You are on page 1of 8

STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DENGAN SISTEM PENAMPUNGAN AIR HUJAN DI PULAU PANGGANG STUDY OF CLEAN WATER

FULFILLMENT WITH RAINWATER HARVESTING IN PANGGANG ISLAND Marhadiyanto D. D1. dan Suprihanto N2 Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
1

marhadiyantodwi@yahoo.com , 2suprihantonotodarmojo@yahoo.com

Abstrak Penampungan air hujan bekerja dengan cara menangkap air hujan yang turun. Ide penampungan air hujan sebetulnya bukan ide yang baru, banyak catatan historis dari berbagai yang menunjukkan bahwa cara ini telah diterapkan sejak masa prasejarah. Di Pulau Panggang, yang merupakan salah satu pulau dari Kepulauan Seribu, tidak dijumpai sumber air permukaan selain air laut, sedangkan sumber air tanah masih berasa payau. Walaupun ada unit penyedia air bersih, namun kapasitasnya belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk. Di pulau ini sistem penampungan air hujan dapat menjadi alternatif penyedia air bersih yang dapat digunakan. Studi ini akan mempelajari air hujan dapat mencukupi kebutuhan air bersih penduduk di Pulau Seribu, dengan menggunakan data curah hujan rata-rata bulanan. Kata kunci : Penampungan air hujan, kebutuhan air bersih, curah hujan rata-rata bulanan Abstract Rainwater harvesting is catching rain as it falls. The idea of rainwater harvesting is not something new, there are evidences of water harvesting structures since pre historic times. In Panggang Island, which is one island from Thousand Islands, there is no other surface water supply than sea water, while ground water supply is brackish. Although there are water supply provider units, but its capacity has not been able to fulfill clean water demand. Rainwater harvesting can become a solution in providing useable clean water. This study will learn how rain water can fulfill citizens clean water demand in Panggang Island, with monthly average rainfall data. Key words : Rainwater harvesting, clean water demand, monthly average rainfall

WS6-1

PENDAHULUAN Pulau Panggang merupakan salah satu pulau yang berada pada gugusan Kepulauan Seribu. Pulau ini merupakan pulau dengan kepadatan tertinggi di Kepulauan Seribu. Dengan luas wilayah 9 ha, Pulau Panggang memiliki jumlah penduduk sebanyak 3905 jiwa pada tahun 2008. Peningkatan jumlah penduduk harus disertai oleh peningkatan kualitas hidup dan sanitasi lingkungan, oleh karena itulah keberadaan fasilitas sanitasi yang memadai sangat dibutuhkan. Di Pulau Panggang tidak dijumpai sumber hidrologi permukaan seperti sungai, dan mata air, sedangkan air tanah yang ada masih berasa payau. Walaupun ada unit penyedia air bersih dengan metode reverse osmosis, kapasitasnya belum mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih seluruh penduduk. Sistem penampungan air hujan menjadi alternatif dalam penyediaan air bersih. Perencanaan sistem penampungan air hujan di Pulau Panggang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih, yang pada akhirnya dapat meningkatkan sanitasi lingkungan dan menunjang terciptanya suatu masyarakat yang sehat dan produktif. Sistem penampungan air hujan bekerja dengan cara menangkap air hujan yang turun pada permukaan yang tidak tembus air (Dixit, 2006). Air hujan yang ditangkap disalurkan lalu ditampung untuk digunakan sesuai kebutuhan. Sistem penampungan air hujan dapat menjadi pilihan untuk penyediaan air bersih, terutama jika sumber air permukaan maupun air tanah jumlahnya terbatas. Selain itu, sebagian air hujan bebas dari polusi, besi (Fe) dan arsen (Mahmud, 2009). Dari catatan Mesir dan Roma kuno, air hujan ditangkap dengan reservoir dan kanal, dan digunakan untuk berbagai keperluan domestik. Selama berabad-abad, di seluruh bagian dunia, ada orang-orang yang masih bergantung pada air hujan yang ditampung untuk berbagai keperluan. Ada beberapa jenis sistem penampungan air hujan, yang penggunaannya bergantung pada kondisi topografi daerah perencanaan. Jenis-jenisnya adalah rooftop harvesting, surface harvesting, excavated reservoir, earthen dams, underground and sub-surface dams, dams dan rock catchment. Jenis yang cocok dipakai di Pulau Panggang adalah rooftop harvesting, dimana prinsip kerja sistemnya adalah dengan menangkap air hujan yang turun di atap bangunan dan menyalurkannya ke penampung air hujan (Dixit, 2006). Jenis rooftop harvesting cocok digunakan pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan sumber air bersih sangat sedikit. Sistem penampungan air hujan memiliki enam komponen dasar ,seperti pada Gambar 1, yaitu area penangkap, gutter yang merupakan bagian untuk mengalirkan air hujan dari atap, komponen penyisih debu maupun kotoran yang terbawa air hujan, penampung air hujan (storage tank), sistem penyalur, dan treatment.

Gambar 1 Komponen komponen sistem penampungan air hujan.


WS6-2

METODOLOGI Langkah-langkah yang dilakukan dalam studi ini adalah pengambilan dan pengumpulan data, pengolahan data penduduk, perhitungan kebutuhan air, perhitungan luas total area tangkapan, pengolahan data curah hujan, perkiraan debit air hujan tertangkap, dan perkiraan kecukupan kebutuhan air. Urutan langkah dapat dilihat pada Gambar 2.
Studi Literatur

Pengumpulan data

Proyeksi penduduk beberapa tahun kedepan

Perhitungan Kebutuhan air

Perhitungan luas area tangkapan

Perkiraan curah hujan

Perhitungan debit air hujan yang dapat ditangkap.

Perkiraan Kecukupan Kebutuhan

Gambar 2 Metodologi studi penampungan air hujan Pengambilan Data Data yang dikumpulkan adalah data curah hujan, data luas bangunan di Pulau Panggang, dan data penduduk di Pulau Panggang dari tahun ke tahun. Sampai tulisan ini dibuat, tidak ada data curah hujan di Pulau Panggang, jadi digunakan data curah hujan dari stasiun terdekat, yaitu data curah hujan di stasiun pengukur hujan Tanjung Priok. Data luas bangunan menggunakan peta dasar Kepulauan Seribu bagian Pulau Panggang yang didapat dari Bapekodya Jakarta Utara. Data penduduk didapat dari kantor kelurahan di Pulau Panggang. Pengolahan Data Penduduk Data pertumbuhan penduduk diproyeksikan dari tahun ke tahun, lalu dibuat kurva regresi secara linear, exponensial, dan logaritmik. Dari ketiga jenis kurva regresi, dipakai kurva dengan nilai r2 terbesar. Dari kurva yang terpilih ada persamaan yang dipakai untuk memperkirakan jumlah penduduk tahun tahun selanjutnya. Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air dihitung dengan cara mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan air per orang. Standar kebutuhan air per orang mengikuti standar kebutuhan air yang ditetapkan oleh pemerintah. Kebutuhan air yang harus dicukupi oleh metode penangkapan air hujan merupakan hasil pengurangan kebutuhan air total dengan jumlah air yang dihasilkan dari unit penyedia air bersih eksisting di Pulau Panggang.

WS6-3

Perhitungan Luas Total Area Tangkapan Luas total area tangkapan dihitung dengan menjumlahkan luas seluruh atap bangunan di Pulau Panggang. Luas atap bangunan dihitung dengan program AutoCAD. Gambar pada peta dasar Kepulauan Seribu bagian Pulau Panggang merupakan gambar hasil foto udara. Jadi, bangunan yang terlihat merupakan bagian atap bangunan. Pengolahan Data Curah Hujan Data curah hujan yang tersedia merupakan data curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 2003 sampai tahun 2008. Curah hujan diperkirakan dengan merataratakan curah hujan di tiap bulannya. Curah hujan bulan Januari diperkirakan dengan merataratakan curah hujan bulan Januari dari tiap tahun, hal yang sama dilakukan untuk semua Februari, Maret, April, hingga Desember. Perkiraan Debit Air Hujan Tertangkap Perkiraan debit air hujan yang dapat ditangkap dihitung dengan rumus VR = R x A x C (Abdulla, 2008). Dengan C adalah koefisien runoff yang ditentukan oleh jenis permukaan atap, R adalah curah hujan rata-rata (mm/bulan), dan A adalah luas total tangkapan (m2). Untuk mengetahui aliran pemasukan dan penggunaan air, dibuat tabel perhitungan seperti Tabel 1
A Bulan B Volume tertangkap per bulan C Kumulatif volume tertangkap D Kebutuhan per bulan E Kebutuhan kumulatif F Total volume

Tabel 1 Tabel perhitungan debit air hujan yang ditangkap dan digunakan Pada kolom A, bulan diurutkan dari bulan yang pertama kali setelah periode kering, yaitu bulan dengan curah hujan kurang dari 100mm per bulan. Kolom C merupakan hasil kumulatif dari kolom B. Kolom E merupakan hasil kumulatif dari kolom D. Kolom F didapat dari pengurangan antara kolom E dan kolom C. Perkiraan Kecukupan Kebutuhan Air Bersih Untuk memperkirakan kecukupan kebutuhan air bersih, dibuat grafik yang akumulasi ketersediaan air bersih dan grafik akumulasi kebutuhan air bersih. Perkiraan cukup tidaknya dapat dilihat dari perbedaan antara grafik akumulasi ketersediaan dan grafik akumulasi kebutuhan (SOPAC, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Data penduduk diproyeksikan untuk memperoleh jumlah penduduk pada tahun yang diinginkan. Jumlah penduduk akan mempengaruhi kebutuhan air bersih. Gambar 3 menunjukkan bahwa untuk memproyeksikan penduduk, metode yang digunakan adalah proyeksi dengan metode linear, karena memiliki nilai r2 yang paling besar. Dari proyeksi dengan metode linear didapat persamaan y = 83,35x 16340. Dari persamaan tersebut, y merupakan jumlah penduduk, dan x merupakan tahun. Dengan persamaan tersebut dilakukan proyeksi penduduk sampai tahun 2019 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
WS6-4

Jumlah Penduduk
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Expon. (Series1) y = 7E-18e0.023x R = 0.918 Linear (Series1) y = 83.35x - 16340 R = 0.927 Log. (Series1) y = 16699ln(x) - 1E+06 R = 0.927 Series1

Tahun Gambar 3 Grafik pertumbuhan penduduk di Pulau Panggang Jumlah Penduduk No. 1 2009 4060 2 2010 4144 3 2011 4227 4 2012 4310 5 2013 4394 6 2014 4477 7 2015 4560 8 2016 4644 9 2017 4727 10 2018 4810 11 2019 4894 Tabel 2 Proyeksi penduduk di Pulau Panggang hingga tahun 2019 Tahun Sistem penampungan air hujan direncanakan dapat dipakai hingga tahun 2019, berarti digunakan jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun 2019, yaitu 4894 orang. Menurut Permendagri No. 23 Tahun 2006, standar kebutuhan pokok air minum adalah kebutuhan air sebesar 60 liter/ orang per hari. Total kebutuhan air bersih untuk tahun 2019 adalah 293662 liter/hari. Unit penyedia air bersih eksisting menghasilkan 29400 liter per hari. Jumlah air bersih yang dibutuhkan adalah 264222 liter per hari. Luas area tangkapan total adalah 58212.84 m2, namun bangunan dengan luas kurang dari 20m2 diasumsikan bukan bangunan tempat tinggal, sehingga tidak dimasukkan ke dalam total luas area tangkapan. Luas total atap rumah adalah 57951.42 m2.
WS6-5

Data curah hujan rata-rata bulanan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Curah hujan Bulan rata-rata (mm) Januari 182,63 Februari 445,03 Maret 187,02 April 123,22 Mei 54,03 Juni 58,83 Juli 13,85 Agustus 22,12 September 38,72 Oktober 62,55 November 105,12 Desember 248,70 Tabel 3 Perkiraan curah hujan rata rata bulanan

100000000.00 90000000.00 80000000.00 70000000.00 Kumulatif volume tertangkap

Volume (L)

60000000.00 50000000.00 40000000.00 30000000.00 20000000.00 10000000.00 0.00

Kumulatif kebutuhan air

Bulan Gambar 4 Grafik kumulatif penangkapan dan penggunaan air hujan model 1 Pada Gambar 4 terlihat kurva kumulatif volume tertangkap berada di atas kurva kumulatif kebutuhan air pada bulan Desember, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, dan Juli. Namun pada bulan lainnya kurva kumulatif volume tertangkap berada di bawah kurva kumulatif kebutuhan air. Ini berarti sistem penampungan air hujan dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada bulan Desember, Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, dan Juli, namun tidak pada bulan lainnya. Pada model ini, penggunaan air hujan dilakukan setiap bulan.
WS6-6

90000000.00 80000000.00 70000000.00 Kumulatif volume tertangkap

Volume (L)

60000000.00 50000000.00 40000000.00 30000000.00 20000000.00 10000000.00 0.00

Kumulatif kebutuhan air

Bulan Gambar 5 Grafik kumulatif penangkapan dan penggunaan air hujan model 2 Gambar 5 merupakan grafik yang didapat dengan melakukan perubahan pada penggunaan air hujan yang ditangkap. Air hujan yang ditangkap ditampung dan tidak digunakan selama bulan basah (bulan dengan curah hujan lebih dari 100mm). Pada bulan basah, kebutuhan air dipenuhi dengan tampungan tersendiri yang berbeda dengan tampungan yang dibuat untuk sistem penampungan air hujan. Jadi air hujan yang ditangkap dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada musim kering.
90000000.00 80000000.00 70000000.00 Kumulatif volume tertangkap

Volume (L)

60000000.00 50000000.00 40000000.00 30000000.00 20000000.00 10000000.00 0.00

Kumulatif kebutuhan air

Bulan Gambar 6 Grafik kumulatif penangkapan dan penggunaan air hujanmodel 3

WS6-7

Gambar 6 merupakan grafik yang didapat dengan melakukan perubahan pada penggunaan air hujan yang ditangkap. Letak perbedaan antara model 3 dengan model 2 terletak pada durasi penyimpanan air hujannya. Pada model 3 penyimpanan hanya dilakukan pada bulan November dan Desember saja. Dengan melakukan penyimpanan hanya dua bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan bulan bulan selanjutnya, dan tidak terdapat sisa tersimpan dalam jumlah besar. Model 1 kurang tepat untuk diterapkan, karena pada bulan tertentu kebutuhan air bersih tidak dapat tercukupi. Baik model 2 maupun model 3 dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Namun model 2 akan menyisakan cukup banyak air hasil tangkapan hujan. Hal ini kurang efektif karena akan menyebabkan pengeluaran lebih besar untuk membangun penampung air hujan yang lebih besar. Model 3 merupakan model yang terbaik untuk diterapkan. Selain dapat mencukupi kebutuhan air bersih, model 3 memerlukan biaya yang lebih sedikit dibanding model 2, karena tidak menyisakan air hasil tangkapan hujan dalam jumlah banyak. KESIMPULAN Dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 4894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih yang perlu dipenuhi dengan sistem penampungan air hujan adalah 264222 liter perhari. Berdasarkan Gambar 6, dengan luas total area tangkapan hujan sebesar 57951.42 m2, sistem penampungan air hujan dapat memenuhi kebutuhan air bersih di Pulau Panggang, dengan catatan air hujan yang ditangkap di dua bulan basah pertama (bulan November dan Desember) ditampung dan baru digunakan pada bulan berikutnya. REFERENSI Dixit, Kanchan Mani. 2006. Rainwater Harvesting in Kathmandu Valley. Kathmandu: Nepal Water Conservation Foundation. Mahmud, Hasan. Ali, Mohammad. Ahmed, Noor. 2003. Rainwater Harvesting: Comparison Between Existing Techniques and Its Modification. Shahjalal University of Science & Technology. Dixit, A. 2002. Basic Water Science. Kathmandu: Nepal Water Conservation Foundation. Abdulla, Fayez A. Al-Shareef, A. W. 2008. Roof Rainwater Harvesting Systems for Household Water Supply in Jordan. Desalination 243 (2009) 195-207. Nolde, Erwin. 2007. Possibilities of Rainwater Utilisation in Densely Populated Areas Including Precipitation Runoffs from Traffic Surfaces. Desalination 215 (2007) 1-11. Ghisi, Enedir. 2007. Potential for Potable Water Savings by Combining The Use of Rainwater and Greywater in Houses in Southern Brazil. Building and Environment 42 (2007) 1731-1742 Ghisi, Enedir. 2007. Rainwater Tank Capacity and Potential for Potable Water Savings by Using Rainwater in The Residential Sector of Southern Brazil. Building and Environment 42 (2007) 1654-1666 Krishna, Hari J. 2005. The Texas Manual on Rainwater Harvesting 3rd Edition. Austin: Texas Water Development Board. 2004. Harvesting The Heavens. Suva, Fiji Islands : South Pacific Applied Geoscience Commission (SOPAC).
WS6-8

You might also like