainnya Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411211 UNTUK JENIS PAJAK PPN DALAM NEGERI

KODE JENIS SETORAN 100

JENIS SETORAN Setoran Masa PPN Dalam Negeri Setoran PPN BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean Setoran PPN JKP dari luar Daerah Pabean Setoran Kegiatan Membangun Sendiri

KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Masa PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran PPN terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran PPN terutang atas Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran PPN terutang atas Kegiatan Membangun Sendiri.

101

102 103

KODE JENIS SETORAN 104

JENIS SETORAN Setoran Penyerahan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan Setoran Atas Pengalihan Aktiva Dalam Rangka Restrukturisasi Perusahaan

KETERANGAN untuk pembayaran PPN terutang atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. untuk pembayaran PPN yang terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi perusahaan. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN yang menjadi kewajiban pemungut. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus

199

Pembayaran Pendahuluan skp PPN Dalam Negeri STP PPN Dalam Negeri

300

310

SKPKB PPN Dalam Negeri

311

SKPKB PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

312

SKPKB PPN Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean

313

SKPKB PPN Kegiatan Membangun Sendiri SKPKB Pemungut PPN Dalam Negeri

314

320

SKPKBT PPN Dalam Negeri

321

SKPKBT PPN Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean SKPKBT PPN Pemanfaatan

322

KODE JENIS SETORAN

JENIS SETORAN JKP dari luar Daerah Pabean

KETERANGAN dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk penyetoran PPN dalam negeri yang dipungut oleh Pemungut.

323

SKPKBT PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

324

SKPKBT Pemungut PPN Dalam Negeri Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding Pemungut PPN Dalam Negeri

390

900

KODE AKUN PAJAK 411212 UNTUK JENIS PAJAK PPN IMPOR

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 300 Setoran Masa PPN Impor Pembayaran Pendahuluan skp PPN Impor STP PPN Impor

KETERANGAN untuk pembayaran PPN terutang pada saat impor BKP untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

310

SKPKB PPN Impor

320

SKPKBT PPN Impor Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

390

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN Putusan Banding 900 Pemungut PPN Impor

KETERANGAN Putusan Banding. untuk penyetoran PPN impor yang dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411221 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM DALAM NEGERI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Setoran Masa PPnBM Dalam Negeri Pembayaran Pendahuluan skp PPnBM Dalam Negeri STP PPnBM Dalam Negeri

KETERANGAN untuk pembayaran pajak yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SPT Masa PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Dalam Negeri. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Dalam Negeri yang menjadi kewajiban pemungut. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk penyetoran PPnBM Dalam Negeri yang

199

300

310

SKPKB Masa PPnBM Dalam Negeri

311

SKPKB Pemungut PPnBM Dalam Negeri

320

SKPKBT Masa PPnBM Dalam Negeri

321

SKPKBT Pemungut PPnBM Dalam Negeri Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding Pemungut PPnBM Dalam

390

900

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN Negeri

KETERANGAN dipungut oleh pemungut.

KODE AKUN PAJAK 411222 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM IMPOR

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 Setoran Masa PPnBM Impor Pembayaran Pendahuluan skp PPnBM Impor STP PPnBM Impor

KETERANGAN untuk pembayaran PPnBM terutang pada saat impor BKP untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Impor. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk penyetoran PPnBM Impor yang dipungut oleh pemungut.

300

310

SKPKB PPnBM Impor

320

SKPKBT PPnBM Impor Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding Pemungut PPnBM Impor

390

900

KODE AKUN PAJAK 411219 UNTUK JENIS PAJAK PPN LAINNYA

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 300 Setoran Masa PPN Lainnya STP PPN Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran PPN Lainnya yang terutang. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPN Lainnya.

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 310 SKPKB PPN Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPN Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPN Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

320

SKPKBT PPN Lainnya Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411229 UNTUK JENIS PAJAK PPnBM LAINNYA

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Setoran Masa PPnBM Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran PPnBM Lainnya yang terutang. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP PPnBM Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB PPnBM Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT PPnBM Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

300

STP PPnBM Lainnya

310

SKPKB PPnBM Lainnya

320

SKPKBT PPnBM Lainnya Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411611 UNTUK BEA MATERAI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN

KETERANGAN

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 Bea Meterai Pembayaran Pendahuluan skp Bea Meterai STP Bea Meterai

KETERANGAN untuk pembayaran penggunaan Bea Meterai. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Bea Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Bea Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Bea Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Bea Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

300

310

SKPKB Bea Meterai

320

SKPKBT Bea Meterai Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

390

KODE AKUN PAJAK 411612 UNTUK PENJUALAN BENDA MATERAI

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 199 Penjualan Benda Meterai Pembayaran Pendahuluan skp Benda Meterai STP Benda Meterai

KETERANGAN untuk pembayaran penjualan Benda Meterai. untuk pembayaran pajak sebelum diterbitkan surat ketetapan pajak Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Benda Meterai. untuk pembayaran jumlah yang masih harus

300

310

SKPKB Benda Meterai

320 390

SKPKBT Benda Meterai Pembayaran atas Surat

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding

KETERANGAN dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding.

KODE AKUN PAJAK 411619 UNTUK JENIS PAJAK TIDAK LANGSUNG LAINNYA

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 100 Setoran Masa Pajak Tidak Langsung Lainnya STP Pajak Tidak Langsung Lainnya SKPKB Pajak Tidak Langsung Lainnya SKPKBT Pajak Tidak Langsung Lainnya Pembayaran atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding Pemungut Pajak Tidak Langsung Lainnya

KETERANGAN untuk pembayaran Pajak Tidak Langsung Lainnya yang terutang. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam STP Pajak Tidak Langsung Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKB Pajak Tidak Langsung Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam SKPKBT Pajak Tidak Langsung Lainnya. untuk pembayaran jumlah yang masih harus dibayar yang tercantum dalam Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding. untuk penyetoran Pajak Tidak Langsung Lainnya yang dipungut oleh pemungut.

300

310

320

390

900

KODE AKUN PAJAK 411621 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPh

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 300 STP atas Bunga Penagihan PPh

KETERANGAN

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPh.

KODE AKUN PAJAK 411622 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPN

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 300 STP atas Bunga Penagihan PPN

KETERANGAN

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPN.

KODE AKUN PAJAK 411623 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PPnBM

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 300 STP atas Bunga Penagihan PPnBM

KETERANGAN untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PPnBM.

KODE AKUN PAJAK 411624 UNTUK BUNGA PENAGIHAN PAJAK TIDAK LANGSUNG LAINNYA (PTLL)

KODE JENIS JENIS SETORAN SETORAN 300 STP atas Bunga Penagihan PTLL

KETERANGAN

untuk pembayaran STP Bunga Penagihan PTLL.

Penghitungan Pajak
Selasa, 17 April 2012 - 12:41 CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp180.000.000,-. Si A statusnya kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan untuk menghitung pajaknya. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

Jumlah peredaran setahun Rp180.000.000,Presentase penghasilan norma (lihat daftar presentase norma) = 20% Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 180.000.000,- = Rp 3.000.000,Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi PTKP Rp 36.000.000,- Rp 19.800.000,- = Rp 6.200.000,Pajak Penghasilan yang terutang : 5% x Rp 6.200.000,- = Rp 310.000,PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan: Rp 310.000,- : 12 = Rp 25.833,-

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK BADAN Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010 memiliki penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha (sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp 4.250.000.000,-.

Dengan demikian, penghasilan netonya adalah : Rp 500.000.000,- Rp 425.000.000,- = Rp 75.000.000,Pajak Penghasilan yang terutang : Rp75.000.000,- x 25% x 50% = Rp9.375.000,Tarif 50% di atas dikarenakan Koperasi Unit Desa A mendapat fasilitas. PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD A setiap bulan: Rp9.375.000,- : 12 = Rp781.250,-

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB ORANG PRIBADI Si A adalah pengusaha restoran (UMKM) di Jakarta yang tergolong sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan menggunakan pencatatan dalam penghitungan besarnya PPh.

Jumlah peredaran usaha (omzet) selama setahun adalah Rp 510.500.000,PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75 x Rp 510.500.000,-) adalah Rp 3.828.750,Setelah dihitung PPh yang terutang selama setahun adalah Rp 10.975.750,PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh si A adalah sebesar : Rp 10.975.750,- Rp 3.828.750,- = Rp 7.147.000,-

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB PAJAK BADAN Koperasi Unit Desa A, setelah menghitung PPh terutang tahun pajak 2010 diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp 12.000.000,-.

Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2010 (12 bulan) sebesar : Rp 781.250,- x 12 = Rp 9.375.000,PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh KUD A adalah sebesar : PPh yang terutang angsuran PPh Pasal 25 Rp12.000.000, Rp9.375.000,- = Rp2.625.000,00

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN Polan (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Koperasi, menerima gaji Rp 1.700.000,-/bulan, tunjangan beras Rp 300.000,-/bulan. Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (1.700.000,- + 300.000,-) = Rp 2.000.000,Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,Iuran pensiun : = Rp 100.000,Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 15.840.000,Penghasilan Kena Pajak = Rp 5.760.000,PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp5.760.000,- = Rp 288.000,PPh Pasal 21 sebulan : Rp288.000,- : 12 = Rp 24.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN Polan (kawin tanpa tanggungan) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Tuan A (UMKM) yang telah ditunjuk KPP sebagai pemotong PPh Pasal 21 , menerima gaji Rp 2.000.000,-/bulan, Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (2.000.000,- ) = Rp 2.000.000,Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,Iuran pensiun : = Rp 100.000,Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 17.160.000,Penghasilan Kena Pajak = Rp 4.440.000,PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp 4.440.000,- = Rp 222.000,PPh Pasal 21 sebulan : Rp 222.000,- : 12 = Rp 18.500,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI Polin adalah UMKM perseorangan (memiliki NPWP) yang telah ditunjuk KPP sebagai pemungut PPh Pasal 22, membayar Rp10.000.000,- untuk pembelian kayu dari pedagang pengumpul. Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Polin : Rp10.000.000,- x 0,25 = Rp25.000,CONTOH PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS IMPOR BARANG CV Polan (badan memiliki NPWP) melakukan import barang dengan nilai impor Rp50.000.000,-. CV Polan tidak mempunyai Angka Pengenal Impor (API). Besarnya PPh Pasal 22 yang harus disetor oleh CV Polan : Rp50.000.000,- x 7,5% = Rp3.750.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS JASA TERTENTU (SERVICE MESIN ATAU KOMPUTER) PT Polan (badan memiliki NPWP) membayar ke perusahaan yang bergerak di bidang service komputer dengan nilai jasa Rp5.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT Polan : Rp5.000.000,- x 2% = Rp100.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS JASA TERTENTU (SERVICE MESIN ATAU KOMPUTER) PT Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan dari PT Delta karena memberikan jasa cleaning service dengan nilai kontrak Rp50.000.000,-. Besarnya penghasilan yang diterima PT Polan tersebut yang harus dipotong PPh Pasal 23 oleh PT Delta adalah sebagai berikut : Rp50.000.000,- x 2% = Rp1.000.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 26 ATAS PENGHASILAN TERTENTU (ROYALTI) PT Polan (badan) membayar royalty ke perusahaan yang berada di luar negeri dengan jumlah Rp100.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong PT Polan : Rp100.000.000,- x 20% = Rp20.000.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada Tuan A sebesar Rp10.000.000,-. atas sewa toko. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong CV Polan : Rp10.000.000,- x 10% = Rp1.000.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI CV Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas Pendidikan kota A sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong Dinas Pendidikan Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan : Rp500.000.000,- x 2% = Rp10.000.000,-

CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN Tuan Bonar (perseorangan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas penjualahan tanah berikut bangunannya sebesar Rp1.000.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor sendiri oleh Tuan B atas penghasilan yang diterimanya : Rp1.000.000.000,- x 5% = Rp50.000.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 15 ATAS PENGHASILAN SEWA KAPAL MILIK PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada PT C yang merupakan perushaan pelayaran sebesar Rp50.000.000,-. Atas sewa kapal (charter). Besarnya PPh Pasal 15 yang harus dipotong oleh CV Polan :Rp50.000.000,- x 1,2% = Rp600.000,CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 15 ATAS PENGHASILAN DARI USAHA PELAYARAN CV Utama (badan) memiliki usaha perkapalan dan menerima penghasilan atas sewa kapal selama sebulan dari perseorangan (bukan pemotongan) sebesar Rp10.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 15 yang harus disetor sendiri oleh CV Utama atas penghasilan yang diterimanya :Rp10.000.000,- x 1,2% = Rp120.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PENJUALAN BARANG KENA PAJAK CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan (menjual) Barang Kena Pajak berupa Alatalat tulis kepada pembelinya seharga Rp2.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli: Rp2.000.000,x 10% = Rp200.000,- Sehingga total yang ditagih CV Polan kepada pembelinya : Rp2.000.000,- + Rp200.000,=Rp2.200.000,CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PENJUALAN BARANG KENA PAJAK KEPADA KANTOR PEMERINTAHAN (PEMUNGUT PPN) CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan jasa catering kepada Bendahara Kementerian Keuangan dengan kontrak harga Rp20.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli (Kementrian Keuangan): Rp20.000.000,- x 10% = Rp2.000.000,- Sehingga total yang ditagih CV Polan kepada Bendahara Kementerian Keuangan: Rp2.000.000,- + Rp200.000, =Rp2.200.000,- Namun karena Bendahara Kementerian Keuangan ditunjuk sebagai pemungut, maka PPN yang ditagih CV Polan (sebesar Rp200.000), disetor sendiri oleh Bandahara Kementerian Keuangan tersebut ke bank atau kantor pos CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK ATAU JASA KENA PAJAK CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) membeli mesin cetak (Barang Kena Pajak) dari PT Bagus (PKP) seharga Rp50.000.000,-. Besarnya PPN yang harus dibayar oleh CV Polan dari pembeli: Rp50.000.000,- x 10% =

Rp5.000.000,- Sehingga total yang dibayar CV Polan kepada PT bagus : Rp50.000.000,- + Rp5.000.000,=Rp55.000.000,-

Norma Penghitungan
Selasa, 17 April 2012 - 10:49

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

10000 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 11000 12111 12113 12131 12132 12141 12161 12200

PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN, PERBURUAN DAN PERIKANAN Pertanian tanaman pangan Kelapa dan kelapa sawit Kopi Tembakau Teh Pertanian tanaman karet Tebu Pertanian tanaman lainnya - Meliputi usaha pertanian atau perkebunan dalam penyiapan/ pelaksanaan penanaman,pembibitan, persemaian, pemeliharaan dan pemanenan hasil tanaman 15 11.5 11.5 11.5 11.5 11.5 11.5 15 11 11 11 11 11 11 15 10 10 10 10 10 10

11.5

11

10

9.

13000

Peternakan. - Meliputi usaha peternakan untuk mengambil daging, kulit, tulang, bulu, telur, susu, madu dan kepompong/ sarangnya baik yang dilakukan oleh usaha perorangan ataupun suatu badan usaha.

11

10

10.

14000

Jasa pertanian dan Peternakan. - Meliputi usaha jasa dibidang pertanian dan , baik yang 25 25 24

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

dilakukan oleh perorangan, usaha atas dasar balas jasa atau kontrak. 11. 15000 Kehutanan dan penebanganhutan. - Meliputi usaha penanaman, pemeliharaan maupun pemindahan jenis tanaman/kayu, penebangan/pemotongan kayu pengumpulan hasil hutan lainnya, dan semua usaha yang melayani kebutuhan kehutanan yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak. 12. 16000 Perburuan/ penangkapan dan pembiakan binatang liar. - Meliputi usaha perburuan/ penangkapan binatang liar dengan jerat atau perangkap dan pembiakan marga satwa liar kecuali untuk sekedar hoby atau olahraga. 13. 17000 Perikan laut. - Meliputi usaha penangkapan, pengambilan hasil laut. Pemeliharaan dan pelayanan perikanan laut yang dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak, seperti sortasi, gradasi, persiapan lelang ikan dan lain-lain. 14. 18300 Perikanan darat - Meliputi usaha budidaya ikan, pemeliharaan, pembibitan, penangkapan dan pengambilan hasil serta pelayanan perikanan darat yang dilakukan atas dasar

16

16

16

18

17

16

25

23

22

25

23

22

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

balas jasa/kontrak. 20000 15. 21100 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Pertambangan batu bara. - Meliputi usaha penambangan antrasit, batu bara merah lignite, dan penghancuran, penggilingan dan penyaringan batu bara termasuk pengubahan batu bara menjadi briket atau dalam bentuk lain di tempat penambangan 16. 22000 Pertambangan minyak dan gas bumi - Meliputi pengusaha sumur minyak dan gas bumi, eksplorasi minyak bumi, pengeboran, penyelesaian dan perlengkapan sumur minyak dan gas yang tidak berdasarkan balas jasa/ kontrak, termasuk pengusahaan alat pemisah pemecah emulsi, penyulingan, penambangan minyak dan gas bumi untuk dipasarkan/sampai di tempat pemuaian yang dilaksanakan di daerah produksi. 17. 23000 Pertambangan bijih logam. - Meliputi usaha pertambangan yang menyelenggarakan ekstraksi bijih besi, pasir besi, timah, nikel, mangan. Emas, perak dan logam lainnya dan usaha pemanfaatan dari bijih bijih tersebut dengan segala cara.

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA -

18. 19. 20. 21. 22.

23210 23220 23230 23240 25000

Timah Bauksit danAlumunium Tembaga Nikel Penambangan dan penggalian garam - Meliputi usaha penggalian, penguapan garam di tambak/ empang termasuk usaha pengumpulan, pembersihan, penggilingan dan pengolahan dengan cara lain terhadap mineral tersebut.

11

11

11

23.

26000

Pertambangan mineral bahan kimia dan bahan pupuk. - Meliputi usaha pertambangan mineral bahan kimia dan pupuk termasuk usaha penghancuran, pembersihan dan pengolahan dengan cara lain terhadap mineral bahan kimia.

24.

29000 30000

Pertambangan dan penggalian lain INDUSTRI PENGOLAHAN Pemotongan hewan dan pengawetan daging - Seperti pemotongan hewan, pemotongan kulit, penjemuran tulang,pensortiran bulu, pembuatan sosis, kaldu dan pasta daging.

16

15

14

25.

31110

15

14.5

14

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

26.

31120

Industri Susu dan Makanan dari Susu. - Seperti pembuatan susu kental/bubuk/asam, pembuatan , mentega, keju dan es krim dari susu

12.5

10

8.5

27.

31130

Industri pengolahan, pengawetan buah-buahan dan sayur-sayuran. - Seperti pengalengan, pengasinan, pemanisan, pelumatan, pengeringan buahbuahan dan sayur-sayuran.

15

14.5

14

28.

31140

Industri Pengolahan dan Pengawetan ikan dan sejenisnya. - Seperti pengalengan, penggaraman, pengasaman, pembekuan ikan dan sejenisnya. 15 14.5 14

29.

31150

Industri Minyak Makan dan Lemak dari Nabati dan Hewani. - Seperti minyak makan dari nabati dan hewani, margarine minyak goreng dari kelapa/kelapa sawit Industri pengupasan, pembersihan dan penggilingan Padi-padian. Biji-bijian, Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, termasuk pembuatan kopra. - Seperti Industri penggilingan padi, penyosohan beras, pemberisihan padi-padian, pengupasan dan pembersihan kopi. Kacang-kacangan, bijibijian lain, umbi-umbian dan

12.5

10

8.5

30.

31160

12.5

10

8.5

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

pembuatan kopra, tepung terigu, berbagai tepung dari padi-padian, biji-bjian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. 31. 31170 Industri Makanan dari Tepung, kecuali Kue Basah. - Seperti Makaroni, mie, spaghetti, bihun, so'un, roti dan kue kering lainnya. 32. 31180 Industri Gula dan Pengolahan Gula. - Seperti pembuatan gula pasir, gula tebu, gula merah, sirop dan pengolahan gula lainnya selain sirop. 33. 31190 Industri Coklat dan Kembang Gula. - Seperti pembuatan bubuk coklat dan makanan dari coklat dan kembang gula. 34. 35. 31210 31230 Industri makanan lainnya. Industri Es - Seperti es batu, es balok, es curah, es lilin, es mambo. 36. 31240 Industri makanan dari kedele dan kacang-kacangan lainnya - Seperti kecap, tauco, tempe, oncom, tahu dan pengolahan kedele/kacang-kacangan lainnya. 37. 31250 Industri kerupuk dan sejenisnya. - Seperti kerupuk udang, kerupuk 15 12.5 10 15 12.5 10 17 16.5 15 15 17 12.5 16.5 10 15 15 12.5 10

15

12.5

10

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

ikan, kerupuk kulit, kerupuk terung, emping, ceriping, karak, gendar, opak dan macam-macam keripik kecuali kerupik tempe/tahu/oncom/paru dan peyek. 38. 31260 Industri bumbu masak dan penyedap masakan. - Seperti pembuatan bumbu masak dan penyedap masakan 39. 31270 Industri makanan lainnya yang belum terliput - Seperti industri terasi, petis, kue basah, tape, dodol, keripik, tempe/tahu/oncom/paru dan peyek. 40. 31280 Industri makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya. - Seperti industri ransum dan konstrate makanan ternak, unggas, ikan dan hewan lainnya. 41. 31310 Industri minuman keras - Yaitu minuman yang mengandung alkohol lebih dari 20%. 42. 31320 Industri Anggur - Yaitu minuman yang mengandung alkohol 5-20 %. 43. 44. 31330 31340 Industri Malt dan minuman yang mengandung Malt. Industri minuman ringan. 24.5 24.5 15 24 24 14.5 24 24 14 24.5 24 24 17 16 15 17 16 15

15

12.5

10

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

45.

31410

Industri pengeringan dan pengolahan tembakau. - Seperti pengeringan, pengasapan dan perajangan daun tembakau. 19 18 17

46.

31420

Industri rokok kretek - Yaitu pembuatan rokok yang mengandung cengkeh. 5 4.5 4

47.

31430

Industri rokok putih - Yaitu rokok yang tidak mengandung cengkeh. 7 6.5 5

48.

31440

Industri rokok lainnya - Seperti cerutu, rokok kelembak menyan. 5 4.5 4

49.

31490

Industri hasil lainnya dari tembakau, bumbu rokok dan klobot/kawung. - Seperti tembakau bersaus, pembuatan bumbu rokok, pembungkus rokok (klobot kawung) dari pembuatan kelengkapan rokok termasuk pembuatan filter.

5.5

32000 50. 51. 52. 32100 32200 32300

INDUSTRI TEKSTIL, PAKAIAN JADI DAN KULIT Industri tekstil Industri pakaian jadi, kecuali untuk keperluan kaki. Industri kulit dan barang dari kulit, kecuali untuk keperluan 13.5 13.5 17.5 13 13 16.5 12.5 12.5 16

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

kaki. 53. 32400 Industri barang keperluan kaki. INDUSTRI KAYU DAN BARANG DARI KAYU, TERMASUK PERABOT RUMAH TANGGA. Indusri kayu dan barang dari kayu, bambu, rotan dan kayu. Industri perabot serta kelengkapan rumah tangga dan alat dapur dari kayu, bumbu dan rotan. INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS, PERCETAKAN DAN PENERBITAN. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya Industri percetakan dan penerbitan - Seperti uaha percetakan secara stensil, offset lithografi untuk segala jenis cetakan termasuk penjilidan buku dan penerbitan hasil/ barang cetakan. INDUSTRI KIMIA DAN BARANG-BARANG DARI BAHAN KIMIA, MINYAK BUMI, BATUBARA, KARET, DAN PLASTIK. Industri bahan kimia. 13 12.5 11 14.5 13 12 15 13.5 12.5 17 16 15

33000

54.

33100

55.

33200

15

13.5

12.5

34000

56. 57.

34100 34200

14.5

13

12

35000

58.

35100

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP 13 KOTA PROP LAINNYA 12.5 DAERAH LAINNYA 11

59. 60.

35200 35220

Industri kimia lain. Industri Farmasi dan Jamu. - Seperti pembuatan/fabrikasi dan pengolahan bahan obat, bahan pembantu dan bahan pengemas obat, pembuatan dan pengolahan obat-obatan yang berbentuk jadi, pengolahan bahan jamu (simplisia) dan macam-macam jamu (misalnya berbentuk pil, kapsul, bubuk dan bentuk cairan).

20

19

18

61.

35230

Industri sabun, bahan pembersih keperluan rumah tangga, kosmetika dan sejenisnya. - Yaitu pembuatan sabun dalam berbagai bentuk termasuk industri detergent, bahan pembersih rumah tangga lainnya dan tapal gigi dan pembuatan berbagai macam kosmetika kecuali minyak wangi sintetis dan minyak atsiri.

17

16

15

62.

35300

Industri pembersih pengilangan minyak bumi. - Yaitu pengilangan yang menghasilkan bahan bakar penggerakn motor dan minyak bakar seperti bensin, solar, avtur, bensol, minyak tanah, pelumas, gemuk, LPG dan spritus putih.

63. 64. 65.

35400 35500 35600

Industri barang-barang dari hasil kilang minyak bumi. Industri karet dan barang dari karet. Industri barang dari plastik.

17.5

16.5

16

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

- Seperti industri pipa dan slang dari plastik, industri barang plastik untuk keperluan kaki, industri barang plastik lembaran, industri media rekam dari plastik dan indutri barang-barang plastik lainnya. INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM KECUALI MINYAK BUMI DAN BATUBARA. Industri porselin. Industri semen, kapur dan barang dari semen dan kapur Industri pengolahan tanah liat Industri barang galian lain bukan logam INDUSTRI LOGAM DASAR Industri logam dasar besi dan baja - Seperti pembuatan besi dan baja dalam bentuk dasar (iron dan slell making), pengenceran besi baja, penggilingan baja (steel rolling) dan penempaan besi baja. 71. 37200 Industri logam dasar bukan besi. - Seperti usaha pemurniaan, peleburan, penuangan, pengecoran, penempaan dan ekstruksi logam bukan besi (misalnya dalam bentuk ingot/ruangan/plate, kuningan, alumina, perak, perunggu, seng,

17.5

16.5

16

36000

66. 67. 68. 69.

36110 36300 36400 36900 37000

10 16.5 16.5 17

9 16 16 16

8.5 15.5 15.5 15

70.

37100

10

8.5

10

8.5

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

tembaga, dan timah). INDUSTRI BARANG DARI LOGAM, MESIN DAN PERALATANYA. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatanya. Industri mesin dan perlengkapannya. Industri mesin, perlatan dan perlengkapan listrik serta bahan keperluan listrik. Industri alat angkutan. Industri peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur dan pengatur. INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA. Industri barang perhiasan. - Seperti pemotongan, pengasahan, penghalusan batu berharga dan permata, pembuatan perhiasan lainnya dari logam mulia dan bukan logam mulia. 78. 39020 Industri alat-alat musik. - Seperti pembuatan alat musik tradisional (kecapi, seruling, angklung, calung, kulintang, gong, rebana, gendang dan sebagainya), alat-alat musik lainnya (gitar, biola musik tiup/trompet, harmonika, piano 20 20 19 19 18 18

38000

72. 73.

38100 38200

74. 75. 76.

38300 38400 38500

20 20 13.5

19 19 12

18 18 11

39000 77. 39010

12.5

11.5

10

15

12.5

12.5

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

dan sebagainya). 79. 39030 Industri perlengkapan dan alatalat keperluan olah raga. - Seperti pembuatan alat-alat olah raga, kecuali yang bahan utamanya dari karet (alat tinju, golf, bola bowling, tennis, bulutangkis, dan atletik lainnya). 80. 39040 Industri mainan anak-anak - Seperti pembuatan mainan anakanak kecuali mainan anak-anak yang bahan utamanya dari karet dan plastik. 81. 39050 Industri alat-alat tulis dan gambar. - Seperti pembuatan alat tulis menulis dan gambar menggambar 82. 39090 Industri pengolahan lain yang belum terliput. - Seperti pembuatan papan nama, papan reklame, lapu display, payung, pipa rokok, lencana, stempel, kap lampu dan lain sebagainya yang belum tercakup dalam golongan industri manapun. 40000 83. 41000 LISTRIK GAS DAN AIR Listrik - Termasuk pembangkit tenaga listrik yang dilakukan oleh satu unit perusahaan lain, jika kegiatannya dilaporkan secara terpisah. 15 12.5 12.5

15

12.5

12.5

15

12.5

12.5

15

12.5

12.5

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA -

84. 85.

42000 43000 50000

Gas uap dan air panas Penjernihan, penyediaan dan penyaluran air minum. BANGUNAN Bangunan sipil Bangunan listrik, air dan komunikasi PERDAGANGAN BESAR Eksportir Importir Perdagangan besar hasil-hasil pertanian. - Meliputi usaha perdagangan dalam partai besar hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan yang belum diolah (bukan hasil pengolahan), termasuk rumah pelelangan hasil perikanan.

86. 87.

52000 53000 61000

20 25

19 22.5

18 20

88. 89. 90.

61100 61200 61310

25

20

20

91.

61312

Perdagangan besar hasil-hasil pertanian lainnya. - Yaitu perdagangan besar hasil hasilpertanian lainnya yang belum terliput. 25 20 20

92.

61314

Perdagangan besar hasil pertanian (pangan non pangan), peternakan dan perikanan. - Yaitu perdagangan hasil-hasil pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum mudah 20 15 15

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

diolah termasuk ternak bibit, susu segar dan pelelangan hasil-hasil perikanan. 93. 61316 Perdagangan besar hasil kehutanan dan penebangan hutan. - Seperti perdagangan dalam partai besar kayu gelondongan, getah damar, rotan dan sejenisnya. 94. 61320 Perdagangan besar barang-barang hasil pertambangan dan penggalian. Perdagangan besar barang-barang hasil industri pengolahan. - Meliputi perdagangan dalam partai besar segala macam barang hasil industri pengolahan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta 96. 61331 Perdagangan besar hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau. - Seperti daging ataupun yang diawetkan, susu dan makanan dari susu, buah-buahan, sayursayuran, danhasil perikanan yang diawetkan, macam-macam makanan dan bahan makanan hasil pengolahan, macam-macam minuman keras/ringan dan hasil pengolahan tembakau (rokok tembakau shaag dan bumbu rokok). 97. 61332 Perdagangan besar tekstil,

25

20

20

25

20

20

95.

61330

25

20

20

25

20

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

pakaian jadi hasil pemintalan, pertenunan dan hasil pengolahan kulit termasuk bahan keperluan kaki. - Seperti komoditi, tekstil, pakaian jadi, kain batik, macammacam benang, tali benang, tali temali, karpet/permadani hasil perajutan, kulit dan kulit imitasi, barang untuk keperluan kaki dan tas. 98. 61333 Perdagangan besar kertas, barangbarang dari kertas, alat tulis (kantor) dan barang cetakan. - Seperti komoditi macam-macam kertas untuk keperluan alat tulis,kertas pembungkus, kertas karton, barang-barang dari kertas (dus, kotak dan barang sejenisnya), macam-macam alat tulis, barang-barang cetakan (blanko, faktur, nota, kwitansi, kalender, agenda, majalah, buku tulis/bacaan) dan barang cetakan lainnya. 99. 61334 Perdagangan besar hasil-hasil industri kimia, farmasi dan kosmetik. - Seperti barang-barang hasil industri kimia, berupa gas asam, soda caustic, zat pewarna, glyeerin, alkohol dan sejenisnya, macam-macam pupuk, bahan kimia untuk pemberantas hama (pestisida, insektisida dan lainlain) macam-macam hasil industri

25

20

20

25

20

20

25

20

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

farmasi dan jamu. Macam-macam sabun dan bahan pembersih lainnya. Macam-macam kosmetik, parfum dan bahan perawatan lainnya untuk rambut dan kulit. 100. 61335 Perdagangan besar bahan bakar minyak/gas dan minyak pelumas. - Seperti premium, solar, minyak tanah, bahan bakar, minyak lainnya termasuk juga bahan bakar gas (elpiji) dan minyak pelumas. 101. 61336 Perdagangan besar bahan bangunan, kecuali bahan bangunan dari usaha penggalian. - Seperti berbagai macam/komoditi bahan untuk keperluan bangunan berupa semen, genteng, seng,cat, macammacam besi, macam-macam kayu/kayu lapis, fibreboard, hard board, kaca dan barang-barang lainnya untuk keperluan perlengakapan bangunan , kecuali yang berasal dari usaha-usaha penggalian (batu koral, pasir, tanah liat). 102. 61337 Perdagangan besar mesin-mesin, alat angkutan dan onderdil/ perlengkapannya. - Meliputi macam-macam mesin dan perlengkapan baik untuk keperluan industri, pertanian, kantor dan transport seperti mesin pembangkittenaga, turbin, traktor,

25

20

20

25

20

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

bulldozer, dan msin berata lainnya yang sejenis, mesin hitung,mesin tik, duplikator, foto copy, mesin pengolah data, mesin cuci, mesin jahit, pompa air, dan mesin alat-alat rumah tangga lainnya, berbagai macam mesin alat transportasi darat, laut dan udara, termasuk macam-macam onderdil dan perlengkapannya. Perdagangan besar barang-barang elektronik, perlengkapan listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik. - Meliputi macam-macam barang elektronik seperti radio, kaset, taperecorder, televisi, video, amplipier dan perlengkapan sound sytem lainnya, alat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer, kabel listrik, sekring, lampu pijar, TL dan perlengkapan listrik lainnya, alat keperluan rumah tangga lainnya seperti sterika, listrik, kipas angin, alat pengaduk dan alat pembuat kue alat masak lainnya, alat-alat komunikasi dan optik, pesawat telepon, pemancar radio, telex, intercom, macam-macam lensa, kamea, microscope, proyektor dan sejenisnya. 104. 61339 Perdagangan besar barang-barang lainnya hasi industri. - Yaitu barang-barang hasil industri yang belum termasuk dalam golongan tersebut di atas, 25 20 20

103.

61338

25

20

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

seperti macam-macam perabot/perlengkapan rumah tangga dari kayu, bambu, rotan, plastik, logam maupun karet, barang-barang perhiasan yang dibuat dari batu permata, logam mulia, jam/arloji, alat-alat olahraga, musik dan mainan anakanak serta alat/perlengkapan laboratorium 105. 61500 62000 106. 62200 Perdagangan besar lainnya yang belum terlipat. PERDAGANGAN ECERAN Perdagangan eceran barangbarang kelontong, supermarket dan warung langsam. - Yaitu perdagangan eceran macam-macam hasil industri untuk keperluan rumah tangga, kantor, sekolah, maupun keperluan perorangan seperti toko kelontong, toko serba ada,supermarket dan warung langsam 107. 62310 Perdagangan eceran hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan. - Meliputi usaha perdagangan, eceran hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perburuan. 108. 62320 Perdagangan eceran hasil industri (bahan) makanan, minuman dan hasil pengolahan tembakau. 25 20 20

30

25

20

20

15

15

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

- Seperti daging segar ataupun yang diawetkan, susu, buahbuahan, sayur-sayuran dan hasil perikanan yang diawetkan, macam-macam minyak makan hasil penggilingan biji-bjian keras (beras, kopi, jagung dan sejenisnya), macam-macam tepung gula, dan hasil pengolahan gula, teh, es batu, makanan dari kedelai, kerupuk, bumbu masak, macam-macam minuman (keras dan ringan) dan hasil pengolahan tembakau (rokok, tembakau shag dan bumbu rokok). Perdagangan eceran tekstil, pakaian jadi hasil pemintalan , pertenunan, perajutan, hasil pengolahan kulit, termasukbarang keperluan kaki. - Seperti tekstil, pakain jadi, kain batik, macam-macam benang, tali-temali, karpet/ permadani dari bahan tekstil macam-macam hasil perajutan, kulit/ kulit imitasi, barang-barang dari kulit dan barang-barang keperluan kaki. 110. 62420 Perdagangan eceran perabotan rumah tangga dan dapur. - Seperti furniture (baik dari kayu, rotan, plastik dan logam), alat-alat perlengkapan dapur, barangbarang pecah belah dan lain sejenisnya. 111. 62422 Perdagangan eceran barangbarang elektronik, perlengkapan

25

20

20

109.

62410

30

25

20

30

25

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

listrik, alat komunikasi, fotografi dan optik. - Yaitu barang-barang elektronik seperti radio, kaset/tape recorder, televisi, video, amplifier dan perlengkapan sound sytem, alatalat perlengkapan listrik seperti dinamo, transformer, macammacam kabel listrik, lampu pijar TL, sekring, alat-alat rumah tangga seperti setrika listrik, alat pengaduk, kipas angin, alat komunikasi dan optik seperti fotografi, optik pesawat telepon, telegraf/telex. Pemancar radio, telecall, intercome dan sejenisnya. Macam-macam lensa dan kamera, mikroskop, proyektor dan sejenisnya. Perdagangan eceran barangbarang industri kimia, bahan bakar minyak/gas dan minyak pelumas Pharmasi dan Kosmetika. - Seperti barang-barang hasil industri kimia (gas asam, soda, causic, zat pewarna glycerin) alkohol dan sejenisnya macammacam pupuk, bahan kimia pemberantas hama (pestisida, insektisida), macam-macam bahan bakar minyak (premium, minyak tanah, solar), bahan bakar gas (elpiji), minyak pelumas, macam-macam hasil industri pharmasi dan jamu, macammacam sabun dan bahan pembersih lainnya. Macam-

30

25

20

112.

62430

30

25

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

macam kosmetik parfum dan bahan-bahan perawatan kulit dan rambut lainnya. Perdagangan eceran bahan bangunan kecuali bahan bangunan berasal dari usaha penggalian. - Seperti semen, seng, cat, macam-macam besi, macammacam kayu/kayu lapis, kaca dan barang-barang lainnya untuk perlengkapan bangunan. 114. 115. 62445 62450 Perdagangan eceran barangbarang hasil penggalian. Perdagangan eceran barangbarang hasil industri pengolahan - Meliputi usaha perdagangan eceran segala macam barang hasil-hasil industri pengolahan. 116. 62461 Perdagangan eceran kertas, barang-barang dari kertas, alat tulis (kantor) dan barang cetakan. - Seperti kertas alat tulis, pembungkus karton, kemasan dari kertas berupa dus, kotak dan sejenisnya, macam-macam alat tulis sekolah/kantor, barangbarang cetakan (faktur/nota, kwitansi, kalender/agenda, majalah, macam-macam buku bacaan/pelajaran dan barang cetakan lainnya). 117. 62470 Perdagangan eceran mesin-mesin, alat angkutan dan 30 25 20

113.

62440

30

25

20

25

20

20

30

25

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

onderdil/perlengkapannya. - Yaitu macam-macam mesin dan perlengkapannya baik untuk keperluan pertanian, industri, kantor,alat trasnportasi, mesin pembangkit tenaga, turbun, traktor, bulldozer dan mesinmesin berat lainnya, macammacam mesin kantor seperti mesin hitung,mesin tik, duplikator, photo copy, mesin pengolah data, mesin keperluan rumah tangga seperti mesin cuci, AC, mesin jahit, mesin pembangkit listrik,mesin pompa air dan sejenisnya, macammacam alat transportasi darat, laut dan udara termasuk macammacam onderdil dan perlengkapan kendaraan 63000 118. 63100 RUMAH MAKAN DAN MINUM Rumah makan dan minum - Seperti restoran/rumah makan, night club, catering, restorasi kereta api, cafetaria, kantin, warung nasi/kopi dan sejenisnya, tidak termasuk night club, restoran dan bar yang merupakan salah satu fasilitas hotel dan penginapan. 64000 119. 64100 HOTEL DAN PENGINAPAN Hotel dan penginapan - Seperti hotel, hostel, motel, 25 20 20

30

25

20

25

20

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

losmen, dan sejenisnya termasuk fasilitas restoran, bar dan night clubnya. ANGKUTAN PENGGUDANGAN DAN KOMUNIKASI Angkutan kereta api Angkutan jalan raya Angkutan dengan saluran pipa - Seperti pengangkutan air, minyak dan gas melalui saluran air atas dasar balas jasa kontrak 123. 71400 Jasa angkutan darat - Seperti jalan tol, parkir kendaraan, terminal, penyewaan mobil/truk tanpa pengemudi. 124. 72100 Angkutan samudera dan perairan pantai - Seperti pelayaran samudera, pelayaran antar pulau dan peleyanan pantai. 125. 72200 Angkutan sungai, danau dan kanal - Seperti pengangkutan melalui sungai, kanal dan danau, termasuk ferry penyeberangan. 126. 72300 Jasa penunjang angkutan air - Seperti pemeliharaan dan pelayanan dermaga, dok kapal atau perahu, pandu kapal, 25 20 20 13.5 13 12.5 13.5 13 12.5 25 20 20 20 15 15

70000 120. 121. 122. 71100 71200 71300

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

peralatan navigasi dan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal. 127. 128. 73000 73200 Angkutan udara Jasa penunjang angkutan udara - Seperti pelayanan pelabuhan udara, pelayanan navigasi dan dengan fasilitasnya (trafic control) termasuk usaha penyewaan pesawat terbang tanpa operatornya dan usaha bongkar muat dari dan ke kapal terbang. 129. 74100 Pengepakan dan pengiriman - Seperti usaha pengiriman dan pengepakan, keagenan/biro perjalanan dan sejenisnya. 130. 74200 Penggudangan - Seperti cold storage, bonded warehousing dan fasilitas-fasilitas penggudangan lainnya. 131. 75000 Komunikasi - Seperti pelayanan komunikasi melalui pos dan telepon, telegraph/telex atau hubungan radio. KEUANGAN ASURANSI, USAHA PERSEWAAB BANGUNAN, TANAH DAN JASA PERUSAHAAN. Lembaga keuangan Lembaga keuangan Bank 30 30 25 30 30 25 15 12.5 12

25

20

20

15

13

12

80000

132. 133.

81000 81100

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA -

134. 135.

81120 81200

Lembaga kuangan non Bank Usaha persewaan/jual-beli tanah, gedung dan tanah. - Meliputi usaha persewaan/jualbeli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah yang disiapkan untuk bangunan), real estate (yang tidak melakukan konstruksi) yangmenjual tanah, broker dan manager yang mengurus persewaan pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas balas jasa/kontrak.

20

17.5

17

136. 137.

81410 82220

Asuransi Jasa persewaan mesin dan peralatan. - Meliputi usaha persewaan mesin dan peralatannya (tanpa operator) untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak industri pengolahan, konstruksi dan penjualan mesin-mesin kantor termasuk usaha leasing.

49

49

48

138.

82300

Jasa pengolahan data dan tabulasi. - Meliputi usaha jasa tabulasi data yang bersifat umum baik secara elektronik maupun manual, seperti lembaga-lembaga pengolahan data dan sistem informasi, lembaga komputer dan lain sejenisnya.

55

53

51

139.

82900

Jasa perusahaan, kecuali jasa persewaan mesin dan

27.5

25

20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

peralatannya. 140. 82910 Jasa hukum - Meliputi usaha jasa pengacara/ advoka seperti lembaga bantuan hukum Peradin, Pusbadhi dan lain sejenisnya. 141. 142. 143. 144. 82910 82910 82910 82920 Notaris Pembuatan akte tanah Penasehat hukum (advokat) Jasa akuntansi dan pembukuan. - Meliputi usaha jasa pengurusan Tata Buku dan pemeriksaan, pembukuan seperti kantor-kantor akuntan dan lembaga konsultan audit lainnya. 145. 82930 Jasa Periklanan dan riset Pemasaran. - Meliputi usaha jasa periklanan dan reklame dengan berbagai macam media masa seperti pembuatan poster/gambar dan tulisan yang menyolok selebaran/riset pemasaran yang dilakukan atas dasar balas jasa 146. 82940 Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik. - Meliputi usaha jasa konsultasi bangunan/arsitek, perancang bangunan, survai geologi dan penyelidik tambang dan sebagainya, seperti usaha biro/konsultasi bangunan dan

51

48.5

48.5

55 55 51

50 50 48.5

50 50 48.5

36

35

35

20

17.5

15

47

46

45

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

lain-lain. 147. 148. 149. 150. 82940 82950 82950 82990 Pekerjaan bebas bidang teknik Pekerjaan bebas bidang konsultan. Penasehat Ahli/Hukum lainnya. Jasa perusahaan lainnya, kecuali jasa persewaan mesin dan peralatan. - Meliputi usaha jasa perusahaan yang belum tercakup yang dilakukan atas dasar balasjasa atau kontrak seperti jasa perencanaan, pelayanan foto copy, stenografi, jasa konsultan management perusahaan, jasa pemberitaan/pers dan sebagainya. 90000 151. 92000 JASA KEMASYARAKATAN DAN SOSIAL Jasa pendidikan - Yaitu pendidikan formal mulai dari pra sekolah (TK), SD, SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi . 152. 153. 154. 155. 156. 157. 93210 93213 93214 93215 93220 93230 Jasa Kesehatan Dokter Pekerjaan bebas bidang medis Pekerjan bebas bidang farmasi dan kimia Dokter hewan Jasa kebersihan dan sejenisnya 25 55 51 22.5 53 48.5 20 51 48.5

32

31

29

30

27.5

25

30 45 29 25 25

27.5 42.5 28 22.5 22.5

25 40 27 20 20

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

- Seperti usaha jasa kebersihan/cleaning service, pembuangan/pemusnahan sampah, pemusnahan sampah, pemusnahan rayap/kuman dan lain-lain. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 94000 96000 96214 97000 97110 97120 97130 97130 97140 97140 97190 97190 Jasa sosial dan kemasyarakatan Jasa hiburan dan kebudayaan Pekerjaan bebas bidang seni Jasa perorangan dan rumah tangga Reparasi kendaraan bermotor Reparasi kendaraatn tidak bermotor Reparasi macam-macam jam dan barang perhiasan. Reparasi barang keperluan kaki dan barang dari kulit. Reparasi alat dan pesawat elektronik/listrik Reparasi mesin-mesin kantor Reparasi macam-macam atau fotografi. Reparasi lainnya yang belum tercakup - a.l reparasi alat-alat musik, alatalat olahraga dan mainan anakanak 170. 97200 Jasa binatu pencelupan dn pembersihan barang-barang

40

37

35

30 35 35 32 20 20 20 20 20 20 20

30 32.5 32.5 31 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5 18.5

29 31.5 30 29 17.5 17.5 17.5 17.5 17.5 17.5 17.5

20

18.5

17.5

40

38

36

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP KOTA PROP LAINNYA DAERAH LAINNYA

tekstil/pakaian jadi 171. 97400 Pemangkas rambut dan salon kecantikan. - Yaitu jasa pemeliharaan rambut dan kecantikan termasuk kursus menata rambut/rias dan kecantikan. 172. 97910 Foto studio termasuk fotografi komersil. - Yaitu foto studio dan fotografi yang melayani agen-agen periklanan,penerbit dan lain-lain. 173. 174. 175. 97920 97990 98000 Jasa Penjahit Jasa perseorangan lainnya yang belum tercakup. Jasa pemerintahan KEGIATAN YANG TIDAK JELAS BATASANNYA DAN KEGIATAN LAIN YANG BELUM TERLIPUT. Badan non subyek Karyawan/pegawai Karyawan/pegawai Badan Usaha Milik Negara Karyawan/ pegawai swasta Pekerjaan bebas bidang profesi lainnya. Pemborong bukan bangunan/ konstruksi, termasuk levereansir dan lain-lain. 50 47.5 45 38 34 35 37 31 35 35 28 35 -

30

28

27

00000

176. 177. 178. 179. 180.

00000 00000 00000 00000 00000

181.

00000

20

19

18

WAJIB PAJAK PERSEORANGAN NO.URUT KODE JENIS USAHA 10 IBU KOTA PROP 40 KOTA PROP LAINNYA 35 DAERAH LAINNYA 35

182.

00000

Pedagangan perantara/ komisioner. Kegiatan lain yang tidak jeals batasannya dankegiatan yang belum terliput dalam salah satu golongan tersebut diatas.

183.

00000

40

35

35

Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut: 1. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak; 2. 3. ibukota propinsi lainnya; daerah lainnya.

CONTOH PEMAKAIAN NORMA PENGHITUNGAN 1. Wajib Pajak A kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Ia seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.

Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon Rp. 40.000.000,Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta Rp. 72.000.000,Penghasilan neto dihitung sebagai berikut: Dari industri rotan :12,5% X Rp. 40.000.000,- = Rp. 5.000.000,Sebagai dokter :45% X Rp. 72.000.000,- = Rp. 32.400.000,Jumlah penghasilan Neto = Rp. 37.400.000,Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak= Rp. 37.400.000,- - Rp. 21.120.000,- = Rp. 16.280.000,Pajak penghasilan yang terutang = 5% X Rp. 16.280.000,- = Rp. 814.000,Catatan:

f. g. h. 2.

Angka 12,5% untuk industri rotan, lihat kode 33100 Angka 45% sebagai dokter, lihat kode 93213 Istri tidak punya penghasilan

Seorang Wajib Pajak baru memiliki usaha sebagai pedagang eceran bahan makanan di Jakarta. Penjualan dalam satu bulan diperkirakan sebesar Rp.15.000.000,00. Ia kawin dan mempunyai 2 (dua) orang anak.

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

Jumlah peredaran setahun = 12 X Rp. 15.000.000,- = Rp. 180.000.000,Persentase penghasilan menurut norma Kode 62320 = 25% Penghasilan neto setahun = 25% X Rp. 180.000.000,- = Rp. 45.000.000,Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi Penghasilan TidakKena Pajak = Rp. 45.000.000,- Rp. 19.360.000,- = Rp. 25.640.000,Pajak Penghasilan yang terutang = 5% X Rp. 25.640.000,00 = Rp. 1.282.000,Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar = 1/12 X Rp. 1.282.000,- = Rp. 106.833,-

Pelaporan Pajak
Minggu, 15 April 2012 - 02:30 Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan Pajak yang telah dilakukan. Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai berikut: 1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukanPelaporan atas pembayaran Pajak bulanan. Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM, serta Pemungut PPN 2. SPT Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untukPelaporan tahunan. Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik melalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan secara online melalui aplikasi e-SPT.

KeterlambatanPelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), dan untuk SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah), dan SPT Tahunan PPh Badan dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Berikut batas waktu pembayaran danPelaporan untuk kewajiban perpajakan bulanan:

No

Jenis SPT

Batas Waktu Pembayaran

Batas WaktuPelaporan

Masa 1 2 3 PPh Pasal 4 ayat (2) PPh Pasal 15 PPh Pasal 21/26 Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

No

Jenis SPT

Batas Waktu Pembayaran

Batas WaktuPelaporan

Masa 4 5 PPh Pasal 23/26 PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak orang pribadi dan badan PPh Pasal 25 (angsuran Pajak) untuk Wajib Pajak kriteria tertentu yang diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa PPh Pasal 22, PPN & PPn BM oleh Bea Cukai PPh Pasal 22 - Bendahara Pemerintah PPh Pasal 22 - Pertamina PPh Pasal 22 - Pemungut tertentu Tgl. 10 bulan berikut Tgl. 15 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut

Akhir masa Pajak terakhir

Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir Hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara mingguan) Tgl. 14 bulan berikut

1 hari setelah dipungut

8 9 10

Pada hari yang sama saat penyerahan barang Sebelum Delivery Order dibayar Tgl. 10 bulan berikut Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan Tgl. 7 bulan berikut Tgl. 15 bulan berikut Sesuai batas waktu per SPT Masa

Tgl. 20 bulan berikut Akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak Tgl. 14 bulan berikut Tgl. 20 bulan berikut Tgl.20 setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir

11

PPN dan PPn BM - PKP

12 13

PPN dan PPn BM Bendaharawan PPN & PPn BM - Pemungut Non Bendahara PPh Pasal 4 ayat (2), Pasal 15,21,23, PPN dan PPnBM Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu

14

Berikut batas waktu pembayaran danPelaporan untuk kewajiban perpajakan tahunan:

No

Jenis SPT

Batas Waktu Pembayaran

Batas WaktuPelaporan

Tahunan 1 2 3

PPh - Orang Pribadi PPh - Badan PBB

Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan Sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Pajak ----

Bahasa Indonesia

Seri PPN - Tata Cara Restitusi PPN


Rabu, 25 Juli 2012 - 11:02 DASAR HUKUM 1. 2. Undang-undang PPN Nomor 42 Tahun 2009 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan PPN/PPnBM PKP HANYA DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA AKHIR TAHUN BUKU 1. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran,selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 2. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan Pajak (restitusi) pada akhir tahun buku.Bagi PKP Orang Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pengertian tahun buku adalah tahun kalender. PKP YANG DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTITUSI) PADA SETIAP MASA PAJAK 1. 2. 3. 4. 5. 6. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud; PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut; PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud; PKP yang melakukan ekspor JKP; dan/atau PKP dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang PPN. (Isi Pasal 9 ayat (2a) UU PPN : Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan) CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN (RESTIRUSI) 1. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan menggunakan : a. b. SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "Dikembalikan (restitusi)"; atau Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Pajak. 2. 3. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP dikukuhkan. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak.

PENELITIAN DAN SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK (SKPPKP)

1.

Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh: a. PKP kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP;

b.

Pasal 17C UU KUP berisi tentang WP dengan Kriteria tertentu (WP Patuh). PKP yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D UU KUP; atau

c.

Pasal 17 D UU KUP berisi tentang WP yang memenuhi persyaratan tertentu. PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) UU PPN. Penelitian oleh DJP dilakukan terhadap:


2.

kebenaran pemenuhan ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang PPN; kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya; kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; dan kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh PKP, harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lama 1 bulan sejak saat diterimanya permohonan pengembalian kelebihan Pajak .

3.

Apabila jangka waktu 1 bulan tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan SKPPKP, permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan dianggap dikabulkan dan SKPPKP harus diterbitkan paling lama 7 hari setelah jangka waktu 1 bulan tersebut berakhir.

TIDAK DITERBITKANNYA SKPPKP TERHADAP PKP BERESIKO RENDAH 1. Terhadap PKP beresiko rendah, SKPPKP tidak diterbitkan apabila : a. hasil penelitian menyatakan Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang- Undang PPN; b. c. d. 2. hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar; lampiran Surat Pemberitahuan tidak lengkap; dan/atau pembayaran Pajak tidak benar.

Dalam hal SKPPKP tidak diterbitkan, terhadap PKP beresiko rendah tersebut harus diberikan pemberitahuan secara tertulis dengan menggunakan formulir lampiran PMK-72/PMK.03/2010 dan permohonan pengembalian kelebihan Pajak; dari PKP ini akan diproses berdasarkan ketentuan Pasal 17B UU KUP.

PEMERIKSAAN DAN SKP 1. Pemeriksaan dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh PKP selain: a. b. c. 2. PKP Kriteria tertentu (Pasal 17 C UU KUP), PKP yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 17 D UU KUP), PKP Resiko rendah (Pasal 9 ayat 4C UU PPN).

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak harus menerbitkan SKP paling lama 12 bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan Pajak diterima.Jangka waktu 12 bulan ini tidak berlaku dalam hal terhadap PKP sedang dilakukanpemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

3.

Apabila setelah melampaui jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan paling lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.;

PEMERIKSAAN TERHADAP PKP PASAL 17 C UU KUP, PASAL 17D UU KUP, PKP RESIKO RENDAH 1. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak dapat melakukan pemeriksaan kepada PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) UU PPN, PKP kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C UU KUP, atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D UU KUP 2. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan; diterbitkan SKPKB, PKP kriteria tertentu atau PKP yang memenuhi persyaratan tertentu wajib membayar jumlah kekurangan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran Pajak 3. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan diterbitkan SKPKB, PKP berisiko rendah wajib membayar jumlah kekurangan Pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, paling lama 24 bulan, dari jumlah kekurangan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UU KUP.

Withholding Tax di Indonesia


Jumat, 5 Oktober 2012 - 22:42 Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Withholding Tax system(pemotongan/pemungutan pajak). Dalam sistem Withholding Tax, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas Negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara itu akan menjadi pengurang pajak atau kredit pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan. Sistem Withholding Tax di Indonesia diterapkan pada mekanisme pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan (PPh). Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya (misal: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23). Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran (misal: PPh Pasal 22). Pemotongan PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 adalah Pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pemungutan PPh Pasal 22 PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh: 1. bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); 2. badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan 3. WP Badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemotongan PPh Pasal 23 PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa, imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong PPh Pasal 21. Pemotongan PPh Pasal 26 PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain.

Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) antara lain: penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga dan diskonto obligasiyang dijual di pasar modal, penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada anggota koperasi (WP Orang Pribadi), penghasilan modal ventura dari transaksi penjualan saham/pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan usahanya, persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, penghasilan usaha jasa konstruksi, serta penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara. Pemotongan PPh Pasal 15 PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan khusus untuk golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut dalam melakukan kewajiban perpajakannya, seperti: perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar negeri; perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer). Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya penghasilan netto dari WP tertentu tersebut. Penerimaan Withholding Tax pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 587,65 triliun, meningkat menjadi Rp.730,418 triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp. 849,706 triliun untuk tahun 2012 atau 83,61% dari total target penerimaan pajak tahun 2012 sebesar Rp. 1.016,237 triliun. Mengingat pentingnya peranan Withholding Tax dalam dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan, maka Ditjen Pajak mewajibkan seluruh pemotong dan pemungut pajak untuk menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Bangga bayar pajak!

You might also like